cover
Contact Name
ISLAM TRANSFORMATIF
Contact Email
islamtransformatif.ejurnaliain@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
islamtransformatif.ejurnaliain@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bukittinggi,
Sumatera barat
INDONESIA
ISLAM TRANSFORMATIF : Journal of Islamic Studies
ISSN : 2599218X     EISSN : 25992171     DOI : -
Core Subject : Religion,
Islam Transformatif merupakan pencarian dialogis, bagaimana agama harus membaca dan memberikan jawaban terhadap ketimpangan sosial. Adapun konsep teologis kritis disodorkan sebagai pendekatan memahami hubungan agama dengan kekuasaan, modernisasi dan keadilan rakyat.
Arjuna Subject : -
Articles 88 Documents
CRIMINAL POLICY DAN SOCIAL POLICY DALAM MEWUJUDKAN PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA (Relasi Politik Kriminal/Criminal Policy dan Kebijakan Sosial/ Social Policy dalam Perspektif Integratif) Siti Hafsyah Syahanti; Edi Rosman
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol 1, No 2 (2017): Juli-Desember 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.282 KB) | DOI: 10.30983/it.v1i2.422

Abstract

Tujuan dari adanya hukum pidana, tidaklah berbeda dengan tujuan hukum secara umum, dimana hukum pidana bertujuan untuk menciptakan keamanan dan kesejahteraan ditengah-tengah masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pemerintah selaku yang berwenang, memiliki hak untuk membuat kebijakan-kebijakan politik terkait pelaksanaan hukum pidana di Indonesia. Negara yang pada prinsipnya memiliki kekuasaan untuk melaksanakannya, dalam hal ini pemerintah. Adapun salah satu bentuk kebijakannya adalah melakukan tindakan-tindakan yang sekiranya harus dijalankan supaya orang tidak lagi berbuat jahat (Criminal Policy). Kebijakan itu tentunya juga harus sejalan dengan Social Policy demi mencapai kesejahteraan serta perlindungan bagi seluruh masyarakat. Namun pada kenyataan di lapangan masih ada ketidaksejalanan antara criminal policy dan social policy. Maka untuk menciptakan kesesuaian antara keduanya salah satu hal yang sangat berpengaruh adalah dibutuhkan pemerintahan yang bersih (Good Governance) selaku yang berkuasa untuk mengambil kebijakan dalam suatu negara. Sehingga pada akhirnya menjadi suatu kemestian bahwa criminal policy dan social policy yang bermuara kepada pembaharuan hukum pidana di Indonesia khususnya.
KEWIBAWAAN ( HIGH TOUCH) SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER Darul Ilmi
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol 1, No 1 (2017): Januari-Juni 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.422 KB) | DOI: 10.30983/it.v1i1.329

Abstract

Memahami pendidikan yang semakin hari semakin kompleks baik aspek pendidik, peserta didik, materi, media, metode dan lingkungan pendidikan diperlukan pula diperlukan pula pemahaman yang semakin komprehensif dari aspek di atas, namun tidak semua aspek di atas dapat dijelaskan dalam tulisan singkat ini tetapi dapat dijelaskan kewibawaan sebagai aspek media memiliki keterpautan dengan karakter peserta didik yang dibutuhkan karena kewibawaan itu mengandung keteladanan, kasih sayang, kelembutan, tindakan tegas yang mendidik, disiplin dan demokrasi yang terjelma dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar peserta didik memiliki kekuatan karakter sebagaimana digambarkan oleh berbagai pakar antara lain Dapat dipercaya (trustworthiness), 2) Rasa hormat dan perhatian (respect), 3) Tanggung jawab (responsibility), 4) Jujur (fairness), 5) Peduli (caring), 6) Kewarganegaraan (citizenship), 7) Ketulusan (lonesty), 8) Berani (courage), 9) Tekun (diligence), dan 10) Integritykter. Sehingga peserta didik memiliki kesadaran pemahaman yang tinggi, kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain dan nilai-nilai karakter mulia lainnya. Understanding the increasingly complex education of both aspects of educators, learners, materials, media, methods and educational environment is also required also an increasingly comprehensive understanding of the above aspects, but not all aspects of the above can be explained in this brief article but can be explained Authority as a media aspect has a link with the character of learners that is needed because it contains exemplary authority, compassion, tenderness, decisive actions that educate, discipline and democracy are incarnated in the learning process undertaken by educators so that learners have the power of character as described by various Experts trustworthiness, 2) Respect and respect, 3) Responsibility, 4) Fairness, 5) Caring, 6) Citizenship, 7) Sincerity (lonesty), 8) Courage, 9) Diligence, and 10) Integritykter. So that learners have a high awareness of awareness, awareness and commitment to apply good in everyday life, so as to manifest good behavior, honest, responsible, respect for others and other noble character values.
VERNAKULARISASI PEMAHAMAN HADIS (Refleksi Wacana Islam Nusantara) Muhammad Zubir; Mushallina Hilma
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol 2, No 2 (2018): Juli - Desember 2018
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.539 KB) | DOI: 10.30983/it.v2i2.759

Abstract

The term vernacular is born because of an understanding of religious texts taking into account the conditions of the Indonesian Islamic community. This understanding is known as the context of the understanding of hadith which is an effort made by the ulama as one of ijtihad in examining the content of the hadith of the hadith. This is done if there is a hadith that appears to be incompatible with the condition of a society or a certain period of time. The hadith about the leader from the Quraysh tribe and the hadith about not going to succeed in a people if the leadership is left to women is an example of how difficult it is to be applied in Indonesia if it is only understood textually and not understood by a contextual approach. In Indonesia, many hadiths that require new explanations (syarah) in order to be able to uncover various biological essence, using language that is popular and in line with present-day logic, to make it easier to achieve goals. Therefore, Islamic scholars, especially in Indonesia are required to be ready to anticipate the emergence of actual problems that develop in society.
Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Interest (Studi Terhadap Pemahaman Pedagang Pasar Aur Kuning Kota Bukittinggi) Luthfi Rafi; Basri Na'ali
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol 2, No 1 (2018): Januari-Juni 2018
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (909.178 KB) | DOI: 10.30983/it.v2i1.644

Abstract

Hampir seratus persen pedagang di Pasar Aur Kuning beragama Islam, dan sebagai umat Islam tentunya mereka akan tunduk dengan aturan Islam, termasuk dalam menggunakan jasa bank dalam bertransaksi. Dalam hal ini pada tahun 2004 Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa tentang keharaman bunga bank (interest). Sebagai pedagang yang muslim mestinya fatwa itu dijadikan pegangan oleh pedagang dalam memilih bank tempat bertransaksi. Tetapi dalam kenyataannya sebagian besar pedagang masih bertransaksi menggunakan bank konvensional yang menganut sistem bunga. Oleh karena itu penelitian ini akan menfokuskan kepada pemahaman pedagang Pasar Aur Kuning tentang sebuah fatwa, dan apa faktor-faktor yang menyebabkan mereka tidak mengikuti fatwa MUI tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Aur Kuning Bukittinggi, dan untuk pengumpulan data memakai instrumen angket. Selanjutnya dilakukan analisa berdasarkan metode mixing metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang Pasar Aur Kuning memahami fatwa sebagai sesuatu produk hukum yang boleh diikuti dan boleh juga tidak diikuti. Secara umum yang menjadi faktor mereka tidak mengikuti fatwa tersebut adalah karena ketidaktahuan, tidak lengkapnya fasilitas bank syariah, dan menganggap sama antara bunga dan bagi hasil. Kata kunci: Fatwa, MUI, interest, pedagang
PENDIDIKAN ISLAM BAGI REMAJA (UPAYA PENGUATAN KARAKTER DENGAN PENDEKATAN AGAMA) Rini Rahman; Dinovia Fannil Kher; Yati Aisha Rani
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol 1, No 2 (2017): Juli-Desember 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.6 KB) | DOI: 10.30983/it.v1i2.473

Abstract

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan juga merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Sedangkan pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai sesuatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat. Remaja sebagai penerus generasi adalah tonggak penerus peradaban. Artikel ini membahas tentang urgensi pendidikan Islam bagi remaja sebagai upaya penguatan karakter.
PENDIDIKAN SEKS DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Analisis Teks Ayat Alquran) Rini Rahman; Indah Muliati
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol 2, No 2 (2018): Juli - Desember 2018
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.433 KB) | DOI: 10.30983/it.v2i2.751

Abstract

Sex education in Islam is not new. Because when speaking aqidah, worship and morality, there is sex education included in thaharah discussions. Sex education in Islamic perspectives here is an effort to provide knowledge about biological changes in humans, reproductive organs and their functions and how to maintain the reproductive organs they have by instilling moral, ethical and Islamic religious commitments so that they do not occured abuse of reproductive organs. The purpose of sex education in Islam is to maintain the safety and honor and purity of the generation of Islam in the midst of society. Sex education is also given to humanity, so that they do not fall into the abyss of mischief, namely adultery.
Kritik Hadis Zikir Berjama'ah febriyeni febriyeni
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol 2, No 1 (2018): Januari-Juni 2018
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.083 KB) | DOI: 10.30983/it.v2i1.648

Abstract

It is still a debate by Muslims community about the right practice of the dhikr, because the explanation in the Qur’an of the issue of dhikr is very common. Meanwhile the hadith of the Prophet provides also various information about this issue. The guidance of the hadith about the practice of dhikr relies on the practice which is done by the Prophet, then emulated and imitated by his friends and became the practice of sunna for Muslims until today. One of the issues sahabah is the implementation of zikr in congregation (dhikr jama'i). Dhikr in congregation is gathering some people with one voice chanting dhikr. There are pros and cons regarding this practice of Dhikr. There are groups who think that the congregation of Dhikr is an act of heresy and in contrast, there is a presumption that the act is sunnah. This paper will discuss the issue, seen from the perspective of Hadith. This research uses library research method by reviewing the hadiths related to the congregation of Dhikr followed by the criticism of Hadiths’ Sanad and Matan, and the understanding of those hadiths.
PEMBINAAN AGAMA ISLAM BAGI NARAPIDANA ANAK (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kota Bengkulu) Qolbi Khairi
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol 1, No 2 (2017): Juli-Desember 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.791 KB) | DOI: 10.30983/it.v1i2.433

Abstract

Berdasarkan aturan negara yang memberikan ruang pembinaan bagi anak yang melakukan tindak pidana melalui pemasyarakatan, diketahui bahwa pemahaman preventif atau pencegahan terhadap pendekatan aspek-aspek religius, psikologis, dan sosiologis perlu dilakukan di lembaga pemasyarakatan, di samping pemahaman terhadap tindakan represif atau penindakan dalam pemahaman perspektif hukum. Oleh karenanya dibutuhkan perhatian serius dalam hal Hak asasi anak dalam konteks HAM dengan statusnya sebagai bahagian dari warga negara. dari penelitian ini ditemukan bahwa perencanaan pembinaan agama Islam narapidana anak di lembaga pemasayarakatan kelas II A Kota Bengkulu belum disusun secara terprogram, sehingga pelaksanaan pembinaan agama Islam bagi narapidana anak di lembaga pemasayarakatan kelas II A Kota Bengkulu dilakukan secara insidentil, dan pelaksanaannya digabung dengan narapidana dewasa, akibatnya pembinaan agama Islam bagi narapidana anak di lembaga pemasayarakatan kelas II A Kota Bengkulu belum mencapai harapan yang diinginkan. Hal ini terjadi karena belum disusunnya indikator keberhasilan sesuai dengan standar pembinaan yang diharapkan.
THE EXISTENCE OF URGENCY AND RELIGIOUS CULTURE IN ACHIEVING THE OBJECTIVE OF EDUCATION IN SCHOOLS Iswantir Muhamad
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol 1, No 1 (2017): Januari-Juni 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.864 KB) | DOI: 10.30983/it.v1i1.330

Abstract

Culture is the result of creativity, taste, and works created by society, which are complex and derived from knowledge, belief, art, morals, law, custom, including the skills and habits that runs on society. Human beings is a social creature whose role is not only become the producers of systems thinking, values, morals, norms, and conviction but also social interaction with another human beings and the nature of life. Humans are governed by systems of thinking, values, morals, norms, and beliefs that have been generated in the community. Education is a planned effort to develop the potency of learners, so that they have a system of thinking, values, morals, and beliefs that inherited by their community and develop the appropriate life guideance for present and the future. In the process of cultural education and the character of the nation; active participant or learners that develop their potency, the internalization process, and appreciation of values into their personalities in the mix in society,help develop the community life become more prosperous , and develop the nation's dignity. The existence and urgency of creating a culture and a religiousity in school actually is a process of the familiarization or habituation of values of Islamic education in schools, so as to improve and strengthen the educational goals. Budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karya yang dibuat oleh masyarakat yang bersifat kompleks bersumber dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang berjalan pada masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Religiusitas lebih melihat aspek yang “di dalam lubuk hati nurani” pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa, cita rasa yang mencakup totalitas ke dalam si pribadi manusia. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai- nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Eksistensi dan urgensi penciptaan budaya religius di sekolah sesungguhnya adalah pembudayaan atau pembiasaan nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam kehidupan di sekolah, sehingga dapat meningkatkan dan menguatkan tujuan pendidikan.
METODE PEMAHAMAN HADIS ULAMA KONTEMPORER NON-AHLI HADIS (Studi Komparatif Antara Persepsi Muhammad Al-Ghazali Dan Pendapat Yusuf Al-Qardhawi) Muhammad Idris; Taufiqqurrahaman Nur Siagian
Islam Transformatif : Journal of Islamic Studies Vol 2, No 2 (2018): Juli - Desember 2018
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.699 KB) | DOI: 10.30983/it.v2i2.754

Abstract

Hadith is the second main source of Islamic teaching after the Qur'an. To understand it in depth, a comprehensive study with certain methods and approaches is needed to be able to capture the intent of a hadith. In accordance with the times, contemporary scholars try to understand a hadith with their respective methods of understanding. Among the contemporary scholars were Muhammad al-Ghazali and Yusuf al-Qardhawi. They offer several methods for understanding the Prophet's hadith. According to al-Ghazali, the method of understanding the Prophet's hadith must be measured from the four criteria of the hadith validity, namely: the hadith must be in accordance with the Koran, the hadith must be in accordance with other saheeh traditions, the hadith must be in accordance with historical facts, the hadith must be in accordance with scientific truth. While Yusuf al-Qardhawi is broader than the four things put forward by Muhammad al-Ghazali.