cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 428 Documents
PENGARUH PUTARAN DAN PENAMBAHAN LUMPUR PADA PENGENDAP BERPUTAR DALAM PENYISIHAN KEKERUHAN Indriani, Nufikha; Nobelia, James
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 2 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2010.16.2.6

Abstract

 Abstrak : Salah satu alternatif untuk mengurangi biaya operasi pengolahan air dengan menggunakan teknik sedimentasi sentrifugal adalah dengan aplikasi kecepatan putaran yang rendah yang menganalogikan kecepatan pergerakan air pada dinding kolom pengendap. Namun, informasi mengenai kecepatan putaran optimum untuk teknik ini masih sedikit. Lumpur sebagai produk samplingan proses pengolahan air umumnya langsung dibuang ke badan air. Padahal, masih terdapat kandungan aluminium di dalam lumpur yang dapat dimanfaatkan sebagai koagulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh putaran dan penambahan lumpur terhadap penyisihan kekeruhan dalam proses pengendapan berputar. Penelitian ini menggunakan sampel air baku sungai Cileueur dan sungai Citarum Atas. Lumpur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan lumpur artifisial yang dibuat dalam skala laboratorium. Kecepatan putaran 0, 4, 6, 8, 13 dan 20 rpm diterapkan pada setiap penambahan lumpur 0 mg/l, 5 mg/l, 10 mg/l, 15 mg/l dan 20 mg/l. Berdasarkan hasil penelitian, putaran dan penambahan lumpur tidak secara signifikan mempengaruhi efisiensi penyisihan kekeruhan pada proses pengendapan berputar. Efisiensi penyisihan kekeruhan untuk sampel air sungai Cileueur meningkat hingga 76,6% pada kecepatan putaran 8 rpm. Sedangkan pada sampel air sungai Citarum Atas penyisihan kekeruhan mencapai 91,9% untuk kecepatan putaran 20 rpm. Penambahan lumpur optimum pada sampel air sungai Cileueur meningkatkan penyisihan kekeruhan hingga 82,3% pada penambahan 10 mg/l lumpur dengan kecepatan putaran 4 rpm. Sedangkan penyisihan kekeruhan terbesar mencapai 87,3 % dengan penambahan lumpur 20 mg/l dan kecepatan putaran 20 rpm. Penambahan lumpur pada sampel air sungai Citarum Atas tidak meningkatkan penyisihan kekeruhan. Penyisihan kekeruhan optimum hanya mencapai 75,4% dengan penambahan lumpur 5 mg/l dan kecepatan putaran 8 rpm. Sedangkan penyisihan kekeruhan terbesar mencapai 95,8% pada penambahan 10 mg/l lumpur dengan kecepatan putaran 8 rpm.
IDENTIFIKASI DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CITARUM HILIR DI KARAWANG DENGAN WASP Laili, Fanti Nur; Sofyan, Asep
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 1 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.1.1

Abstract

Abstrak: Sungai Citarum merupakan sungai terbesar di wilayah Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas DAS 6.614 km2 dengan panjang 300 km. Bagian hulu Sungai Citarum berada di Kabupaten Cianjur dan bagian hilirnya di Kabupaten Karawang. Sungai Citarum hilir memiliki peranan penting bagi Kabupaten Karawang untuk aktivitas domestik, pertanian dan industri. Saat ini Sungai Citarum telah menjadi isu nasional sebagai sungai yang mengalami pencemaran berat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pencemaran dan kondisi eksisting sungai Citarum hilir berdasarkan parameter kimia secara umum. Mengidentifikasi beban pencemaran organik berupa BOD dari Non Point Source dan Point Source di sungai Citarum hilir sepanjang 17,7 km. Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP) sungai dihitung dengan bantuan WASP (Water Analisys Simulation Program). Indeks pencemaran menunjukkan sungai Citarum hilir (Bendungan Walahar - Jl. Rumah Sakit) sudah tercemar dengan status cemar ringan sampai berat. Hasil kalibrasi BOD memperlihatkan hasil  RSME adalah 1,47 mg/L dan RE 21,8%. Hasil modeling WASP pada variasi debit andalan (Q70%) menunjukkan bahwa peningkatan debit di sungai sangat berpengaruh terhadap nilai BOD, penurunan nilai BOD pada musim hujan (maksimum) mencapai 91,8 % dari musim kemarau (minimum). Pada kondisi debit andalan minimum (1,6 m3/s) sungai Citarum Hilir tidak dapat memenuhi kualitas sungai I, II, III dan IV di sepanjang 17,7 km. Pada debit maksimum (42,5 m3/detik) lokasi sungai Citarum hilir yang memenuhi sungai kelas III meningkat 32,39 % dengan DTBP sebesar 2.816,06 Kg/hari dan 2799,90 kg/hari sepanjang 5,734 km.  Kata kunci: Sungai Citarum, pencemaran, DO, BOD, WASP, DTBP Abstract: The Citarum River is the largest river in the region of West Java province which has an area of 6,614 km2 watershed with a length of 300 Km. The upstream Citarum located in Cianjur and the downstream in Karawang. The downstream of Citarum river has an important role for the Karawang regency for domestic activities, agriculture and industry. Currently, the Citarum River into a national issue as the river is heavily polluted. This study aims to determine the level of pollution and the existing condition of Citarum river downstream based chemical parameters. Identified organic pollution load of BOD from Non Point Source (NPS) and Point Source (PS) in the Citarum river downstream Along the 17.7 km. Total Maximum Daily Load of BOD is determined by WASP (Water Analisys Simulation Program). Pollution Index shows the downsteream of Citarum river (Walahar Dam ?Jl. Rumah Sakit) polluted, from slightly to heavily polluted. BOD calibration results show the results RSME is 1.47 mg /L and RE 21.8%. WASP modeling results in the variation of dependable flow (Q70%) indicate that the increase in river discharge influence on the value of BOD,  impairment of BOD in the rainy season (maximum) reaches 91.8% of the dry season (minimum). The downstream Citarum river at minimum flow (1,6 m3/s) can not meet 1th, 2th, 3th and 4th of quality standards along 17,7 Km. At the maximum flow (42,5m3/s) location of Citarum river meet 4th of class of quality standard increased 32.39% with TDML 2816,06 kg/ day and 2799,90 kg /day along 5,734 km. Keywords: Citarum River, polluted, DO, BOD, WASP, TDML 
PENENTUAN KUALITAS AIR TANAH DANGKAL BERDASARKAN PARAMETER MIKROBIOLOGI (STUDI KASUS: KECAMATAN UJUNGBERUNG, KOTA BANDUNG) Prilia, Desiana; Kamil, Idris Maxdoni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 2 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.2.2

Abstract

Abstrak: Kecamatan Ujungberung merupakan salah satu wilayah di Kota Bandung yang bependuduk padat. Sebagian besar penduduknya masih menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti minum, mencuci, dan menyiram tanaman. Air tanah diperoleh penduduk dengan cara membuat sumur gali dengan kedalaman 5 sampai 15 meter. Kondisi pemukiman serta aktivitas penduduk yang ada memungkinkan air terkena kontaminasi, seperti dari cubluk, pabrik, sawah, sungai, dan saluran pipa air buangan. Untuk mengetahui kualitas air tanah yang digunakan, maka dilakukan analisis terhadap air sumur gali sebanyak 15 titik yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Ujungberung. Sampel air tersebut diambil dua kali dalam waktu yang berbeda. Parameter yang diuji merupakan parameter biologi yang terdiri dari jumlah bakteri total dengan menggunakan Metode Total Plate Count (TPC) dan jumlah total coliform serta faecal coliform dengan menggunakan Metode Most Probable Number (MPN). Hasil dari analisis tersebut kemudian dibandingkan dengan baku mutu pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran, yaitu PPRI No. 82 Tahun 2001.Selain itu, ditentukan pula Indeks Pencemaran beradasarkan KepMenLH No. 115 Tahun 2003.Kata kunci:  Air tanah,  indeks pencemaran, MPN, PPRI No. 82 Tahun 2001, TPC.Abstract : Kecamatan Ujungberung is one of the areas in Bandung that has quite big of population. Most people still using ground water to fill the daily needs, such as drinking, washing, and watering plants. The groundwater is obtained by making the wells dug to a depth of 5 to 15 meters. The housing condition and the activity of people may affect water contaminated, such as from cubluk, factories, fields, rivers, and wastewater pipes. To determine the quality of groundwater, then analysis of water well is done for 15 points scattered throughout the Kecamatan Ujungberung. Water samples were taken two times at different time. The parameter that are tested is biology parameter, such as total bacteria by using Total Plate Cout (TPC) Method, total coliform and fecal coliform by using Most Probable Number (MPN) Method. The MPN Method consists of 3 tests, namely Presumptive Test, Confirmed Test, and Complited Test.  The results of this analysis is then compared to the quality standards of water quality management and pollution control, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Besides, the Contamination Index determined based on KepMenLH No. 115 Tahun 2003.Key words: Contaminant index, groundwater, MPN,  PPRI No. 82 Tahun 2001, TPC. 
EVALUASI EFLUEN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK KOMUNAL UNTUK KEMUNGKINAN PEMAKAIAN SEBAGAI AIR DAUR ULANG Kusumawati, Fanny; Sembiring, Emenda; Handajani, Marisa
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 24, No 2 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Terdapat tiga tujuan utama pemanfaatan air daur ulang yang dapat dipraktekkan pada tujuh objek studi IPAL komunal, yaitu untuk pertanian, perikanan, dan kebutuhan umum yang meliputi air pencucian kendaraan, penyiraman taman, air flushing toilet, dan suplai air pemadam kebakaran. Evaluasi terhadap performa dan kualitas efluen dari IPAL Cimanggung, Wangisagara, Bogor, Karawang, Cingised, Muara Baru,  dan  Pulo  Gebang  perlu  dilakukan  untuk  mengetahui  kelayakan  sebagai  sumber  air  daur  ulang. Indonesia belum memiliki regulasi yang mengatur praktik air daur ulang, maka perlu disusun baku mutu air daur ulang yang akan digunakan sebagai acuan dalam mengevaluasi IPAL komunal. Proses penyusunan dilakukan dengan analisa konten terhadap standar internasional, baku mutu air daur ulang negara lain, dan NSPM penggunaan air bersih dan pengolahan air limbah yang berlaku di Indonesia sehingga tersusun longlist parameter.  Lalu  pembuatan  kuesioner  untuk  memperoleh  shortlist  parameter,  yang  hasilnya  divalidasi melalui FGD dengan mengundang pakar air daur ulang dari ITB, LIPI, Dinas KLH, Kementerian Pertanian, Diskimrum, dan Kementerian Pekerjaan Umum, hingga menghasilkan draft Acuan Baku Mutu Air Daur Ulang. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kualitas efluen IPAL Cingised dan Pulo Gebang sudah memenuhi acuan baku mutu air daur ulang hasil analisis dan dapat digunakan untuk tujuan pemanfaatan pertanian, perikanan dan kebutuhan umum. IPAL komunal lainnya perlu pengembangan terhadap sistemnya dengan pilihan rekomendasi teknologi yang  diusulkan  dari hasil analisis  menggunakan  metode  Simple Additive Weighting: IPAL Cimanggung (1.Filtrasi), IPAL Wangisagara (1.Filtrasi, 2.Koagulasi flokulasi, 3.Adsorpsi,4.RO), IPAL Bogor (1.Koagulasi flokulasi, 2.Adsorpsi, 3.RO), IPAL Karawang (1.Koagulasi flokulasi, 2. Adsorpsi, 3.RO), IPAL Muara Baru (1.Koagulasi flokulasi, 2.Adsorpsi, 3.RO). Kata kunci: baku mutu, daur ulang, limbah domestik, IPAL komunal, pemilihan teknologi Abstract: There are three main objectives for the use of reclaimed water which can be practiced on seven objects of communal WWTP studies, namely for agriculture, fisheries, and general use which include vehicle washing water, garden watering, toilet water wetting, and firefighting water supply. The performance and quality  evaluation  of  Cimanggung,  Wangisagara,  Bogor,  Karawang,  Cingised,  Muara  Baru,  and  Pulo Gebang WWTP were conducted to determine the feasibility of being a reclaimed water source. Indonesia has no regulations on reclamation water, it is necessary to establish reclamation water quality standards that will be used as a reference in evaluating communal WWTPs. The design process is carried out by analyzing content against international standards, reclamation water quality standards in other countries, and NSPM using clean water and wastewater treatment in Indonesia so that a longlist of parameters is compiled. Then the questionnaire was made to get a shortlist of parameters, the results were then validated through the FGD by inviting wastewater experts from ITB, LIPI, Ministry of Environment, Ministry of Agriculture, Diskimrum, and Ministry of Public Works, to produce Reference of  Reclaimed Water Standard Quality. Evaluation results indicate that the effluent quality of the Cingised WWTP and Pulo Gebang meets the Reference of Reclaimed  Water Standard  Quality and  can  be  used  for agriculture,  fisheries and  general  use.  Other communal WWTPs require the development on its system with technology recommendations from result analysis using the Simple Additive Additive method: IPAL Cimanggung (1. Filtration), IPAL Wangisagara (1. Filtration, 2. Coagulation-flocculation, 3. Adsorption, 4.RO), Bogor IPAL ( 1. Coagulation-flocculation,2. Adsorption, 3.RO), Karawang Karawang (1. Coagulation-flocculation, 2. Adsorption, 3.RO), New WWTP Estuary (1. Coagulation-flocculation, 2. Adsorption, 3. RO). Keywords: communal WWTP, domestic wastewater, quality standard, reclaimed water, technology selection
PENGEMBANGAN KRITERIA PENILAIAN METODE DRASTIC DALAM ANALISIS KERENTANAN PENCEMARAN AIRTANAH DI KOTA BANDUNG Supriatna, Adi Mulyana; Notodarmojo, Suprihanto
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 2 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak : Perlindungan terhadap sumber daya airtanah dapat dilakukan dengan membuat peta kerentanan pencemaran airtanah. Informasi yang didapat mengenai sebaran potensi kerentanan pencemaran airtanah di suatu wilayah dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembangunan berkelanjutan. Metode DRASTIC merupakan salah satu instrumen untuk mengevaluasi kerentanan pencemaran airtanah. Metode ini cukup popular dan banyak digunakan oleh para peneliti karena baik digunakan dalam skala regional. Akan tetapi tujuh parameter (kedalaman muka airtanah, curah hujan, media akuifer, media tanah, topografi, zone vadose, konduktivitas hidrolis) yang dijadikan dasar analisa tidak mempertimbangkan parameter penutup lahan. Berdasarkan dari hal tersebut pengembangan kriteria penilaian metode yang dimaksud yaitu dengan memasukan parameter penutup lahan. Selain itu penyesuaian mengenai parameter dan bobot yang dikaitkan dengan kondisi wilayah studi di kota Bandung. Pengembangan kriteria penilaian yang dilakukan mengunakan metode Analisis Hirarki Proses (AHP) dengan penyebaran kuesioner dilberikan kepada stakeholder (akademisi, pemerintahan dan masyarakat) berjumlah 30 sampel. Hasil analisa mengenai pengaruh penutup lahan terhadap kerentanan pencemaran mendapatkan bobot paling rendah yaitu sebesar 0,065 sementara yang tertinggi yaitu parameter media penyusun akuifer dengan bobot 0,208. Selain itu perubahan bobot juga terjadi pada beberapa parameter dan sub parameter yang dianalisa. Kata Kunci : Peta Kerentanan, DRASTIC, Penutup Lahan, AHP. Abstract:Protection of groundwater resources can be made by creating a vulnerability map of groundwater pollution. The information obtained regarding the potential distribution of groundwater pollution vulnerability in a region can be used as a reference in sustainable development. DRASTIC method is one of the instruments to evaluate the susceptibility of groundwater pollution. This method is quite popular and widely used by researchers because it is well used on a regional scale. However, seven parameters (groundwater depth, precipitation, aquifer media, soil media, topography, vadose zone, hydraulic conductivity) were used as the basis for the analysis did not add land cover parameters as aspects of human activities that could potentially increase vulnerability. Based on the above, the development of assessment criteria method is to include the land cover parameters. Also, adjustments on the parameters and weights associated with the condition of the study area in the city of Bandung. Development of assessment criteria conducted using Analytic hierarchy process(AHP) method with questionnaires distributed to stakeholders (academics, government and society) amounted to 30 samples. The result of analysis of the effect of land cover on the pollution susceptibility obtained the lowest weight that is equal to 0,065 while the highest is the parameter of media of aquifer constituent with weight 0,208. In addition weight changes also occur on some parameters and sub parameters that are analyzed. Keywords: Vulnerability Map, DRASTIC, Land Cover, AHP.
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN ANALISIS RISIKO PADA JARINGAN PIPA TRANSMISI CRUDE OIL DI PERUSAHAAN MIGAS Martaningtyas, Megahapsari; Ariesyady, Herto Dwi
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 24, No 2 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Kegiatan operasi di bidang migas telah banyak dilakukan, baik itu dikelola oleh pemerintah maupun pihak swasta. PT. X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi, pengolahan serta produksi minyak dan gas bumi di Indonesia yang menggunakan sistem perpipaan dalam proses distribusinya. Penggunaan sistem perpipaan sebagai sarana untuk menyalurkan produk minyak dan gas dianggap lebih efektif dan efisien dari segi kapasitas dan jarak yang ditempuh. Proses penyaluran di area utara PT. X menggunakan fasilitas jalur pipa offshore dan onshore sebagai sarana distribusi produksi minyak mentah. Apabila terjadi kegagalan pada jalur pipa maka dapat mengakibatkan dampak kerugian yang besar seperti kebocoran, tumpahan, dan ledakan. Oleh karena tingginya potensi bahaya dan risiko tersebut maka perlu dilakukan penilaian risiko pada sistem perpipaan yang digunakan, termasuk risiko pada jaringan pipa transmisi crude oil. Pada penelitian ini dilakukan analisis risiko dengan pendekatan loss prevention and risk assessment yang dikembangkan oleh Muhlbauer (2004). Hasil penelitian ini menunjukkan faktor risiko yang paling besar memberikan kontribusi terhadap kemungkinan kegagalan jalur pipa transmisi minyak 18 inci dari A platform sampai S terminal adalah faktor kerusakan oleh pihak ketiga. Segmen pipa yang paling berisiko untuk mengalami kegagalan yang menyebabkan kebocoran tertinggi adalah pada segmen pipa offshore. Sedangkan faktor konsekuensi dengan nilai dampak tertinggi adalah pada segmen riser. Analisis risiko ledakan atau kebakaran dengan metode Dow?s F & EI pada pipa transmisi memiliki nilai sebesar 113,168 dengan kategori intermediate. Hasil tersebut menyatakan bahwa pihak manajemen perusahaan harus memperhatikan dan mengawasi secara lebih seksama pada jaringan pipa transmisi, sehingga dapat melakukan tindakan mitigasi risiko secara cepat apabila terjadi kegagalan pipa. Kata kunci: crude oil, Dow?s F & EI, metode Muhlbauer, pipa transmisi, risk assessment Abstract: Oil and gas operations have been carried out widely, both managed by the government and private parties. PT. X is one of the companies engaged in the exploration, processing and production of oil and gas in Indonesia that used pipeline system in the distribution processes of oil and gas. The use of pipeline systems was considered more effective and efficient in terms of capacity and distance passed by to distribute oil and gas. The operation processes in the northern area of PT. X use offshore and onshore pipeline facilities to distribute crude oil. The event of a failure on the pipeline can cause major loss impacts such as leaks, spills and explosions. The high potential hazards and risks need to be carried out by risk assessment on the pipeline system used, including the risks in the transmission pipeline network of crude oil. In this research, risk analysis with loss prevention and risk assessment approach developed by Muhlbauer (2004), is measured using semi-quantitative pipeline risk on third party index of damage index, corrosion, pipe design, improper operation. The results of this study indicate that the biggest risk factor contributing to the possibility of failure of the 18-inch oil transmission pipeline from A platform to S terminal is the damage factor by third parties. The pipe segment which is most at risk for failure which causes the highest leakage is in the offshore pipeline segment. Whereas the consequence factor with the highest impact value is in the riser segment. Explosion or fire risk analysis with Dow's F & EI method on transmission pipes has a value of 113.168 with an intermediate category. The results stated that the management of the company must pay close attention to and supervise the transmission pipeline network, so that it can carry out risk mitigation actions quickly if a pipe failure occurs. Keywords: crude oil, Dow?s F & EI, Muhlbauer method, risk assessment, transmission pipe
ANALISA STRATEGI KEBERLANJUTAN TPS 3R DALAM UPAYA MINIMASI PENGANGKUTAN SAMPAH KE TPA (STUDI KASUS : PROGRAM TPS 3R KABUPATEN BANDUNG, PROVINSI JAWA BARAT) Zafira, Athaya Dhiya; Damanhuri, Enri
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 2 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Berdasarkan data tahun 2016, beban sampah di TPA Sarimukti mencapai 3.000 m3 setiap harinya. Kondisi ini menyebabkan TPA Sarimukti sudah jenuh dan masa aktifnya seharusnya sudah berakhir sejak tahun 2017. Kabupaten Bandung sebagai salah satu kabupaten yang menjadi wilayah pelayanan TPA Sarimukti terpaksa harus mencari alternatif TPA lain. Salah satu alternatif yang direncanakan untuk menangani hal tersebut sesuai dengan amanat Perpres Jakstranas, yakni sejumlah TPST direncanakan dibangun dan pengoptimalan kembali TPST serta TPS 3R yang ada di wilayah studi. Namun kenyataannya saat ini di wilayah Kabupaten Bandung sebenarnya telah terbangun 112 TPS 3R, namun 88 diantaranya tidak aktif. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fasilitas TPS 3R yang telah terbangun saat ini dan merumuskan strategi-strategi untuk peningkatan kinerja dan keberlanjutan TPS 3R. Metoda yang digunakan ialah analisa deskriptif kualitatif dan kuantitatif, serta analisis matriks IFAS, EFAS, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisa IFAS dan EFAS, diperoleh nilai strength posture sebesar 0,421 dan nilai competitive posture sebesar 0,063. Posisi nilai tersebut bila diposisikan pada kuadran strategi perencanaan berada pada kuadran 1. Alternatif strategi yang direkomendasikan yakni pengembangan (strategi agresif) atau strategi S-O. Strategi yang diusulkan yakni pembentukan seksi khusus di pemerintahan yang bertugas sebagai aparat penegak peraturan terkait pemilahan sampah sejak dari sumber dan retribusi, riset dan pengembangan produk TPS 3R melalui diversifikasi produk, dan kolaborasi/kerja sama dengan pihak lain seperti kerja sama antar TPS 3R, dengan pihak swasta, LSM, atau dinas pertanian dan pertamanan. Rekomendasi skenario pengelolaan sampah di masa mendatang yakni pengoptimalan TPS 3R terbangun dengan minimal cakupan pelayanan sebesar 500 KK. Hal ini dengan pertimbangan bahwa alternatif terpilih pada tahun 2020 mampu mengurangi sampah terangkut ke TPA sebesar + 7300 ton/tahun, menghemat biaya operasional pengangkutan sebesar Rp. +3,5 milyar/tahun.,dan mengurangi emisi sebesar 1.268 MTCO2e/tahun dibandingkan kondisi business as usual.Kata kunci: keberlanjutan, sampah, strategi, SWOT, TPS 3R Abstract: Based on data in 2016, waste load in Sarimukti Landfill reaches 3.000 m3 each day. This condition caused Sarimukti Landfill to be saturated and the active period should?ve ended since 2017. Therefore, Bandung Regency Government has to look for another landfill alternative as a substitute for Sarimukti Landfill to become final processing site for waste produced by Bandung Regency. One of the alternatives planned to deal with this issue is in accordance with presidential mandate of Jakarta Regional Regulation, such as a number of TPST are planned to be built and re-optimalization of existing TPST and TPS 3R in area of study. However, currently in Bandung Regency there are actually 112 TPS 3R with unfortunately 88 of them inactive. Therefore, this study aim to evaluate current TPS 3R facilities that have been built and formulate strategies to improve TPS 3R performances and maintain the program?s sustainability. Method used in this research is descriptive qualitative and quantitative analysis, IFAS, EFAS, as well as SWOT matrix analysis. Results of TPS 3R evaluation show that there are 10 variables that influence 3R-based waste management sustainability such as, regulations, organizations, mentoring, counseling, monitoring (qualitatively evaluated), and technical variables, financing, reduction efficiency, Public satisfaction and participation (quantitatively evaluated). Based on the results of IFAS and EFAS analysis, obtained a posture strength value of 0,421 and a competitive posture value of 0,063. Position of the value when positioned in the planning strategy quadrant is in quadrant 1, therefore, recommended for planning strategy is development (aggressive strategy) or S-O Strategy. The proposed strategy are as follows: regulations enforcement related to sorting waste from sources and levies, improving the quality of TPS 3R products through products diversification, and collaboration with other parties.Future waste management scenario recommended yakni pengoptimalan is TPS 3R optimization with at least serving 500 KK. This is decided because the chosen alternative can reduce transported waste to TPA up to 7300 ton/year in 2020, saving transport and operational expenditures up to +3,5 billion Rupiah/year and reduce emission up to 1.268 MTCO2e/year compared to business as usual condition. Keywords : strategy sustainability, SWOT, TPS 3R, waste.
IDENTIFIKASI SEBARAN LOGAM BERAT ARSEN (AS) DARI SISTEM PANAS BUMI PADA AIR TANAH DANGKAL DENGAN METODE KRIGING Afifah, Nuha Amiratul; Notodarmojo, Suprihanto
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 24, No 1 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Arsen adalah elemen jejak bersifat toksik dan dapat menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Salah satu sumber paparan arsen untuk manusia adalah melalui air tanah. Air tanah yang terindikasi memiliki kandungan arsen tinggi salah satunya adalah air tanah yang berada pada lokasi yang terpengaruh oleh sistem panas bumi. Kontaminasi arsen pada air tanah merupakan suatu permasalahan global yang cukup serius dan  telah didapati kontaminasi arsen pada air tanah terjadi di Taiwan, Chile, Bangladesh, Argentina, Meksiko, China, dan India. Sub-DAS Ciwidey merupakan area di salah satu lereng Gunung Patuha yang terletak di selatan Cekungan Bandung memiliki banyak manifestasi panas bumi yang merupakan salah satu sumber polutan alami yang merupakan polutan vulkanogenik. Penelitian yang dilakukan pada sampel air tanah dangkal di Sub-DAS Ciwidey menunjukkan bahwa konsentrasi arsen berkisar 0.001 mg/l sampai dengan 3.25 mg/l, melebihi batas aman yang telah ditetapkan oleh WHO dan Indonesia yaitu 0.01 mg/l. Metode geostatistik dengan Simple Kriging tanpa transformasi memberikan hasil prediksi yang paling akurat. Interpretasi kehadiran arsen berdasarkan analisa geokimia air tanah menggunakan Diagram Schoeller menunjukkan hasil bahwa air tanah di lokasi studi berasal dari sumber yang sama, dan terpengaruh oleh sistem panas bumi. Dengan demikian, maka diperkirakan sebanyak 430,600 jiwa berisiko terpapar oleh kontaminasi arsen di air tanah dangkal yang melebihi batas aman yang telah ditetapkan WHO. Kata kunci: arsen, panas bumi, air tanah dangkal, Sub-DAS Ciwidey, metode kriging Abstract: Arsenic is a toxic trace element that can cause various negative impacts on human health. One of arsenic exposure source for humans is through groundwater. One of groundwater indicated with high arsenic content, is groundwater in a location affected by geothermal systems. Arsenic contamination in groundwater is a serious global problem and arsenic contamination in groundwater has occurred in Taiwan, Chile, Bangladesh, Argentina, Mexico, China and India. Ciwidey Sub-watershed is an area on Mount Patuha slope located in the south of Bandung Basin has many geothermal manifestations which is one source of volcanogenic pollutant, including arsenic. A study conducted on shallow groundwater samples in Ciwidey Sub-watershed showed that arsenic concentrations ranged from 0.001 mg/L to 3.25 mg/L, exceeded the safe limits established by WHO and Indonesia. Geostatistical methods with Simple Kriging without transformation provide the most accurate prediction results. Interpretation of arsenic presence based on groundwater geochemical analysis using Schoeller Diagram shows the result that groundwater at the study site comes from the same source, which is influenced by geothermal system. Thus, an estimated 430,600 people are at risk of exposure to arsenic contamination in shallow groundwater beyond the safe limits established by WHO. Keywords: arsenic, geothermal, shallow groundwater, Ciwidey Sub-watershed, kriging method
DRAINASE WAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN KONSERVASI AIR BOPUNCUR Tigana, Princenvo; Sabar, Arwin
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 1 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Abstrak: Perubahan tutupan lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung hulu memberikan pengaruh yang cukup dominan terhadap debit banjir di wilayah hilirnya yaitu Jakarta. Fenomena tersebut terjadi di DAS Ciliwung hulu dikarenakan oleh daerah Bogor, Puncak, Cianjur (BOPUNCUR) dan sekitarnya banyak mengalami perubahan tutupan lahan, dari kawasan hutan menjadi kawasan pertanian. Tahap penelitian mencakup analisis hidrologi dan analisis spasial. Analisis hidrologi dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu melihat hubungan hujan dan debit, ekstrimitas debit, dan debit rencana kering dan banjir. Hubungan hujan dan debit dapat dilihat dengan persamaan regresi linear sederhana yang menunjukkan kecenderungan nilai koefisien limpasan yang meningkat dan nilai baseflow yang menurun. Ekstrimitas debit didapatkan menggunakan metode moving average lima tahunan yang menunjukkan terjadinya ekstrimitas debit. Debit rencana kering dan banjir dapat ditentukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi dan uji kesesuaian distribusi. Analisis spasial dilakukan dengan cara meng-overlay peta-peta spasial guna mendapatkan nilai indeks konservasi. Peta spasial yang digunakan mencakup peta kelerengan, peta jenis tanah, dan peta tutupan lahan. Nilai indeks konservasi alami (IKa) DAS Ciliwung hulu yang diperoleh sebesar 0,75, sedangkan nilai indeks konservasi aktual (IKc) yang diperoleh untuk periode 2001 ? 2007 berada dibawah nilai IKA. Hal ini menunjukkan terjadi degradasi lahan yang mengakibatkan kondisi kawasan DAS Ciliwung hulu un-sustainable. Konsep drainase wawasan lingkungan dan aplikasi rekayasa teknis diterapkan di Perumahan My Residence 1 Bogor untuk dapat mencapai zero limpasan. Penerapan sumur resapan skala individu dengan diameter 0,8 m dan kedalaman minimum 1,3 m dapat mengurangi debit air yang masuk ke dalam saluran hingga lebih dari 50%. Hal ini menunjukkan penerapan konsep drainase wawasan lingkungan dan aplikasi rekayasa teknis dapat mewujudkan tercapainya zero limpasan. Kata kunci: perubahan tutupan lahan, DAS Ciliwung hulu, indeks konservasi, sumur resapan Abstract: Changes in the land cover of the Ciliwung watershed have a dominant influence on the flood discharge in the downstream region, namely Jakarta. This phenomenon occurs in the upstream Ciliwung watershed because the Bogor, Puncak, Cianjur (BOPUNCUR) and surrounding areas increasingly change land cover, from forest areas to agricultural areas. The research phase includes hydrological analysis and spatial analysis. Hydrological analysis was carried out in several places, namely looking at the relationship of rain and discharge, extreme discharge, and discharge of dry and flood plans. The relationship of rain and discharge can be seen with a simple linear regression equation that shows increased runoff coefficient value and baseflow value decreases. Extreme discharge uses a five-year moving average method that shows extreme discharge. Dry and flood discharge plans can be determined using distribution analysis and distribution conformity tests. Spatial analysis is done by overlaying spatial maps to get the conservation index value. Spatial maps used include slope maps, soil type maps, and land cover maps. The natural conservation index (IKa) value of the upstream Ciliwung watershed is 0.75, while the actual approval index value (IKc) obtained for the period 2001 - 2007 is below the IKA value. This shows that land degradation occurred in the area of the upstream Ciliwung watershed. The environmental drainage concept and technical engineering applications is applied in My Residence 1 Bogor Housing to be able to achieve zero runoff. The application of infiltration wells with an individual scale with a diameter of 0.8 m and a minimum depth of 1.3 m can reduce the water discharge entering the drainage by more than 50%. This shows the application of environmental drainage concept and technical engineering can realize the achievement of zero runoff. Keywords: land use change, upper Ciliwung river basin, conservation index, infiltration well 
ANALISIS FAKTOR PENANGANAN DAN PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI JATINANGOR Khoeroni, Muhammad Hafizh; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 24, No 2 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Kawasan Jatinangor yang termasuk ke dalam kawasan Cekungan Bandung dan tergolong sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) menuntut pemerintah untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai sentral kawasan pendidikan tinggi dan perumahan. Empat instansi pendidikan tinggi yang terdapat di kawasan ini yang menyebabkan berdatangannya para pendatang mahasiswa sekurangnya 30 ribu jiwa yang akan berdomisili beberapa tahun di Kecamatan ini. Jika diasumsikan 70% dari total populasi pendatang tersebut bertempat tinggal di Jatinangor yang mana pendatang tersebut memiliki tingkat konsumsi tinggi, ditambah dengan predikat Jatinangor sebagai kecamatan terpadat di kabuxpaten Sumedang maka akan mengakibatkan tingkat produktivitas sampah yang meningkat pesat dan diikuti dengan perubahan karakteristik sampah yang dihasilkan. Akibatnya sampah menjadi surplus dan tidak terkelola dengan baik akibat keterbatasan SDM dan sistem pengelolaan yang sederhana. Pada riset akan diukur tingkat pernanganan sampah oleh masyarakat di Jatinangor di 3 kawasan yaitu Hegarmanah, Cintamulya, dan Jatiroke yang ditinjau melalui 5 variabel (keadaan masyrakat, sarana prasarana, pembiayaan, peran pemerintah, dan kelembagaan. Pada kawasan Hegarmanah mendapatkan skor akhir 0,2/1 dan Cintamulya 0,25/1 yang memberikan predikat ?Kurang Baik? pada kedua kawasan tersebut. Sementara kawasan Jatiroke bernilai -0,12/-1 yang memberikan predikat ?Buruk? dan perlu penanganan lebih lanjut. Secara rerata Jatinangor memiliki nilai 0,1/1 dan mengindikasikan perlunya perbaiikan penanganan sampah oleh masyarakatnya. Selain itu juga diukur tingkat preferensi masyarakat di Jatinangor yang memberikan skor akhir 0,64/1 yang memberikan predikat baik pada tingkat preferensi masyarakat. Didalam penelitian ini akan diungkapkan faktor apa saja yang melatarbelakangi tingkat preferensi masyarakat tersebut berdasarkan buruknya tingkat penanganan sampah di masyarakat pada 3 kawasan tersebut menggunakan analisis faktor dengan metode PCA (Principal Component Analysis) dan regresi multilinear yang menghasilkan 7 dari 13 faktor kelompok variabel penanganan sampah yang signifikan berpengaruh terhadap tingkat preferensi masyarakat. Serta melalui analisis klaster preferensi masyarakat yang teridentifikasi 2 klaster (rendah & tingi) dengan dominasi 1 faktor kelemahan dan 2 faktor kekuatan pada kedua klaster. Kata kunci: analisis faktor, Jatinangor, PCA, preferensi masyarakat.Abstract: Jatinangor area which belongs to Bandung Basin area and classified as National Strategic Area (KSN) demands government to make the area as central of college and housing area. Four college institutions in this area resulted in the arrival of the student migrants at least 30 thousand inhabitants who will be domiciled for several years in this district. In addition, If it is assumed that 70% of the total migrant population live in Jatinangor where the migrants have a lifestyle with a high consumption level, and Jatinangor as the densest subdistrict in Sumedang district will result in a level of waste productivity that increases rapidly and followed by changes in the characteristics of waste generated. The research will measure the level of garbage handling by the people in Jatinangor in 3 regions, namely Hegarmanah, Cintamulya, and Jatiroke which are reviewed through 5 variables (community conditions, infrastructure, funding, government roles, and institutions. In the Hegarmanah region the final score is 0.2 / 1 and Cintamulya 0.25 / 1 which give the title of "Poor" in the two regions. While the Jatiroke area is worth -0.12 / -1 which gives the title "Bad" and needs further handling. On average, Jatinangor has a value of 0 1/1 and indicates the need to improve the handling of waste by the community. This research also measured the level of preference of the people in Jatinangor. In this study, what factors will lie behind the level of community preference based on the poor level of waste management in the 3 regions using factor analysis using the PCA (Principal Component Analysis) method and multilinear regression which produces 7 of the 13 variable group factors that handle waste. significant effect on the level of people's preference. And through community preference cluster analysis that identified 2 clusters (low & high) with a predominance of 1 weakness factor and 2 strength factors in both clusters. Keywords: community?s preference, factor analysis, Jatinangor, PCA.