cover
Contact Name
David Alinurdin
Contact Email
veritas@seabs.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
veritas@seabs.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan
ISSN : 14117649     EISSN : 26849194     DOI : -
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan is a peer-reviewed and open-access journal published semiannually (June and December) by Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary), Malang City, East Java, Indonesia. The journal specializes in evangelical theology that focuses on the novelty in biblical studies, systematic theology, and practical theology, contributing to theological studies and ecclesial ministry. Manuscripts submitted for publication in this journal include quantitative or qualitative field research findings, conceptual and critical studies, exegesis or exposition material, case studies, and other forms of original thought in the broad scope of theological research, supported with academic references that are adequate, robust, and accurate.
Articles 413 Documents
Teologi dan Praksis Keadilan dalam Kitab Taurat Mamahit, Ferry Yefta
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 11 No 1 (2010)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.112 KB)

Abstract

“Jauh panggang dari api.” Ini adalah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan realitas keadilan sehari-hari di Indonesia. Keadilan sebagai cita-cita bersama bangsa ini, yang tertuang secara sophisticated dalam Pancasila—sebagai konstitusi tertinggi negara, hanya tinggal idealisme yang sangat jauh dari pengejawantahannya. Nilai-nilai utama keadilan dalam Pancasila, seperti persatuan, kebebasan, kesederajatan, dan kekeluargaan, hampir menjadi seperti “sampah,” tak ada arti apa-apa lagi di negara ini. Indikator yang paling jelas dan nyata tentang kesenjangan ini adalah ketika ada (banyak?) warga negara Indonesia, khususnya yang miskin, terpinggirkan dan tertindas, yang masih tak terjamin hak-haknya secara hukum, sosial, politik, dan ekonomi. Celakanya, realitas ketidakadilan ini selalu hanya menjadi bahan tontonan dan obrolan yang nikmat dari masyarakat dari waktu ke waktu. Namun, bagi TUHAN, masalah ketidakadilan bukan untuk ditonton dan diobrolkan, melainkan untuk dicari jawabannya. Melalui Kitab Taurat, TUHAN menyatakan “keadilan ilahi” kepada umat-Nya, orang-orang Israel, untuk dibaca, dipahami, dan dilakukan dengan setia. Desain awal Allah bagi umat-Nya adalah menjadikan mereka umat yang berkeadilan. Karena itu, Kitab Taurat menyediakan semacam cetakbiru sosial (social blueprint) yang selamanya menjadi acuan (model) bagi tatanan masyarakat yang ideal. Jatuh bangunnya umat Allah (Israel dan Gereja) bergantung pada berapa sesuainya hidup mereka dengan model tersebut. Lalu, apa dan bagaimanakah sesungguhnya teologi dan praksis keadilan di dalam kitab Taurat itu?
Membuat Aplikasi Khotbah yang Efektif Kosasih, Andri
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 11 No 2 (2010)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.836 KB)

Abstract

Artikel ini ditulis dengan ... penekanan pada “mengapa” dan “bagaimana” membuat aplikasi khotbah. Penulis berasumsi bahwa setiap pembaca artikel ini adalah para rohaniwan yang setidaknya pernah mendapatkan pelajaran homiletika dasar tatkala menempuh studi teologi di seminari atau sekolah tinggi teologi. Tulisan ini dibuat sepraktis mungkin tanpa bermaksud meniadakan bobot akademisnya sama sekali, sehingga setidaknya bisa memberikan “solusi pertama” bagi para hamba Tuhan yang rutin berkhotbah di gereja masing-masing dalam membuat aplikasi khotbah.
Identitas dan fungsi dari Para Nabi di dalam Kitab Tawarikh Maleachi, Martus Adinugraha
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 11 No 2 (2010)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.239 KB)

Abstract

Tawarikh adalah sebuah kitab yang ditulis pada zaman pascapembuangan. Walaupun penulis kitab Tawarikh (selanjutnya disingkat Chr) memakai materi sejarah yang sama dengan kitab Samuel dan Raja-raja, penulis melakukan beberapa perubahan untuk menyampaikan pesannya kepada umat Allah yang kembali dari pembuangan. Di satu pihak hal ini memberikan kesempatan kepada kita untuk melihat bagaimana umat Allah di dalam masa pascapembuangan mengerti pesan dari kitab-kitab yang dikutip oleh Chr. Di lain pihak, hal ini juga menimbulkan hal-hal yang perlu dikaji lebih dalam. Salah satu hal yang menarik untuk dibahas adalah apakah Chr memiliki pengertian yang sama dengan kitab Samuel-Raja-raja tentang identitas dan fungsi para nabi, khususnya setelah runtuhnya kerajaan Daud. Tulisan ini berpendapat bahwa Chr memiliki konsep yang sama mengenai fungsi kenabian dengan kitab Samuel-Raja-raja. Fokus dari pembahasan adalah karya dari dua orang ahli yakni Newsome dan Schniedewind, sedangkan metodologi yang dipakai adalah perbandingan antara kitab Samuel-Raja-raja dan Tawarikh.
Perhentian Hari Sabat: Makna dan Aplikasinya bagi Orang Kristen Fu, Timotius
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 11 No 2 (2010)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.434 KB)

Abstract

“Hari Sabat” adalah salah satu tema yang utama dan kontroversial di dalam dunia kekristenan. Dikatakan utama, karena tema ini adalah salah satu perintah dalam Dekalog; kontroversial, karena tema ini memiliki muatan teologis yang kental sehingga dari tema ini muncul pengajaran yang sangat beragam, bahkan cenderung saling bertolak belakang. Di ujung yang satu terdapat kelompok orang Kristen yang mengabaikannya karena menganggap hari Sabat sama sekali tidak ada relevansinya dengan Kristen hari ini. Di ujung yang berbeda terdapat kelompok lain yang menerapkan pendekatan makna literal terhadap tema ini sehingga mengelompokkan orang-orang yang gagal menjalankan perintah tentang hari Sabat ke dalam kumpulan orang yang akan menerima hukuman kekal dalam api neraka. Sedangkan di tengah-tengah kedua kubu terdapat kelompok orang Kristen yang menerapkan perintah ini secara tersirat. Perbedaan pengertian dan penerapan di atas bermuara pada penafsiran makna dari tema hari Sabat di dalam Alkitab. Untuk itu, makalah ini akan menyorot makna-makna teologis dari tema ini berdasarkan prinsip-prinsip teologia biblika dengan pendekatan tematis. Di akhir makalah ini akan ditampilkan implikasi dari makna biblika tentang hari Sabat sebagai bahan rujukan untuk penerapan perintah keempat Dekalog ini bagi orang Kristen yang hidup di zaman anugerah.
Integrasi Spiritualitas dan Kapabilitas Kepemimpinan Gereja Tionghoa Lim, Alex
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 11 No 2 (2010)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.299 KB)

Abstract

Sejarah perjalanan gereja-gereja Tionghoa di Indonesia hampir mencapai satu abad, namun ditinjau dari aspek spiritualitas dan ke-pemimpinan tampaknya belum terlihat signifikan, baik dari segi kualitas spiritualnya maupun dalam hal kapabilitas kepemimpinan. Citra kepemimpinan spiritual dalam gereja-gereja Tionghoa menghadapi krisis yang cukup memprihatinkan. Beberapa faktor yang menyebabkan hilangnya kepercayaan jemaat terhadap kepemimpinan gereja Tionghoa mencakup masalah spiritual, kapabilitas, integritas dan penyalahgunaan kuasa kepemimpinan itu sendiri. Masalah spiritual adalah kepemimpinan yang tidak memiliki korelasi dengan kehidupan spiritualitasnya, sehingga pemimpin kehilangan pengaruh spiritualitasnya. Gejala ini timbul karena terjadinya missing link antara aspek spiritual dan kepemimpinan. Dampaknya, para pemimpin mempraktikkan kepemimpinan yang tidak spiritual, yang tidak ada bedanya dengan kepemimpinan sekular. Kapabilitas pemimpin dalam gereja lokal terlihat pada aspek kurang terampilnya seorang pemimpin, baik pada segi kemampuan memimpin maupun kemampuan berorganisasi. Ditemukan adanya pemimpin gereja yang kurang kapabilitasnya namun ditempatkan pada posisi penting dan strategis, serta ada yang terpilih bukan karena kapabilitasnya, tetapi karena kapasitas ekonominya yang mapan. Tujuan penulisan ini diharapkan dapat menciptakan kepemimpinan Kristen yang integratif antara aspek spiritualitas dan kapabilitas, agar dapat menghasilkan kepemimpinan yang alkitabiah; spiritual, fungsional, profesional, dinamis, dan efektif.
Formasi Spiritual Martin Luther dan Perwujudannya dalam Gereja-Gereja Injili di Indonesia Mulia, Hendra G.
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 11 No 2 (2010)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.168 KB)

Abstract

ulisan ini mencoba untuk memberi saran bagaimana gereja dapat mengerjakan formasi spiritual. Untuk ini kita akan lebih dahulu menelusuri formasi spiritual Martin Luther sebagai tokoh pencetus Reformasi. Dasar yang diletakkannya menjadi pola pembentukan kerohanian yang dikerjakan oleh gereja-gereja Protestan di kemudian hari, seperti dituliskan oleh F. Richter: All the important developments that have ever sprung from Protestantism over the centuries can ultimately be traced back to Luther’s thinking. All the tendencies that Protestantism has ever espoused are either explicitly or implicitly present in Luther. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, hal yang Luther ingin wujudkan dalam formasi spiritualnya tereduksi, sehingga apa yang kita jalankan pada saat ini tidak mencakup keseluruhan aspek yang dikembangkan oleh Luther. Hal inilah yang ingin kita kembalikan dalam formasi spiritual yang dikerjakan oleh gereja.
Tipe Orang yang Berpotensi Menjadi Ekstrem Teologinya Lukito, Daniel Lucas
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 11 No 2 (2010)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.074 KB)

Abstract

Pada artikel ini saya akan memetakan beberapa tipe orang yang menurut saya berpotensi mengembangkan sejenis teologi yang ekstrem. Penyebutan tipe tersebut tidak dimaksudkan sebagai stigmatisasi atau labelisasi terhadap pribadi tertentu yang mungkin mempunyai kemiripan pada konteks gereja atau lingkungan masing-masing. Tentu saja saya akan memberikan contoh kasus dari data Alkitab dan contoh kekinian. Harapan penulis adalah kiranya kita sama-sama belajar memeriksa diri atau memeriksa kecenderungan pada pikiran kita sendiri, supaya semakin hari kita menjadi semakin baik sesuai dengan firman Tuhan, bukan sebaliknya.
Tinjauan terhadap Pandangan Choan-Seng Song Mengenai Sejarah Keselamatan (Heilsgeschichte) Yahya, Pancha W.
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 12 No 1 (2011)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.951 KB)

Abstract

Tidak ada pemikir teologi yang sungguh-sungguh mempelajari tentang misi yang boleh mengabaikan karya Choan-Seng Song, demikian dikatakan oleh Michael S. Moore di dalam artikelnya “A Critical Profile of Choan-Seng Song’s Theology.” Menurut Moore, Song membuat teolog-teolog, khususnya dalam bidang misiologi, memikirkan ulang konsep-konsep yang sangat mendasar mengenai Allah, Kristus, gereja, penciptaan, inkarnasi, dan pembebasan. Oleh sebab pengaruh Song yang besar terhadap dunia teologi, maka artikel ini hanya difokuskan pada teologinya saja dan karena luasnya pemikiran Song serta keterbatasan ruang penulisan, artikel ini hanya akan membahas satu sisi, yaitu pandangannya mengenai sejarah keselamatan (heilsgeschichte). Alasan yang sangat mendasar terhadap pemilihan topik ini adalah karena isu utama dalam teologi Song adalah tanggapannya terhadap sejarah keselamatan, terutama dikaitkan dengan sejarah dan budaya Asia. Menurut Song, pandangan para teolog Kristen bahwa kesinambungan sejarah Israel dan sejarah gereja sebagai bagian yang paling penting dari keselamatan Allah yang berakhir pada akhir zaman, atau yang disebut sebagai sejarah keselamatan (heilsgeschichte) adalah salah. Menurutnya, sejarah Israel dan sejarah gereja hanya merupakan simbol bagaimana Allah menyelamatkan bangsa-bangsa lain. Jadi, bangsa Israel dan gereja bukan satu-satunya pembawa dan saluran penyelamatan Allah. Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian terhadap tulisan-tulisan Choan-Seng Song dan tulisan-tulisan lainnya yang membahas pemikirannya. Artikel ini akan membahas pandangan Song mengenai sejarah keselamatan (heilsgeschichte) dan dasar pemikirannya, tanggapan positif dan negatif terhadap pandangan tersebut dan aplikasinya bagi kekristenan di Indonesia.
Menikmati Surga: Tradisi Mistik dalam Injil Tomas dan Yohanes Sasongko, Nindyo
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 12 No 1 (2011)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.567 KB)

Abstract

Dalam artikel ini, penulis akan menempatkan Injil Tomas dan Yohanes dalam konteks tradisi mistik Yudaisme pada era Bait Suci Kedua. Penulis berpijak pada tesis yang diletakkan oleh B. McGinn dalam karya monumentalnya, The Foundations of Mysticism: Origins to the Fifth Century, bahwa “The mystical element in Christianity is that part of its belief and practices that concerns the preparation for, the consciousness of, and the reaction to what can be described as the immediate or direct presence of God.” Definisi ini sendiri mengindikasikan bahwa di dalam Kristianitas terdapat elemen-elemen mistik, namun hal-hal ini pun dipakai menjadi sarana untuk merespons konteks mistik yang beredar di zamannya. Di satu sisi, penulis mendekat dengan Pagels bahwa kedua injil ditulis dalam tempo yang tidak terlampau berjauhan serta menjawab teka-teki apakah Tomas dan Yohanes merupakan dua injil yang tengah berkonfrontasi. Kendati begitu, di sisi lain, penulis akan lebih menjauh dari Pagels, oleh sebab tidak cukupnya latar belakang yang ia sajikan, terbungkus dengan bias (de)konstruksinya terhadap keyakinan Kristen yang menyejarah. Penulis tidak dapat menerima anjuran Pagels untuk memprioritaskan Tomas ketimbang Yohanes.
Ketegangan Hubungan Yahudi dan Bukan Yahudi dalam Yudaisme Bait Allah Kedua dan dalam Surat Galatia Gunawan, Chandra
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 12 No 1 (2011)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.235 KB)

Abstract

Melalui tulisan ini, penulis ingin memperlihatkan bukti-bukti yang meneguhkan hipotesa bahwa kelompok Yahudi (termasuk yang Kristen) tidak dapat menerima kelompok bukan Yahudi, karena mereka memandang kelompok bukan Yahudi bukan sebagai umat Allah jika tidak disunatkan. Dengan membandingkan apa yang kita lihat dalam masyarakat Yahudi Bait Allah Kedua, kita akan dapat melihat alasan utama dan lebih mendasar dari penolakan lawan Paulus di Galatia (kelompok Kristen Yahudi) untuk menerima status kelompok Kristen bukan Yahudi. Selain itu, kita pun akan membahas persyaratan yang dituntut oleh Yudaisme BAK bagi para simpatisan Yudaisme yang ingin menjadi anggota umat Allah. Melalui pembahasan ini, signifikansi sunat sebagai syarat masuk bagi orang bukan Yahudi ke dalam Yudaisme akan nampak lebih jelas lagi.