Purwonugroho, Daniel Pesah
Pascasarjana Sekolah Tinggi Teologi Baptis Semarang

Published : 50 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Janji Pemulihan Israel dalam Kitab Zefanya: Refleksi Teologi Kovenan Daniel Pesah Purwonugroho; Sonny Eli Zaluchu
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 1 (2019): September 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i1.21

Abstract

The God of the Israelites is a God of covenants that bind covenants with humanity. Agreement between them has a binding nature to one another. Throughout the history of the Israelites recorded in the Old Testament, God often spoke through His prophets. God delivered a special message about the lives of the Israelites and also what He promised them through these prophets. All messages in the Old Testament and the prophetic books refer to a conditional Covenant. On the one hand, God pursues and punishes, but on the other hand, He restores. The Covenant theology reveals God's intention to punish and repair that is manifested in Christ's mission. This paper analyzes the implementation of the covenant theology in the ministry of the Prophet Zephaniah through the study of literature and sees its implementation for the presence of Christ in the world.Abstrak: Allah adalah Allah perjanjian yang mengikat perjanjian kepada umat manusia. Perjanjian yang terjalin antara Allah dengan manusia memiliki sifat yang sangat mengikat. Di dalam kehidupan bangsa Israel yang terekam sepanjang kitab Perjanjian Lama, Allah bersabda melalui nabi nabiNya. Allah memberikan pesan secara spesifik perihal kehidupan bangsa Israel dan juga apa yang menjadi janjiNya kepada mereka. Seluruh pesan Perjanjian Lama dan khususnya kitab Nabi-nabi mengarah pada satu perjanjian atau kovenan bersyarat. Pada satu sisi, Allah menuntut dan menghukum tetapi pada sisi lain, Allah memulihkan. Teologi kovenan menampilkan maksud Allah untuk menghukum dan memulihkan yang tergambar di dalam misi Kristus. Tulisan ini menganalisis implementasi Teologi kovenan di dalam pelayanan Nabi Zefanya melalui studi literatur dan  melihat implementaisnya bagi kehadiran Kristus di dunia. 
Janji Pemulihan Israel dalam Kitab Zefanya: Refleksi Teologi Kovenan Daniel Pesah Purwonugroho; Sonny Eli Zaluchu
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 1 (2019): September 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i1.21

Abstract

The God of the Israelites is a God of covenants that bind covenants with humanity. Agreement between them has a binding nature to one another. Throughout the history of the Israelites recorded in the Old Testament, God often spoke through His prophets. God delivered a special message about the lives of the Israelites and also what He promised them through these prophets. All messages in the Old Testament and the prophetic books refer to a conditional Covenant. On the one hand, God pursues and punishes, but on the other hand, He restores. The Covenant theology reveals God's intention to punish and repair that is manifested in Christ's mission. This paper analyzes the implementation of the covenant theology in the ministry of the Prophet Zephaniah through the study of literature and sees its implementation for the presence of Christ in the world.Abstrak: Allah adalah Allah perjanjian yang mengikat perjanjian kepada umat manusia. Perjanjian yang terjalin antara Allah dengan manusia memiliki sifat yang sangat mengikat. Di dalam kehidupan bangsa Israel yang terekam sepanjang kitab Perjanjian Lama, Allah bersabda melalui nabi nabiNya. Allah memberikan pesan secara spesifik perihal kehidupan bangsa Israel dan juga apa yang menjadi janjiNya kepada mereka. Seluruh pesan Perjanjian Lama dan khususnya kitab Nabi-nabi mengarah pada satu perjanjian atau kovenan bersyarat. Pada satu sisi, Allah menuntut dan menghukum tetapi pada sisi lain, Allah memulihkan. Teologi kovenan menampilkan maksud Allah untuk menghukum dan memulihkan yang tergambar di dalam misi Kristus. Tulisan ini menganalisis implementasi Teologi kovenan di dalam pelayanan Nabi Zefanya melalui studi literatur dan  melihat implementaisnya bagi kehadiran Kristus di dunia. 
Janji Pemulihan Israel dalam Kitab Zefanya: Refleksi Teologi Kovenan Daniel Pesah Purwonugroho; Sonny Eli Zaluchu
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 1 (2019): September 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i1.21

Abstract

The God of the Israelites is a God of covenants that bind covenants with humanity. Agreement between them has a binding nature to one another. Throughout the history of the Israelites recorded in the Old Testament, God often spoke through His prophets. God delivered a special message about the lives of the Israelites and also what He promised them through these prophets. All messages in the Old Testament and the prophetic books refer to a conditional Covenant. On the one hand, God pursues and punishes, but on the other hand, He restores. The Covenant theology reveals God's intention to punish and repair that is manifested in Christ's mission. This paper analyzes the implementation of the covenant theology in the ministry of the Prophet Zephaniah through the study of literature and sees its implementation for the presence of Christ in the world.Abstrak: Allah adalah Allah perjanjian yang mengikat perjanjian kepada umat manusia. Perjanjian yang terjalin antara Allah dengan manusia memiliki sifat yang sangat mengikat. Di dalam kehidupan bangsa Israel yang terekam sepanjang kitab Perjanjian Lama, Allah bersabda melalui nabi nabiNya. Allah memberikan pesan secara spesifik perihal kehidupan bangsa Israel dan juga apa yang menjadi janjiNya kepada mereka. Seluruh pesan Perjanjian Lama dan khususnya kitab Nabi-nabi mengarah pada satu perjanjian atau kovenan bersyarat. Pada satu sisi, Allah menuntut dan menghukum tetapi pada sisi lain, Allah memulihkan. Teologi kovenan menampilkan maksud Allah untuk menghukum dan memulihkan yang tergambar di dalam misi Kristus. Tulisan ini menganalisis implementasi Teologi kovenan di dalam pelayanan Nabi Zefanya melalui studi literatur dan  melihat implementaisnya bagi kehadiran Kristus di dunia. 
Janji Pemulihan Israel dalam Kitab Zefanya: Refleksi Teologi Kovenan Daniel Pesah Purwonugroho; Sonny Eli Zaluchu
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 1 (2019): September 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i1.21

Abstract

The God of the Israelites is a God of covenants that bind covenants with humanity. Agreement between them has a binding nature to one another. Throughout the history of the Israelites recorded in the Old Testament, God often spoke through His prophets. God delivered a special message about the lives of the Israelites and also what He promised them through these prophets. All messages in the Old Testament and the prophetic books refer to a conditional Covenant. On the one hand, God pursues and punishes, but on the other hand, He restores. The Covenant theology reveals God's intention to punish and repair that is manifested in Christ's mission. This paper analyzes the implementation of the covenant theology in the ministry of the Prophet Zephaniah through the study of literature and sees its implementation for the presence of Christ in the world.Abstrak: Allah adalah Allah perjanjian yang mengikat perjanjian kepada umat manusia. Perjanjian yang terjalin antara Allah dengan manusia memiliki sifat yang sangat mengikat. Di dalam kehidupan bangsa Israel yang terekam sepanjang kitab Perjanjian Lama, Allah bersabda melalui nabi nabiNya. Allah memberikan pesan secara spesifik perihal kehidupan bangsa Israel dan juga apa yang menjadi janjiNya kepada mereka. Seluruh pesan Perjanjian Lama dan khususnya kitab Nabi-nabi mengarah pada satu perjanjian atau kovenan bersyarat. Pada satu sisi, Allah menuntut dan menghukum tetapi pada sisi lain, Allah memulihkan. Teologi kovenan menampilkan maksud Allah untuk menghukum dan memulihkan yang tergambar di dalam misi Kristus. Tulisan ini menganalisis implementasi Teologi kovenan di dalam pelayanan Nabi Zefanya melalui studi literatur dan  melihat implementaisnya bagi kehadiran Kristus di dunia. 
Menggabungkan nilai IQ, SQ, EQ, dan DQ dalam Pengajaran Kristen dengan Metode Story-telling Leiwakabessy, Tabita; Purwonugroho, Daniel Pesah
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 6, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen (Februari 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v6i1.257

Abstract

Kekurangan dan kesulitan di sekolah-sekolah Kristen selalu terjadi karena serta kurang memadainya penerapan ajaran Kristen. Permasalahan sering muncul akibat dari kurangnya fungsi keluarga menjadi tempat refleksi untuk membentuk kepribadian yang bercirikan nilai-nilai Kristiani yang dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan nilai intelektual anak. Tujuan dari penulian ini untuk menggabungkan nilai IQ, SQ, EQ dan DQ dalam norma dan pengajaran Kristen melalui metode story-telling. Tulisan ini dirancang dengan menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan pendekatan studi pustaka, Maka dapat disimpulkan bahwa metode story-telling dalam norma dan pengajaran Kristen dibutuhkan untuk mengembangkan nilai IQ, SQ, EQ dan DQ. Hubungan IQ, SQ, EQ dan DQ menjadi sangat penting dalam pengajaran Kristen.
Eksplorasi Kecerdasan Spiritual dalam Kehidupan Rohani Jemaat: Perspektif Kasih Allah dalam Efesus 3:18-19 Purwonugroho, Daniel Pesah
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 6, No 2 (2024): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen - Agustus 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v6i2.292

Abstract

Spiritual intelligence is the intelligence required by every believer. Spiritual intelligence is rooted in the spiritual reality within the life of the congregation. Spiritual intelligence in the spiritual life of the congregation can be explored when the congregation realizes the great and miraculous love of God. Ephesians 3:18-19 provides a description of the great and noble dimensions of God's love. God's love serves as the foundation for the congregation to build their spiritual life upon. As the congregation develops a true understanding of God's love according to Ephesians 3:18-19, exploration of spiritual intelligence within the spiritual life of the congregation can occur, resulting in an enhancement of the congregation's spiritual life. Through a descriptive qualitative approach, it can be concluded that spiritual intelligence in the spiritual life of the congregation can be explored to experience enhancement with the foundation of understanding God's love in Ephesians 3:18-19. Understanding God's love in Ephesians 3:18-19 can lead the congregation to explore spiritual intelligence in the spiritual life of the congregation.AbstrakArtikel ini dibuat untuk mengeksplorasi kecerdasan spiritual dalam kehidupan jemaat dalam perspektif kasih Allah di Efesus 3:18-19. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dibutuhkan setiap orang percaya. Kecerdasan spiritual didasarkan kepada realitas rohani di dalam kehidupan jemaat. Kecerdasan spiritual dalam kehidupan rohani jemaat dapat dieksplorasi saat jemaat menyadari tentang kasih Allah yang besar dan ajaib. Efesus 3:18-19 memberikan sebuah deskripsi dimensi kasih Allah yang agung dan mulia. Kasih Allah menjadi dasar bagi jemaat untuk membangun kehidupan rohani. Saat jemaat membangun pemahaman yang benar akan kasih Allah sesuai dengan Efesus 3:18-19, eskplorasi kecerdasan spiritual jemaat dapat terjadi sehingga mengalami peningkatan di dalam kehidupan rohani jemaat. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual dalam kehidupan rohani jemaat dapat dieksplorasi untuk mengalami peningkatan dengan fondasi pemahaman kasih Allah dalam Efesus 3:18-19. Pemahaman kasih Allah dalam Efesus 3:18-19 dapat membawa jemaat mengeksplorasi kecerdasan spiritual dalam kehidupan rohani jemaat.
Peran Gereja Dalam Membangun Keimanan Gen Y & Z Pada Era Revolusi Industri 4.0 & Society 5.0 Purwonugroho, Daniel Pesah
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 3 (2023): RITORNERA JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i3.75

Abstract

The faith of Generation Y Z in the midst of the 4.0 and 5.0 industry revolutions is the focal point of this research. The profound and massive phenomenon of the 4.0 Society 5.0 revolutions directly impacts Generation Y Z. These generations are the ones who directly engage with the technological advancements in this phenomenon. The church is called upon to nurture the faith of Generation Y Z in facing the challenges posed by the 4.0 Society 5.0 revolutions. Additionally, the church is called upon to equip Generation Y Z to actualize themselves within this phenomenon. Using a qualitative descriptive model, the role of the church in building the faith of Generation Y Z in the era of the 4.0 Society 5.0 revolutions can be examined. This research aims to benefit Generation Y Z by helping them withstand the adverse effects of the 4.0 Society 5.0 revolutions. Simultaneously, it aims to benefit the church by enabling it to foster the faith of Generation Y Z in confronting the 4.0 Society 5.0 revolutions.AbstrakKeimanan generasi Y Z di dalam revolusi industry 4.0 5.0 adalah alasan penelitian ini dibuat. Fenomena revolusi industry 4.0 Society 5.0 yang sedang terjadi dengan sangat amat massif memiliki dampak langsung kepada generasi Y Z. Generasi Y Z adalah generasi yang langsung berinteraksi dengan kecanggihan teknologi dalam fenomena tersebut. Gereja dipanggil untuk membangun keimanan generasi Y Z dalam menghadapi fenomena revolusi industry 4.0 society 5.0. Gereja juga dipanggil untuk memperlengkapi generasi Y Z agar dapat mengaktualisasikan dirinya dalam fenomena tersebut. Dengan menggunakan model kualitatif deskriptif, peran gereja dalam membangun keimanan generasi Y generasi Z pada era revolusi industry 4.0 society 5.0 dapat diteliti. Hal ini membawa manfaat bagi generasi Y Z agar dapat bertahan dari dampak buruk revolusi industry 4.0 society 5.0 serta membawa manfaat bagi gereja agar dapat membangun keimanan generasi Y Z dalam menghadapi revolusi industry 4.0 Society 5.0.
Harmoni dalam Penderitaan: Pemahaman Teodisi melalui Roma 8:28 dalam Kehidupan Rohani Jemaat Purwonugroho, Daniel Pesah
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 2 (2024): Ritornera Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i2.92

Abstract

AbstractThis paper aims to explore the harmony within suffering through the understanding of theodicy from the perspective of Romans 8:28 for the spiritual life of the congregation. Theodicy is a concept that reconciles the existence of a benevolent God with the suffering and hardships faced by humanity. Theodicy can also be understood and explored through the Bible. Romans 8:28 provides a framework of thinking about theodicy that benefits the spiritual life of the congregation. Romans 8:28 affirms God's involvement in various human situations and conditions to bring about positive outcomes in human life. Theodicy from the perspective of Romans 8:28 can have both theological and practical implications for the life of the congregation. Through a qualitative descriptive approach, the author seeks to explore the understanding of theodicy through Romans 8:28 and its correlation with the spiritual life of the congregation. The author asserts that understanding theodicy through Romans 8:28 will bring about a harmony in suffering that has a significant impact on the spiritual life of the congregation.Keywords: Harmony, Suffering, Theodicy, Romans 8:28AbstrakTulisan ini dirangkai untuk mengeksplorasi harmoni di dalam penderitaan melalui pemahaman teodisi dalam perspektif Roma 8:28 bagi kehidupan rohani jemaat. Teodisi merupakan konsep yang mendamaikan eksistensi Allah yang baik di dalam penderitaan dan masa sukar yang dihadapi oleh manusia. Teodisi juga dapat dipahami dan dieksplorasi melalui Alkitab. Roma 8:28 memberikan kerangkan berpikir tentang teodisi yang memberikan manfaat bagi kehidupan rohani jemaat. Roma 8:28 menegaskan tentang Allah yang terlibat di dalam berbagai macam situasi dan kondisi manusia untuk memberikan keuntungan yang positif dalam kehidupan manusia. Teodisi dalam perspektif Roma 8:28 dapat memberikan implikasi baik secara teologis maupun secara praktis di dalam kehidupan jemaat. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, penulis mencoba untuk menjelajahi pemahaman teodisi melalui Roma 8:28 dan korelasinya bagi kehidupan rohani jemaat. Penulis menegaskan bahwa pemahaman teodisi melalui Roma 8:28 akan mendatangkan sebuah harmoni dalam penderitaan yang berdampak signifikan dalam kehidupan rohani jemaat.Kata kunci : Harmoni, Penderitaan, Teodisi, Roma 8:28
Menggali Transformasi Kehidupan Jemaat: Pendekatan Kecerdasan Spiritual dalma Konteks 2 Korintus 5:17 Nugroho, Binuko Edi; Purwonugroho, Daniel Pesah
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen (April 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52879/didasko.v4i1.113

Abstract

Change is an inevitable part of human life. Life transformation is necessary for every individual to face changes and not be influenced by their negative impacts. From a Christian perspective, life transformation is essential for Christian congregations. Life transformation from a Christian perspective must have the right trigger. That trigger is spiritual intelligence that is based on the Bible. In the Bible, the life transformation of believers is described in 2 Corinthians 5:17. The application of spiritual intelligence in the lives of Christian congregations aims to make the character of Christ increasingly evident. With the transformation of life that occurs, Christian congregations can be wiser in using the existing technology to glorify God. By using descriptive qualitative methods, it can be concluded that the life transformation of Christian congregations can occur when spiritual intelligence based on 2 Corinthians 5:17 can be applied in the lives of Christian congregations. 2 Corinthians 5:17 explains the meaning of life transformation as a result of the redemption of Jesus Christ. Building spiritual intelligence correctly according to the truth of the Bible in 2 Corinthians 5:17 will bring Christian congregations to experience positive life transformation.AbstrakPerubahan adalah hal yang pasti terjadi di dalam kehidupan manusia. Transformasi kehidupan diperlukan manusia dalam menghadapi perubahan secara positif. Dalam perspektif Kristen, transformasi kehidupan sangatlah penting dan memerlukan pertolongan firman Tuhan sehingga perubahan yang dihasilkan fondasional dalam mengembangkan kecerdasan spiritual yang sesuai dengan ajaran Alkitab. 2 Korintus 5:17 merupakan salah satu konsep transformasi yang mendasar di dalam Alkitab. Paulus mendorong jemaat untuk menginternalisasi penggilan untuk menjadi ciptaan baru dimana integrasi kehidupan dan karakter Kristus merupakan fondasi di dalamnya. Dengan metode kualitatif deskriptif penelitian ini akan mendekati konsep transformasi kehidupan tersebut secara mangkus untuk menolong umat berdialektika secara kontekstual dan kita sebagai para pembaca pada masa kini dapat menarik pelbagai simpul penalaran serta penerapan bagi kehidupan umat pada masa kini.  Makna transformasi di dalam 2 Korintus 5:17 dijelaskan sebagai hasil dari penebusan Yesus Kristus. Pembangunan kecerdasan spiritual dengan benar sesuai dengan kebenaran Alkitab dalam ayat 2 Korintus 5:17 akan membawa jemaat Kristen mengalami transformasi kehidupan yang positif.
Kecerdasan Spiritual dalam Konteks Pengajaran Kristen: Memahami Efek Pencerahan Rohani melalui Narasi Efesus 1:17-18 Leiwakabessy, Tabita; Purwonugroho, Daniel Pesah
MANTHANO: Jurnal Pendidikan Kristen Vol. 3 No. 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55967/manthano.v3i1.55

Abstract

Abstract: Spiritual intelligence is an intelligence highly needed by learners. Spiritual intelligence is the highest intelligence, and it can shape the personality, motivation, and mental strength of learners. From a Christian faith perspective, spiritual intelligence can be nurtured through Biblical narratives as teaching material. Ephesians 1:17-18 is a teaching material that can enhance learners' spiritual intelligence. This teaching material is also delivered through storytelling technique. Storytelling is a teaching technique to make learners experience imaginative effects and enable them to extract values from the teaching material without feeling lectured. Storytelling heavily relies on the competence of the teacher. Teachers can combine storytelling with various tools to create imaginative effects so that learners' spiritual intelligence can be achieved. Using a qualitative-descriptive method, the author concludes that Ephesians 1:17-18 is the appropriate teaching material to be presented through storytelling to enhance learners' spiritual intelligence. Ephesians 1:17-18 narrates how the Ephesian church realizes their existence in Jesus, which leads them to experience spiritual enlightenment and have an impact on their personal lives. The same can happen to learners if Ephesians 1:17-18 is applied through storytelling to enhance each learner's spiritual intelligence. Abstrak: Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sangat dibutuhkan peserta didik. Kecerdasan spritiual adalah kecerdasan tertinggi dan kecerdasan spiritual dapat membentuk kepribadian, motivasi dan kekuatan mental peserta didik. Dalam perspektif iman Kristen, kecerdasan spiritual dapat dibentuk dengan kisah Alkitab sebagai materi ajar. Efesus 1:17-18 adalah materi ajar yang dapat meningkatkan kecerdasan spiritual peserta didik. Materi ajar tersebut juga disampaikan dengan teknik story-telling. Story-telling adalah sebuah teknik mengajar untuk membawa peserta didik mengalami efek imajinatif dan membuat peserta didik dapat mengambil value yang berasal dari bahan ajar tanpa merasa digurui. Story-telling sangat amat bergantung dengan kompetensi pengajar. Pengajar dapat menggabungkan story-telling dengan berbagai alat untuk menciptakan efek imajinatif agar kecerdasan spiritual peserta didik dapat dicapai. Dengan menggunakan metode kualitatif-deskriptif,  penulis menyimpulkan bahwa Efesus 1:17-18 adalah bahan ajar yang tepat untuk dibawakan secara story-telling demi meningkatkan kecerdasan spiritual peserta didik. Efesus 1:17-18 menceritakan tentang bagaimana jemaat Efesus menyadari keberadaan mereka di dalam Yesus yang membuat jemaat Efesus mengalami pencerahan spiritual dan memberikan dampak dalam kehidupan pribadi masing-masing. Hal tersebut juga dapat terjadi kepada peserta didik apabila menerapkan Efesus 1:17-18 dengan story-telling untuk meningkatkan kecerdasan spiritual masing-masing peserta didik.