cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sukma: Jurnal Pendidikan
Published by Yayasan Sukma
ISSN : 25485105     EISSN : 25979590     DOI : -
Core Subject : Education,
SUKMA: Jurnal Pendidikan is an academic journal bi-annually published in Indonesia. It covers issues related to education in general: teacher, student, school management, curricula, teaching methods, teaching evaluations, education best practices, learning materials, et cetera.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 2 (2017)" : 7 Documents clear
Book Review: Cheating in School: What We Know and What We can Do Fachruddin, Fuad
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01207.2017

Abstract

Title: CHEATING IN SCHOOL: What We Know and What We can DoAuthors: Stephen F. Davis; Patrick F. Drinan; Tricia Bertram GallantPublication: J. Wiley & Sons, UK, 2009Pages: 240 pages
Bullying at Aceh Modern Islamic Boarding Schools (Pesantrens): Teachers’ Perceptions and Interventions Marthunis, Marthunis; Authar, Nailul
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01201.2017

Abstract

The study focused on obtaining substantial information of teachers’ perceptions and interventions in bullying cases in the environment of modern ‘pesantren’, Islamic boarding school that facilitates students with formal schooling and dormitory facilities. The study provided an analysis of how teachers at the pesantren conceptually perceive bullying behavior and their concrete actions to prevent the behavior. The study revealed that the pesantren’s teachers perceived bullying as dangerous behavior and therefore should be intervened. The study also discovered that the teachers intervened the behavior more reactively than proactively. However, their positive perceptions that bullying is detrimental as well as their concrete actions to prevent bullying on their pesantren could not reduce its occurrence significantly. Teasing, mocking or nick-name-calling, for instance, were still found in the researched pesantren.[Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dan intervensi para guru di lingkungan pesantren modern terhadap perundungan. Pesantren terindikasi sebagai tempat yang cukup rentan terjadi perundungan karena interaksi yang terus menerus terjadi antar siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di asrama. Studi ini memberikan analisis bagaimana guru di pesantren secara konseptual memandang perilaku perundungan dan bagaimana tindakan nyata mereka untuk mencegah perilaku tersebut. Penelitian ini juga mencoba mengungkap bagaimana persepsi dan intervensi guru di pesantren terhadap masalah perundungan secara fenomenografi. Penelitian ini menemukan bahwa para guru di pesantren menganggap perundungan sebagai perilaku berbahaya yang perlu ditangani. Para guru di pesantren menggunakan beberapa intervensi dalam bentuk pendekatan reaktif daripada proaktif. Namun, persepsi positif mereka dan tindakan nyata mereka untuk mencegah terjadinya perundungan di dalam lingkungan pesantren tidak dapat mengurangi kemunculannya secara signifikan, terutama mengejek atau menyebut nama gelar tertentu sudah cenderung menjadi kebiasaan dan budaya di lingkungan pesantren.]
Studi Komparatif Penulisan Background Skripsi Mahasiswa Bahasa Inggris Yatmikasari, Ika
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01206.2017

Abstract

Academic writing for students should be a routine activity, but it is not easy especially that concerning with the writing of the background research that must meet certain criteria. This paper is the result of a review of the background section of English students’ thesis which often has an unclear pattern. This paper compares the patterns (moves) developed in writing thesis backgrounds from two institutions and analyzes their advantages and disadvantages. The results show that basically the writing of background research has fulfilled the basic elements of the move, but rarely found complete move in one writing and the pattern is often not sequential. [Menulis akademik (academic writing) bagi mahasiswa seharusnya menjadi aktifitas rutin, tetapi tidak mudah terutama menyangkut penulisan bagian latar belakang (background) yang harus memenuhi kriteria tertentu. Tulisan ini merupakan hasil kajian terhadap bagian latar belakang skripsi mahasiswa bahasa Inggris yang seringkali memiliki pola yang tidak jelas. Tulisan ini membandingkan pola (move) yang dikembangkan dalam menulis background skripsi dari dua institusi dan menganalisis kelebihan dan kekurang­an tulisan dari masing-masing sumber objek. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada dasarnya penulisan latar belakang penelitian sudah memenuhi unsur-unsur move yang seharusnya ada, tetapi jarang didapati move yang lengkap dalam satu tulisan dan pola yang  ada sering tidak berurut.]
Adolescents’ Identity Formation as Learners in Sukma Bangsa School Pidie, Aceh, Indonesia Nurhayati, Nurhayati; Dewi, Ratna Sari; Ropo, Eero; Räihä, Pekka
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01202.2017

Abstract

This study aimed to explore how adolescents performed towards their identity as learners in Sukma Bangsa School Pidie (SBP) through a phenomenographic approach. More specifically, the research had purpose to understand the way adolescents construct their learning identity in a school environment. The findings suggested that there were variations in the way adolescents experienced their learning identity that might encourage them to achieve different degrees of motivation, self-perceptions (self-efficacy, self-concept, and self-esteem), autonomy, and self-development towards their identity as learners. In this study, students exhibited a high level of self-efficacy and self-development, an average level of self-esteem and autonomy, and close to an average level of self-concept and motivation in constructing their identity as learners. The students also revealed that the highest accomplishment of their experiences was in showing their confidence towards learning attitude, whereas the lowest one was in adult attachment. Adult attachment therefore is pivotal to moderate students who have either low willingness to study or low self-conception.[Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pembentukan identitas remaja sebagai peserta didik di Sekolah Sukma Bangsa Pidie (SBP) melalui pendekatan fenomenografi. Lebih khusus lagi, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana remaja membangun identitas pembelajaran mereka di lingkungan sekolah. Temuan menunjukkan adanya variasi cara remaja membentuk identitas mereka, yang mendorong mereka mencapai tingkat motivasi, persepsi diri (self-efficacy, self-concept, dan self esteem), otonomi, dan pengembangan diri yang berbeda. Dalam penelitian ini, siswa menunjukkan tingkat self-efficacy dan self-development yang tinggi, tingkat self-esteem dan otonomi yang rata-rata serta konsep diri dan motivasi mendekati tingkat rata-rata. Pengalaman siswa yang paling tinggi menunjukkan kepercayaan diri terhadap sikap belajar, sedangkan yang terendah menunjukkan keterikatan pada orang dewasa. Oleh karena itu, keterikatan pada orang dewasa sangat penting bagi siswa yang memiliki kesediaan untuk belajar atau konsepsi diri rendah.]
Relationship Between Teacher Professional Competences and Teacher Work-Autonomy Fachrurrazi, Fachrurrazi
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01203.2017

Abstract

The article discusses the relationship between teacher professional competences and teacher work-autonomy at Sukma Bangsa Schools in Aceh, Indonesia. The study investigated differences in teacher professional competences and teacher work-autonomy in terms of gender, school location, classroom teacher/subject teacher, grade level and teaching experiences. The study indicated that most teachers of Sekolah Sukma Bangsa in Aceh were at moderate degree of teacher professional competences and most of the teachers attained a moderate degree of work-autonomy. The study showed that when the level of teacher work-autonomy increased, the level of teacher professional competences escalated; while lower level of teacher autonomy was associated with lower level of teacher professional competences. Furthermore, the study revealed that a degree to which teachers perceived work-autonomy and a degree to which teachers perceived professional competences were diverse based on gender, classroom/subject teacher, experience, level of school and location of school, even though the differences were not statistically significant. [Artikel ini mendiskusikan hubungan antara kompetensi professional guru dan otonomi-kerja guru. Tujuan dari riset ini adalah untuk menginvestigasi hubungan antara kompetensi professional guru dan otonomi-kerja guru, serta perbedaan kompetensi professional guru dan perbedaan otonomi kerja guru berdasarkan gender, lokasi sekolah, guru kelas/guru pelajaran, level kelas atau pengalaman mengajar. Hasil riset juga mengindikasi bahwa ada korelasi yang positif dan moderat antara otonomi-kerja guru dan kompetensi profesional guru. Hasil riset mengindikasi bahwa ketika level otonomi-kerja guru meningkat, level kompetensi profesional guru juga naik, dan rendahnya tingkatan otonomi-kerja guru dihubungkan dengan rendahnya kompetensi professional guru. Hasil riset juga mengindikasikan level otonomi-kerja dan level kompetensi professional guru bervariasi berdasarkan gender, lokasi sekolah, guru kelas/guru pelajaran, level kelas dan pengalaman mengajar, walaupun perbedaannya tidak signifikan secara statistik.]
Learning Journal: Improving Teaching Strategies Through Students’ Reflections Fajriah, Fajriah
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01204.2017

Abstract

This study is concerned with how teachers use students’ reflections to improve their teaching strategies. The purpose of this study was to explore the role of students’ reflections in the learning process, and how the teachers use those reflections to improve teaching strategies. This research used a qualitative approach.The results of the study indicated that the role of students’ journals in learning was to know students’ points of view and to explore students’ needs. In addition, the ways the teachers improved were by changing their teaching methods and changing their attitudes. Therefore, it was considered that the teachers were able to develop their pedagogical competence. Additionally,  the students remarked that a good relationship with the teacher is more important than a good teaching strategy.[Artikel ini membahas strategi guru menggunakan umpan balik dari siswa untuk memperbaiki strategi pengajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi peran umpan balik siswa dalam proses pembelajaran dan penggunaannya untuk memperbaiki strategi pengajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jurnal siswa dalam pembelajaran berfungsi untuk mengetahui sudut pandang siswa dan untuk mengeksplorasi kebutuhan siswa. Dengan dasar itulah para guru dapat memperbaiki metode dan sikap dalam proses pengajaran, sehingga dapat mengembangkan kompetensi pedagogis mereka. Selain itu, bagi siswa, hubungan yang baik dengan guru lebih berpengaruh daripada strategi pengajaran.]
Jalan Tuhan dan Kemanusiaan dalam Pendidikan Mulkhan, Abdul Munir
Sukma: Jurnal Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2017)
Publisher : Yayasan Sukma Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.839 KB) | DOI: 10.32533/01205.2017

Abstract

One’s faith and personality are produced during his life experience in dialogue with himself, dialogue with the nature, and dialogue with the socio-cultural environment in which he lives, grows and develops. Meanwhile, education is a planned, programmed attempt to engineer this experience of life to obtain maximum results for the future life. Education is necessarily comprehensive and synthetic. The loss of an element in education can be the cause of personality imbalances as is now the case in the reality of life in this country: motorcycle gangs, brawls between villages, corruption, and accusing of one another as infidel. Therefore, education process must be humanist or ngewongke and that being virtuous is the endless process of becoming.[Keimanan atau kebertuhanan dan kepribadian seseorang adalah produk pengalaman hidupnya dalam berdialog dengan dirinya sendiri, berdialog dengan alam, dan berdialog dengan lingkungan sosial-budaya tempat ia hidup, tumbuh dan berkembang. Sementara itu, pendidikan merupakan rekayasa pengalaman hidup tersebut secara terencana dan terprogram guna memperoleh hasil maksimal bagi kepentingan masa depan sejarah umat manusia. Pendidikan secara niscaya bersifat komprehensif sekaligus sintetis. Hilangnya satu unsur dalam pendidikan bisa menjadi penyebab ketimpangan kepribadian seperti yang kini banyak terjadi dalam realitas kehidupan di negeri ini: geng motor, tawuran antardesa, korupsi, dan pengkafiran satu atas yang lain. Karena itu, pendidikan mesti humanis atau ngewongke dan bahwa menjadi saleh adalah proses menjadi tanpa akhir.]

Page 1 of 1 | Total Record : 7