cover
Contact Name
Bambang
Contact Email
bambang.afriadi@yahoo.co.id
Phone
+6285692038195
Journal Mail Official
islamika@unis.ac.id
Editorial Address
Jl. Maulana Yusuf No.10 Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, 15118 Banten
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya
ISSN : 26865653     EISSN : 18580386     DOI : https://doi.org/10.33592/islamika
ISLAMIKA publication of scientific works both scientific and the results of research, service and development of teaching materials related to religion, Islamic religious education and socio-cultural.
Articles 95 Documents
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Wahyudin, Yuyu; Syairozi, Ishak; Rosbandi, Rosbandi
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 13 No 2 (2019): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.09 KB) | DOI: 10.33592/islamika.v13i2.343

Abstract

AbstarctPersonality is kseluruhan typically owned by any person as the intellectual, emotional, motivational and sociality that is the result of a development that has been passed by the individual. Education as one of the factors that is very influential on one's personality, education plays a very important role in shaping one's personality, such as Islamic education carried out through lessons or guidance as examples are found in the classical books, should be able to shape Muslim personalities either in accordance with the teachings of the carries. Fostering individual Muslim is required. And because a Muslim person cannot be realized except with education, education becomes obligatory in the Islamic view. Thus the formation of Muslim personality is essentially a formation of good habits and in harmony with the moral values of al-karimah. For that every Muslim is recommended to lifelong learning, from birth (familiarized with the good) until the very end (fixed in goodness). Formation of the personality through education relentless (Long Life Education)AbstrakKepribadian adalah kseluruhan khas yang dimiliki oleh setiap orang seperti intelektual, emosional, motivasi serta sosialitas yang merupakan hasil dari sebuah perkembangan yang telah dilalui individu. Pendidikan sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang, pendidikan memegang peranan yang sangat penting terhadap pembentukan kepribadian seseorang, seperti halnya pendidikan Islam yang dilakukan melalui pelajaran atau bimbingan sebagai contohnya adalah yang terdapat dalam kitab-kitab klasik, seharusnya mampu membentuk kepribadian muslim secara baik sesuai dengan ajaran yang dibawanya. Membina pribadi muslim adalah wajib. Dan karena pribadi muslim tidak mungkin terwujud kecuali dengan pendidikan, maka pendidikan itu menjadi wajib dalam pandangan Islam. Dengan demikian pembentukkan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan  suatu pembentukkan kebiasaan yang baik dan serasi dengan nilai akhlak al-karimah. Untuk itu setiap muslim dianjurkan untuk belajar seumur hidup, sejak lahir (dibiasakan dengan yang baik) hingga akhir hayat (tetap dalam kebaikan). Pembentukkan kepribadian melalui pendidikan tanpa henti (Long Life Education).
MEDIA PERSPEKTIF SEJARAH HUKUM DAN PRAKTIKNYA DI PENGADILAN INDONESIA ., Karmawan
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 13 No 1 (2019): Januari-Juni
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.519 KB) | DOI: 10.33592/islamika.v13i1.151

Abstract

Pada awalnya mediasi merupakan bagian dari alternatif penyelesaian sengketa yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif Penyelesaian Sengketa. Arbitrase merupakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang sudah sejak lama diakui keberadaannya. Sesuai dengan maknanya, mediasi berarti menengahi. Seorang mediator tidaklah berperan sebagai judge yang memaksakan pikiran keadilannya, tidak pula mengambil kesimpulan yang mengikat seperti arbitrer tetapi lebih memberdayakan para pihak untuk menentukan solusi apa yang mereka inginkan. Mediasi dianggap intrument efektif dalam penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak menemukan penyelesaian yang memuaskan dan memenuhi rasa keadilan.
DALIL QATH’I DAN ZHANNI Mas'ud, Muhamad
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 13 No 1 (2019): Januari-Juni
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.293 KB) | DOI: 10.33592/islamika.v13i1.156

Abstract

Pembahasan qath’i dan Zhanni hanya dapat ditemukan di kalangan ahli ushul fiqh ketika mereka menganalisis kebenaran sumber suatu dalil serta kandungan makna dalil itu sendiri. Para ahli usul fiqh membagi dalil atas tiga bentuk, yaitu nas, zahir, dan mujmal. Dalil dalam kategori nas diartikan oleh jumhur ushul fiqh sebagai dalil yang tidak memiliki kemungkinan makna lain.  Sedangkan dalil dalam kategori zahir dan mujmal termasuk dalil yang bersifat Zhanni, karena makna dalil dalam kategori ini masih mengandung kemungkinan makna lain.
ARAH POLITIK PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA ABAD KE 21 Rahmatullah, M. Asep; Munawati, Siti; Suryagalih, Sugih
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 13 No 2 (2019): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.323 KB) | DOI: 10.33592/islamika.v13i2.344

Abstract

Abstarct The Political Direction of Islamic Education In the 21st century, history has noted that Islamic education in Indonesia has taken root since the entry of Islam into the archipelago, that Islamic education is perfectly upright and perfect is inseparable from the role of the sultans, scholars, and Muslims continues to try to carry out the study of science majors , discussion, writing in the context of jihad fi sabillilah tafaqohu fiddien for the glory of Islam. It is also supported by Islamic political policies that are very beneficial for the interests of the world of Islamic education. Since the destruction of the Caliphate of the Ottoman Turkish Islamic government and the destruction of the Islamic kingdoms in Indonesia and the world. Then the condition of Islamic education experienced ups and downs and the lack of support from the Indonesian government. Therefore, after Indonesia's independence and the increasingly open world of globalization and modernization, it is necessary to look for ideas and ideal forms that are integrally holistic for the world of Islamic education. As well as being able to influence the policies of the Indonesian government and master the political policies of 21st century Islamic education for the future of Indonesian Muslims.Abstark Arah Politik Pendidikan Islam Abad ke 21, sejarah telah mencatat bahwa pendidikan Islam di Indonesia telah mengakar dari sejak masuknya Islam ke nusantara, pendidikan Islam tegak secara sempurna dan paripurna tidak lepas dari peranan para sultan, ulama, dan kaum muslimin yang terus berupaya melakukan kajian majlis ilmu, diskusi, menulis serta aktif dalam gerakan dakwah dan jihad fi sabillilah untuk kejayaan islam. Setelah menancapkan kekuasaan Islam, maka sistem pendidikan islam di topang oleh kebijakan politik Islam yang sangat menguntungkan bagi kepentingan dunia pendidikan Islam. Sejak kehancuran kekhalifahan pemerintahan Islam turki utsmani dan kehancuran kerajan-kerajaan Islam di Indonesia dan dunia. Maka kondisi pendidikan Islam mengalami pasang surut kemunduran dan kurangnya dukungan pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, setelah Indonesia merdeka dan semakin terbukanya dunia globalisasi dan modernisasi, maka perlu mencari ide, dan format yang ideal secara integralistik holistik untuk dunia pendidikan Islam. Serta dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah Indonesia dan menguasai kebijakan politik pendidikan Islam abad ke 21 untuk masa depan umat Islam bangsa Indonesia.
STUDI PERUMPAMAAN AL-QUR’AN Haromaini, Ahmad
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 13 No 1 (2019): Januari-Juni
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (870.792 KB) | DOI: 10.33592/islamika.v13i1.152

Abstract

Sebagai kitab suci, al-Qur’an mendudukkan posisinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Lalu apakah kedudukan tersebut mampu menjadi bermakna bagi manusia? Karena bila mereka dapat mampu memahami setiap pesan yang disampaikannya. Namun demikian pemahaman yang dimiliki setiap manusia yang dijumpainya memiliki ragam. Keragaman tersebut pada gilirannya mengharuskan al-Qur’an menempuh cara agar setiap pesan yang diutarakannya. Amtsal al-Qur’an sebagai sebuah metode dinilai mampu mendekatkan manusia mudah memahami setiap pesan tersebut. Peran itulah yang kemudian ditempu amtsal al-Qur’an membantu memahamkan tersebut, mulai dari amstal al-musharahhah, kaminah dan mursalah. Ketiga bentuk ini kemudian menjadi solusi efektif dan sangat membantu mereka yang sulit dan cenderung meragukan setiap ajaran yang disampaikan rasul. Menurut penulis amtsal al-Qur’an menjadi salah satu metodologi penyampaian setiap pesan di tengah masyarakat yang mengalami kesulitan memahami setiap pesan yang disampaikan
MEMBANGUN KARAKTER DARI MASJID (Pendidikan Karakter Perspektif Tafsir) Rachman, Abdul; Haromaini, Ahmad
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 13 No 2 (2019): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.702 KB) | DOI: 10.33592/islamika.v13i2.340

Abstract

AbstractThe mosque as a place of worship not only serves as a place to do ubudiyyah. Its existence plays a role in the formation of human character. However, has the mosque's role been in accordance with the characteristics it has? and how to build the character of the mosque? Through this study, the authors conducted data analysis sourced from several interpretations of the Qur'an related to character and mosque. The purpose of this research is to find out how to optimize the mosque in accordance with the provisions of the shari'ah and the characters that can be taken from the mosque. From the results of data analysis, this study concludes that building the character of a mosque can be done by growing a personality that is able to create a sense of security to anyone, be reasonable, do good deeds, behave cleanly, have a fear of God, piety and submission.AbstrakMasjid sebagai rumah ibadah tidak hanya berfungsi sebagai tempat melakukan ubudiyyah. Eksistensinya berperan pada pembentukan karakter manusia. Namun demikian sudahkah peran masjid sudah sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya? dan bagaimana membangun karakter dari masjid? Melalui penelitian ini, penulis melakukan analisis data yang bersumber dari beberapa tafsir al-Qur’an yang berhubungan dengan karakter dan masjid. Tujuan penelitian adalah ingin mengetahui  bagaimana optimalisasi masjid sesuai dengan ketentuan syari’at dan karakter-karakter yang dapat diambil dari masjid. Dari hasil analisa data maka penelitian ini menyimpulkan bahwa membangun karakter dari masjid dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan kepribadian yang mampu menciptakan rasa aman kepada siapa pun, bersikap wajar, beramal shalih, berperilaku hidup bersih, memiliki rasa takut kepada Tuhan, takwa dan ketundukan.
POLIGAMI/POLIGINI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Mas'ud, Muhamad; Abdurrahman, Asep; Al-Fahmi, Faiz Fikri
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 13 No 2 (2019): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.214 KB) | DOI: 10.33592/islamika.v13i2.345

Abstract

AbstractMarriage is formed to create a harmonious, happy, and prosperous family (sakinah, mawaddah, and rahmah). Polygyny or better known as polygamy has always been a subject of fiqh which has always been excellent among fiqh experts and researchers of Islamic law. This form of polygamy is well known among medes, babylonia, abyssinia, and Persians. The Prophet Muhammad allowed polygamy among his people because it was also practiced by the Greeks, among whom even a wife could not only be exchanged but could also be traded commonly among them. Australia and Mormons in America. Even Hinduism in India does not prohibit polygamy. The jahiliyyah Arabs married a number of women and regarded them as possessions, even in large part, especially as they were not part of a marriage because the women could be brought, owned and sold as they pleased. Polygamy becomes an emergency exit for a husband who has been established in household mahligai as a protection against adultery.  AbstrakPerkawinan dibentuk untuk menciptakan keluarga yang bernuansa harmonis, bahagia, dan sejahtera, (sakinah, mawaddah, dan rahmah). Poligini atau lebih dikenal dengan istilah poligami senantiasa menjadi bahasan fiqih yang selalu menjadi primadona dikalangan para ahli fiqih dan para peneliti hukum Islam. Bentuk poligami telah dikenal diantara orang-orang medes, babilonia, abesinia, dan Persia. Nabi Muhammad SAW membolehkan poligami diantara masyarakatnya karena telah dipraktekkan juga oleh orang-orang yunani yang diantaranya bahkan seorang istri bukan hanya dapat dipertukarkan tetapi juga dapat diperjual belikan secara lazim diantara mereka. Australia serta mormon di Amerika. Bahkan ajaran hindu di India tidak melarang poligami. Orang-orang arab jahiliyyah menikahi sejumlah wanita dan menganggap mereka sebagai barang kepunyaan bahkan dalam sebagian besar khususnya ia bukanlah bagian perkawinan karena para wanita itu dapat dibawa, dimiliki, dan dijual sekehendaknya. Poligami menjadi sebuah emergency exit bagi seorang suami yang telah mapan dalam mahligai rumah tangga sebagai proteksi terhadap perbuatan perzinaan.
POTENSI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN ., Irawan
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 13 No 1 (2019): Januari-Juni
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.568 KB) | DOI: 10.33592/islamika.v13i1.153

Abstract

Manusia menurut agama Islam adalah makhluk Allah yang berpotensi. Di dalam al-Quran ada tiga kata yang digunakan untuk menunjuk kepada manusia, kata yang digunakan adalah bashar, insan atau nas dan bani adam. Potensi itu meliputi: potensi jasmani (fisik), ruhani (spiritual), dan akal (mind). Ketiga potensi ini akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri. Manusia diberi kebebasan untuk menentukan takdirnya. Semua itu tergantung dari bagaimana mereka memanfaatkan potensi yang melekat dalam dirinya. Secara umum, macam-macam potensi manusia terdiri dari (1) Potensi fisik, merupakan organ fisik manusia yang dapat digunakan dan diberdayakan untuk berbagai kepentingan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. (2) Potensi mental intelektual (intelectual quotient), merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak belahan kiri). (3) Potensi sosial emosional (emotional quotient), merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (terutama otak belahan kanan). (4) Potensi mental spiritual (spiritual quotient), merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar (bukan hanya mengetahui nilai, tetapi menemukan nilai). (5) Potensi ketangguhan (adversity quotient), merupakan potensi kecerdasan manusia yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi. Potensi-potensi tersebut, pada dasarnya masih merupakan kemampuan yang belum terwujud secara optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan hal lain agar potensi tersebut dapat didayagunakan, tentu saja manusia mesti memiliki ambisi. Ambisi inilah yang mendorong orang untuk berusaha meraih keinginannya. Tanpa ambisi, orang hanya akan merasa puas dengan kondisi yang dimilikinya sekarang, tidak ada keinginan untuk mengubahnya menjadi lebih baik
HUKUM BERKEADILAN DINAMIKA NILAI-NILAI KEADILAN DALAM PERKARA PERDATA ISLAM DI PENGADILAN AGAMA Karmawan, Karmawan; Suhaeny, Suhaeny; Nurhalimah, Nurhalimah
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 13 No 2 (2019): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.338 KB) | DOI: 10.33592/islamika.v13i2.341

Abstract

AbstrakTujuan penulisan ini menganalisis keadilan setiap perkara yang masuk di pengadian agama karena masih banyaknya masyarakat kurangnya keadilan terhadap putusan pengadilan agama yang dirasakan, sudah seharusnya menjadi perhatian serius bagi seorang hakim di pengadilan agama memutus perkara peradata Islam secara adil dan bijak. Dengan adanya putusan yang adil dalam setiap perkara maka masyarakat berkeyakinan dan beranggapan bahwa yang dilakukan pengadilan agama sebatas memberikan pelayanan, penegakkan hukum, kepastian hukum serta menciptakan rasa keadilan bagi warga Negara Indonesia, khususnya umat Islam. Dan juga bertujuan agar Peradilan Agama memiliki kemampuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana tertera dalam peraturan perundang undangan. Nilai-nilai keadilan tentu harus diutamakan oleh pengdilan agama agar tidak terjadi multi tafsir dikalangan masyarakat karena masyarakat mengharapkan setiap perkara yang diputuskan melalui hakim di lembaga peradilan menjadi oasis yang sangat diharapkan menuju peradilan yang professional dan berkeadilanAbstractThe purpose of this paper is to analyze the fairness of each case that enters religious prosecution because there are still many people lacking justice in the perceived religious court ruling, it should be a serious concern for a judge in a religious court to decide a case of Islamic justice in a fair and wise manner. With a fair decision in every case, the community believes and believes that what is done by the religious court is limited to providing services, law enforcement, legal certainty and creating a sense of justice for the citizens of Indonesia, especially Muslims. And also aims that the Religious Courts have the ability to carry out their duties and functions as stated in the legislation. The values of justice certainly must be prioritized by religious justice so that there will not be multiple interpretations among the community because the public expects that every case decided through a judge in a judicial institution becomes an oasis that is highly expected to lead to a professional and fair trial.
MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG Rahmawati, Aslihatul; Nuraeni, Neni; Hasim, Hasim
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 13 No 2 (2019): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.935 KB) | DOI: 10.33592/islamika.v13i2.346

Abstract

AbstractThis research was conducted with the aim to find out how much influence the contextual teaching learning model of learning motivation of Islamic education study program students at the Islamic University of Syekh Yusuf Tangerang. The research method used is a quantitative research method with data collection techniques in the form of questionnaires. The respondents of this study were 25 Islamic education study program students. Based on the results of data processing and discussion, it can be concluded that the contextual teaching learning model has a low effect of 11.56% on student learning motivation. But when testing the hypothesis,   implies that  is accepted and rejected . AbstrakPenelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran contextual teaching learning terhadap motivasi belajar mahasiswa program studi pendidikan Islam Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang. Metode  penelitian yang digunakan  adalah metode penelitian kuantitatif  dengan teknik pengumpulan data berupa penyebaran angket. Responden  penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan agama Islam yang berjumlah 25 mahasiswa. Berdasarkan hasil olah data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwasanya Model Pembelajaran contextual teaching learning berpengaruh rendah 11,56% terhadap motivasi belajar mahasiswa. Namun pada saat pengujian hipotesis,  hal ini mengandung arti bahwasanya diterimanya dan ditolaknya .

Page 1 of 10 | Total Record : 95