Articles
197 Documents
STUDI PERBANDINGAN KADAR FOSFOR DARI FOSFOLIPID MEMBRAN ERITROSIT NORMAL DAN ERITROSIT PENDERITA HIPERTENSI
Maniur Arianto Siahaan
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 5 No 1 (2020): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Research was done to determine the phospholipid types and the phosphorus concentration in the total phospholipids extracted from the erythrocytes from patients with normal blood pressure and patients with hypertention. Bloods samples from normal bloods pressure patients and hypertention patients were separated by centrifuge to obtain erythrocytes which were then extracted to obtain lipids. The phospholipids types were determined by thin layer hromatography and the phosphorous concentration were measure by spectrophotometry. Both blood samples contained the phospholipid types, however the phosphorous concentration of total phospholipid was highes in erythrocytes of the hypertention patient than the normal blood pressure patien, or an average of 3,2376 mg/ml from erythrocytes of hypertention patient and 1,6199 mg/ml from normal blood pressure patien
PENURUNAN KADAR BILIRUBIN TOTAL SERUM YANG DIENCERKAN PADA PENDERITA TUBERKULOSIS
Widaninggar Rahma Putri;
Subrata Tri Widada;
Budi Setiawan
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 6 No 1 (2021): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51544/jalm.v6i1.1725
Pemeriksaan tes fungsi hati dianjurkan untuk dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengobatan TBC dan pada saat pengobatan. Peningkatan kadar bilirubin total lima kali lipat dari batas normal merupakan salah satu dari 3 kriteria pasien tuberkulosis paru menderita cedera hati akibat penggunaan obat. Salah satu penanganan serum pekat akibat penggunaan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) adalah dengan perlakuan pengenceran. Pengencernan dilakukan dengan penambahan NaCL fisiologis perbandingan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penurunan kadar bilirubin total setelah dilakukan pengenceran pada serum penderita tuberkulosis. Penelitian ini merupakan penelitian Pre-experimental Design dengan desain penelitian One-Group Pretest-Posttest Design. Sampel penelitian sebanyak 30 sampel serum pasien tuberkulosis dengan kadar Bilirubin Total serum lebih dari 6,0 mg/dL. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan menggunakan Uji Paired Sample T-Test. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa terjadi penurunan kadar rerata selisih kadar Bilirubin total serum pasien tuberkulosis sebesar 0.29 mg/dL (2,70%) pada serum dengan pengenceran dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti ada perbedaan kadar Bilirubin total pada serum pasien tuberkulosis dengan dan tanpa pengenceran. Pada serum penderita TBC yang pekat sebaiknya dilakukan pengenceran untuk mengurangi kesalahan kadar tinggi palsu yang berakibat pada kesalahan penghentian pengobatan.
ANALISIS LOGAM BERAT PADA SAYURAN YANG DITANAMI DI PINGGIR JALAN BEKASI UTARA
Ing Mayfa Situmorang;
Dimas Frananta Simatupang
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 6 No 1 (2021): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51544/jalm.v6i1.1837
Bekasi termasuk kawasan peri-urban yang memiliki potensi terkena dampak pencemaran tanah, air dan udara. Bahan pencemar lingkungan berupa logam berat, dapat terakumulasi pada produk pertanian. Sayuran yang terkontaminasi oleh logam berat dapat menyebabkan bioakumulasi unsur-unsur beracun dan menjadi penyebab penyakit di dalam tubuh manusia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kandungan logam berat yang terdapat pada sayur-sayuran yang ditanam dipinggir jalan raya. Sampel penelitian adalah bayam hijau, bayam merah dan kangkung yang ditanam dipinggir jalan raya oleh petani yang ada di sekitar STIKes Prima Indonesia Kecamatan Babelan, Bekasi Utara. Kandungan logam berat yang menjadi fokus peneliti yaitu timbal (Pb), krom (Cr), arsen (As) dan Tembaga (Cu) pada sayur bayam hijau, bayam merah dan kangkung dengan menggunakan metode destruksi basah dengan menggunakan instrumen spektroskopi serapan atom (SSA). Hasil analisis kandungan logam berat pada sayuran kangkung terdapat kadar timbal (Pb) dan krom (Cr) yang tinggi sedangkan Arsen (As) dan Tembaga (Cu) tidak terdeteksi. Pada sayuran bayam hijau dan bayam merah memiliki kadar krom (Cr) yang tinggi dan untuk timbal (Pb), Arsen (As) dan Tembaga (Cu) tidak terdeteksi. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sayuran kangkung memiliki jumlah kandungan logam timbal yang sangat tinggi dan pada sayuran bayam merah, sayuran hijau dan kangkung memiliki jumlah kandungan logam krom yang tinggi.
ANALISA JAMUR ASPERGILLUS SP PADA LIANG TELINGA ORANG DEWASA USIA 20-40 TAHUN DI DESA ALUR BEMBAN KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN ACEH TAMIANG
Yunita Purba
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 5 No 1 (2020): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Aspergillus sp termasuk golongan penyebab mikosis superficialis yang dapat menginfeksi lapisan epidermis kulit. Infeksi jamur ini dapat disebabkan oleh 4 genus : Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus, Aspergillus niger dan Aspergillus terreus. Jamur ini menjadi pathogen dalam tubuh karena adanya faktor predisposisi dan jika dibiarkan dapat menyebabkan infeksi sekunder yaitu otitis media.Telah dilakukan penelitian pada serumen telinga masyarakat usia 20-40 tahun di Desa Alur Bemban Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak 10 orang, yang dilakukan dengan metode penelitian deskriptif crossectional diperiksa dengan metode pembiakan atau kultur pada media SDA. Di antara 10 bahan diperiksa 5 orang positif terinfeksi jamur maka dilakukan pemeriksaan secara direct smear menggunakan LPCB. Pada bahan kode A1,A3,A5 dan A8 ditemukan Aspergillus niger, pada bahan kode A6 ditemukan Penicillium sp dan 5 orang tidak ditemukan adanya pertumbuhan jamur Aspergillus sp. Di samping factor predisposisi dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat melakukan sikap dan pencegahan dini seperti personal hygiene terhadap jamur Aspergillus sp
IDENTIFIKASI BAKTERI Salmonella sp. PADA PENDERITA DEMAM TIFOID ANAK USIA 5-14 TAHUN DENGAN METODE WIDAL TEST DI RUMAH SAKIT ADVENT MEDAN TAHUN 2018
Mulya Sundari;
Debie Rizqoh;
Grace Junita Bate'e
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 6 No 1 (2021): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51544/jalm.v6i1.1893
Demam tifoid merupakan suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B dan Salmonella paratyphi C. Penularan demam tifoid terjadi secara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi yang masuk kedalam tubuh.Pada anak-anak demam tifoid dapat terjadi akibat kurang memperhatikan kebersihan diri dan kebiasaan jajan yang sembarangan sehingga dapat menyebabkan tertular penyakit demam tifoid.Telah dilakukan penelitian terhadap 10 serum penderita demam tifoid anak usia 5-14 tahun di Rumah Sakit Advent Medan, dengan identifikasi bakteri Salmonellamelalui Uji Widal.Hasil yang telah di peroleh yaitu 1 orang pasien positif terhadap Salmonella typhii;1 orang pasien positif terhadap Salmonella typhii dan Salmonella paratyphii B; 3 orang pasien positif terhadap Salmonella typhii, Salmonella paratyphii B dan Salmonella paratyphii C; 2 orang pasien positif terhadap Salmonella typhii, Salmonella paratyphii A dan Salmonella paratyphii C; 1 orang pasien positif terhadap Salmonella paratyphii A, Salmonella paratyphii B dan Salmonella paratyphii C dan2 orang pasien yang positif terhadap Salmonella typhii, Salmonella paratyphii A, Salmonella paratyphii B dan Salmonella paratyphii C. Dalam penelitian ini, sebagian besar pasien positif terhadap lebih dari 1 antigen Salmonella, hal ini dapat terjadi karena adanya reaksi silang sebelumnya dengan antigen antara spesies Salmonella yang sama yang memiliki antigen O faktor 12 atau pernah terinfeksi dahulu dengan salah satu spesies Salmonella.
KONTAMINASI Salmonella sp. PADA SOP BUAH YANG DIJUAL DI JALAN DR. MANSYUR KELURAHAN PADANG BULAN KOTA MEDAN
Debie Rizqoh;
Hamka Ismuda
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 6 No 1 (2021): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51544/jalm.v6i1.1894
Sop buah merupakan salah satu jenis minuman yang terdiri dari campuran berbagai macam buah, sirup, susu, air dan es. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perubahan manfaat sop buah menjadi sumber penyakit bagi tubuh meliputi: air sebagai bahan sop buah dan air yang digunakan untuk mencuci mangkok dan sendok dapat menjadi bahan kontaminasi penyebab penyakit seperti Salmonella sp. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Salmonella pada sop buah yang dijual di Jalan Dr. Mansyur Kelurahan Padang Bulan Selayang Medan Tahun 2018. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode pembiakan dan reaksi biokimia. Populasi dalam penelitian ini seluruh sop buah yang diperjualbelikan di Jalan Dr. Mansyur kelurahan Padang Bulan Medan sebanyak 10 sampel. Dari 10 sampel yang diperiksa ada 2 yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella sp dengan kode sampel S1 dan S4. Hal ini terjadi karena air sop buah yang kurang hygenies dan sop buah tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menimbulkan kontaminasi pada makanan.
ANALISA UNSUR HARA MIKRO DARI FLY ASH LIMBAH INDUSTRI PULP DAN KERTAS
Maria Peratenta Sembiring;
Chairul Chairul;
Zulfansyah Zulfansyah
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 6 No 1 (2021): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51544/jalm.v6i1.1929
The pulp and paper industry continues to grow and produces large amounts of fly ash waste from the biomass combustion process. Alternative waste management besides landfills needs to be developed so that the use of fly ash can be ecologically and economically acceptable, such as for land applications in industrial plantations, especially on peat soils. This paper presents the results of the analysis of micro nutrients from fly ash from pulp and paper mill waste that can be used for agriculture and forestry. The elemental content of boron (B) and zinc (Zn) can be detected in fly ash samples both by lauryl amine extraction and stearyl amine extraction, where the optimum amount is obtained using 15 gram of fatty amine and n-hexane solvent with a processing time of 4 hours. Stearyl amine gives a higher yield than lauryl amine because it has a longer saturated carbon chain.
PERBANDINGAN PEMERIKSAAN TINJA METODE SEDIMENTASI DENGAN METODE NATIF DALAM MENDETEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH
Nurhidayanti Nurhidayanti;
Obie Permana
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 6 No 2 (2021): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51544/jalm.v6i2.2000
Soil Transmitted Helminth (STH) is the most common intestinal parasific infection and in one of the contributors to the global disease burden. Diagnosis of Soil Transmitted Helminth desease can be done using sedimentation method and natif method. This study aims to find out the differences in sedimentation methods and natif methods in deteting Soil Transmitted Helminth Type of research conducted ind true experimental form. This research was conducted on March 27-29, 2021 at the Microbiology Laboratory of Muhammadiyah Institute of Health and Technology Palembang which numbered 35 respondents. The results obtained in this study were as many as 2 positive samples and 33 negative samples. In sample 1 there are 2 types of eggs Soil Transmitted Helminth namely eggs Ascaris lumbricoides and Trichuris trichiura on sedimentation method and natif method, while in sample 5 there are eggs Ascaris lumbricoides only on the natif method. The results of the research data were conduted using an alternative test Wilcoxon with a value of P = 0.317 means there is no difference that signifikan.the conclusion of this study was obtained by the examination that there is no difference in sedimentation with natiif method.
PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN DARAH TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA KOMPONEN WHOLE BLOOD DARAH DONOR
Arief Adi Saputro;
Catur Retno Lestari
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 6 No 2 (2021): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.51544/jalm.v6i2.2066
Blood transfusion is the process of distributing blood from donors to patients with the aim of replacing blood lost due to bleeding, surgery, shock and malfunctioning of the blood-forming organs that require replacement blood in the form of whole blood or blood components. Blood is stored with the First in First Out (FIFO) system, which is a system that regulates the expulsion of blood in which the first blood that enters will be removed first. The storage period of blood will experience changes in blood components, especially erythrocytes will experience significant changes in shape over the length of time blood storage. The purpose of this study was to determine the difference in hemoglobin levels of donor blood before and after storage for 7 days. This research was conducted at the Blood Transfusion Unit of PMI Kudus Regency. The number of samples used as many as 15 samples. The results showed that there were differences in hemoglobin levels before storage and after storage for 7 days (0.000). The average value before storage was 14.7 g/dl, after storage for 7 days 18.2 g/dl, the highest hemoglobin before storage was 15.4 g/dl, the highest after storage was 18.2 g/dl, while the lowest hemoglobin was before storage. storage 14.0 gr/dl and after storage 17.3 gr/dl. The conclusion is there is a significant difference between hemoglobin levels before storage and after storage for 7 days.