cover
Contact Name
UBAIDILLAH
Contact Email
ubaidillah_ft@staff.uns.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jtmi@bkstm.org
Editorial Address
-
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Teknik Mesin Indonesia
ISSN : 1907350X     EISSN : 25977563     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Mesin Indonesia “JTMI” " adalah jurnal ilmiah sains dan teknologi yang diterbitkan oleh Badan Kerjasama Teknik Mesin Indonesia. JTMI meliputi bidang konversi energi, material, desain mekanikal, manufaktur dan otomasi
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Teknik Mesin Indonesia" : 11 Documents clear
Desain, analisis aerodinamika, dan pemodelan mobil mikro berdasarkan antropometri tubuh orang Indonesia Faisal Arif Nurgesang; Muhammad Ridlwan; Yahya Tata Imansyah
Jurnal Teknik Mesin Indonesia Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Teknik Mesin Indonesia
Publisher : Badan Kerja Sama Teknik Mesin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36289/jtmi.v16i1.193

Abstract

Mobil mikro adalah mobil dengan dimensi kecil yang hanya bisa diisi oleh satu atau dua orang saja. Mobil mikro dapat menjadi salah satu alternatif kendaraan pilihan masyarakat guna mengurangi kemacetan dan keterbatasan lahan parkir khususnya di kota-kota besar Indonesia. Kajian ini bertujuan untuk mendesain mobil mikro yang memiliki ukuran kompak dan desain yang menarik. Untuk memperoleh desain terbaik, telah dilakukan kuisioner terhadap tiga buah konsep desain yang diawali dari penentuan dimensi berdasarkan antropometri tubuh orang Indonesia. Dari hasil pemilihan desain yang dilakukan, desain konsep model 2 dan model 3 mendapatkan respon yang positif dari responden yaitu sebesar 38,9% dan 55,6%. Dari kedua desain konsep tersebut dilakukan perbandingan analisis untuk mengetahui nilai drag coefficient, lift coefficient, flow trajectory, surface plot, dan cut plot menggunakan perangkat lunak Solidworks flow simulation. Hasilnya, desain konsep model 2 memiliki nilai coefficient of drag dan coefficient of yang lebih kecil dibandingkan dengan desain konsep 3 yaitu sebesar 0.36 dan 0.08. Selain itu, dilihat dari hasil simulasi flow trajectory, surface plot, dan cut plot, desain konsep 2 juga menunjukkan hasil yang lebih baik dari desain konsep 3 mulai dari tekanan maksimum yang terjadi pada bodi mobil, kecepatan aliran di sekitar bodi mobil, dan jenis aliran yang terbentuk di sekitar bodi mobil dimana desain konsep model 2 alirannya didominasi oleh aliran laminar dan merata setelah melewati bodi belakang mobil sedangkan pada desain konsep 3, aliran udara setelah melewati bodi belakang mobil terpisah menjadi dua bagian dan aliran udara yang terbentuk pada belakang bodi mobil cenderung berputar membentuk aliran turbulen. Sehingga dari kedua desain bodi mobil mikro tersebut dapat disimpulkan bahwa bodi mobil 2 lebih stabil jika dikendarai. Berdasarkan hasil tersebut, desain konsep model 2 diwujudkan dalam sebuah model dengan skala 1:6.25 menggunakan 3D printer.
Karakteristik mekanik honeycomb sandwich komposit fiberglass dengan dimensi cell-pitch 40 mm dan cell height 15 mm Marsono Marsono; Daud Haluk
Jurnal Teknik Mesin Indonesia Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Teknik Mesin Indonesia
Publisher : Badan Kerja Sama Teknik Mesin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36289/jtmi.v16i1.185

Abstract

Material dengan struktur honeycomb sandwich telah banyak dimanfaatkan karena kekuatan strukturnya yang relatif tinggi dengan bobot yang ringan. Material jenis ini cocok digunakan pada mobil hemat energi, yaitu dalam rangka meningkatkan power to weight ratio. Kajian ini dilakukan untuk melanjutkan penelitian sebelumnya dengan inti pembahasan pada kekuatan lentur dan kekakuan panel honeycomb sandwich. Panel honeycomb sandwich yang dibuat dari bahan komposit serat kaca nantinya akan diterapkan untuk chassis monocoque. Beberapa panel honeycomb sandwich dibuat dengan variasi ketebalan dinding sel yang diperoleh dari variasi penerapan lapisan fiberglass, yaitu 1 lapis, 2 lapis dan 4 lapis fiberglass. Ketebalan dinding sel honeycomb dibuat bervariasi untuk melihat perbedaan kekuatan lentur dan kekakuan dari setiap panel honeycomb sandwich. Pengujian lentur yang dilakukan menunjukkan bahwa dinding sel honeycomb dengan 4 lapis fiberglass memberikan kekuatan lentur tertinggi yaitu 2,158 kg/mm2. Kekakuan terbesar juga dicapai pada panel dengan dinding sel honeycomb dengan 4 lapis fiberglass, yaitu 7,41 kg/mm.
Analisa pengaruh variasi arus pengelasan kombinasi SMAW dan GTAW terhadap pengujian kekerasan, kekuatan impak serta pengamatan struktur mikro pada baja JIS SS400 Semuel Desmon; Iwan Nugraha; Ratna Dewi
Jurnal Teknik Mesin Indonesia Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Teknik Mesin Indonesia
Publisher : Badan Kerja Sama Teknik Mesin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36289/jtmi.v16i1.194

Abstract

Sambungan las merupakan bagian sangat penting dalam sebuah kontruksi material yang di dalamnya terdapat parameter-parameter penentu kualitas kekuatan dan ketangguhan material dalam menerima pembebanan tertentu, untuk mendapatkan kualitas maksimal, dicoba untuk mengangkat tema pengelasan kombinasi Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) dengan klasifikasi variasi arus metode pengelasan SMAW 95 A (arus rendah), 110 A (arus sedang), dan 125 A (arus tinggi), sedang pada metode pengelasan GTAW memakai arus 70 A, pada material pelat baja baja JIS SS400 dengan tebal 10 mm. Pada pengamatan struktur mikro dilakukan pada 4 titik bagian HAZ SMAW, HAZ GTAW, weld metal SMAW, dan weld metal GTAW sebagai bagian yang terpengaruh panas terbesar. Hasil uji kekerasan/hardness yang memiliki nilai kekerasan tertiinggi pada based metal adalah plat 1 dengan nilai 78,5 HRB, pada HAZ SMAW kiri adalah plat 3 dengan nilai 78,66 HRB, pada HAZ GTAW kiri adalah plat 3 dengan nilai 77,16 HRB, pada weld metal SMAW adalah plat 1 dengan nilai 82,16 HRB, pada weld metal GTAW adalah plat 1 dengan nilai 83,66 HRB, pada HAZ SMAW kanan adalah plat 3 dengan nilai 78,33 HRB, dan pada HAZ GTAW kanan adalah plat 3 dengan nilai 77,83 HRB. Pada uji impak plat 1 memiliki nilai kekuatan impak sebesar 130,8 J, plat 2 sebesar 139,3 J, dan plat 3 sebesar 103 J.
Perancangan grass cutting machine 4 pisau multifungsi kapasitas 50 kg/jam Yulia Sasmita Angraini; Donny Febrinaldi
Jurnal Teknik Mesin Indonesia Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Teknik Mesin Indonesia
Publisher : Badan Kerja Sama Teknik Mesin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36289/jtmi.v16i1.186

Abstract

Mesin pemotong rumput adalah alat yang digunakan untuk membantu perternakan ruminansia dalam hal penyediaan makanannya. Sebelum pemotongan dilakukan secara manual, yaitu memotong dengan menggunakan parang dan sabit. Cara ini membutuhkan tenaga manusia, waktu yang lama dan produksi yang sedikit. Sistem pencacah rumput ini berawal dari daya yang bersumber dari motor tenaga listrik yang di transmisikan melalui puli dan sabuk untuk memutar poros. Poros akan memutar menggerakan pisau yang akan memotong rumput yang masuk ke dalam cashing, sehingga menghasilkan potongan-potongan yang kecil. Tujuan dari pembuatan kajian ini adalah perencanaan mesin potong macam-macam rumput, merencanakan mesin dan melakukan kajian terhadap kinerja mesin khusus di bidang perternakan. Dari hasil perencanaan mesin ini memiliki dimensi 600 mm x 500 mm x 700 mm. Daya motor yang digunakan 1 HP, diameter poros mesin 25 mm, jumlah pisau potong 4 macam sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan perhitungan yang didapatkan, kapasitas mesin sebesar 49,16785 kg/jam.
Analisis pengaruh arus pengelasan dan urutan pengelasan pada pengelasan pipa orbital terhadap lebar manik las dan distorsi pada pipa baja tahan karat 316L Agus Widyianto; Ario Sunar Baskoro; Gandjar Kiswanto; Muhamad Fathin Ginanjar Ganeswara
Jurnal Teknik Mesin Indonesia Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Teknik Mesin Indonesia
Publisher : Badan Kerja Sama Teknik Mesin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36289/jtmi.v16i1.195

Abstract

Pada studi ini pengaruh dari arus pengelasan dan urutan pengelasan terhadap lebar manik las dan distorsi pada pengelasan pada pengelasan pipa orbital dengan sambungan tumpul pipa SS 316L telah dilakukan. Variasi parameter pengelasan pipa orbital yang digunakan adalah arus pengelasan dan urutan pengelasan. Arus pengelasan yang digunakan adalah 100 A, 110 A dan 120 A, sedangkan urutan pengelasan yang digunakan adalah 1 urutan, 2 urutan, 3 urutan dan 4 urutan. Hasil dari pengelasan akan dianalisis dari lebar manik las luar pipa dan distorsi yang terjadi. Lebar manik las luar pipa dan distorsi diukur menggunakan mikroskop digital dan mikrometer luar. Metode pengukuran diameter sebelum pengelasan dan sesudah pengelasan diterapkan untuk mencari besar distorsi. Hasilnya menunjukkan bahwa menaikan arus pengelasan akan meningkatkan lebar manik las luar pipa dan distorsi, tetapi jika menambah urutan pengelasan akan menurunkan lebar manik las luar pipa dan menaikkan distorsi. Menaikkan arus pengelasan dapat memperlebar manik las hingga 21%, tetapi jika menambah urutan pengelasan dapat mempersempit manik las sampai 18%. Maksimum distorsi aksial, distorsi melintang, keovalan dan ketirusan terjadi pada arus pengelasan 120 A dengan 4 urutan pengelasan masing-masing adalah 445 µm, 300 µm, 195 µm dan 275 µm.
Perancangan dan pembuatan alat penumbuk ketan kapasitas 40 kg/jam dengan menggunakan sistem pneumatik Aldo Dwi Widyanto; Riki Effendi
Jurnal Teknik Mesin Indonesia Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Teknik Mesin Indonesia
Publisher : Badan Kerja Sama Teknik Mesin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36289/jtmi.v16i1.190

Abstract

Di Indonesia sebagai negara agraris mempunyai banyak sumber bahan baku, salah satunya adalah beras ketan putih (Oryza sativa L. var glutinosa) yang terdapat cukup banyak. Beras ketan putih merupakan salah satu makanan yang disukai oleh masyarakat. Selain itu, banyak pengolahan makanan yang berbahan dasar ketan seperti Uli. Seiring dengan perkembangan, maka dari itu dirancang Mesin Penumbuk ketan dengan kapasitas 40 kg/jam dengan menggunakan sistem pneumatik. Metode yang digunakan dalam kajian ini, yaitu dengan mengumpulkan beberapa studi literatur dan analisa, kemudian melakukan perencanaan desain serta perhitungan, analisa (safety of factor) dengan menggunakan software SolidWorks dan menentukan serta memperhitungkan komponen-komponen yang digunakan dengan merealisasikan suatu konsep desain yang sudah dirancang, sehingga mempermudah melakukan pengujian eksperimen. Maka dari itu dirancang mesin penumbuk ketan dengan kapasitas 40 kg/jam untuk meningkatkan efisiensi waktu dalam proses pengerjaann atau penumbukan. Silinder Pneumatik pada sistem ini digunakan untuk menggerakan penumbuk. Dalam pembuatan alat dengan sistem pneumatik ini, digunakan kompresor dengan spesifikasi tekanan 793 kPa, power 1,5 KW. Jika dikerjakan secara manual membutuhkan waktu 1 jam untuk menumbuk ketan dengan kapasitas 0,002 Kg atau sekitar 2 liter. Dengan adanya pembuatan mesin ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi Uli.
Perpindahan panas secara konveksi pada magnetorheological fluid: Review Zeluyvenca Avista; Ubaidillah Ubaidillah; Zainal Arifin; Indri Yaningsih
Jurnal Teknik Mesin Indonesia Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Teknik Mesin Indonesia
Publisher : Badan Kerja Sama Teknik Mesin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36289/jtmi.v16i1.196

Abstract

Magnetorheological fluid (MRF) merupakan cairan magnet yang mempunyai sifat dari cair menjadi hampir padat dibawah medan magnet eksternal. Bahan pembentuk MRF berupa fluida dasar, partikel padat, dan aditif. Review artikel ini difokuskan pada perpindahan panas konveksi yang terjadi dalam MRF. Kajian mengenai perpindahan panas konduksi pada MRF baik simulasi numerik maupun eksperimental sudah banyak dilakukan sebelumnya namun kajian pada perpindahan panas secara konveksi untuk MRF masih sangat jarang ditemukan. Sehingga pada review artikel ini akan dilakukan peninjauan pada ferrofluid, nano fluid dan elektrorheological fluid. Dengan peninjauan pada kajian konveksi di fluida magnet tersebut, maka pada hal serupa juga dapat diterapkan untuk studi mengenai perpindahan panas secara konveksi pada MRF.
Pengaruh panjang trigger magnet pada sistem pengapian terhadap tegangan output pick up coil dan performa mesin sepeda motor 125cc Edy Santoso; Mohammad Burhan Rubai Wijaya
Jurnal Teknik Mesin Indonesia Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Teknik Mesin Indonesia
Publisher : Badan Kerja Sama Teknik Mesin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36289/jtmi.v16i1.191

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi Panjang Trigger magnet terhadap tegangan output pick up coil, pengaruh terhadap konsumsi bahan bakar dan performa pada sepeda motor Supra X 125cc, serta mengetahui pengaruh terhadap emisi gas buang pada sepeda motor Supra X 125cc. Metode yang digunakan adalah eksperimen. Data yang didapatkan menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul setelah diberikan perlakuan selama proses pengambilan data, dengan penyajian data berupa tabel, grafik dan perhitungan rata-rata. Pada proses pengujian ini digunakan alat multimeter digital untuk mengukur tegangan output pick up coil dan Dyno test untuk mengetahui torsi dan daya yang dihasilkan, sedangkan untuk pengujian emisi gas buang digunakan alat gas analyser untuk mengetahui jumlah kadar emisi gas buang yang dihasilkan pada sepeda motor serata pengujian konsumsi bahan bakar menggunakan fuel meter dan jam. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa variasi panjang trigger magnet berpengaruh meningkatkan torsi dan daya pada sepeda motor. Rata-rata peningkatan tegangan output pick up coil yang dihasilkan sebesar 2,27% atau sebesar 0,02 volt, rata-rata peningkatan torsi yang dihasilkan sebesar 4,3% yaitu sebanyak 0,31 N.m, sedangkan rata-rata peningkatan daya sebesar 3,44% yaitu sebanyak 0,29 kW. Hasil yang didapatkan juga menunjukkan bahwa pemasangan variasi panjang trigger magnet berpengaruh menurunkan kadar gas CO dan menurunkan kadar gas HC. Rata-rata penurunan kadar gas CO sebesar 5,26% yaitu sebanyak 0,14% vol sedangkan rata-rata penurunan kadar gas HC sebesar 14,57% yaitu sebanyak 77,5 ppm vol. Rata-rata penurunan konsumsi bahan bakar yang digunakan sebesar 10,43% yaitu sebesar 0,07 kg/jam.
Pengaruh pemasangan mekanisme dynamic vibration absorber (DVA) terhadap reduksi respon getaran transversal pada pipa elbow 90° Wiwiek Hendrowati; Aida Annisa Amin Daman
Jurnal Teknik Mesin Indonesia Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Teknik Mesin Indonesia
Publisher : Badan Kerja Sama Teknik Mesin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36289/jtmi.v16i1.197

Abstract

Getaran berlebihan ke arah tranversal dapat terjadi akibat adanya tekanan pada fluida yang mengalir di dalam pipa. Hal ini sangat mengganggu sistem yang sedang beroperasi. Kajian ini menganalisa reduksi getaran dengan menggunakan DVA pada pipa elbow 90º dalam skala laboratorium, dengan simulasi software dan eksperimen. DVA tersusun dari ring mass – rubber beam - clamp yang dapat meredam getaran pada sistem utama ke arah translasi sumbu X dan Y. Pengamatan dilakukan pada variasi posisi peletakan DVA di Input, Bend dan Output dari pipa elbow 90° serta variasi rasio massa DVA terhadap sistem utama sebesar 1/10,1/20 dan 1/30. Hasil eksperimen dan simulasi menunjukkan bahwa massa DVA yang dapat mereduksi getaran system utama secara optimal yaitu 1/10 dari massa system utama, namun untuk variasi posisi peletakkan DVA menunjukkan hasil yang berbeda antara eksperimen dan simulasi. Pada hasil simulasi, reduksi getaran sebesar 95,63% terjadi dengan variasi peletakkan DVA di Input dan Output. Sedangkan hasil eksperimen, didapatkan pemasangan DVA yang paling efektif pada posisi Input dan Bend arah Y pada pipa elbow 900 dengan rasio massa DVA sebesar 1/10 dari massa utama, dengan reduksi sebesar 56,3%. Hal ini disebabkan karena fluida yang masuk pada pipa elbow 90° akan membentur dinding pipa sehingga menimbulkan getaran yang tinggi. Sedangkan untuk rasio massa DVA 1/20, efektif meredam getaran jika diletakkan pada Bend pipa elbow 90° dengan reduksi sebesar 53,4%.
Analisis komputasi perbandingan temperatur pembakaran boiler menggunakan udara pembakaran konvensional dan pembakaran oxy-fuel Ihsan Budiman; Reza Setiawan; Najmudin Fauji
Jurnal Teknik Mesin Indonesia Vol 16 No 1 (2021): Jurnal Teknik Mesin Indonesia
Publisher : Badan Kerja Sama Teknik Mesin Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36289/jtmi.v16i1.192

Abstract

Pembakaran bahan bakar fosil merupakan penyebab emisi Karbon Dioksida (CO2) terbesar di dunia saat ini. Emisi CO2 sendiri menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global. Boiler merupakan pembangkit uap yang menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara dan gas alam dalam pengoperasiannya. Boiler sendiri umum digunakan pada pembangkit uap utilitas dan pembangkit uap industri. Dalam operasionalnya, boiler konvensional berbahan bakar gas alam menggunakan udara untuk pembakaran yang mana kandungan gas Nitrogen (N2) pada udara biasa mencapai 79% yang melarutkan gas CO2 pada gas pembuangan, sehingga gas CO2 tersebut terbawa ke atmosfer. Beberapa teknologi yang bertujuan untuk mengurangi emisi CO2 diantaranya pre-combustion, post-combustion, dan oxy-fuel combustion. Metode numerik seperti Computational Fluid Dynamics (CFD) digunakan karena teknologi oxy-fuel memiliki keterbatasan dalam penggunaannya di dunia industri dan utilitas, serta membutuhkan biaya pengadaan yang besar. Berdasarkan hasil simulasi didapat temperatur maksimum pada pembakaran konvensional sebesar 1917áµ’C sementara pada pembakaran oxy-fuel temperatur yang dihasilkan sebesar 1857áµ’C. Meskipun begitu, distribusi temperatur pada pembakaran oxy-fuel lebih merata dibandingkan pembakaran konvensional sehingga penyerapan panasnya akan lebih baik. Hal ini dibuktikan melalui grafik perbandingan temperatur pada masing-masing dinding furnace. Hasilnya terjadi penambahan temperatur sebesar 7,8áµ’C pada dinding furnace bagian kiri, 7,7áµ’C pada dinding bagian bawah, 6,6áµ’C pada dinding bagian atas dan 6,2áµ’C pada dinding bagian belakang.

Page 1 of 2 | Total Record : 11