cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teologi Berita Hidup
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189
Jurnal Teologi Berita Hidup merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan kepemimpinan dan pelayanan Kristiani, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Surakarta. Focus dan Scope penelitian Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal, Teologi Sistematika, Teologi Pastoral, Etika Pelayanan Kontemporer, Kepemimpinan Kristen, Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : -
Articles 312 Documents
Tujuan Penciptaan sebagai Cara Memahami Keberagaman Etika dalam Kekristenan Tony Salurante; Aprianus Moimau; Filmon Berek
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.91

Abstract

Moral diversity can be a problem and has presented challenges and opportunities for Christian ethics, especially as it relates to the spirituality of the congregation. The prevalent moral pluralism shows a different understanding of the Bible's contents and the process of understanding God's will, coupled with the emergence of theories that want to make a certain viewpoint. In the process of exploring these issues, the article offers a reflection based on the teleological approach to creationism. The thesis of this article states that the doctrine of creation can be one of the important foundations in shaping Christian ethics in contemporary era.Keragaman moral bisa menjadi masalah dan telah menghadirkan tantangan dan peluang bagi etika Kristen, terutama yang berkaitan dengan kehidupan spiritualitas jemaat. Pluralisme moral yang banyak terjadi menunjukkan pemahaman yang berbeda juga dalam menggali isi Alkitab dan proses memahami kehendak Allah, ditambah lagi dengan munculnya teori-teori yang ingin menyudutkan satu pandangan tertentu. Dalam proses mengeksplorasi masalah-masalah ini, artikel ini menawarkan refleksi yang didasari dengan pendekatan teleologis dari ajaran penciptaan. Tesis dari artikel ini mengatakan bahwa doktrin penciptaan bisa menjadi salah satu fondasi penting dalam membentuk etika Kristen di zaman kontemporer.
Antara Abimelekh dan Yotam: Studi Eksegesis Hakim-Hakim 9:7-21 Yudi Jatmiko
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.94

Abstract

AbstractIn the passage of Judges 9:7-21, Jotham was described as an inferior figure compared to Abimelech who was a ruler. But, here exactly lies the beauty of the narrative writing. The narrator wished to topple down and uphold the thesis that criticize Abimelech leadership, as well as approved Jotham’s quality, i.e., a crowned leader of Israel must be a righteous leader in the eyes of God and men, not an ambitious leader. The problem statement of the research is how does the narrator interweave and prove this thesis in the passage? The research purpose is to showcase the supporting literary elements in the narration as well as to prove the narrator’s thesis statement. The method that the writer uses in this writing is literary research. The writer analyzes primary resources that discuss the text of Judges 9:7-21. Besides that, the writer exegetes the text deeply while paying close attention to text analysis, historical and cultural background, and literary analysis. The research results in the fact that the narrator has succeeded to prove his thesis through the above discussed literary elements.Keywords: Judges 9:7-21, Abimelech, Jotham, word study, historical analysis, literary analysis. AbstrakDalam narasi Hakim-hakim 9:7-21, Yotam adalah figur yang inferior dibandingkan dengan Abimelekh yang pada waktu itu tengah menjadi penguasa. Tetapi justru di sinilah letak keindahan penulisan narasi tersebut. Narator ingin membalik dan mengusung tesis yang mengkritisi kepemimpinan Abimelekh, sekaligus memuji kualitas Yotam, yaitu bahwa pemimpin yang dinobatkan menjadi raja atas Israel harus merupakan pemimpin yang benar di mata Allah dan manusia, bukan pemimpin yang ambisius. Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana narator mengemas dan membuktikan tesis ini dalam penulisan perikop tersebut? Tujuan penelitian ialah untuk menunjukkan elemen-elemen sastra yang mendukung dalam narasi ini sekaligus membuktikan tesis narator. Metode yang penulis tempuh dalam penelitian ini ialah penelitian pustaka. Penulis mengkaji sumber-sumber pertama yang mengulas teks Hakim-hakim 9:7-21. Selain itu, penulis juga melakukan eksegesis mendalam terhadap teks dengan memperhatikan analisis teks, latar belakang sejarah dan budaya, serta analisis sastra. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa narator berhasil membuktikan tesisnya melalui elemen-elemen sastra yang dikaji di atas.Kata-kata Kunci: Hakim-hakim 9:7-21, Abimelekh, Yotam, analisis kata, analisis sejarah, analisis sastra
Janji Pemulihan Israel dalam Kitab Zefanya: Refleksi Teologi Kovenan Daniel Pesah Purwonugroho; Sonny Eli Zaluchu
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 1 (2019): September 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i1.21

Abstract

The God of the Israelites is a God of covenants that bind covenants with humanity. Agreement between them has a binding nature to one another. Throughout the history of the Israelites recorded in the Old Testament, God often spoke through His prophets. God delivered a special message about the lives of the Israelites and also what He promised them through these prophets. All messages in the Old Testament and the prophetic books refer to a conditional Covenant. On the one hand, God pursues and punishes, but on the other hand, He restores. The Covenant theology reveals God's intention to punish and repair that is manifested in Christ's mission. This paper analyzes the implementation of the covenant theology in the ministry of the Prophet Zephaniah through the study of literature and sees its implementation for the presence of Christ in the world.Abstrak: Allah adalah Allah perjanjian yang mengikat perjanjian kepada umat manusia. Perjanjian yang terjalin antara Allah dengan manusia memiliki sifat yang sangat mengikat. Di dalam kehidupan bangsa Israel yang terekam sepanjang kitab Perjanjian Lama, Allah bersabda melalui nabi nabiNya. Allah memberikan pesan secara spesifik perihal kehidupan bangsa Israel dan juga apa yang menjadi janjiNya kepada mereka. Seluruh pesan Perjanjian Lama dan khususnya kitab Nabi-nabi mengarah pada satu perjanjian atau kovenan bersyarat. Pada satu sisi, Allah menuntut dan menghukum tetapi pada sisi lain, Allah memulihkan. Teologi kovenan menampilkan maksud Allah untuk menghukum dan memulihkan yang tergambar di dalam misi Kristus. Tulisan ini menganalisis implementasi Teologi kovenan di dalam pelayanan Nabi Zefanya melalui studi literatur dan  melihat implementaisnya bagi kehadiran Kristus di dunia. 
Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia Berdasarkan Kitab Nehemia Pasal 1-13 Di Kalangan Gembala Sidang Joko Sembodo; Yusak Sigit Prabowo
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.101

Abstract

Human resource management is a tremendous force that can be extracted and developed for church growth, both in quality and quantity. This research was conducted to determine the tendency of human resource management implementation and the most dominant dimension based on the book of Nehemia chapter 1-13 among pastors of the Gereja Bethel Injil Sepenuh (Full Gospel Bethel Church) in Surakarta. This research uses quantitative research methods with data analysis obtained from the study of the book of Nehemiah chapter 1-13 and other literature sources, carried out by measuring the application of the theory that has been obtained in the field by collecting data that is processed descriptively quantitatively. Data were obtained from 50 respondents, namely pastors from the Gereja Bethel Injil Sepenuh in Surakarta. The results obtained are the tendency of implementing human resource management based on the book of Nehemiah chapter 1-13 among the pastors of the Gereja Bethel Injil Sepenuh in Surakarta on moderate criteria. The dominant dimension in the implementation of human resource management based on the book of Nehemiah chapters 1-13 among pastors of the Gereja Bethel Injil Sepenuh in Surakarta is human resource management planning.Manajemen sumber daya manusia merupakan kekuatan yang luar biasa  yang bisa digali dan dikembangkan bagi pertumbuhan gereja, baik itu secara kualitas maupun secara kuantitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan implementasi manajemen sumber daya manusia dan dimensi yang paling dominan berdasarkan kitab Nehemia pasal 1-13 di kalangan gembala sidang Gereja Bethel Injil Sepenuh Se-Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan analisis data yang diperoleh dari studi Alkitab Nehemia pasal 1-13 dan sumber literatur pustaka lainnya, dilakukan dengan mengukur penerapan teori yang sudah diperoleh tersebut di lapangan dengan mengumpulkan data yang diolah secara deskriptif kuantitatif. Data diperoleh dari 50 responden, yaitu gembala sidang yang berasal dari Gereja Bethel Injil Sepenuh se-Surakarta. Adapun hasil yang didapat adalah kecenderungan implementasi manajemen sumber daya manusia berdasarkan kitab Nehemia pasal 1-13 di kalangan gembala sidang Gereja Bethel Injil Sepenuh Se-Surakarta pada kriteria sedang. Dimensi  yang dominan dalam implementasi manajemen sumber daya manusia berdasarkan kitab Nehemia pasal 1-13 di kalangan gembala sidang Gereja Bethel Injil Sepenuh se-Surakarta adalah perencanaan manajemen sumber daya manusia.
Perjalanan Sejarah Bait Suci dari Perjanjian Lama, Masa Intertestamental hingga Masa Pelayanan Yesus Wisnu Prabowo
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.46

Abstract

The Temple is one of the buildings that is very attached to the Israel life. As a place of God's presence in the midst of His people, the Temple is a building that must be holy. However, on one occasion in His ministry, the Lord Jesus came to the Temple and took radical action. The Lord Jesus was angry and drove away the people who were in the court of the Temple. There is a very radical treatment from the Lord Jesus. In the holy Temple, the Lord Jesus showed such a hard attitude. This study is a qualitative study using the bibliography method. This study examines the journey of the Temple from the time of the Old Testament to the time of the Lord Jesus' ministry by going through a period called the Intertestamental Period. The study results obtained are: First, the Temple experienced a shift in circumstances, which were originally holy to be polluted since the end of the Old Testament, the Intertestamental Period to the time of the Lord Jesus ministry. Second, the Temple underwent a change in function, which was originally formed as a place where God was present and met with His people, becoming a place where people, priests, scribes and kings, sought worldly benefits in the Temple.Bait Suci adalah salah satu bangunan yang sangat melekat di dalam kehidupan orang Israel. Sebagai tempat kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat-Nya, Bait Suci adalah sebuah bangunan yang harus kudus dan suci. Akan tetapi, di suatu kesempatan di dalam pelayanan-Nya, Tuhan Yesus datang ke Bait Suci dan melakukan tindakan radikal. Tuhan Yesus marah dan mengusir orang-orang yang ada di pelataran Bait Suci. Ada perlakuan yang sangat radikal dari Tuhan Yesus. Di Bait Suci yang kudus dan suci, Tuhan Yesus menunjukkan sikap yang sedemikian keras. Kajian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode studi pustaka. Kajian ini meneliti perjalanan Bait Suci sejak zaman Perjanjian Lama hingga masa pelayanan Tuhan Yesus dengan melewati sebuah masa yang disebut Masa Intertestamental. Hasil kajian yang diperoleh adalah: Pertama, Bait Suci mengalami pergeseran keadaan, yang awalnya kudus dan suci menjadi cemar sejak zaman akhir Perjanjian Lama, Masa Intestamental hingga ke masa pelayanan Tuhan Yesus. Kedua, Bait Suci mengalami perubahan fungsi, yang awal dibentuk sebagai tempat dimana Tuhan hadir dan bertemu dengan umat-Nya menjadi tempat dimana orang-orang, para imam, ahli Taurat dan raja, mencari keuntungan duniawi di Bait Suci.
Molu Mati dalam Perspektif Pendampingan dan Konseling Melkias Samanusa Papilaya
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.137

Abstract

Indonesian society is a society that is already in a fairly rapid technological development. This development makes people follow the cultures of people from outside the country. The concept of Indonesian culture also exists in plurality when viewed from the regions. This culture affects the patterns and behavior of a person or group to build relationships. Relationships that are built experience conflict. These conflicts are not only resolved by state law which applies to all citizens of the country. Another law that applies is customary fines or Molu Mati. Molu Mati is a basic concept that can be used in mentoring and counseling. Mentoring and counseling is a local concept that is used to solve a social problem.Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sudah ada dalam perkembangan teknologi yang cukup pesat. Perkembangan ini membuat masyarakat mengikuti kebudayaan-kebudayaan masyarakat dari luar negara. Konsep kebudayaan Indonesia juga sebenarnya ada dalam kemajemukan jika ditinjau dari daerah-daerah. Kebudayaan ini mempengaruhi pola dan perilaku seseorang atau kelompok untuk membangun relasi. Relasi yang dibangun mengalami konflik. Konflik ini tidak hanya diselesaikan dengan hukum negara yang berlaku bagi semua warga negara. Hukum lain yang berlaku ialah denda adat atau molu mati. Molu mati merupakan sebuah konsep dasar yang bisa dipakai dalam pendampingan dan konseling. Pendampingan dan konseling dilakukan merupakan konsep lokal yang dipakai untuk menyelesaikan sebuah persoalan sosial.
Memahami Konsep Menyangkal Diri, Memikul Salib dan Mengikut Yesus: Sebuah Analisis Biblikal Lukas 9:23-26 Danny Yonathan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.14

Abstract

From every generation, believers receive instruction that aims to strengthen faith and educate believers to become militant disciples of Christ, and have readiness to serve God in accordance with the true concept of Christian thought. Thus believers must dare to deny themselves, and carry the cross every day and follow Jesus Christ who is the Lord and Savior. This article had purpose to give the understanding biblically the concept of self-denying, carrying cross and following Jesus according to the text of Luke 9:23-26. AbstrakDari setiap generasi, orang percaya menerima pengajaran yang bertujuan untuk meneguhkan iman serta mendidik  orang-orang percaya untuk menjadi murid Kristus yang militan, serta memiliki kesiapan untuk melayani Tuhan sesuai dengan konsep pemikiran Kristen yang benar. Orang percaya harus mau menyangkal diri, dan memikul salib setiap hari serta mengikut Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman secara biblikal konsep menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus sesuai dengan teks pada Lukas 9:23-26.
Perananan Dianoia di dalam Kekudusan Ditinjau dari 1 Petrus 1:13-16 Sozania Zega; Hendi Hendi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.85

Abstract

Holiness is a familiar topic for Christians, of course. Even among believers today, churches usually emphasize holiness only in terms of morals, ethics, and good works. So it is not surprising that behind what appears on the outside, often the life of a believer hides heinous sins. Even the lives of servants of God, pastors, and church leaders are not immune from hidden corruption. A priest who is 50 years old, can molest a minor for years without being caught. This was even done under the guise of being a servant of God where the victim at that time became a student or child under the suspect's supervision. Seeing the reality of life like this, the writer believes that holiness cannot be seen as merely an external morality, but there is something deeper at play in it. Previous literature has attempted to explain what holiness is. This research tries to find the importance of διανοία in holiness by using the exegetical method, namely the interpretation of the verse by verse on the letter of 1 Peter 1: 13-16. By seeing the existence of διανοία (mind) which mainly contributes to holiness which then transforms one's actions to become holy. So the author took the wrong example of the text in 1 Peter 1: 13-16. The author analyzes the text and produces four points: first, διανοίας fully hopes on the grace of God. second, tighten διανοίας. Third, διανοίας is not indulgent. Fourth, Result of διανοίας. From the four points, the writer will explain how important διανοίας is in holiness.
Memahami Tugas Utama Hamba Tuhan Berdasarkan Surat II Timotius 4:1-5 Dan Aplikasinya Pada Masa Kini Kejar Hidup Laia
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.35

Abstract

Abstract: The passages 2 Timothy 4: 1-5 describes the task of a servant of God. The intended form of duty and calling  included the task and call to always preach the gospel, in all situation good or not. Reprimand and advise the wrong and provide healthy teaching. The task of preaching the gospel is the task of calling for service for all believers. This task must be carried out seriously and with patience. God's servant must have courage to reveal the truth to anyone, including the rulers. But before carrying out that task, the Servant of God must equipted himself first with the Word of God and always give a place to the Holy Spirit to dwell in him because by the Holy Spirit  a person can able to control himself, suffer patiently and carry out his ministry to the end. Being a Servant of God has qualifications in 1 Tim. 3: 2 Paul says that as a servant of God it must be "blameless." The blameless nature comes from the word anepilhmpton  (anepilemton) which implies the fact that a servant should be someone who is no doubt about the character and sound knowledge of the Bible.Abstrak: Nas 2 Timotius 4: 1-5 menjelaskan tugas seorang hamba Tuhan. Bentuk tugas dan panggilan yang dimaksudkan adalah meliputi tugas dan panggilan untuk selalu memberitakan Injil, baik atau tidak baik waktunya, menegur dan menasihati yang sala,h serta memberikan pengajaran yang sehat. Tugas pemberitaan Injil merupakan tugas panggilan pelayanan bagi semua orang percaya. Tugas ini harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh kesabaran.  Hamba Tuhan harus berani menyatakan kebenaran kepada siapapun termasuk kepada para penguasa.  Tetapi sebelum melaksanakan tugas itu hamba Tuhan harus terlebih dahulu membekali diri dengan Firman Tuhan dan senantiasa memberi tempat kepada Roh Kudus untuk berdiam dalam dirinya sebab oleh Roh Kuduslah seseorang mampu menguasai diri, sabar menderita dan  dapat menunaikan tugas pelayanan sampai akhir. Menjadi hamba Tuhan memiliki kualifikasi dalam  1 Tim. 3:2 Paulus mengatakan bahwa sebagai pelayan Tuhan itu harus “tidak bercacat.” Sifat yang tak bercacat berasal dari kata anepilhmpton (anepilemton) yang menyiratkan fakta bahwa seorang pelayan seharusnya adalah seorang yang tidak lagi diragukan karakter serta pengetahuan Alkitab yang sehat.
Pandangan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Terhadap Budaya Dalam Konteks Masyarakat Jawa Uri Christian Sakti Labeti
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.190

Abstract

Gereja Kristen Jawa (GKJ) adalah gereja yang lahir buah penginjilan para misionaris Barat (dalam hal ini Belanda) di tanah Jawa. Peri kehidupan bergereja diatur sedemikian rupa berdasar dogma gereja Belanda. Latar belakang tersebut menyebabkan GKJ tercerabut dari akar budaya sehingga segala praktik yang berkaitan dengan adat istiadat Jawa tidak diizinkan masuk wilayah pelayanan gereja.Sejarah tersebut menjadi data kajian dalam tulisan ini sehingga tampak wajah baru GKJ yang pada akhirnya menerima budaya sebagai bagian integral pelayanan gereja. Kajian dari perspektif sejarah menunjukkan kehidupan GKJ yang mengalami perubahan paradigma khususnya terkait budaya. Analisis atas fenomena GKJ menghasilkan deskripsi autentik landasan GKJ membuka paradigma praktik bergereja sehingga menerima budaya menjadi bagian integral pelayanan gereja. Melalui paradigmanya yang baru, GKJ semakin berbenah dan semakin terbuka dalam memanifestasikan budaya Jawa sebagai kekuatan gereja untuk menghadirkan diri menjadi bagian holistik masyarakat Jawa.

Page 3 of 32 | Total Record : 312