cover
Contact Name
Bambang
Contact Email
bambang.afriadi@yahoo.co.id
Phone
+6285692038195
Journal Mail Official
islamika@unis.ac.id
Editorial Address
Jl. Maulana Yusuf No.10 Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, 15118 Banten
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya
ISSN : 26865653     EISSN : 18580386     DOI : https://doi.org/10.33592/islamika
ISLAMIKA publication of scientific works both scientific and the results of research, service and development of teaching materials related to religion, Islamic religious education and socio-cultural.
Articles 108 Documents
PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS MEDIA PENDIDIKAN Irawan, Irawan
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 11 No 2 (2017): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v11i2.429

Abstract

ABSTARAK IRAWAN: PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS MEDIA PENDIDIKAN, Inovasi Pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang sebagai hasil inovation/discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah tertentu. Kemampuan guru dalam melaksanakan poses belajar mengajar sangat bepengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa. Biasanya guru menggunakan model pembelajaran konvensional dan metode ceramah sebagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran. Dari pelaksanaan pembelajaran-pembelajaran yang inovatif terjadi peningkatan motivasi belajar siswa, misalnya siswa akan lebih tertarik dan tertantang untuk menerima atau mengikuti pelajaran, respon siswa meningkat, dan siswa juga lebih aktif dan kreatif. Dalam proses pembelajaran siswa akan cenderung aktif bertanya serta aktif menyelesaikan suatu permasalahan dalam matematika. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasamya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
DINAMIKA KURIKULUM PAI DI PERGURUAN TINGGI Irawan, Irawan
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 12 No 2 (2018): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v12i2.411

Abstract

Abstrak Pendidikan Tinggi merupakan Arasy tertinggi dalam keseluruhan usaha pendidikan nasional dengan tujuan menghasilkan sarjana-sarjana yang profesional, yang bukan saja berpengetahuan luas dan ahli serta terampil dalam bidangnya, serta kritis, kreatif dan inovatif, tetapi juga beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berkepribadian nasional yang kuat, berdedikasi tinggi, mandiri dalam sikap hidup dan pengembangan dirinya, memiliki rasa solidaritas sosial yang tangguh dan berwawasan lingkungan. Pendidikan Agama di perguruan tinggi seharusnya merupakan pendamping pada mahasiswa agar bertumbuh dan kokoh dalam karakter agamaisnya sehingga ia dapat tumbuh sebagai cendekiawan yang tinggi moralnya dalam mewujudkan keberadaannya di tengah masyarakat. Terdapat tiga peta paradigma pengembangan pendidikan agama Islam, yaitu Paradigma Dikotomis, Paradigma Mechanism, dan Paradigma Organism. Pengoprasionalan suasana religius di Perguruan Tinggi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: Pendekatan Pembiasaan, Pendekatan Keteladanan, dan Pendekatan Persuasif. Proses pembelajaran di seluruh dunia pada abad ini diselenggarakan berdasarkan 4 pilar: learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together.
KONSEP MUROFA’AT DAN KEWENANGAN PERADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH Mas'ud, Muhamad
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 11 No 1 (2017): Januari-Juni
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v11i1.418

Abstract

AbstrakPerjalanan kehidupan pengadilan agama mengalami pasang surut. Adakalanya wewenang dan kekuasaan yang dimilikinya sesuai dengan nilai-nilai Islam dan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Pada kesempatan lain kekuasaan dan wewenangnya dibatasi dengan berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan, bahkan seringkali mengalami berbagai rekayasa dari penguasa (kolonial Belanda) dan golongan masyarakat tertentu agar posisi pengadilan agama melemah. Pengadilan Agama sejatinya hanya memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara kasus-kasus hukum dalam bidang hukum keluarga. Sebagai contoh misalnya: pemutusan perkawinan, sengketa waris/wasiat, wakaf, dan lain-lain. Akan tetapi setelah Undang-undang Peradilan Agama Nomor 7 Tahun 1989 diamandemen, kompetensi absolut pengadilan agama menjadi lebih luas. Lahirnya Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 jo UU No 3 Tahun 2006 merupakan payung hukum bagi pengadilan Agama untuk memutus dan menyelesaikan perkara sengketa ekonomi syariah yang menjadi kewenangan absolutnya.Seiring perkembangannya, Peradilan Agama di indonesia mengalami kemajuan sangat signifikan di bidang administrasi dan peningkatan pelayanan publik serta kualitas kepuasan yang diperoleh para pihak yang berperkara di peradilan agama, hal ini juga yang membuka ruang baru bagi peradilan agama untuk diberikan kewenangan baru dalam menangani perkara-perkara dibidang perbankan syari’ah, sekaligus menjadi tantangan baru bagi para hakim-hakimnya di lingkungan Peradilan Agama agar mampu mengitegrasikan antara hukum fomil dan hukum mareril dengan baik.
PENDIDIKAN DAN PELAPISAN SOSIAL (SOCIAL STRATIFICATION Suhaeny, Suhaeny
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 12 No 1 (2018): Januari-Juni
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v12i1.407

Abstract

AbstrakDalam kehidupan masyarakat sering ditemukan berbagai perbedaan struktur yang bersifat hierarkis, mulai dari perbedaan kondisi ekonomi, sosial, politik, agama, ras dan bahkan Pendidikan yang kerap  mealahirkan kesenjangan dan pelapisan sosial menjadi lebih tajam. Salah satu akar dari penyebab adanya pelapisan sosial adalah sektor pendidikan. Dan pendidikan memiliki fungsi manifest dan fungsi laten yang sanggup menjadikan peserta didik menjadi dewasa dan memahami dirinya sendiri.
MAQÂSHID AL-SYARÎ’AH Dalam Pertimbangan Kajian Hukum Islam (Islamic Jurisprudence) Mas'ud, Muhamad
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 11 No 2 (2017): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v11i2.431

Abstract

AbstrakHukum Islam merupakan fenomena yang memiliki hubungan erat dengan perkembangan yang terjadi dalam dinamika masyarakat, khususnya masyarakat Islam. Hukum Islam yang kita ketahui dewasa ini merupakan hasil suatu proses perkembangan yang terus menerus selama tersiarnya Islam dalam masa puluhan abad yang silam. Dalam perkembangannya hukum Islam berhadapan dengan dinamika social budaya manusia yang terus bergerak, dan itu menuntut terhadap pembahruan konsep dan formulasi hukum Islam, untuk merespon dinamika social budaya itulah diperlukakan pemaknaan yang lebih baik terhadap Maqâshid al-Syarî’ah. Pada dasarnya seluruh aturan hukum Islam bertujuan untuk kemaslahatan manusia, yaitu pemeliharaan Agama, Jiwa, Keturunan, Harta, dan akal serta pemeliharaan terhadap lingkungan. Selaras dengan perkembangan zaman maka konsep Maqâshid al-Syarî’ah perlu diperluas dengan pemeliharaan lingkungan dan pemeliharaan persatuan, karena dua konsep itu sangat penting bagi kehidupan manusia dalam skala makro. Maka dengan demikian syariat tidaklah dikatakan syariat jika tidak memiliki tujuan dari implementasinya, yang hadir sebagai respon solutif terhadap problematika aktual zaman.
KETIMPANGAN GENDER DAN PENDIDIKAN (SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGIS) Suhaeny, Suhaeny
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 12 No 2 (2018): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v12i2.412

Abstract

Abstrak Pendidikan menjadi satu kebutuhan bagi setiap individu, kebutuhan tersebut tidak dibedakan dari persepsi apapun melainkan bersifat holistik. Namun pada realitasnya, di tengah kehidupan masyarakat terjadi pembelahan dengan pembedaan dan distribusi kebutuhan pendidikan tersebut. Sebut saja jenis kelamin masih menjadi “alat” yang dianggap ampuh melakukan marginalisasi kaum perempuan dalam mengakses pendidikan. Adanya perbedaan gender telah mendorong lahirnya gerakan sosial di kalangan kaum perempuan, yang bertujuan membela dan memperluas hak-hak kaum perempuan. Gerakan sosial ini disebut sebagai gerakan Feminisme. Sebagai akibat ketidaksamaan kesempatan demikian maka dalam banyak masyarakat dapat dijumpai ketimpangan dalam angka partisipasi dalam pendidikan formal.
KONSEP INTEGRASI PEMBELAJARAN PAI Munawati, Siti
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 11 No 1 (2017): Januari-Juni
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v11i1.420

Abstract

Abstrak Pembelajaran terpadu (kurikulum terintegrasi) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang mengubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Pengajaran PAI merupakan tangggung jawab dari semua pihak yang ada dalam suatu lembaga pendidikan, terutama guru kelas karena guru kelas diharuskan mengintegrasikan tiap pelajaran yang diajarkan dengan PAI, jadi apapun mata pelajaran dan temanya, semuanya haruslah menjadi suri tauladan bagi peserta didik, sehinggga para peserta didik mampu mencontoh nilai yang sudah dicontohkan guru kelas. Jika dibandingkan dalam konsep konvensional, maka pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan peserta didik dalam belajar, sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas hanya sebanding dengan keterampilan.
GURU DAN KARAKTER SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN Nuraeni, Neni
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 12 No 1 (2018): Januari-Juni
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v12i1.408

Abstract

Abstrak Karakter seorang siswa menentukan hasil belajar yang diharapkan oleh seorang guru agar siswa menjadi mandiri dan bersikap karena proses pembelajaran yang diberikan oleh guru dapat dipahami secara utuh. Guru akan memberikan respon baik terhadap siswa-siswa yang memiliki kepribadian dan karakter yang baik. 
TINJAUAN KRITIS FENOMENA HABAIB DALAM PANDANGAN MASYARAKAT BETAWI Al Fahmi, Faiz Fikri
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 11 No 2 (2017): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v11i2.432

Abstract

Masyarakat Betawi Batu ceper Kota Tangerang memiliki perbedaan dan keunikan dalam menghormati para habib dan kiai, Dimana status habib bagi seseorang dipandangnya mulia, melebihi kemuliaan seorang kiai yang tidak berstatus habib. Masyarakat Betawi Batu Ceper seakan-akan menilai bahwa habib lebih tinggi dari seorang ustadz walau secara keilmuan lebih matang seorang kiai dari pada habib. Tujuan penelitian ini adalah, (1) mengetahui sejarah habib di Betawi, (2) mengetahui peran habib dalam penyebaran Islam di Betawi, (3) mengetahui pola kehidupan beragama masyarakat Betawi, (4) mengetahui pandangan, sikap dan kecenderungan orang Betawi terhadap habaib, dan (5) mengetahui apa penyebab ketokohan habib di kalangan masyarakat Betawi. Penelitian ini menggunakan data-data atau sumber-sumber yang ada hubungannya dengan penelitian tesis ini, data tersebut antara lain meliputi: observasi partisifatif, yaitu dengan mengunjungi tempat penelitian dan sekaligus mengikuti atau berpartisipasi langsung dengan kegiatan-kegiatan majelis taklim yang diselenggarakan untuk mengamati fenomena habaib dalam pandangan masyarakat Betawi. Dan juga sumber lisan dengan cara wawancara dengan tokoh, ulama, dan masyarakat setempat dan selanjutnya menggunakan sumber tertulis melalui dokumen pribadi dan juga buku-buku yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu orang Arab di Betawi awalnya bertujuan untuk mencari kemakmuran dengan cara berdagang. Selanjutnya mereka menyebarkan Islam di kalangan masyarakat Betawi. Peran habaib sangat besar pengaruhnya dalam proses Islamisasi di Betawi. Masyarakat Betawi sangat kental akan ajaran Islamnya, mereka umumnya mencintai dan menaru sikap penghormatan yang tinggi terhadap para tokoh agama. mereka mempunyai nilai penghargaan yang tinggi kepada ulama karena kapasitas keilmuannya sangat mumpuni. terlebih ulama yang hadir dari kalangan habib. Karena dianggapnya sebagai tali keturunan yang murni dari sang pembawa ajaran Islam yaitu Nabi Muhammad SAW.
PENDIDIKAN KEBERAGAMAN INKLUSIF DENGAN TASAWUF Munawati, Siti
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 12 No 2 (2018): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v12i2.413

Abstract

AbstrakPermasalahan yang ingin penulis tuangkan adalah adanya budaya toleransi, yang mengarah kepada pemahaman tasawuf bisa diposisikan sebagai pendidikan yang dikembangkan memiliki keunggulan: mengajarkan integritas, kejujuran, komitmen, visi kreatifitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan dan sinergitas.                                                             Dalam rangka membangun keberagaman inklusif  dengan tasawuf ada beberapa materi yang dapat dikembangkan dengan nuansa multikultural yang memegang peranan penting dalam membangun lingkungan pendidikan yang pluralis dan toleran. Dengan demikian perilaku tampak sebagai manifestasi cinta dan kepuasan dalam segala hal. Bertasawuf yang benar berarti sebuah pendidikan bagi kecerdasan emosi dan spiritual. Intinya adalah belajar untuk tetap mengikuti tuntunan agama, ketika berhadapan dengan musibah, keberuntungan, kedengkian orang lain, tantangan hidup, kekayaan, kemiskinan atau sedang dalam kondisi pengendalian diri atau pengembangan potensi diri.

Page 3 of 11 | Total Record : 108