cover
Contact Name
Suryono
Contact Email
-
Phone
+6281548776243
Journal Mail Official
jurnalprima1103@gmail.com
Editorial Address
Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan, Surakarta, Jawa Tengan 57126
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services
ISSN : -     EISSN : 25795074     DOI : https://dx.doi.org/10.20961/prima
Core Subject : Agriculture, Social,
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services (disingkat PRIMA JCES). Kata-kata PRIMA dalam PRIMA JCES merupakakan singatan dari Pemberdayaan dan Rekayasa Ipteks untuk Masyarakat Agraris. PRIMA JCES (ISSN: 2579-5074) adalah Jurnal yang diterbitkan oleh Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. PRIMA JCES mencakup semua hal terkait dengan pemberdayaan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah di bidang pertanian. PRIMA JCES berupaya menjadi wadah publikasi kegiatan pemberdayaan dan pengabdian kepada masyarakat, khususnya di bidang pertanian. PRIMA JCES terbit secara online 2 (dua) kali setahun yaitu pada periode Januari-Juni dan Juli-Desember.
Articles 99 Documents
Peningkatan Mutu Pupuk Organik pada Peternak Sapi di Kalijirak, Tasikmadu, Karanganyar Slamet Minardi; Sri Hartati
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 1, No 2 (2017): December
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v1i2.35156

Abstract

Program IbM ini bekerjasama dengan dua mitra, yaitu: (1) Kelompok Ternak “Andini Mulyo”, dan (2) Kelompok Ternak “Cepet Lemu” yang berlokasi di dusun Gunungwatu, Desa Kalijirak, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Permasalahan kedua Mitra dalam kegiatan IbM ini menghadapi permasalahan utama yaitu banyaknya kotoran sapi yang belum termanfaatkan, produksi limbah ternak sapi (kotoran sapi) yang sangat tinggi, yaitu sekitar 100 kg limbah per hari (3 ton per bulan) pada masing-masing mitra, dan jika hal ini dibiarkan akan menjadi tumpukan kotoran sapi yang sangat berbau yang mengganggu lingkungan, apabila dikelola/diolah/difermentasi diperkaya dengan bakteri perombak bisa digunakan sebagai pupuk organik yang sangat bermutu. Dalam usaha peternakan sapi ini ingin mengarah pada peternakan yang ramah lingkungan sehingga tidak menjadi masalah di masyarakat. Apabila dikelola dengan baik akan dapat digunakan sebagai pupuk organik yang sangat bermanfaat dan dapat meningkatkan kesuburan tanah secara terus menerus dan apabila diberikan terus menerus akan menuju pertanian organik berkelanjutan. Kegiatan IbM ini berusaha untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi mitra usaha dengan memanfaatkan pupuk kandang dari mitra  sebagai pupuk organik yang diperkaya di kelompok kelompok peternak sapi dalam rangka menuju pertanian organik di Desa Kalijirak, Tasikmadu, Karanganyar.
Pemanfaatan Limbah Bulu Ayam Potong Sebagai Pelet Pakan Lele Untuk Menekan Biaya Produksi Beternak Lele Suwarto Suwarto
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 1, No 1 (2017): June
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v1i1.35150

Abstract

This IbM program in collaboration with two partners, namely: (1) Traders and Chicken butcher 'Narti Ayam, and (2) Catfish Livestock "Berlian Catfish". Partner (1) is located in Karangrejo, Ngringo village, Jaten, Karanganyar, with a distance of about 3 km from Faculty of Agriculture UNS. Business field developed by partners (1) is the business of slaughtering chicken pieces. Partners (2) located in the hamlet of Gunung Sari, Ngringo village, district. Cork, Kab. Karanganyar, Central Java with a distance of about ± 3.5 km. Business fields developed by partners (2) are catfish farms. The location is very close to both partners, only about 0.5 km. Consumer demand for chicken and catfish in Karanganyar and surrounding per day is very high, has not been able to be met by both the business partners. 1 business partners in the activities of this IbM facing major problems, namely the handling of waste chicken feathers with an average production capacity of ± 300 head / day. Very high production speeds also produce very high feather waste, which is about 100 kg of waste per day (3 tons per month). This has the potential to pollute the environment in the form of a pungent odor and pollutant source for the water body. While the two business partners in the activities of this IbM facing major problems that must provide catfish feed cost of purchasing very high, reaching an average of Rp. 1.23 million to Rp. 1,640,000 / week.IbM activity is trying to overcome the problems faced by business partners (1), by exploiting the potential of waste chicken feathers for the manufacture of catfish feed through manufacture pellets mixed with other materials that have a high nutritional value and seek to overcome the problems faced by business partners (2) , by utilizing waste chicken feathers are made of pellets can reduce the production cost of raising catfish. The application of the proposed technology will produce an integrated business activities slaughter broilers - catfish farms without waste, making it environmentally friendly, and produce coherence between slaughter chicken and catfish breeding mutually beneficial.The results that have been achieved in service activities are: (1) assistance pellet making machine 1 unit with a capacity of 40 kg / h; (2) support a high-pressure cooker (pressure cooker) 1 unit with a capacity of 70 kg; (3) assistance Removers Tools quill 1 unit; (4) Utilization of quail droppings, feathers and waste; (5) The practice of making pellets using quail dung mixed salted fish waste, and waste feathers. Help set of machine tools for the manufacture of catfish feed from raw materials to finished pellets help solve waste chicken feathers Chicken slaughtering Traders 'Narti Chicken' and can overcome the high cost of production in the Ranch Lele 'Diamond Catfish'.
Pengelolaan Pupuk Kandang Sapi Dalam Rangka Meningkatkan Mutu di Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen Slamet Minardi; Suryono Suryono
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 2, No 2 (2018): December
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v2i2.36115

Abstract

Program PKM ini bekerjasama dengan dua mitra, yaitu: (1) Kelompok Ternak “Lembu Mulyo”, dan (2) Kelompok Ternak “Andini”. Mitra (1) dan Mitra (2) berlokasi di Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, dengan jarak tempuh sekitar 39 km dari Fak. Pertanian UNS. Bidang usaha yang dikembangkan oleh kedua mitra tersebut adalah usaha peternakan sapi. Lokasi kedua mitra sangat berdekatan, hanya sekitar 1,2 km. Permasalahan dihadapi yaitu banyaknya kotoran sapi yang kurang bermutu dan kurang termanfaatkan, produksi limbah ternak sapi (kotoran sapi) yang sangat tinggi, yaitu sekitar 100 kg limbah per hari (3 ton per bulan) pada masing-masing mitra, dan jika hal ini dibiarkan akan menjadi tumpukan kotoran sapi yang sangat berbau yang mengganggu lingkungan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: koordinasi dengan mitra dan pendampingan pengelolaan/pengolahan kotoran sapi melalui fermentasi yang diperkaya dengan bakteri perombak, yang dapat menambah ketersediaan N, K dan Ca sebagai pupuk organik yang sangat bermutu.
IbM Memadukan Pengusaha Batu Bata Dan Petani Pemilik Lahan Dalam Meningkatkan Kualitas Tanah Dan Bentuk Lahan Sudadi Sudadi; Suryono Suryono; Suwarto Suwarto
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 3, No 1 (2019): June
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v3i1.36108

Abstract

Program IbM ini bekerjasama dengan dua mitra, yaitu: (1) UKM Pengusaha Batu Bata “Suko Makmur”, dan (2) Kelompok Tani “Krido Tani”. Mitra (1) berlokasi di Dusun Tulakan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Bidang usaha yang dikembangkan oleh mitra (1) tersebut adalah usaha pembuatan batu bata. Mitra (2) juga berlokasi di Dusun Tulakan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Bidang usaha yang dikembangkan oleh mitra (2) tersebut adalah usaha pertanian tanaman padi. Mitra (1) dan Mitra (2) berjarak tempuh sekitar 65 km dari Fakultas Pertanian UNS. Permintaan konsumen terhadap batu bata tiada henti sejalan dengan pembangunan yang ada di wilayah tersebut. Permasalahan utama Mitra 1 (UKM Pengusaha Batu Bata “Suko Makmur yaitu hampir setiap hari membutuhkan tanah yang teksturnya halus sebagai bahan pembuat batu bata. Dalam satu minggu UKM ini rata-rata membutuhkan sekitar 5 truk tanah atau 30 ton per minggu setara dengan 120 ton per bulan. Untuk mendapatkan tanah tersebut relatif sulit. Selain hal tersebut dalam pembakaran batu bata menghasilkan limbah yang sangat banyak, berupa abu (abu sekam padi atau abu kayu bakar). Setiap kali bakar membutuhkan sekitar 3 ton sekam padi dan 1 ton kayu bakar, yang akan menghasilkan limbah sekitar 0,5 ton abu. Apabila hal ini tidak digunakan akan menumpuk sebagai limbah. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan utama yang dihadapi mitra (1) adalah menghubungkan/mempertemukan dengan petani yang mempunyai tanah-tanah yang lahannya berteras kecil/sempit untuk diperlebar yang merupakan permasalahan mitra (2). Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan utama yang dihadapi mitra (2) adalah memperlebar teras tanah dari 2 sampai 3 bidang teras menjadi 1 bidang teras dan memulihkan tingkat kesuburan/kualitas tanah bekas galian pengambilan bahan baku batu bata, salah satunya dengan memanfaatkan abu limbah pembakaran batu bata yang menjadi permasalahan mitra (1). Hasil kegiatan adalah bahan pembuatan batu bata bagi pengusaha batu bata (Mitra 1) berupa tanah lempung yang diambil dari bagian sawah yang lebih tinggi, milik Mitra 2. Sedangkan hasil kegiatan yang diperoleh oleh Mitra 2 adalah bentuk lahan yang rata sehingga lahan sawahnya lebih luas. Hal ini akan lebih memudahkan untuk penggarapan tanahnya karena dapat dikerjakan dengan traktor tangan. Sebelumnya tidak bisa diolah dengan traktor tangan karena sempitnya lahan. Kedua mitra memperoleh manfaat ekonomi yang cukup besar karena bagi Mitra 1 tanah lempung adalah bahan utama pembuatan batu bata. Tanpa bahan tersebut usaha akan berhenti karena tidak bisa berproduksi. Sebaiknya bagi Mitra 2 mendapatkan manfaat berupa efisiensi biaya dan waktu pengolahan tanah (lahan) yang sangat signifikan.
Grand Watudodol Underwater Coastal Cleanup Sulistiono Sulistiono; Diah Etika Maharatih Setiarina; Nadya Adharani; Megandhi Gusti Wardhana
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 2, No 1 (2018): June
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v2i1.35162

Abstract

Pantai Grand Watudodol Banyuwangi memiliki potensi alami yaitu terumbu karang dan biota-biota asosiasnya yang masih cukup bagus. Keindahan pemandangan taman bawah laut tersebut harus dijaga dari berbagai jenis sampah. Sampah-sampah yang ada di terumbu karang Grand Watudodol berasal dari sampah-sampah yang hanyut dari sungai terbawa ke muara sampai ke pantai. Untuk menjaga kebersihan terumbu karang maka masyarakat sekitar pantai harus menjaga kebersihan pantai Grand Watudodol secara rutin agar dapat  memuaskan wisatawan. Tahapan-tahapan Grand Watudodol underwater coasatal cleanup yaitu dengan membagi tiga area yaitu area yang terendam air, area yang berbatasan dengan air dan area yang sama sekali tidak terendah air. Hasi bersih pantai didapatkan sampah organik dan sampah anorganik yang sebagian besar adalah kiriman dari luar bukan dari wisatawan pantai tersebut.
Alih Teknologi Budidaya Lada Organik Sebagai Pagar Hidup Kepada Masyarakat Desa Kebonagung, Sidoharjo, Wonogiri Widyatmani Sih Dewi; Mujiyo Mujiyo; Rahayu Rahayu
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 1, No 2 (2017): December
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v1i2.35151

Abstract

Masyarakat desa Kebonagung, Kec.Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri mempunyai visi ingin mengembangkan desanya menjadi desa agrowisata organik terpadu. Saat ini, di desa Kebonagung telah dikembangkan padi organik dan buah naga organik. Masyarakat ingin mengembangkan tanaman lada secara organik, baik sebagai tanaman pagar maupun di tanam di lahan pekarangan mereka, karena lada bernilai ekonomi tinggi. Permasalahan yang dihadapi adalah mereka belum mengetahui teknologi budidaya lada secara organik, dan juga belum mengetahui apakah lahannya sesuai untuk untuk budidaya lada atau tidak. Kegiatan pengabdian ini bermitra dengan: (1) Asosiasi Pertanian Organik “Wono Agung” (APOW) dan (2) Kelompok Tani Sedya Maju. Kedua mitra berlokasi di desa Kebonagung.Tujuan dari program ini adalah: (1) alih teknologi dari perguruan tinggi kepada mitra tentang budidaya tanaman lada secara organik sehingga mitra mengembangkan lada secara organik dengan teknologi penanaman secara benar, maupun (2) memberikan informasi ilmiah tentang kesesuaian lahan di Kebonagung untuk budidaya tanaman lada. Metode yang digunakan meliputi: focus group disccusion (FGD), penyuluhan, praktik budidaya lada organik, dan pemantauan. Hasil menunjukkan bahwa mitra begitu antusias dalam menerima teknologi yang dibagikan karena memiliki pengharapan lada mempunyai nilai jual yang tinggi, dan mereka juga segera mempraktikkan budaya lada dari bibit yang dibagikan secara cuma-cuma. Berdasarkan hasil kajian ilmiah, desa Kebonagung sesuai untuk budidaya lada organik dengan pengelolaan tertentu.
Dinamika Dan Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani Dalam Program Diversifikasi Olahan Pangan Fungsional di Desa Jimbaran, Margorejo, Pati Jamiatun Jamiatun; Dwi Putri Jeng Ivo Nurunnisa; Nurul Wahidah Rahmatika; Abida Choirul Mar’ati; Salwa Al Aribah; Eksa Rusdiyana
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 2, No 2 (2018): December
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v2i2.36116

Abstract

Kegiatan pemberdayaan dilakukan di Desa Jimbaran, Margorejo, Pati. Metode yang digunakan yaitu penyuluhan, pelatihan pembuatan produk pangan fungsional berbasis ubi kayu dan bandeng, dan pendampingan IPTEK. Target luaran yang diharapkan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat sasaran serta terciptanya produk unggulan berbasis olahan pangan ampas ubi kayu dan bandeng. Dari kegiatan ini, diperkenalkan tiga macam produk yaitu BAKAMBU (bakso ampas ubi kayu dan bandeng), PUKEPO (pudding ketela pohon), dan DOKEPO (donat ketela pohon) aneka rasa. Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melibatkan partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika dan partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Wijaya Kusuma dalam program diversifikasi olahan pangan berbasis potensi ubi kayu dan bandeng. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berusaha  menguraikan masalah yang diteliti. Hasil pemberdayaan menunjukkan bahwa dinamika anggota KWT selama program berlangsung dinamis dan tingkat partisipasi berada pada kategori aktif. Pemberdayaan masyarakat melalui diversifikasi pangan lokal berbasis ubi kayu dan bandeng  memberikan manfaat berupa terciptanya lingkungan masyarakat yang terbebas dari limbah ampas ubi kayu, terciptanya lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pemanfaatan Limbah Ayam Broiler Sebagai Pupuk Organik Pada Usaha Pembibitan Tanaman Sumarno Sumarno
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 1, No 1 (2017): June
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v1i1.35146

Abstract

Program IbM ini bekerjasama dengan dua mitra, yaitu: (1) UKM Peternakan Ayam  “Tumbuh Tepat”, dan (2) UKM Pembibitan Tanaman “Bejo Agrofarm”. Mitra (1) berlokasi di dusun Blaraksari, Desa Bakalan RT 04 RW 01 Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Bidang usaha yang dikembangkan oleh mitra (1) tersebut adalah usaha peternakan ayam pedaging. Mitra (2) berlokasi di Desa Bakalan RT 01 RW 01 Desa Ngadirejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Mitra (1) dan Mitdra (2) berjarak tempuh sekitar 25 km dari Fakultas Pertanian UNS. Bidang usaha yang dikembangkan oleh mitra (2) tersebut adalah pembibitan tanaman. Lokasi kedua mitra sangat berdekatan, hanya sekitar 0,5 km. Permintaan konsumen terhadap pupuk organik dalam membuat pembibitan tanaman sangat tinggi, belum mampu dipenuhi oleh kedua mitra usaha tersebut. Mitra usaha 1 dalam kegiatan IbM ini menghadapi permasalahan utama yaitu  banyaknya kotoran ayam yang belum termanfaatkan, tiap periode panen menghasilkan sekitar 15 ton kotoran ayam, atau 120 ton kotoran ayam per tahun. Dan apabila dibiarkan menjadi tumpukan kotoran ayam yang sangat berbau dan dapat mengundang lalat sebagai penular berbagai macam penyakit, apabila dikelola/diolah/difermentasi bisa digunakan sebagai pupuk organik yang sangat bermutu. Dalam usaha peternakan ayam ini ingin mengarah pada peternakan yang ramah lingkungan sehingga tidak menjadi masalah di masyarakat. Sedangkan mitra usaha 2 dalam kegiatan IbM ini menghadapi permasalahan utama yaitu tingginya kebutuhan pupuk, yaitu sekitar 10 sampai 12 ton per bulan, dengan harga pupuk rata-rata Rp. 500,- per kg. Oleh karena itu diperlukan penyediaan pupuk alternatif yang harganya lebih murah, seperti pupuk organik dari kotoran ayam yang dapat diproduksi dengan menggunakan kotoran ternak ayam yang belum dimanfaatkan. Kegiatan dini mampu mengatasi permasalahan utama yang dihadapi mitra (1) adalah teknologi pembuatan pupuk organik yang dapat digunakan sebagai pupuk organik yang sangat bermutu yang dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi usaha Pembibitan Tanaman pada mitra (2).
Pemberdayaan Wanita Tani dengan Pelatihan Pembuatan Pot Organik dari Jerami Padi dan Limbah Daun Bawang Merah Jauhari Syamsiyah; Aktavia Herawati; Mujiyo Mujiyo
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 3, No 1 (2019): June
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v3i1.36109

Abstract

Pot organik berbahan dasar campuran jerami padi dan limbah daun bawang merah merupakan inovasi baru untuk memanfaatkan bahan tersebut yang melimpah di lingkungan. Desa Srigading merupakan sentra pertanaman padi dan bawang merah. Setiap musim panen tiba, limbah hasil panen tersebut dibuang begitu saja. Padahal biomassa ini bisa dimanfaatkan untuk pot organik. Pot organik dari limbah jerami padi dan daun bawang merah dapat lebih aman dan tidak membuat pencemaran tanah dan lingkungan. Limbah jerami dipilih karena mengandung selulosa dan lignin yang tinggi. Selulosa dapat membentuk ikatan yang kuat antar molekulnya. Kandungan selulosa yang tinggi tersebut menjadikan jerami berpotensi sebagai bahan pembuatan pot biodegradable. Selain itu jerami mengandung bahan organik yang berperan penting dalam merekatkan butiran tanah membentuk agregat tanah yang lebih mantap. Daun bawang merah diyakini mengandung zat kitin yang tinggi, sehingga berpotensi sebagai penahan air dalam pot. Selain itu jerami padi dan daun bawang merah merupakan bahan organik yang mengandung berbagai unsur hara yang lengkap. Sehingga selain sebagai bahan baku pot, jerami padi dan daun bawang merah juga berfungsi sebagai cadangan unsur hara untuk tanaman dalam pot. Kombinasi jerami padi dan daun bawang merah diharapkan mampu menjadi alternatif pot organik yang ramah lingkungan, murah serta mudah diadopsi oleh masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, limbah jerami padi dan daun bawang merah mempunyai potensi yang cukup strategis untuk dimanfaatkan menjadi pot organic/biodegradable. Pengabdian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah jerami padi dan daun bawang merah menjadi pot organik yang murah dan mudah diterapkan dan untuk peningkatan perekonomian masyarakat setempat. Penyuluhan tentang manfaat jerami, daun bawang merah dan pupuk kendang sebagai bahan pot telah dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2019. Hasil menunjukkan bahwa peserta antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan praktek pembuatan pot organic berbahan dasar jerami padi, daun bawang merah dan lempung.
Rekayasa Mesin Pembuat Pakan Ikan Lele (Pellet) Achmad Nurhidayat; Silvia Yulita Ratih Setyo Raha
PRIMA: Journal of Community Empowering and Services Vol 2, No 1 (2018): June
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/prima.v2i1.35163

Abstract

Perubahan harga bahan pokok konsumsi sehari-hari yang cenderung meningkat dipasaran berdampak terhadap kelompok peternak lele dimana harga pakan buatan (pelet) pabrikan/toko juga semakin mahal. Disisi lain harga jual lele yang cukup murah sehingga keuntungan yang didapat dari usaha para peternak tersebut sangat minim. Biaya pembelian pakan merupakan salah satu penyebab rendahnya pendapatan, padahal merupakan aspek polivalen sebagian dari mereka sebagai mata pencaharian. Karena itu dipandang perlu adanya pendampingan program intensifikasi produksi lele melalui mekanisasi pakan mandiri/buatan sendiri, agar produksi yang dihasilkan mempunyai nilai lebih secara kualitas serta ekonomis yang memadai dan swasembada. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah merancang dan menciptakan IPTEK bagi Masyarakat yang dibutuhkan oleh pengusaha kecil dalam hal ini pengusaha lele, untuk meminimalkan ketergantungan pakan buatan toko, tetap menjaga kualitas dan kuantitas produksi lele, meningkatkan kerjasama antar pemberdaya masyarakat khususnya pengusaha lele kecil dan menengah dan pemberdayaan peran perguruan Tinggi dalam membantu kegiatan ekonomi masyarakat. Bahan pembuatan pelet (pakan lele) berbahan dasar limbah yaitu tepung roti kadaluwarsa, ikan asin kadaluwarsa (busuk/duri ikan sisa warung/tulang sisa), kotoran puyuh, sampah bulu ayam potong, minyak ikan (diambil dari rebusan ikan asin/duri ikan). Mesin pembuat pelet merupakan alat yang berfungsi untuk menghancurkan bahan, mencampur dan mencetak pelet dengan kapasitas produksi mencapai hingga 200 kg/jam. Mesin cetak pelet sangat efektif untuk menghasilkan pakan ternak dengan bentuk hasil pakan yang mudah dimakan lele. Strategi dalam penyampaian materi dilakukan dengan pelatihan serta praktek langsung pembuatan pakan dan budidaya lele yang ekonomis. Hasil dari program pengabdian masyarakat ini peternak lele telah dibekali edukasi teknologi pembuatan pakan lele (pellet) dari macam bahan baku, komposisi, mesin/alat pembuat pellet, proses produksi hingga pengeringan serta penyimpanan pakan yang aman. Mitra juga dibekali tentang pemilihan bibit lele kualitas, pembesaran/perawatan pertumbuhan lele yang normal, kolam ideal, masa panen, strategi penjualan ikan lele secara mandiri atau kelompok. Mitra telah mandiri dan swasembada memproduksi pakan lele (pellet) bahkan sebagian produk dari jumlah hasil produk dibeli oleh ternak lele lain yang membutuhkan. Harga pellet dari mitra dapat ditekan menjadi Rp 5.500/kg-7.000/kg jauh lebih murah (tergantung jauh/dekat pengadaan bahan baku) sehingga dibawah harga pakan toko/pabrik yang mencapai Rp. 9.500/kg untuk kualitas nomer 1.

Page 2 of 10 | Total Record : 99