cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 428 Documents
ENRI DAMANHURI EVALUATION OF LANDFILL AND COST BENEFIT ANALYSIS WASTE MANAGEMENT SYSTEM LANDFILL (CASE STUDY TPA BAKUNG CITY BANDAR LAMPUNG) Phelia, Arlina; Damanhuri, Enri
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 2 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak : Tempat pemrosesan akhir (TPA) Bakung merupakan salah satu tempat pemrosesan akhir sampah yang dikelola oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung. Peningkatan jumlah timbulan sampah di Kota Bandar Lampung sendiri setiap harinya mencapai 750 ? 800 ton/hari atau sekitar 292.000 ton/tahun. Dalam mengevaluasi sistem pengelolaan sampah di TPA Bakung dilakukan dengan menggunakan metode ARRPET, yang dilanjutkan dengan perencanan skenario pengembangan sistem pengelolaan sampah di TPA melalui pendekatan Cost Benefit Analysis (CBA) sehingga efisiensi dari segi biaya ekonomi serta daerah pelayanan untuk Kota Bandar Lampung dan perkembangannya di masa mendatang dapat dijadikan perhatian yang lebih baik pada perencanaan dalam bidang persampahan. Hasil analisis TPA menggunakan metode ARRPET didapatkan nilai indeks risiko sebesar 476,962 dimana tindakan yang direkomendasikan adalah segera merehabilitasi TPA menjadi TPA berkelanjutan. Rehabilitasi TPA yang direncanakan menjadi controlled landfill, dengan perbaikkan secara bertahap. TPA yang sudah direhabilitasi nantinya akan dilakukan perencanaan skenario pengelolaan sampah kota. Hasil analisis biaya manfaat untuk skenario A (business-as-usual) diperoleh nilai BCR 0,67 dan NPV Rp.?4.858.570.081, skenario B (pengelolaan sampah dengan pola 3R) diperoleh nilai BCR tahun 2037 sebesar 0,28 dan NPV Rp.?153.823.436.569, dan skenario C (pola 3R dan pengembangan fasilitas TPA) diperoleh nilai BCR tahun 2037 sebesar 0,30 dan NPV Rp.?125.147.291.399. Hal ini menunjukkan bahwa nilai NPV yang dihasilkan negatif, dimana biaya operasional yang dikeluarkan untuk pengelolaan sampah di TPA Bakung akan lebih besar dibandingkan dengan pemasukannya. Oleh karenanya, nilai tersebut dapat dijadikan informasi untuk pengelola khususnya di TPA, dimana pemerintah bisa mensubsidi biaya baik dalam investasi maupun operasional. Kata Kunci : Analisis Manfaat- Biaya, ARRPET, Bandar Lampung, Skenario, TPA. Abstract: The final processing site (TPA) of Bakung is one of the final waste processing sites managed by the Bandar Lampung City Government. Increasing the amount of waste in the city of Bandar Lampung itself every day reaches 750 - 800 tons / day or around 292,000 tons / year. In evaluating the waste management system in Bakung Landfill, the ARRPET method was carried out, followed by a scenario plan for the development of a waste management system in the TPA through the Cost Benefit Analysis (CBA) approach so that economic costs and service areas for Bandar Lampung and its development in future can be made a better attention to planning in the waste sector. The results of the TPA analysis using the ARRPET method obtained a risk index value of 476,962 where the recommended action is to immediately rehabilitate the landfill into a sustainable landfill. Rehabilitation of landfill planned to be a controlled landfill, with gradual improvement. The rehabilitated landfill will be planned for the city waste management scenario. The results of the benefit cost analysis for scenario A (business-as-usual) obtained a BCR value of 0,67 and NPV Rp.-4.858.570.081, scenario B (waste management with a 3R) obtained BCR values in 2037 of 0,28 and NPV Rp .-153.823.436.569, and scenario C (3R and development of landfill facilities) obtained BCR values in 2037 of 0,30 and NPV of Rp.-125.147.291.399. This shows that the NPV value produced is negative, where the operational costs incurred for waste management in Bakung Landfill will be greater than the income. Therefore, this value can be used as information for managers, especially in landfill, where the government can subsidize costs both in investment and operations. Keywords: ARRPET, Benefit Cost Analysis, Bandar Lampung, Landfill, Scenario.
ANALISA KINERJA FAKTOR KEBERHASILAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN KEGIATAN INDUSTRI MINYAK DENGAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIRONMENT PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IEPMS) – AHP Abrori, Reiza Fandrio; Oginawati, Katharina
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Abstrak: Sistem manajemen lingkungan menjadi fokus utama dalam upaya melindungi lingkungan saat ini. Untuk itu diperlukan analisa kinerja faktor keberhasilan dalam implementasi sistem manajemen lingkungan pada lingkup perusahaan agar dapat menjadi sebuah penilaian dan pengukuran terhadap faktor yang sudah baik atau terdapat faktor yang perlu dilakukan pembenahan. Daerah penelitian yang ditinjau adalah perusahaan Migas yang telah memiliki sistem manajemen lingkungan, atau bahkan telah mendapat sertifikasi ISO 14001. Ditetapkan beberapa faktor kinerja yang akan ditentukan dengan pendekatan Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS) dalam mengidentifikasi Key Enviromental Performance Indicator (KEPI). Untuk menyusun hierarki model dan mendapatkan bobot setiap KEPI digunakan Analytic hierarchy process (AHP) dalam mengolah data kuesioner perbandingan berpasangan sehingga dapat ditentunkan bobot kepentingan KEPI. Untuk selanjutnya dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan Objective Matrix (OMAX) dalam penilaian tingkat kinerja perusahaan dalam melakasanakan Sistem Manajemen Lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 dengan faktor yang paling berpengaruh adalah kebijakan lingkungan perusahaan serta keuntungan yang paling dirasakan adalah meningkatkan kepercayaan pelanggan. Kata kunci: Sistem Manajemen Lingkungan, Integrated Environment Performance Measurement System, ISO, ISO 14001, AHP, Lingkungan berkelanjutan Abstract: Environmental management systems are the main focus of efforts to protect the environment today. It is necessary to analyze the performance of success factors in the implementation of environmental management system on the scope of the company in order to become an assessment and measurement of factors that are good or there are factors that need improvement. The research areas reviewed are oil and gas companies that already have an environmental management system, or even have received ISO 14001 certification. Several performance factors will be determined by the Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS) approach in identifying Key Enviromental Performance Indicator (KEPI). To compile the model hierarchy and get the weight of each KEPI used Analytic hierarchy process (AHP) in processing the data paired comparison questionnaire so that it can be weighted the importance of KEPI. For further measurement using Objective Matrix (OMAX) in the assessment of company performance level in carrying out Environmental Management System. Company has a good performance in implementing the environmental management system ISO 14001 with the most influential factor is the company's environmental policy and the most perceived advantage is to increase customer confidence. Keywords: Environmental Management System, Integrated Environment Performance Measurement System , ISO, ISO 14001, AHP,Sustainable environments
PENYISIHAN PEWARNA TEKSTIL REAKTIF OLEH JAMUR PELAPUK PUTIH DAN EKSTRAK KASAR ENZIM LAKASE YANG DIPRODUKSI PADA SUBMERGED FERMENTATION FORM Kardena, Edwan; Dewi, Intan Lestari
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 2 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Pengolahan air limbah tekstil yang mengandung antrakuinon dan pewarna azo merupakan tantangan besar karena struktur aromatik dan toksisitasnya yang kompleks. Penelitian ini mempelajari penyisihan pewarna antrakuinon reactive blue 4 (RB4), single azo reactive orange 16 (RO16), dan diazo reactive red 120 (RR120) juga reactive black 5 (RB5) dengan konsentrasi awal 150 mg/L dalam medium padat (PDA) dan submerged fermentation form (SFF) menggunakan berbagai jamur pelapuk putih (JPP). T. versicolor memiliki aktivitas enzim dominan terbaik (lakase) di antara JPP lain (186 U.l-1). Studi penyisihan warna diamati pada kondisi SFF dan hanya menggunakan ekstrak kasar enzim lakase. Untuk kultur cairan jamur menggunakan medium kirk, T. versicolor secara positif dapat menyisihkan pewarna tekstil reaktif. Diantara empat pewarna yang digunakan, RB4 memiliki persentase penyisihan warna tertinggi (99,99%), dibandingkan dengan RB5 (98,03%), RR120 (90,56%) dan RO16 (63,52%). Uji stabilitas pH dan suhu menunjukkan bahwa ekstrak kasar enzim lakase memiliki aktivitas terbaik dalam kisaran pH 2,4 dan suhu 20 0C. Persentase penyisihan warna terbaik menggunakan ekstrak kasar enzim lakase adalah RB4 yaitu 99,84% dengan waktu inkubasi selama 60 menit. Metabolit yang terbentuk setelah biotransformasi oleh ekstrak kasar enzim lakase diamati menggunakan FTIR. Hasil spektra FTIR menunjukkan bahwa struktur antrakuinon, ikatan nitrogen, dan gugus amina RB4 dapat dipecah oleh ekstrak kasar enzim lakase. Studi toksisitas menggunakan Bacillus sp. menegaskan bahwa produk biotransformasi RB4 berkurang toksisitasnya dibandingkan dengan pewarna induk sebelum dilakukan pengolahan. Kata kunci: Azo, Antrakuinon, Jamur pelapuk putih, Lakase Abstract: Treatment of textile wastewater containing anthraquinone and azo dye is quite a huge challenge due to its complex aromatic structure and toxicity. This study investigated the decolorization of anthraquinone dye reactive blue 4 (RB4), Single azo reactive orange 16 (RO16), and diazo reactive red 120 (RR120) also reactive black 5 (RB5) with initial concentration of 150 mg/l in solid medium (PDA) and Submerged fermentation form (SFF) by various white rot fungi (WRF). T. versicolor has the best dominant enzyme activity (laccase) among others WRF (186 U.l-1). Decolorization study was observed in both SFF condition and using only crude enzyme. For SFF using kirk medium T. versicolor positively degrading reactive textile dyes. Among four different dyes, RB4 has the highest decolorization percentage (99.99%), compared to RB5 (98.03 %), RR120 (90.56 %) and RO16 (63.52 %). pH and thermo stability test show that laccase crude enzyme has the best activity in pH range 2.4 and temperature of 20 0C. The best decolouration percentage using crude enzyme is RB4 as obtained 99.84% in 60 min. The metabolites formed after biotransformation was characterized by FT-IR. The results of FTIR spectra showed that the anthraquinone structures, nitrogen linkages and amino groups of RB4 were destroyed by laccase crude enzyme. Toxicity study using Bacillus sp. confirmed that biotransformation product of RB4 is less toxic compared to parent dye.   Keywords: Azo, Anthraquinone, Laccase, White rot fungi
KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI PADA BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR LIMBAH TEKSTIL DENGAN TEKNIK FORCED-AERATED STATIC PILE (STUDI KASUS: LAHAN SAWAH RANCAEKEK) Primanandi, Dendy; Effendi, Agus Jatnika
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak : Perkembangan industri tekstil setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Dimana limbah warna yang dihasilkan pun tentunya juga akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Studi kasus yang diambil pada penelitian bioremediasi tanah tercemar limbah tekstil ini dilakukan pertama kali dengan menggunakan sampel tanah yang berada di area persawahan di daerah Rancaekek denga menerapkan teknologi forced-aerated static pile. Bakteri indigenous diperbanyak dan diinokulasikan pada media SBS yang sudah yang ditambahkan zat warna sebagai adaptasi dan perolehan parameter kinetika pertumbuhan bakteri. Parameter kinetika bakteri yang diperoleh yaitu nilai laju pertumbuhan spesifik (µ), laju pertumbuhan sepsifik maksimum (µmax), konstanta setengah jenuh (KS), koefisien sintesa sel (Y), laju pemanfaatan substrat spesifik (q), laju pemanfaatan substrat spesifik maksimum (qmax), dan koefisien kematian endegenous (Kd), berturut-turut adalah sebesar 0,01111-0,1326/jam; 0,1979/jam; 189 TCU mg/l; 0,0028; 39,7-47,4/jam; 70,69/jam; 0,0033/jam. Dari hasil pengukuran karakteristik awal yang dilakukan, struktur tanah tergolong lempung berlanau dengan porositas 83%. Konsentrasi warna awal yang terkandung adalah sebesar 1.846 TCU mg/l. Populasi bakteri heterotrof yang didapatkan saat awal sebanyak 210.104 CFU/g tanah dan autotrof sebanyak 217.103 CFU/g tanah. Variasi laju udara dan pH diujikan pada skala reaktor sederhana sistem batch menggunakan reaktor sederhana. Variasi laju udara yang diinjeksikan ke dalam pile tanah  sebanyak empat perlakuan yaitu (0,6; 1,05; 1,35; dan 1,8) LPM, disertai dengan kontrol. Laju penurunan warna tertinggi yang dicapai selama 74 hari penelitian adalah pada laju udara 1,05 LPM, dengan efisiensi sebesar 49%. Laju udara optimum yang didapatkan pada hasil penelitian dilanjutkan sebagai acuan pada empat variasi pH yaitu 4-5; 6-7; 7-8; 8-9; disertai dengan kontrol. Penurunan warna  tertinggi yang dicapai adalah pada variasi pH 7-8 dengan konsentrasi akhir yang dicapai adalah 783 TCU mg/l. Kata kunci: bioremediasi, biopile forced-aerated static pile, zat warna, limbah tekstil Abstract : The development of the textile industry continues to increase every year. Where dy-containing wastewater will certainly also have a negative impact on the surrounding environment. Bioremediation soil contaminated with textile effluent this research was first conducted by using soil samples located in paddy fields in Rancaekek area. Forced-aerated static pile technology can improve the biodecolorization process of textile effluent. Indigenous bacteria are reproduced and inoculated on SBS media that have been added to the dye as an adaptation and acquisition of bacterial growth parameters. Parameters of bacterial kinetics obtained were the value of specific growth rate (µ), maximum septic growth rate (µmax), half saturated constant (KS), cell synthesis coefficient (Y), specific substrate utilization rate (q), maximum specific substrate utilization rate (qmax), and endegenous mortality coefficient (Kd), respectively 0,01111-0,1326/hour; 0,1979/hour; 189 TCU mg/l; 0,0028; 39,7-47,4/hour; 70,69/hour; 0,0033/hour. From the results of the measurement of the initial characteristics carried out, the soil structure is classified as dusty and slightly clayy clay. The initial color concentration contained was 1.846 TCU mg / l. The population of heterotrophic bacteria obtained at the beginning was 210.104 CFU / g of soil and autotrophs of 217.103 CFU/g of soil. Variations in air rate and pH were tested on a simple reactor batch system using a simple reactor. Variations in the rate of air injected into the soil pile were four treatments, namely (0,6; 1,05; 1,35; and 1,8) LPM, and control. The highest color decolorization rate that was able to be achieved during 74 days of research was at an air rate of 1,05 LPM, with a final color concentration reaching 941 TCU mg/l. The optimum air rate obtained in the results of the study was continued as a reference on four pH variations of 4-5; 6-7; 7-8; 8-9; and control. The highest decolorization achieved was the variation of pH 7-8 with the final concentration achieved was 783 TCU mg/l. Keywords: bioremediation, biopile forced-aerated static pile, dye stuff, textile effluent
ANALISA DAYA BELI MASYARAKAT TERHADAP TARIF AIR BERSIH (PDAM) KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) Akmaludin, Muhamad; Yuniati, Yuniati
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 1 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Air adalah elemen penting dalam kehidupan manusia. Air digunakan untuk berbagai keperluan termasuk sebagai sumber air minum, kegiatan domestik, dan pendukung aktivitas manusia lainnya. Tujuan penelitian adalah menganalisis nilai ekonomi pelayanan air bersih dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kemauan membayar (WTP) untuk pembayaran jasa pelayananan PDAM Kota Bandung. Metode yang digunakan adalah Contingent Valuation Metode (CVM). CVM adalah spesifik teknik survei yang menanyakan masyarakat tentang nilai sebuah komoditas yang mereka terima agar sebanding dengan nilai jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai pasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk membayar jasa lingkungan dalam penelitian ini antara lain rata-rata pendapatan rumah tangga, jumlah pengguna air, dan jumlah kebutuhan air. Nilai WTP yang dimaksud dari Penelitian ini adalah nilai yang dianggap oleh responden sebanding untuk jasa lingkungan pelayanan air bersih PDAM Kota Bandung per meter kubik per rumah tangga. Nilai WTP rata-rata responden untuk skenario I adalah Rp5.992/m3/bulan, sedangkan nilai rata-rata WTP skenario II adalah Rp7.534/m3/bulan. Penelitian ini juga menghasilkan nilai ATP dari rata-rata responden adalah Rp3.752. Nilai ATP yang lebih kecil dari nilai WTP menunjukkan bahwa kemauan membayar masyarakat untuk membayar pelayanan PDAM lebih besar daripada kemampuan masyarakat. Dari hasil ini, PDAM Kota Bandung dapat meningkatkan pelayanan dengan melakukan pengembangan sistem penyediaan air minum. Dua alternatif sistem yang direkomendasikan antara lain yaitu alternatif sistem 1 dengan sumber air baku DAS Ciwidey dengan kapasitas 1.800 l/detik sedangkan alternatif sistem 2 yaitu dengan menggunakan sumber air baku dari intake Cikalong berkapasitas 1.400 L/detik. Kata kunci: Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, daya beli masyarakat, contingent valuation method (CVM), kelayakan finansial, Kota Bandung Abstract: Human life depends greatly on water. Water takes part in various purposes in human activities including drinking, domestic use, and other activities. The objective of the research was to have a comprehend analysis about the economic value of clean water services and the driving factors that influence the willingness to pay (WTP) for PDAM of Bandung City services payment. This study used the Contingent Valuation Method (CVM). CVM is a specific survey technique that asks respondent about the comparable value of the public commodity they obtained which does not have market value. Factor which influenced the willingness to pay (WTP) for the clean water services are, the mean household income, water service users, and the water demand. WTP value obtained from this study shows a  value that is considered affordable by the respondent  for clean water services by PDAM Kota Bandung per cubic meter per household. The average WTP value of respondents in first scenario is Rp5,992/m3/month, while the average WTP value of the second scenario is Rp7,534/m3/month. While the average ATP value of respondents is Rp3,752, which is smaller than the value of WTP, it can be said that the willingness to pay the community to pay for PDAM services is greater than its ability. PDAM of Bandung City can improve services by developing a drinking water supply system, there are two alternative systems, namely alternative system 1 with raw water sources originated from Ciwidey watershed with capacity of 1,800 lps while alternative systems 2 with raw water sources of Cikalong intakes have a capacity of 1,400 lps. Keywords: Drinking Water Supply System Development, community's purchasing ability, Contingent Valuation Method (CVM), financial feasibility, Bandung City.
PEMANFAATAN HASIL PENGOLAHAN SLUDGE PRODUCED WATER INDUSTRI LNG SEBAGAI FERTILIZER ATAU PEMBENAH TANAH Andhika, Sena; Effendi, Agus Jatnika
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 24, No 2 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Perkembangan industri minyak dan gas berbanding lurus dengan jumlah limbah yang dikeluarkan, mengakibatkan semakin banyaknya industri migas yang bermasalah dengan limbah sludge dalam jumlah besar yang bahaya terhadap. Salah satu solusi adalah pemanfaatan sludge tersebut menjadi produk lain. Limbah LNG memiliki kandungan C organik yang tinggi hal ini memungkinkan jika limbah LNG dapat dimanfaatkan menjadi fertilizer atau pembenah tanah yang sesuai dengan PERMENTAN 70/2011. Dalam penelitian ini metode yang dilakukan untuk proses pemanfaatan yaitu static aerated biopile. Proses tersebut menggunakan aerasi statik dengan tambahan daun kering sebagai bukling agent dengan perbandingan volume efektif 1:3 (Gilang.2014). Hasilnya kompos yang dihasilkan mempunyai kandungan C-organik 36,80% ,C/N 22,64 dan parameter lain yang memenuhi PERMENTAN 70/2011. Pengamatan pada uji efektifitas hasil kompos, menunjukan dosis optimum pada tanaman uji Pakchoy (Brassica rapa L) dan rumput gajah (Pennisetum purpureum Schaum) masing-masing adalah sebesar 30% dan 50%. Kandungan logam berat pada tanaman uji dan media tanam pasca panen masih berada konsentrasi yang normal dan berada di bawah batas yang diperbolehkan. Uji TCLP dan Toksisitas terhadap biosludge hasil olahan menunjukan bahwa materi ini tidak berbahaya dan tidak memberikan dampak negatif yang berarti terhadap lingkungan. Kata kunci: Static aerated biopile, sludge, fertilizer, pembenah tanah, uji efektivitas tanaman. Abstract: The development of the oil and gas industry goes line in line to the amount of the waste produced, resulting in the increasing number of oil and gas industry who have problems with sludge in large amounts which may harm the environment. LNG waste has a high content of organic C, causing the C/N ratio is high too, this might be possible if sludge can be utilized as fertilizer or soil conditioner that suit the standards of PERMENTAN 70/2011. The method used in the manufacturing process product is called static aerated biopile. Static aerated is used in that process by adding dried leaves as bukling agent with an effective volume ratio of 1: 3 (Gilang.2014). The compost produced has a C-organic content of 36.80%, C / N 22.64, and other parameters according PERMENTAN 70/2011. Observations on the effectiveness compost test, shows the optimum dose at Pakchoy test plants (Brassica rapa L) and elephant grass (Pennisetum purpureum Schaum) respectively by 30% and 50%. The content of heavy metals in plants growing media test and post-harvest remained normal concentration and were below the exposure limits. TCLP test and toxicity of the biosludge processed results show that this material is not harmful and does not give a significant negative impact on the environment. Keywords: Static aerated biopile, sludge, fertilizer, soil conditioner, test the effectiveness of plan.
PENYISIHAN ZAT WARNA NAPHTHOL PADA LIMBAH CAIR BATIK DENGAN METODE ADSORPSI MENGGUNAKAN ADSORBEN TANAH LIAT DAN REGENERASINYA Atirza, Valerie; Soewondo, Prayatni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abtrak: Industri Kecil Menengah (IKM) batik merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses pewarnaan dengan kandungan zat warna yang tinggi juga mengandung bahan-bahan kimia sintetis yang cukup stabil dan sukar untuk diuraikan/didegradasi secara alami, sehingga dapat membahayakan lingkungan sekitar. Apabila konsentrasi yang dibuang ke lingkungan cukup tinggi maka dapat menaikkan nilai COD (Chemical Oxygen Demand). Salah satu metode pengolahan limbah cair khususnya hasil proses pewarnaan batik, saat ini yang banyak dilakukan penelitian dan pengembangan adalah adsorpsi dengan menggunakan berbagai jenis adsorben yang berbeda beda. Alternatif lain jenis adsorben yang digunakan adalah tanah liat (clay), hal ini dilakukan mengingat keberadaan tanah liat melimpah di alam dan merupakan bahan alami yang dapat ditemukan hampir di semua wilayah Indonesia khususnya di Bandung, Jawa Barat. Zat warna naphthol merupakan salah satu pewarna sintetis yang digunakan dalam pembuatan batik. Pada penelitian ini dilakukan proses adsorpsi menggunakan limbah cair yang mengandung zat warna naphthol dari hasil proses pembuatan batik dengan adsorben tanah liat dan regenerasinya. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi terbesar untuk adsorben tanpa modifikasi adalah 65,648% dengan dosis 1,5 gr dan waktu kontak 30 menit, sedangkan adsorben dengan modifikasi didapat efisiensi sebesar 82,809% untuk dosis 2 gr dan waktu kontak 60 menit. Kinetika yang menggambarkan proses adsorpsi adalah kinetika pseudo orde 2 untuk kedua adsorben dan isoterm adsorpsi adalah isotherm Freundlich. Kata kunci: adsorpsi, tanah liat, napthol, isoterm Abstract: Small and medium industry (IKM) batik is one of the producers of liquid waste that comes from the process of staining with substances of high color also contains synthetic chemicals that are fairly stable and difficult to untangle/degradation in naturally, so that can harm the environment. When the concentration of dumped into the environment high enough then it can raise the value of COD (Chemical Oxygen Demand). One of the liquid waste processing methods in particular results of batik coloring process, which is currently much research and development is carried out adsorption using various types of different adsorbents. Other alternative types of adsorbents used is clay, this is done considering the existence of clay abundant in nature and are the natural ingredients that can be found in almost all regions of Indonesia especially in Bandung, West Java. Naphthol color substances is one of the synthetic dyes are used in the making of Batik. On the research of the adsorption process was carried out using liquid waste containing the substance the color results from naphthol batik processing with adsorbent clay and its regeneration. The results showed the greatest efficiency for adsorbents without modification was 65.648% with a dose of 1.5 grams and a contact time of 30 minutes, while the adsorbent with modification obtained efficiency of 82.809% for a dose of 2 grams and 60 minutes contact time. Kinetics that describes the process of adsorption is a pseudo second-order kinetics for both the adsorbent and adsorption isotherm is Freundlich.Keywords: adsorption, clay, naphthol dyes, isotherm
OPTIMALISASI JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM MENGGUNAKAN PENERAPAN DISTRICT METER AREA (DMA) PADA PDAM KABUPATEN PASAMAN BARAT UNIT SIMPANG AMPEK Rozaq, Ziad Abdul; Iqbal, Rofiq
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 2 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Unit Simpang Ampek merupakan salah unit PDAM di Kabupaten Pasaman Barat, unit ini berada di pusat pemerintahan dan pemukiman dengan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah penduduk tertinggi. Selain itu, unit Simpang Ampek memiliki jumlah pelanggan PDAM terbesar yaitu 4.116 sambungan dari total 7.816 sambungan di Kabupaten Pasaman Barat pada bulan Januari 2017. Sambungan pipa ini kerap kali mengalami kebocoran air sehingga PDAM Kabupaten Pasaman Barat termasuk kategori sakit dengan kebocoran mencapai 55,7% dari debit air yang didistribusikan. Oleh karena itu, PDAM harus mampu mengembangkan strategi pendekatan proaktif dalam melakukan analisis, desain, dan manajemen jaringan distribusi air melalui sistem komputasi dengan simulasi melalui perangkat lunak. Salah satu bentuk pendekatan tersebut adalah pembentukan sistem District Meter Area (DMA). Penelitian ini menggunaka 3 skenario, skenario 1 yang terdiri dari 3 zona dengan maksimal layanan 700-1.800 SR per zona, skenario 2 yang terdiri dari 4 zona dengan maksimal layanan 500-1.600 SR per zona, dan skenario 3 yang terdiri dari 5 zona dengan maksimal layanan 500-1.100 SR per zona. Berdasarkan rasio investasi, ketiga skenario tersebut masuk dalam kategori layak dengan rasio investasi sebesar 0.6 untuk skenario 1 dan 2, dan 0.7 untuk skenario 3. Berdasarkan hasil analisa teknis dan finansial, DMA skenario 3 terpilih sebagai desain yang efektif diterapkan karena pada penerapan DMA skenario 3 ini, membagi wilayah layanan distribusi Unit Simpang Ampek menjadi 5 zona. Berdasarkan hasil simulasi Epanet, Jumlah Node dengan tekanan di bawah 10 m paling kecil, yakni 9,6%. Selain itu ditinjau dari finansial, penerapan DMA Skenario 3 ini membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 2.322,150,000,- dengan NPV, BCR dan PP selama periode analisis 18 tahun berturut-turut sebesar Rp 33.065.419.570,- ; 1,11 ; dan 10,01 tahun. Desain DMA skenario 3 ini memiliki ukuran zona layanan yang relatif kecil untuk meningkatkan kesadaran ?awarness? kebocoran pipa, perbaikan kebocoran secara aktif, mempermudah operasional penurunan kehilangan air fisik yang pada akhirnya akan mempercepat penurunan angka kehilangan air fisik. Kata kunci: Simpang Ampek, PDAM, DMA, epanetAbstract: Unit Simpang Ampek is one of PDAM unit in West Pasaman regency, This unit is in the centre of government and residential area, with the highest population and highest population growth rate.  Moreover, Unit Simpang Ampek has the highest number of consumer, with 4,116 of service connection from total 7,816 in January 2017. However, sometimes leakage occurs from this connection. This causes this PDAM belong to bad service category with percentage of leakage reaches 55.7% of total distributed water. Due to this condition, PDAM must develop strategy using proactive approach in analysing, design, and management of water distribution using computerizing system and software simulation. One of approaches that can be implemented is District Meter Area (DMA). This study uses 3 scenarios. The first scenario consists of 3 zones with the number of service connection between 700 and 1.800 per zone, the second scenario consists of 4 zones with the number of service connection between 500 and 1.600 per zone, the third scenario consists of 5 zones with the number of service connection between 500 and 1.100 per zone. Base on investment ratio, all these three scenarios are in feasible category with ratio investment 0.6 for the first and the second scenarios, and 0.7 for the third scenario. Based on the results of technical and financial analysis, DMA scenario 3 was chosen as an effective design applied because in the application of DMA scenario 3, divide the distribution service area of Simpang Ampek into 5 zones. Based on the Epanet simulation result, the Number of Nodes with the pressure below 10 m is the smallest, is 9.6%. In addition, in terms of financial, the implementation of DMA Scenario 3 requires an investment cost of Rp 2,322,150,000, - with NPV, BCR and PP over the 18-year analysis period in a row of Rp 33,065,419,570, -; 1.11; and 10.01 years. The DMA scenario 3 design has a relatively small service zone size to raise awareness of pipeline leakage, active leak repair, simplify operational reduction in physical water loss which will eventually accelerate the reduction in physical water loss.Keywords: Simpang Ampek, PDAM, DMA, Epanet
APLIKASI CONTINGEN VALUATION METHOD DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERAIRAN KAWASAN PEMUKIMAN DI SEKITAR PESISIR Magfira, Nurul; Sudradjat, Arief
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Banyaknya sampah yang ditemukan di sekitar perairan Kota Ternate pada hunian rumah panggung menunjukkan buruknya pengelolaan limbah sampah. Untuk mengurangi gangguan yang timbul maka diperlukan tindakan dalam mengurangi kerugian ekonomi yang ditimbulkan dari menurunnya kualitas lingkungan pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi dan kekhawatiran masyarakat yang mempengaruhi besarnya kesediaan masyarakat untuk membayar (WTP) untuk peningkatan kualitas perairan kota Ternate melalui metode valuasi kontingen (CVM). Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi dengan total 257 respondent dari dua administrasi area berbeda yaitu pusat kota yang sudah direklamasi dan jauh dari pusat kota yang belum direklamasi. Analisis WTP dalam upaya peningkatan kualitas perairan pesisir Kota Ternate dengan CVM menunjukkan bahwa tingkat kesediaan membayar masyarakat sebesar Rp. 20.000/KK/bulan. Besarnya WTP masyarakat dipengaruhi oleh frekuensi limbah buangan sampah, persepsi pencemaran laut, persepsi bau, persepsi warna, kuantitas buangan sampah di laut, frekuensi pembersihan laut, estetika laut, kekhawatiran terhadap sumber pencemar, dan kesediaan partisipasi dalam upaya peningkatan kualitas perairan Kota Ternate. Besarnya nilai manfaat ekonomi peningkatan kualitas perairan laut Kota Ternate adalah sebesar Rp. 141.120.000/tahun yang menunjukkan adanya potensi masyarakat untuk mendukung kebersihan lingkungan perairan laut Kota Ternate. Kata kunci: sampah, ekosistem pesisir, rumah panggung, Willingness to Pay (WTP), dan Contingen Valuation Method (CVM)    Abstract : The amount of garbage found around the waters of Ternate City on the shelter of houses on stilts shows the management of waste is poorly managed. To reduce the disruption that arises it will require action in reducing the economic losses resulting from the declining quality of the coastal environment. This study aims to identify people's perceptions and concerns that affect the amount of people's willingness to pay (WTP) to improve the quality of Ternate city waters through contingent valuation method (CVM). Data analysis used is regression analysis with total 257 respondents from two with different administration locations is downtown already reclaimed and far from the citizen who are reclaimed. Analysis of WTP in efforts to increase quality of coastal waters city of Ternate with CVM suggests that the public?s willingness to pay (WTP) is Rp. 20.000/KK/month. WTP amount is influenced by frequency of waste gabbage, perception of sea pollution, perception of odor, perception of color, quantity garbage at sea, frequency of cleaning the sea, aesthetics of the sea, concern of pollutant sources and the willingness to contribute to programme. The value of the economic benefits increasing water quality coastal of Ternate city waters is Rp. 141.120.000/year which indicates good potensial from the community to support cleanliness environment of the Ternate city coastal waters..Keywords: garbage, coastal ecosystem, houses on stilts, Willingness to Pay (WTP), Contingen Valuation Method (CVM)
ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI INDUSTRI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING ANALYSIS SYSTEM DAN NORDIC BODY MAP PADA STASIUN PEMANENAN DAN PENYORTIRAN TBS Priyambada, Gunadi; Suharyanto, Suharyanto
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 1 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Abstrak: Aktivitas pemanenan, pemuatan dan penyortiran kelapa sawit yang dilakukan secara manual beresiko untuk menyebabkan gangguan otot rangka atau muscoleskeletal disorders (MSDs). Hal ini disebabkan pekerjaan secara manual, posisi kerja berdiri dan membungkuk dilakukan secara berulang (repetitive) selama 10 jam selama 6 hari kerja sehingga tidak sesuai dengan antropometri tubuh pekerja. Analisis kuesioner Nordic Body MAP menunjukkan keluhan terbesar yang dirasakan pekerja panen pada bagian punggung (90%), pinggang (89,3%), betis kiri (90%) dan betis kanan (83,9%). Sedangkan pada pekerja pemuatan keluhan dirasakan pada bahu kiri (85%), paha kiri (82,5%) dan betis kiri (90%). Analisis postur kerja menggunakan metode OWAS juga mendukung hasil analisis kuesioner NBM dengan hasil analisa sikap bahu membungkuk dominan dilakukan sebesar 68% (kategori 2), sikap kedua lengan berada di atas bahu 53% (kategori 2) dan sikap kaki bertumpu pada kedua lutut yang ditekuk sebesar 47% (kategori 3) dengan kombinasi kode postur pemanenan 4-2-2-2 (kategori 3). Hasil analisis beban kerja pada divisi pemanenan diperoleh hasil %CVL 51% (7,25 Kkal/menit), pemuatan 55% (8,58 Kkal/menit) dan sortase 40% (6,6 Kkal/menit) dengan kategori sedang sehingga diperlukan perbaikan karena pekerja mengalami kelelahan. Analisis korelasi menggunakan metode spearman rank test menujukkan bahwa pengaruh beban kerja pada divisi panen dan sortasi mempunyai hubungan yang signifikan, dengan nilai p-value 0,00027 (OR 10 CI 95% 1,56-64,2) pada proses pemanenan dan 0,0008 (OR 11 CI 1,7-71,28) pada proses pemuatan sehingga terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) antara beban kerja dengan keluhan MSDs. Kata kunci: beban kerja, kelapa sawit, muscoleskeletal disorders, Nordic Body MAP, OWAS Abstract: Harvesting, loading and sorting activities in palm oil industry that conducted manually have some risks that can cause musculoskeletal disorders (MSDs). This is happened due to repetitive of manual working, standing and bending position for 10 hours and 6 working days, this activity does not match the anthropometry of worker body. Questionnaire analysis Nordic body MAP showed that the biggest complaints from harvesting workers are on their backs (90%), waist (89.3%), left calf (90%) and right calf (89.3%) and from loading workers are on rheis left shoulder (85%), left thigh (82.5%) and left calf (90%). Ergonomic risk analysis by OWAS Method also support the questioannaire analysis with result that the shoulders stooping attitude done by 68% workers (category 2), both arms above the shoulder attitude done by 53% (category 2), and leg rest to the two knee which is bent done 47% (category 3) with harvesting ergonomic combination 4-2-2-2 (category 3). Ergonomic analysis result in harvesting activity is CVL 51% (7.25 Kkal/minutes), Loading activity 55% (8.58 Kkal/minutes) and sorting activity 40% (6.6 Kkal/minutes) with medium category. Therefore, improvement is required because workers has fatigue. Correlation analysis using spearman rank test showed that the influence of ergonomics in harvesting and sorting division has a significant relation with value 0.00027 (OR 10 CI 95% 1.56-64.2) in harvesting and 0.0008 (OR 11 CI 1.7-71.28) in sorting. There was significant relation (p<0.05) between ergonomics and muscolekeletal disorders. Keywords: ergonomic, palm oil,  Muscoleskeletal disorders, nordic body maps, OWAS