cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 428 Documents
RECYCLE PERFORMER DISTRIBUTION STUDY OF MINERAL WATER PLASTIC BOTTLE WASTE (CASE STUDY: BANDUNG CITY) Hapsari, Hermala Nindya; Damanhuri, Tri Padmi
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 15, No 2 (2009)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.312 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2009.15.2.4

Abstract

Abstract: Mineral water plastic bottle have become one of drinking water alternative for society at metropolises such as Bandung City. Consumption of mineral water plastic bottle by society will evoke high plastic waste generation. Mineral water plastic bottle was utilize from Polyethylene Terephtalate's (PET) material and Polypropylene (PP) material. Both of plastic material is a constitutes plastic type that can be recycle. Recycle constitutes is one of the effective ways in waste management for reduce the mineral water plastic bottle waste generation at final disposal (TPA). Mineral water plastic bottle composition at TPA Sarimukti on year 2008 is 1.35% of total amount wastes generates in Bandung City. Plastic waste reduction at TPA takes down from informal sector role that consisting of, pemulung, tukang loak, lapak and bandar. Survey's result that is done at Bandung's City exists 365 recycle performer that consisting of 130 pemulung, 130 tukang loak, 44 numbers lapak, 33 bandar kecil and 28 bandar besar outgrow. According at classification bases on PD. Kebersihan service area therefore at North Bandung exists 17 recycle performer, in East Bandung exists 25 recycle performer, South Bandung exists 20 recycle performer, and West Bandung exists 43 recycle performer. Most of recycle performer exist in Western Bandung because at West Bandung's region there is a lot of available textile mills and also plant wide toy which need raw materials from recycle plastics.Key words: Mineral Water Plastic Bottle, Polyethylene Terephtalate (PET), Recycle Performer, Bandung city Abstrak: Air minum dalam kemasan saat ini sudah menjadi salah satu alternatif air minum bagi masyarakat di kota-kota besar salah satunya Kota Bandung. Konsumsi air minum dalam kemasan oleh masyarakat akan menimbulkan timbulan sampah plastik yang jumlahnya cukup tinggi. Air minum dalam kemasan dibuat menggunakan bahan Polyethylene Terephtalate (PET) dan Polypropylene (PP). Kedua bahan ini merupakan jenis-jenis plastik yang dapat di daur ulang. Daur ulang merupakan salah satu cara pengelolaan sampah yang efektif untuk mereduksi timbulan sampah plastik air minum dalam kemasan di TPA. Komposisi air minum dalam kemasan di TPA Sarimukti pada tahun 2008 adalah sebesar 1.35% dari total sampah yang ada. Reduksi sampah plastik air minum dalam kemasan di TPA tidak lepas dari peranan para pelaku daur ulang sektor informal yang terdiri dari, pemulung, tukang loak, lapak serta bandar.Dari hasil survey yang dilakukan di Kota Bandung terdapat 365 pelaku daur ulang yang terdiri dari 130 orang pemulung, 130 orang tukang loak, 44 buah lapak, 33 buah bandar kecil dan 28 buah bandar besar. Apabila di klasifikasi berdasarkan daerah pelayanan PD. Kebersihan maka di Bandung Utara terdapat 17 pelaku daur ulang, Bandung Timur terdapat 25 pelaku daur ulang, Bandung Selatan terdapat 20 pelaku daur ulang, dan Bandung Barat terdapat 43 pelaku daur ulang.Bandung Barat memiliki jumlah pelaku daur ulang yang paling banyak di karenakan di daerah Bandung Barat banyak terdapat pabrik-pabrik tekstil maupun pabrik mainan yang membutuhkan bahan baku dari plastik daur ulang. Kata kunci: Air Minum Dalam Kemasan, Polyethylene Terephtalate (PET), pelaku daur ulang, Kota Bandung
REMEDIASI TUMPAHAN MINYAK MENGGUNAKAN METODE SOIL WASHING DENGAN OPTIMASI KONDISI REAKSI Effendi, Agus Jatnika; Indriati, Narita
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 2 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.788 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.2.8

Abstract

Abstrak: Pengembangan proses fisika-kimia, Soil Washing, masih jarang diaplikasikan pada setiap perusahaanperusahaan di Indonesia. Kebanyakan dari mereka masih menggunakan proses biologi. Proses leaching merupakan salah satu metode alternative yang dapat diaplikasikan secara ekonomi karena tidak membutuhkan tambahan energy. Proses tersebut menggunakan surfaktan tween80 sebagai leaching agent untuk penyisihan TPH (Total Petroleum Hydrocarbon). Reaktor yang yang digunakan adalah leaching column berbahan dasar plexy glass yang memiliki ketinggian 100cm dan berdiameter 6cm. Pengukuran dilakukan dengan memvariasi konsentrasi surfaktan dan menentuan nilai koefisien distribusi. Diketahui kandungan TPH awal pada karakteristik, yaitu light oil (sand) 2,34%, heavy oil (loam) 1,61% dan light oil (sandy loam) 4,48%. Konsentrasi surfaktan optimum untuk tanah light oil (sand), heavy oil (loam), light oil (sandy loam) adalah 1,5%; 0% dan 0,5%. Berdasarkan hasil pengukuran Kd setelah proses Soil Washing diketahui bahwa nilai Kd optimum pada adalah tanah sand, yaitu sekitar 110,382 sedangkan untuk tanah light oil (sandy loam) dan heavy oil (loam), adalah dan 10,230 dan 27,183. Persentase COD tanah yang terleaching pada light oil (sand) sementara heavy oil (loam), light oil (sandy loam) adalah 74,8%; 63% dan 45%. TPH tanah yang tersisa adalah heavy oil (loam) 5009.2 mg/kg, light oil (sandy loam) 24490 mg/kg dan light oil (sand) 8704,4 mg/kg.  Kata kunci: Leaching Column, Total Petroleum Hydrocarbon (TPH), Tween 80 Abstract : The development of physicochemical process, Soil Washing, is still seldom applicated in everycompany especially in Indonesia. Usually they still use biological process. Leaching process is one of alternative treatment that can be applicated economically because it doesn?t need additional energy. This process used a surfactant Tween80 as Leaching Agent for TPH removal. The used reactor, leaching column based on plexyglass which had a height of 100 cm and a diameter of 6cm. Measurements were performed by varying the concentration of surfactant and Distribution Coefficient (Kd). It was known that the content of the initial TPH in soil characteristics, namely light oil (sand) 2.34%, heavy oil (loam) 1.61% and light oil (sandy loam) 4.48%. The optimum of concentrations for light oil (sand), heavy oil (loam), light oil (sandy loam) are 1.5%; 0% dan 0.5%. Based on the result of Distribution Coefficient (Kd) after Soil Washing process was known that the optimum Kd was Sand (light oil) 110,382, loam (heavy oil) 27,183 and sandy loam (light oil) 10.230. Percentage of leached Soil COD in light oil (sand), heavy oil (loam), light oil (sandy loam) were 74.8%; 63% and 45%. Then, TPH measurement result left in the soil are heavy oil (loam) 5009.2 mg/Kg, light oil (sandy loam) 24,490 mg/Kg and light oil (sand) 8704.4 mg/Kg. Key words: Leaching Column, Total Petroleum Hydrocarbon (TPH), Tween 80
PENENTUAN WAKTU DETENSI OPTIMUM DALAM PROSES PENYISIHAN KLORIDA PADA REAKTOR KONTINU ELECTRO GRAVITATIONAL DESALINATION Gde Bagus, Dewa; Nobelia, James
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 1 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.802 KB) | DOI: 10.5614//jtl.2010.16.1.7

Abstract

Abstrak: Air merupakan elemen yang terbesar pada permukaan bumi mencakup lebih dari 70% dengan persentase sekitar 97% berada pada lautan lepas. Teknologi desalinasi harus diaplikasikan untuk mengolah air laut, yang memiliki komponen utama berupa NaCl (garam), menjadi air bersih yang layak dikonsumsi manusia. Beberapa teknologi desalinasi yang lazim digunakan adalah Multi Stage Flash Distillation dan Reverse Osmosis, namun kedua proses ini membutuhkan modal, biaya perawatan, dan energi yang sangat besar sehingga sulit diaplikasikan pada Negara berkembang. Berdasarkan hal ini, dikembangkan metode Electro Gravitational Desalination yang memanfaatkan proses elektrokimia dan gravitasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui waktu detensi optimum pada proses penyisihan klorida sebagai kandungan unsur tertinggi pada NaCl, dengan sistem reaktor kontinu. Tiga variasi waktu detensi; 21 jam, 11 jam, dan 7 jam dengan waktu pengambilan sampel setiap 12 jam pada 4 konsentrasi NaCl yang dibuat secara artifisial; 1.000 ppm, 3.000 ppm, 5.000 ppm, dan 10.000 ppm. Berdasarkan variasi tersebut, waktu detensi optimum secara berturut-turut adalah; waktu detensi 11 jam pada waktu 24 jam dengan persentase penyisihan sebesar 18%, pada waktu 36 jam sebesar 17%, waktu detensi 21 jam pada waktu 36 jam sebesar 7,5%, dan waktu detensi 11 jam pada waktu 48 jam sebesar 5%.
SIMULASI PEMODELAN JARINGAN JALAN UNTUK MEMPREDIKSI PENGURANGAN EMISI CO, NOX, PM10, DAN SO2 DARI RENCANA PEMBANGUNAN BUS RAPID TRANSIT DI KOTA TANGERANG Maulana B.S, Qiyam; Sofyan, Asep; Frazila, Russ Bona
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1448.28 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.7

Abstract

Abstrak: Pencemaran udara saat ini menjadi salah satu masalah utama di kota-kota besar di Indonesia seperti di kota Tangerang. Sebagai daerah penyangga ibu kota Negara DKI Jakarta, Kota Tangerang merupakan salah satu wilayah dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditandai dengan bertambahnya jumlah industri, kawasan bisnis dan jumlah kendaraan bermotor. Saat ini jumlah dan penggunaan kendaraan bermotor bertambah dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 10% per tahun. Pemerintah kota Tangerang berencana membangun fasilitas Bus Rapid Transit (BRT) guna mengatasi masalah kemacetan. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada berkurangnya emisi yang dihasilkan dari sektor transportasi karena berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi yang beralih ke BRT. Terdapat tiga skenario pemodelan yang dibuat pada penelitian ini yaitu Business As Usual, skenario BRT satu koridor, dan Skenario BRT 5 Koridor. Ketiga skenario tersebut juga diproyeksikan dalam lima tahun kedepan yaitu tahun 2021. Inventarisasi Emisi pada Segementasi Jalan di Kota Tangerang Tahun 2016 tanpa skenario adalah 270.292 ton/tahun untuk polutan CO. Polutan NOx sebesar 23.857 ton/tahun. Polutan PM10 sebesar 3.349 ton/tahun dan polutan SO2 sebesar 571 ton/tahun. Hasil dari penelitian menunjukkan Penurunan beban emisi dari skenario BRT 1 koridor pada tahun 2016 rata ? rata sebesar 1,5%. Untuk proyeksi tahun 2021 penurunan dari skenario BRT 1 koridor sebesar 5,6%. Sedangkan untuk skenario BRT 5 koridor rata-rata penurunan beban emisinya sebesar 16 %. Kata kunci: Inventarisasi emisi, pemodelan jaringan jalan, bus rapid transit Abstract : Air pollution is currently one of the main problems in big cities in Indonesia such as in the city of Tangerang. As the buffer area state capital of Jakarta, Tangerang City is one of the areas with a high rate of economic growth marked by the growing number of industries, the business district and the number of motor vehicles. Currently the number and use of motor vehicles increased with an average growth rate of 10% per year. Tangerang city government plans to build facilities Bus Rapid Transit (BRT) in order to overcome the problem of traffic jam. It certainly will have an impact on the reduction of emissions resulting from the transport sector due to reduced use of private vehicles are switching to BRT. There are three scenarios modeling made in this study is Business As Usual scenario, BRT one corridor scenario, and BRT five corridor Scenario. The three scenario is also projected in five years until 2021. Emissions Inventory at Tangerang Segmentation 2016 without scenario is 270.292 tonnes / year for pollutants CO. NOx pollutants by 23.857 tonnes / year. PM10 pollutants by 3.349 tons / year and pollutants SO2 by 571 tons / year. Results from the study showed that average reduction value of BRT one corridor scenario in 2016 is 1.5%. For the projected 2021 of BRT one corridor scenario by 5.6%. While the BRT five corridor scenario for an average reduction of emissions burden quite by 16%. Key words: emission inventory, road network modeling, bus rapid transit
PENGARUH KARAKTERISTIK FAKTOR EMISI TERHADAP ESTIMASI BEBAN EMISI OKSIDA NITROGEN (NOX) DARI SEKTOR TRANSPORTASI (STUDI KASUS: WILAYAH KAREES, BANDUNG) Novianti, Srikandi; Driejana, Driejana
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 2 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (822.429 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2010.16.2.8

Abstract

Abstrak : Inventori emisi merupakan salah satu alat yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam permasalahan pencemaran udara. Sektor transportasi telah menjadi sumber pencemar terbesar di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan estimasi beban emisi menggunakan berbagai database faktor emisi dengan karakteristik yang berbeda . Penelitian dibatasi hanya pencemar oksida nitrogen (NOx) karena merupakan polutan primer dan merupakan salah satu polutan yang memiliki dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Pertama-tama, dilakukan survey transportasi di daerah yang diteliti untuk mendapatkan data aktivitas kendaraan berupa volume dengan pembagian 7 jenis kendaraan dan kecepatan rata-rata kendaraan. Survey transportasi dilakukan pada kondisi weekday dan weekend. Kemudian dipilih database faktor emisi negara Indonesia, Inggris, dan India untuk menghitung beban emisi yang dihasilkan. Berdasarkan hasil survey transportasi dan perhitungan beban yang telah dilakukan diketahui bahwa ruas jalan dengan lalu lintas terpadat adalah jalan Jakarta dan diketahui  menghasilkan beban emisi tertinggi. Diketahui bahwa faktor emisi sangat berpengaruh pada nilai beban emisi. Database faktor emisi Inggris dianggap sebagai faktor emisi yang kemungkinan paling baik untuk diaplikasikan karena faktor emisi yang lebih detail sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan tentu saja memberikan nilai beban emisi yang lebih baik.Abstract : Emission inventory can be used as a tool to make policy decision including air pollution problem. Transportation sector has become the greatest pollutant source in urban area. The objective of this research is to compare emission load estimation using various emission factor databases with different characteristics. This research focused only on Nitrogen oxides (NOx) pollutant. The choice of pollutant is based on the reasons that it is the primary pollutant emitted from vehicle exhaust, the impacts on human health and the environment are well documented. First, transportation survey was conducted to get vehicles activity data such as volume with 7 vehicles classification and vehicles average speed. The survey was conducted at weekday and weekend condition. Then, Indonesia, England, and India factor emission database was chosen for determining emission load. Based on the transportation survey conducted and emission load calculation, it was known that the busiest road was Jalan Jakarta and was known to produce the highest emission load. It was known that emission factor value has a great influence to emission load. England emission factor database deemed to be probably the best emission factor because emission factor database which is more detail and is inacompliance with needs and site conditions, of course, will give a better emission load value.  
PEMILIHAN METODE IDENTIFIKASI BAHAYA DAN ANALISIS RESIKO SERTA PENERAPANNYA MENGGUNAKAN AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) DI INDUSTRI MANUFAKTUR Purba, Lamtua; Salami, Indah Rachmatiah Siti; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 1 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.181 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.1.3

Abstract

 Abstrak: PT X merupakan salah satu industri manufaktur di kota Bandung dengan produksi utamanya adalah komponen dirgantara dan komponen mekanis. Dalam aktivitas produksinya seperti penggunaan material, peralatan, mesin, dan lain sebagainya dapat menghasilkan bahaya-bahaya tertentu, namun saat ini belum dilakukan kegiatan identifikasi bahaya di perusahaan tersebut. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya seperti JHA, FMEA, dan What-if, tetapi metode-metode tersebut tentunya memiliki kelebihan, kekurangan, serta perbedaan dalam prosedur implementasinya. AHP (Analitycal Hierarchy Process) dipergunakan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan metode identifikasi bahaya yang sesuai diterapkan pada PT X. Responden ahli yang terlibat dalam kuesioner AHP berasal dari internal maupun eksternal PT X, dimana para responden adalah orang-orang yang bekerja di bidang K3, pernah mendapatkan pelatihan atau sertfikasi K3, serta memahami mengenai identifikasi bahaya dan analisis risiko. Berdasarkan hasil penilaian AHP untuk reponden eksternal PT X, metode JHA adalah prioritas utama yang dapat diterapkan di PT X dengan bobot 0,378, dimana subkriteria ketelitian merupakan keunggulan dari metode JHA. Hasil penilaian AHP untuk responden internal PT X menunjukkan bahwa What-if adalah prioritas utama sebagai metode identifikasi bahaya yang dapat diterapkan di PT X dengan bobot 0,380. Hasil penilaian AHP berdasarkan responden internal dan eksternal digabungkan, dan dihitung total bobot keseluruhan masing-masing alternatif dan diperoleh hasil bahwa What-if memiliki bobot terbesar yaitu 0,378. Keunggulan dari metode What-if  adalah biaya yang dikeluarkan paling murah, waktu analisis paling cepat, jumlah personil tim dan dokumentasi yang dibutuhkan paling sedikit, dan keahlian tim yang diperlukan paling minim dibandingkan dengan metode JHA dan FMEA. What-if kemudian menjadi metode yang terpilih untuk diterapkan pada PT X. Kata kunci: Identifikasi bahaya, JHA, What-If, FMEA, AHP Abstract: Company X is one of the manufacturing industries in Bandung, this company produces aerospace components and mechanical components. In its production activities such as the use of materials, equipment, machinery can produce certain hazards, currently no hazard identification activity implemented in this company. There are several of methods can be used to identify hazards such as JHA, FMEA, and what-if, but they have advantages, disadvantages, and differences in the implementation procedure. AHP (Analytical Hierarchy Process) is used for decision making in determining the appropriate hazard identification method applied to company X. Expert respondents involved in AHP questionnaires come from internal and external company X, where the respondents are those who work in the field of safety, understand of hazard identification and risk analysis and had received training or certification of safety. Based on the results of the AHP for external respondents of company X, JHA is the main priority to be applied in company X with weight 0.378, where sub criteria of accuracy is the advantage of JHA. The result of AHP for internal respondent of company X shows that what-if is the main priority with weight 0,380. The results of the AHP based on the combined internal and external respondents, what-if is the main priority to be applied in company X with weight 0.378. The advantages of what-if method are the least costly expenses, the fastest analysis time, the minimum number of team personnel and documentation required, and the team's minimum required skills compared to JHA and FMEA methods. What-if is the selected method to be applied in company X. Keywords: Hazard Identification, JHA, what-If, FMEA, AHP
PEMANFAATAN LIMBAH SPENT CATALYST SEBAGAI CAMPURAN PAVING BLOCK DAN BATAKO Apriani, Desak Nyoman Inten; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 2 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.854 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.2.4

Abstract

Abstrak: Dewasa ini, kegiatan perindustrian di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat, terutama industri minyak dan gas bumi. Hal ini berdampak pada meningkatnya limbah B3 yang memerlukan pengolahan lebih lanjut sebelum dibuang ke landfilll. Salah satu limbah B3 yang banyak dihasilkan adalah limbah spent catalyst yang berasal dari hasil proses perengkahan hidrokarbon yang mencapai sedikitnya 17 ton per hari. Pengelolaan limbah B3 di Indonesia merujuk pada PP No. 18/2009 jo PP No.85/1999 tentang  Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Salah satu langkah pengelolaan itu adalah dengan cara solidifikasi, yaitu pengubahan karakteristik fisik-kimia pada limbah B3 dengan penambahan senyawa pengikat (aditif) sehingga pergerakan logam berat dapat dihambat. Analisis karakteristik awal dilakukan terhadap limbah spent catalyst untuk mengetahui kadar total logam berat dan kadar oksida logam yang terdapat dalam limbah. Dari pemeriksaan karakteristik fisik-kimia tersebut, didapat hasil bahwa limbah spent catalyst dapat digunakan sebagai pengganti binder dalam pelaksanaan campuran solidifikasi ini. Kandungan logam berat yang terdapat dalam limbah juga telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan oleh Bapedal No. 03/1995. Pada penelitian ini juga terdapat analisis ekonomi untuk menilai kelayakan benda uji selain dari segi teknik, dan juga analisis sensitivitas sehingga dapat diketahui harga produksi setiap variasi dan faktor apa saja yang mempengaruhi harga produksi tersebut apabila harga bahan baku material mengalami peningkatan.Kata kunci: analisis ekonomi, kuat tekan, paving block, solidifikasi, spent catalyst.Abstract : Nowadays, industrial activity in Indonesia has increased along with the increasing needs from society, especially in oil and gas industry. This has resulted in the increasing of B3 waste that require further processing before being discharged into landfill. One of the hazardous waste produced in oil and gas industry is spent catalyst waste from the hydrocarbon cracking process that reached at least 17 tons per day. Hazardous waste management in Indonesia, referring to the PP. 18/2009 jo PP No.85/1999 on the Management of Hazardous and Toxic Waste (B3). One of the steps of hazardous waste management is solidification,which is the conversion of physical-chemical characteristics of the hazardous waste with the addition of a binder compound (additive) so that the movement of heavy metals may be inhibited. Analysis of basic characteristics are made for the spent catalyst waste to determine the total concentration levels of heavy metals and metal oxides contained in waste. From the examination of physical-chemical characteristics, the result is that the waste spent catalyst can be used as binder subtitute and fine aggregate mixture in the implementation of this solidification. The content of heavy metals contained in the waste also has to meet quality standards set by Bapedal No. 03/1995. In this research, other than in terms of technique, there are also economic analysis to acknowledge the feasibility of the specimen, as well as sensitivity analysis so that it can be seen every variation?s production rates and what factors affect the price of production if prices of raw materials increased.  Key words: compressive strength, economic analysis, paving blocks, solidification,spent catalyst
KAJIAN EVALUASI DAN ARAHAN ZONASI TPA BATU LAYANG KOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT Wahyudi, Reza; Damanhuri, Enri; Widyarsana, I Made Wahyu
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.756 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.2.9

Abstract

Abstrak: : Pengelolaan TPA Batu Layang merupakan suatu permasalahan yang terjadi di Kota Pontianak. Seiring dengan perkembangan Kota Pontianak dengan tingkat pertambahan penduduk diperkirakan sebesar 1,123 % per tahun jumlah penduduk pada tahun 2016  sebesar 653.030 jiwa maka timbunan sampah yang diterima berdasarkan kapasitas pengangkutan sampah yang masuk di TPA sebesar 302 ton/hari dari jumlah produksi sampah 431 ton/hari. Berdasarkan hasil survey lapangan ,persentase cakupan layanan dari TPA Batu Layang yaitu 77 %  pelayanan dari jumlah penduduk Kota Pontianak. Pengolahan disposal sampah yang belum maksimal menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan sekitar seperti  pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara dan berkembangnya vektor penyakit. Hasil pengujian laboratorium terkait kualitas BOD lindi TPA Batu Layang yaitu 818,30 mg/l dan kualitas COD lindi mencapai 1.259 mg/l, kedua indikator tersebut sudah melewati ambang batas maksimal.  Untuk membatasi pemanfaatan ruang sekitar kawasan TPA, maka diperlukan penataan kawasan sekitar sekitar TPA dengan tujuan untuk menetapkan kegiatan dan penggunaan lahan sekitar kawasan TPA. Oleh Karena itu perlu dilakukan penelitian agar TPA Batu Layang  dapat beroperasi sesuai dengan peraturan dalam pengelolaan TPA dan  kesesuaian dalam penataan ruang disekitar kawasan TPA  serta menjadikan TPA Batu Layang menjadi TPA yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Tahap pertama dalam penelitian ini melakukan evaluasi TPA untuk melihat resiko yang ditimbulkan dari adanya aktivitas TPA tersebut. Analisis TPA menggunakan metode penilaian  27 atribut dalam Asian Regional Research Program On Enviromental Technology (ARRPET), evaluasi tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting TPA, hasil dari evaluasi berupa akumulasi mendapat nilai 566,75. Hasil dari evaluasi menyatakan bahwa TPA Batu Layang memiliki potensi bahaya sedang serta direkomendasikan untuk rehabilitasi segera dan menjadikan TPA yang berkelanjutan. Berdasarkan analisa kesesuaian pola ruang pada RTRW dengan PERMEN PU Nomor 19 Tahun terdapat tidak kesesuaian oleh karena itu berdasarkan aturan tersebut, daerah sekitar TPA dengan radius 500 meter semestinya digunakan antara lain industri daur ulang, ruang terbuka hijau dan hutan rakyat.  Kata kunci: ARRPET, evaluasi TPA, kawasan sekitar TPA, zonasi Abstract : The management of  Batu Layang landfill  is a problem that occurred in Pontianak City. Along with the development of the city of Pontianak with an estimated population increase of 1.123% per year the population in 2016 amounted to 653,030 people then the garbage pile received based on garbage transport capacity in the landfill of 302 tons / day from the amount of waste production 431 tons / day. Based on the result of field survey, the percentage of service coverage from TPA Batu Layang is 77% service from population of Pontianak City. The processing of waste disposal that has not been maximally causes various negative impacts on the environment such as water pollution, soil contamination, air pollution and the development of disease vectors. The results of laboratory tests related to the BOD leachate quality of the Layang Landfill is 818,30 mg / l and the quality of COD leachate reaches 1,259 mg / l, both indicators have passed the maximum threshold. To limit the utilization of space around the landfill area, it is necessary to arrange the area around the landfill in order to establish activities and land use around the landfill area. Therefore, research needs to be done so that TPA Batu Layang can operate in accordance with regulations in landfill management and suitability in spatial arrangement around TPA area and make TPA Batu Layang become landfill with environment and sustainable view. The first stage in this study conducted a landfill evaluation to see the risks posed by the landfill activity. TPA analysis used the method of appraisal of 27 attributes in Asian Regional Research Program On Environmental Technology (ARRPET), the evaluation was conducted to determine the condition of existing landfill, the result of evaluation in the form of accumulation got the value 566,75. The results of the evaluation indicate that the Batu Layang landfill has potential for moderate hazards and is recommended for immediate rehabilitation and sustainable landfill. Based on the analysis of spatial pattern suitability in RTRW with Public Work Regulation Number 19   there is no compliance therefore based on the regulation, the area around landfill with 500 meter radius should be used such as recycling industry, green open space and community forest. Keyword: ARRPET, landfill evaluation, landfill space arrangement, zonation
APLIKASI TEPUNG JAGUNG SEBAGAI KOAGULAN ALAMI UNTUK MENGOLAH LIMBAH CAIR TAHU Prihatinningtyas, Eka; Effendi, Agus Jatnika
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 1 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.837 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.18.1.10

Abstract

Abstrak: Proses pembuatan tahu menghasilkan banyak sekali limbah cair yang mempunyai karakteristik kekeruhan, total padatan dan total padatan tersuspensi yang tinggi. Salah satu proses pengolahan yang dapat dilakukan adalah dengan koagulasi. Tepung jagung dapat digunakan sebagai koagulan alami. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kondisi optimum pengolahan limbah cair tahu dengan meggunakan koagulan alami yang terbuat dari tepung  jagung. Ekstrak jagung dapat dibuat dengan cara melarutkan 5 gram tepung jagung dalam 100 ml NaCl dan diaduk selama 30 menit. Selanjutnya campuran tersebut dipisahkan dengan sentrifugasi. Supernatan yang diperoleh dinamakan ekstrak jagung. Jagung  ionik diperoleh dengan cara melewatkan ekstrak jagung dalam kolom resin Amberlite. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jagung dapat digunakan sebagai koagulan alami karena bersifat polielektrolit. Adanya gugus karboksil, hidroksil dan amida menyebabkan larutan polielektrolit ini bermuatan negatif. Hasil koagulasi memberikan efisiensi penurunan kekeruhan yang cukup signifikan. Jagung ionik memberikan hasil penurunan kekeruhan yang lebih baik jika dibandingkan dengan ekstrak jagung karena jagung ionik bersifat lebih negatif daripada ekstrak jagung. Proses koagulasi yang terjadi pada kekeruhan awal yang tinggi memberikan efisiensi penurunan kekeruhan yang lebih baik dibandingkan dengan kekeruhan rendah. Proses koagulasi berjalan dengan efisien pada pH 5 karena pada titik tersebut diperoleh titik isoelektrik. Pada over flowrate kurang dari 0,03 m/menit, alum akan memberikan efisiensi penyisihan padatan tersuspensi yang lebih besar daripada ekstrak jagung. Sedangkan pada over flowrate lebih dari 0,03 m/menit kecepatan pengendapan kaolin dengan alum sama dengan ekstrak jagung.Kata kunci: koagulasi, koagulan alami, ekstrak jagung, jagung ionik. Abstract: Tofu industries produced amount of wastewater which characteristics of high in  turbidity, total solid and  total suspended solid. Coagulation can be done to reduce that parameters. Starch can be used as natural coagulant at this process. The aim of this research was found the optimum condition on tofu wastewater treatment using natural coagulant from maize. Maize extract made by dissolved 5 grams of maize into 100 ml NaCl and stirred 30 minutess to accomplish extraction and then separated by centrifugation. The supernatant named extract of maize. Extract of maize loaded onto column packed with Amberlite and produced ionic maize. The experimental results show that the maize can be used as a natural coagulant because they are polyelectrolytes. Presence of carboxyl, hydroxyl and amides groups led to this solution are anionic polyelectrolytes. The results of the efficiency of coagulation provide a significant turbidity removal.  Ionic maize yield better turbidity removal compared to extract of maize because ionic maize more negative than extract of maize. Coagulation processes that occur at high initial turbidity gave efficiency of  turbidity removal better than low turbidity. Coagulation process runs efficiently at pH 5 because at that point obtained the isoelectric point.  At over flowrate of more than 0.03 m/ min, the alum will provide efficiency of suspended solids removal greater than extract of maize. While the over flowrate less  than 0.03 m / min, settling velocity of kaolin using  alum and extract of maize are the same. Keywords: coagulation, natural coagulant, extract of maize, ionic maize. 
PENCEMARAN SUNGAI OLEH LINDI BERDASARKAN PARAMETER PENCEMAR COD DAN KROMIUM DENGAN PEMODELAN MATEMATIS (STUDI KASUS: BEKAS TPA CICABE, BANDUNG) Sembiring, Elsa Try Julita; Kamil, Idris Maxdoni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1008.228 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.5

Abstract

Abstrak: Lindi yang dihasilkan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang masih aktif beroperasi maupun yang sudah tidak, memiliki potensi mencemari lingkungan selama masih terdapat kemungkinan kontak dengan air. TPA Cicabe merupakan salah satu TPA yang sudah tidak aktif sejak tahun 2006 di Kelurahan Mandalajati, Bandung. Penelitian ini dilakukan di anak sungai dan saluran terbuka yang melintas di sisi TPA Cicabe. Parameter pencemar yang ditinjau pada penelitian ini adalah COD dan kromium (Cr). Untuk mengetahui penyebaran pencemar di sepanjang aliran anak sungai dilakukan model analitik 1-dimensi berdasarkan persamaan adveksi-dispersi pada air permukaan. Pengambilan sampling dilakukan dua kali untuk keperluan kalibrasi dan validasi model. Pengumpulan sampel meliputi sampel tanah, sedimen, dan air anak sungai. Input pencemar berasal dari lindi, limbah rumah tangga, dan cabang sungai. Perhitungan lindi menggunakan neraca air Thorntwaite. Hasil uji analisis sensitivitas menujukkan koefisien degradasi (k) merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap nilai konsentrasi model dengan nilai koefisien sensitivitas (S) = 0,311. Hasil simulasi untuk kalibrasi dengan kCOD=3/hari menunjukkan bahwa nilai COD model mendekati nilai konsentrasi COD hasil observasi dan validasi. Hasil simulasi transport Cr dengan k=1,4x10-4/detik menunjukkan bahwa nilai Cr model sudah cukup valid mendekati nilai konsentrasi Cr hasil observasiand validasi dengan level kepercayaan 99,5%.