cover
Contact Name
I Komang Mertayasa
Contact Email
kmertayasa19@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
bawiayahfda@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota palangkaraya,
Kalimantan tengah
INDONESIA
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu
ISSN : 20896573     EISSN : 26141744     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Bawi Ayah Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu dengan e-ISSN 2614-1744 dan p-ISSN 2089-6573 adalah jurnal dengan peer-review yang diterbitkan oleh Fakultas Dharma Acarya Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang, Palangka Raya. Diterbitkan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan April dan Oktober. Jurnal ini menerbitkan tinjauan terkini dari hasil pemikiran dan penelitian tentang Pendidikan agama dan kajian budaya dalam Agama hindu.
Arjuna Subject : -
Articles 103 Documents
MEMBANGUN KARAKTER GURU AGAMA HINDU YANG PROFESIONAL DAN DINAMIS DALAM KERANGKA PANCASILAIS NUSANTARA (PERSPEKTIF FILSAFAT HINDU) ketut subagiasta
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 9 No 2 (2018): PENDIDIKAN AGAMA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v9i2.270

Abstract

Guru agama Hindu berperan untuk mengajarkan materi agama Hindu terkait dengan karakter luhur, karakter mulia, karakter tanggungjawab, karakter pendidikan, karakter ekonomi, karakter spiritual, karakter sosial, karakter taat hukum, karakter rajin belajar, karakter saling menolong, dan sebagainya. Guru agama Hindu dituntut untuk tekun belajar, selain tekun mengajar. Guru agama Hindu tidak bisa tanpa belajar yang tekun. Perkembangan dan kemajuan proses pendidikan peserta didik ada di tangan guru agama Hindu. Pendidikan karakter kepada para guru agama Hindu sesungguhnya upaya pembangunan di bidang nonfisik. Perlunya penyeimbangan antara pembangunan fisik dan nonfisik secara berkelanjutan sampai ke masa depan. Selain pendidikan karakter juga penting diteguhkan mengenai materi Pancasila, agar kehidupan bangsa Indonesia mencapai hidup yang sejahtera, bahagia, dan berkeadilan. Membangun nilai-nilai karakter sesuai filsafat Hindu dan sekaligus menanamkan nilai luhur Pancasila sebagai upaya positif guna menjadikan para guru agama Hindu sebagai pelopor dan pengabdi yang akan melahirkan generasi Hindu yang berkualitas, bertanggungjawab, dan memiliki ketahanan mental, moral spiritual, dan kepribadian yang mantap. Pendidikan karakter sesuai filsafat Hindu dimaksudkan untuk membangun kecintaan, ketulusan, kesetiaan, dan kesinambungan dedikasi dan loyalitas umat Hindu kepada agama Hindu sekaligus juga loyalitas kepada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
MANAJEMEN PENDIDIKAN BERORIENTASI MASA DEPAN I Ketut Soter
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 9 No 2 (2018): PENDIDIKAN AGAMA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v9i2.271

Abstract

Perkembangan sains dan teknologi saat ini juga mempercepat laju perkembangan ekonomi dan industri, yang memiliki implikasi penting bagi dunia pendidikan. Salah satu dampak paling signifikan dari pertumbuhan dan perkembangan ekonomi adalah dampak kerja, baik dilihat dari kebutuhan masyarakat maupun kemampuan untuk menyediakan tenaga kerja. Masalah persiapan tenaga kerja yang ditemui di lapangan adalah rendahnya kualitas tenaga kerja, biasanya kondisi fisik, kualitas pendidikan, dan etika kerja sangat dominan dalam menentukan tenaga kerja. Hal ini penting diperhatikan untuk mewujudkan arahan Presiden Republik Indonesia dalam membangun pendidikan guna mempersiapkan generasi emas tahun 2045 yang dikhususkan, nasionalis, tangguh, mandiri dan memiliki keunggulan kompetitif di masa depan. Pendidikan adalah sektor yang sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa sebuah bangsa. Mengoptimalkan dunia pendidikan, yang menekankan unsur-unsur pendidikan, penting: pelajar, pendidik, perangkat lunak, manajemen, sarana dan prasarana serta pemangku kepentingan. Aset yang dibutuhkan dalam pendidikan adalah sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya berkualitas bisa berasal dari siswa, masyarakat, maupun pendidik. Setiap jenis pengetahuan termasuk pengetahuan manajemen memiliki fitur spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan manajemen terstruktur. Ketiganya saling terkait satu sama lain (sistem). Ontologi sains yang berkaitan dengan epistemologi, dan epistemologi yang terkait dengan aksiologi dan sebagainya, tidak dapat dipisahkan dan harus saling terkait dan mendukung sebagai dasar. Berdasarkan dasar ontologi dan aksiologi, maka bagaimana cara mengembangkan pondasi epistemologis yang tepat. Masalah utama yang dihadapi oleh setiap epistemologi pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan memperhatikan aspek ontologi dan aksiologi.
SATUA TJAI TJENIK (PENDIDIKAN AGAMA HINDU YANG TERSELUBUNG) I Made Arsa Wiguna
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 9 No 2 (2018): PENDIDIKAN AGAMA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v9i2.274

Abstract

Tulisan ini merupakan salah satu sub tema dari hasil penelitian tentang satua-satua Bali. Pendidikan Agama Hindu dalam satua Tjai Tjenik ini digambarkan dalam beberapa kejadian dan tokoh. Ajaran Guru Susrusa, Karma, Catur Paramita, Dama dan Arjawa secara implisit mengalir dalam percakapan para tokoh dan kejadian di dalamnya. Satua Tjai Tjenik dan juga satua Bali lainnya hendaknya dapat dijadikan sebagai media pendidikan agama Hindu agar terwujud generasi muda Hindu yang religius dan berkarakter mulia.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM MENYIKAPI PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL DI SMA NEGERI 2 BANAMA TINGANG KABUPATEN PULANG PISAU I Made Paramarta
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 9 No 2 (2018): PENDIDIKAN AGAMA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v9i2.275

Abstract

Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat pendidikan pada masyarakat mengalami peningkatan. Oleh sebab itu pendidikan pada tingkat menengah atas dipandang penting bagi masyarakat. Pendidikan dengan produknya berupa jasa pendidikan merupakan lembaga yang berfungsi sebagai tempat untuk menyelenggarakan pendidikan atau pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Pihak-pihak yang selalu dapat melakukan perubahan menuju kepada kemajuan dapat dipastikan menjadi pemenang dalam sebuah persaingan. Perlunya sikap yang tegas dan serius guna menanggulangi faktor-faktor yang kurang positif serta menghambat kemajuan dunia pendidikan di tingkat menengah atas. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Pengertian ini menggaris-bawahi adanya 4 (empat) komponen pokok dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/bahan, organisasi dan strategi. Secara umum, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pendidikan dalam konteks ini yang dimaksud adalah seperti yang dinyatakan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, yakni dengan penekanan sebagai usaha sadar yang terencana dalam mengembangkan potensi anak didik (Depdiknas, 2003:6). Pendidikan agama Hindu mempunyai peran yang sangat strategis dalam pengembangan sistem pendidikan nasional di Indonesia dan peningkatan sumber daya manusia. Oleh karena itu untuk mengetahui mutu pendidikan agama Hindu yang dilaksanakan di sekolah perlu dilakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap hasil pembelajaran peserta didik melalui Ujian Sekolah Berstandar Nasional
MENANAMKAN NILAI-NILAI BUDAYA UNTUK MEMPERERAT INTEGRASI BANGSA - Lamri
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 9 No 2 (2018): PENDIDIKAN AGAMA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v9i2.276

Abstract

Luas wilayah bangsa Indonesia yang terdiri dari kurang lebih 17.508 pulau yang sebagian besar sudah berpebduduk yang memiliki keragaman suku, budaya, adat istiadat dan agama yang saling berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari baik kebutuhan secara fisik maupun spiritualnya. Fenomena ini terjadi di seluruh wilayah bangsa Indonesia, sehingga dengan keadaan yang demikian sering kita jumpai berbagai permasalahan yang timbul dalam masyarakat seperti permasalahan sara, sebab yang sering dimunculkan dalam kehidupan masyarakat adalah kata “perbedaan” bukan keragaman, sehingga perbedaan itulah yang tertanam pada pola pikir sebagian bangsa Indonesia sehingga dapat menimbulkan konflik. Perbedaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tedak seutuhnya seperti yang dimaksudkan “ Bhineka Tunggal Ika”, dan jika keragaman yang selalu kita junjung tinggi dalam kehidupan masyarakat maka kita tentu akan mengerti arti hidup yang saling membutuhkan di lingkungan social masyarakat. Oleh sebab itu Keragaman tersebut harus disadari oleh seluruh bangsa Indonesia dalam rangka menjaga dan mempertahankan persatuan dan integrasi bangsa dengan memahami nilai-nilai budaya baik budaya daerah maupun budaya nasional untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa untuk mencapai cita-cita sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila
PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PERKEMBANGAN BUDHI PEKERTI - - Lilik
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 9 No 2 (2018): PENDIDIKAN AGAMA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v9i2.277

Abstract

Pembangunan nasional baik yang telah, sedang, dan yang akan dilaksanakan tidak terlepas dari nilai-nilai keagamaan yang dijunjung tinggi dalam ajaran agama Hindu. Dalam pembangunan nasional pemerintah Indonesia melaksanakan penataan kehidupan beragama dan juga kepercayaan terhadap Tuhan Yang maha Esa yang lebih harmonis, hal ini tercermin dalam makin meningkatnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa makin meningkatnya kerukunan kehidupan umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan makin meningkatnya peran serta umat dalam pembangunan melalui pendidikan baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.Sebagai warga negara yang beragama Hindu dan hidup dalam negara Pancasila, dalam mengamalkan dan meyakinisuatu agama tidak boleh berpandangan sempit umat Hindu senantiasa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk yang memeluk berbagai agama, oleh karena itu dalam mengamalkan ajaran agama yang baik pasti menghormati pula umat beragama yang lain. Umat Hindu harus berpandangan luas sehingga tidak menimbulkan fanatisme agama yang sempit, harus benar-benar konsekuen.
UPACARA MANENUNG MENURUT AGAMA HINDU KAHARINGAN DI DESA PETAK BAHANDANG KECAMATAN KURUN KABUPATEN GUNUNG MAS Hendri - -
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.292

Abstract

Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia mempunyai sikap dan perilaku yang serba religius merupakan suatu getaran yang menggerakkan jiwa manusia. Sistem keyakinan dalam suatu religius terwujud pikiran, moralitas dan gagasan manusia yang menyangkut keyakinan. Sistem ritus dan upacara dalam religi terwujud tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, Dewa-Dewi Nenek Moyang atau makhluk lainnya. Dalam sistem ritus dan upacaranya biasanya digunakan sasaran dan peralatan upacara. Upacara ritual merupakan bentuk dari kebudayaan yang telah mengalami perkembangan dan beradaptasi, tetapi tidak mempengaruhi makna dan tujuan yang merupakan local genius atau kebudayaan setempat. Upacara ritual yang dilakukan dengan harapan apa yang menjadi keinginan dapat tercapai. Upacara Manenung yaitu melalui beberapa tahapan, yaitu (1) Tahap pertama diawali dengan mendatangi Basir atau rohaniawan pelaksana upacara ritual Manenung dan dengan membawa berbagai alat yang digunakan dalam proses upacara ritual tersebut. Ritual tersebut mengandung nilai pendidikan agama Hindu yaitu Tattwa , Susila, dan Upacara. Kendala yang dihadapi dalam menanamkan Nilai Pendidikan Agama Hindu dalam Upacara Manenung menurut Umat Hindu Kaharingan di Desa Petak Bahandang Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas yakni : (a) Adanya anggapan dari luar atau non Hindu bahwa Bahwa upacara-upacara ritual yang dilakukan sebagai adat budaya sehingga upacara Manenung dikatakan sebagai adat budaya.
PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN AGAMA HINDU I Gede Dharman Gunawan
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.293

Abstract

Dewasa ini perkembangan teknologi internet telah merambah berbagai disiplin ilmu. Dengan berkembangnya teknologi internet, dunia pendidikan pun makin ramah dengan situs jejaring media sosial facebook, blogger, instagram, hingga twitter. Situs jejaring media sosial tidak hanya digunakan untuk berinteraksi dengan sesama teman. Ada yang memanfaatkannya sebagai media menyampaikan informasi, untuk mempromosikan produk, bahkan hanya sekedar untuk mencurahkan isi hati pengguna, tentunya dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang inovatif. Berkaitan dengan permasalahan saat ini mengenai pemanfaatan media sosial yang tidak terkontrol, sehingga perlunya pemanfaatan media sosial sebagai media pembelajaran pendidikan agama Hindu yang inovatif. Tentunya pemanfaatan media sosial dapat menumbuhkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Maka sangat penting pemanfaatan media sosial sebagai media pembelajaran pendidikan agama Hindu pada siswa.
CATUR GURU DALAM PEMAKNAAN HARI SUCI SARASWATI PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN HINDU I Nyoman Sidi Astawa
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.294

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dari aspek yang berbeda terhadap hari suci Saraswati yakni mengenai nilai-nilai pendidikan dan catur guru dalam hari suci Saraswati. Nilai-nilai pendidikan Hindu yang terdapat dalam hari suci Saraswati secara garis besarnya atau pokok-pokoknya sesuai dengan tri kerangka dasar agama Hindu. Dalam pemaknaan hari suci Saraswati terdapat pula ajaran agama Hindu tentang guru yang terdiri atas Tuhan (Swadyaya), Pemerintah (Wisesa), Guru di sekolah (Pengajian) dan Orang Tua (rupaka) yang disebut dengan istilah catur guru.
ASUMSI DASAR TEORI KOGNITIF, BEHAVIORISTIK DAN HUMANISTIK I wayan karya
Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama dan Budaya Hindu Vol 8 No 2 (2017): PENDIDIKAN DAN BUDAYA HINDU
Publisher : Jurusan Dharma Acarya STAHN-TP Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33363/ba.v8i2.295

Abstract

Perkembangan kognitif berhubungan dengan kecerdasan dan pengetahuan. Kecerdasan dan pengetahuan bukan kuantitas atau sesuatu hal yang statis. Kecerdasaan adalah aktif, dinamis dan senantiasa berubah sedangakan pengetahuan adalah mengetahui dan ia adalah sebuah proses yang diciptakan melalui aktivitas pemelajar (Gredler, 2011:325). Hal ini dapat dikatakan bahwa kecerdasan dan pengetahuan seseorang selalu berubah melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Dengan demikian interaksi dengan lingkungan sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kecerdasan dan pengetahuan individu. Selain itu, Individu dalam menentukan perkembangan kognitifnya dipengaruhi oleh faktor esensial. Faktor esensial itu adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses yang disebut sebagai penyeimbang. Teori belajar behavioristik ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh naluri dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.

Page 2 of 11 | Total Record : 103