Jurnal Arsitektur Pendapa
Topik yang dapat dipublis dalam jurnal ini mencakup teoritisi, sejarah, filosofi, spiritual, kerajaan, bangsawan, kampung, perdesaan, cagar budaya (heritage), kawasan, lanskap (landscape), dan budaya arsitektur Jawa Mataram, arsitektur lokal Indonesia dan hal-hal seputar ilmu arsitektur pada umumnya baik teoritik, rancang bangun maupun teknologi.
Articles
124 Documents
Redesain rumah susun tipe 54 di Kelurahan 24 Ilir dan 26 Ilir Palembang, penerapan green architecture pada bangunan dan kawasan
Mirza Hidayat;
Fransiscus Xaverius Budi Pangarso;
Nurina Vidya Ayuningtyas
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.100
Di kota Palembang terdapat hunian yang sudah lama dikenal oleh masyarakat yaitu rumah susun tipe 54 yang berlokasi di kelurahan 24 Ilir dan 26 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang. Rusun tipe 54 adalah rusun milik Perum Perumnas (Perusahaan Umum Perumahan Nasional) dibangun pada tahun 1981. Rusun tipe 54 adalah rusun sederhana milik (Rusunami), artinya kepemilikan unit ruang hak milik penghuni. Seiring berjalannya waktu dengan sistem kepemilikan, menjadikan rusun ini tampak kumuh dan semerawut karena penghuni dengan keinginannya merubah, mengurangi dan menambah ruang. Pihak pengelola tidak menerapkan peraturan tegas terhadap penghuni rusun karena ruang tersebut adalah hak milik penghuni, karena itu perlunya dibenahi sistem pengelolaan rusun, supaya tidak terulang kembali. Rencana Pemkot dan Perum Perumnas untuk merancang ulang rusun tipe 54 (Redesign), karena tidak layak berada di perkotaan dan tidak layak huni. Pihak Perum perumnas merencanakan rusun bertingkat dengan ketinggian bangunan mencapai 20 lantai, tetapi harus disesuaikan dengan peraturan peruntukkan pada kawasan tersebut. Wilayah perkotaan yang sebagian besar kegiatannya adalah komersil, gedung rusun beserta kawasannya direncanakan menyediakan fasilitas komersil sebagai daya tarik masyarakat terhadap kawasan rusun. Konsep arsitektur yang tepat diterapkan pada rusun yang berada berada di wilayah perkotaan mampu memberikan dampak positif terhadap efek buruk pembangunan, meminimalkan polusi udara yang disebabkan kendaraan bermotor, adanya pengelolaan sampah, adanya pengelolaan air bekas pakai dan hemat energi. Konsep yang mampu menanggulangi permasalahan tersebut adalah konsep green architecture. Rusun yang baru diharapkan keberadaannya dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan alam dan masyarakat kota Palembang.
Fenomena ragam spiritualitas rumah Jawa
Satrio Hasto Broto Wibowo
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.101
Budaya spiritualitas masyarakat Jawa terwujud dalam beragam arsitektur rumah Jawa. Spiritualitas dalam ragam rumah Jawa masih banyak yang belum terungkap menjadi ilmu pengetahuan. Penelitian ini bertujuan mengungkap ragam spiritualitas yang mendasari keberadaan ragam rumah Jawa di berbagai wilayah Jawa. Riset lapangan (field research) menjadi metode yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spiritualitas dalam rumah Jawa berupa keberadaan sumber spiritualitas di dalam dan di luar rumah Jawa yang berpengaruh terhadap penghuni maupun fisik arsitektural. Sumber spiritual yang berada di dalam rumah berupa Sunan Walisanga, Dewi Sri (mbokde Sri) dan Pasungdari. Keberadaan mereka termnifesatasikan pada ruang (senthong tengah dan pusat rumah)  da pada  rangka rumah. Sumber spiritual yang berada di luar rumah adalah Ratu Kidul di Laut Selatan dan Dewa-dewi di Keblat. Keberadaan mereka berimplikasi pada arah hadap rumah Jawa menghadap Selatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa rumah Jawa memiliki ragam spiritualitas yang berbeda-beda dan  mendasari terbentuknya arsitektural rumah Jawa.
Rumah Panjang: Nilai Edukasi Dan Sosial Dalam Sebuah Bangunan Vernakular Suku Dayak Di Kalimantan Barat
Affrilyno Affrilyno
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 3 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Widya Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37631/pendapa.v3i1.102
Rumah panjang merupakan bentuk arsitektur vernakular yang khas dari masyarakat suku Dayak di Kalimantan. Saat ini rumah panjang tengah menghadapi arus modernisasi dan semakin lama semakin berkurang jumlahnya. Dalam kehidupan sehari-hari, rumah panjang merupakan tempat bagi suku Dayak melakukan segala aktivitas bersama, berinteraksi, belajar kepada kaum tua dan menurunkan berbagai kebijaksanaan tradisional (traditional wisdom), pengetahuan asli (indigenous knowledge) orang Dayak. Secara singkat, rumah panjang adalah pusat segala aktivitas sosial, budaya, edukasi, ekonomi dan politik masyarakat suku Dayak. Rumah panjang adalah pusat kebudayaan bagi masyarakat suku Dayak. Maka Rumah panjang merupakan jantung kehidupan masyarakat suku Dayak. Permasalahan yang dikaji adalah rumah panjang terkait dengan pola hidup, adat, dan pola pikir masyarakatnya yang akan menggambarkan pentingnya nilai-nilai rumah panjang terutama dilihat dari sisi edukasi dan sosialnya.
Tipologi Potensi Kepariwisataan Desa Sekitar Candi Borobudur
Akbar Preambudi
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 3 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Widya Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37631/pendapa.v3i1.103
Desa sekitar Candi Borobudur memiliki banyak potensi kepariwisataan yang dirasa tenggelam akibat semua perhatian ditujukan ke Candi Borobudur. Pengelolaan Candi Borobudur dengan sistem bisnis yang berlebihan mengakibatkan persoalan kesejahteraan atau kemiskinan yang dialami oleh masyarakat di desa–desa sekitar Candi Borobudur.Sehubungan dengan penentuan model pengembangan potensi obyek wisata, maka dalam studi ini mengadopsi dinamika pengembangan pariwisata yang dikemukakan oleh Miossec (Pearce 1989). Model evolusi didasarkan pada empat faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan, yaitu; (1) resort; (2) transport; (3) tourist behaviour; (4) attitudes of decision makers and population of receiving region.Tipologi desa sekitar Candi Borobudur dipetakan berdasarkan potensi kepariwisataan dengan cara menganalisis temuan-temuan di lapangan kemudian dikompilasikan dengan teori maupun data lainnya. Tipologi potensi menghasilkan tipe desa berdasarkan teori Miossec.
Kosmologi Rumah Betang (Ompuk Domuk) Dayak Dosan Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat
Deni Maulana
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 3 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Widya Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37631/pendapa.v3i1.104
Kajian ini bertujuan untuk membantu pelestarian budaya Dayak dalam menghadapi arus modernisasi dan mendorong peningkatan apresiasi masyarakat terhadap arsitektur vernakular Indonesia, khususnya rumah panjang (Ompuk Domuk) Dayak Dosan. Permasalahan yang dikaji adalah kaitan antara aspek fisik arsitektural (tata letak, tata ruang, konstruksi, struktur, dan ornamen) dengan pola hidup, adat, dan pola pikir masyarakatnya yang akan menggambarkan kosmologi suku Dayak Dosan di kampung Kopar, kecamatan Parindu, kabupaten Sanggau, provinsi Kalimantan Barat. Analisa kualitatif digunakan untuk melihat hubungan antara tata letak dan ruang rumah panjang (Ompuk Domuk), dengan konsep dan filosofi nilai-nilai spiritual suku Dayak Dosan. Studi pustaka sebagai digunakan untuk mempelajari pandangan suku Dayak Dosan terhadap ruang dalam skala makro kosmos dan fisik arsitekturnya. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa kosmologi masyarakat Dayak Dosan tercermin dari kepercayaannya terhadap matahari sebagai bentuk penghormatan kepada Ake’ Panompa dan mempercayai adanya roh-roh yang bersemayam di lingkungan sekitar mereka. Ompuk Domuk berperan sebagai poros dalam penentuan sistem kewilayahan adat.
Revitalisasi Stasiun Kereta Api Kedundang Di Kulon Progo (Penekanan Desain Pada Pola Sirkulasi Dan Tata Ruang)
Rodrigues Francisco Lopes de Carvalho;
Padmana Grady Prabasmara
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 3 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Widya Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37631/pendapa.v3i1.105
Stasiun Kereta Api Kedundang adalah stasiun kereta api kelas kecil yang berfungsi sebagai tempat persilangan kereta api yang dinonaktifkan sejak tahun 2007. Kondisi saat ini mengalami banyak kerusakan akibat tidak terawat sejak penonaktifan tersebut.  Stasiun Kereta Api Kedundang, dewasa ini, direncanakan menjadi sebuah stasiun kereta api yang berfungsi sebagai simpul penghubung dalam rute transportasi kereta api bandara yang menghubungkan Bandara NYIA (New Yogyakarta International Airport) di Kulon Progo dengan Kota Yogyakarta.  Rencana ini dapat diwujudkan dengan  merevitalisasi dan  meningkatkan kelas  Stasiun  Kereta  Api Kedundang menjadi kelas sedang agar sesuai dengan fungsi baru yang direncanakan. Revitalisasi dilakukan untuk menghidupkan kembali Stasiun Kereta Api Kedundang dengan penyesuaian terhadap fungsi baru yang terintegrasi dengan Bandara NYIA. Peningkatan kelas mengacu pada Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api Indonesia Tahun 2012.  Konsep revitalisasi selanjutnya digunakan sebagai landasan dalam tahap perancangan arsitektur yang menitikberatkan pada dua aspek yaitu pola sirkulasi dan tata ruang.  Penekanan desain pada kedua aspek ini guna menjamin keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kelancaran bagi penumpang kereta api. Hasil perancangan merupakan alternatif solusi desain, untuk menjawab permasalahan-permasalahan Stasiun Kereta Api Kedundang.
Teori Bigness S,M,L,XL pada Arsitektur Monumental Kota (Kasus: Paris, Dubai, dan Singapura)
Marchelia Gupita Sari;
Rachmat Taufick Hardi
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 3 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Widya Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37631/pendapa.v3i1.106
Sejarah perkembangan modernisme dalam arsitektur maupun urbanisme telah meninggalkan legasi berupa penekanan fungsional terhadap perancangan kota. Tipologi bangunan tinggi muncul karena perkembangan kebutuhan manusia sejak masa Chicago School hingga kini melanda kota-kota besar di seluruh dunia. Selain bangunan tinggi, skala bangunan atau kawasan yang didesain oleh para arsitek kerap kali sangat monumental hingga dapat dikatakan sebagai sesuatu yang terlepas dari konteks lingkungan sekitarnya. Rem Koolhaas menuangkan pikirannya mengenai keadaan deksriptif kota-kota saat ini ke dalam konsep yang diberi nama Bigness atau kemegahan. Bigness membicarakan bagaimana pengaruh skala bangunan terhadap konteks dari para arsitek dalam perancangan kota atau kawasan. Megaprojek maupun megabuilding menjadi fenomena kota di dunia dengan perwujudan bentuk beragam dalam variasinya karena menekankan kualitas sculptural. Koolhaas menggarisbawahi bahwa Generic City adalah kota tanpa identitas yang menjadi konsekusensi dari arus globalisasi, khususnya dalam arsitektur. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana konsep bigness diaplikasikan pada kota-kota global. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan content analysis. Kasus yang diambil untuk makalah ini adalah kota Paris, Dubai, dan Singapura. Hasil pembahasan adalah adanya pengembangan kota dari tabula rasa atau clean state terhadap Singapura dan Dubai. Baik dari Paris, Dubai,dan Singapura memiliki kesamaan tataruang , yaitu adanya cluster tematik di mana desain berasal dari sayembara maupun starchitect.
Pusat Informasi Dan Promosi Kerajinan Batik Wijirejo Di Bantul Yogyakarta Dengan Penekanan Desain Arsitektur Berkelanjutan
Laili Amrullah;
Tri Yuniastuti;
Istiana Adianti
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 1 No. 2 (2018)
Publisher : Universitas Widya Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.108
Pertumbuhan pengrajin kain batik di Sentra Kerajinan Batik Wijirejo semakin meningkat selaras dengan permintaan pasar terhadap produk kerajinan kain batik. Lokasi pengrajin tersebar di beberapa wilayah pedukuhan dengan memanfaatkan rumah hunian mereka yang berada di dalam perkampungan sebagai rumah produksi sekaligus wadah untuk memasarkan produk kerajinan kain batik.Rumah produksi batik yang tersebar di perkampungan memiliki dampak negatif bagi lingkungan akibat pembuangan limbah cair batik yang tidak dikelola. Lokasi pengrajin yang tersebar juga berdampak dalam hal informasi pasar yang tidak merata. Pengunjung atau wisatawan juga terkendala saat ingin mendapatkan produk kerajinan kain batik serta keinginan untuk terlibat langsung dalam pembuatan batik. Pusat Informasi dan Promosi merupakan wadah alternatif untuk memfasilitasi para pengrajin batik di Desa Wijirejo untuk mempromosikan produk kerajinan kain batik serta mendapatkan informasi pasar secara terpusat sehingga akan merata, sekaligus mempermudah pengunjung dalam mendapatkan produk kerajinan kain batik dan dapat terlibat langsung dalam pembuatannya. Tuntutan peranan arsitektur dalam perencanaan tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan manusia saja namun juga sebaiknya merespon kondisi lingkungan sekitar agar bisa memanfaatkan apa yang ada di lingkungan secara maksimal sehingga akan menciptakan bangunan yang berkelanjutan (sustainable) dan berwawasan lingkungan. Pengadaan pada Pusat Informasi dan Promosi Kerajinan Batik Wijirejo jika tidak dirancang dengan konsep arsitektur berkelanjutan tentunya akan berdampak negatif bagi lingkungan dan sumber daya alam. Konsep arsitektur berkelanjutan sendiri nantinya diharapkan dapat berperan lebih besar dalam meminimalisasi terhadap kerusakan lingkungan sehingga sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia dapat bertahan lebih lama.
Redesain museum Biologi Yogyakarta dengan pendekatan edukasi remaja
Adi Rukamto;
Tri Yuniastuti;
Prawatya Widyanto
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 1 No. 2 (2018)
Publisher : Universitas Widya Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.109
Museum merupakan tempat khususnya bagi pelajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, karena koleksi museum juga bisa digunakan sebagai alat peraga yang tidak ada di sekolah. Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar dan memiliki 34 buah museum yang tersebar di penjuru kota, sebagai daya tarik wisata pendidikan. Namun tidak semua museum menempati bangunan yang ideal serta pengelolaan yang baik. Museum Biologi Yogyakarta merupakan museum pendidikan hayati yang memiliki peminat yang sedikit meskipun berada di lokasi yang strategis. Hal ini karena fasilitas museum yang kurang memadai, serta bangunan yang kurang menarik. Perlu dilakukan perombakan untuk mengembalikan minat pelajar untuk berkunjung dan belajar di museum. Perombakan padabentuk bangunan yang lebih menarik, penambahan fasilitas serta penataan ruang dan koleksi yang nyaman. Hasil yang diharapkan adalah sebuah museum yang tetap mengutamakan aspek edukasi terutama untuk remaja. Museum ini juga harus memiliki bentuk bangunan yang menarik dan bisamenjadi identitas serta daya tarik khususnya untuk remaja yang berstatus sebagai pelajar
Konsep livabilitas sebagai dasar optimalisasi ruang publik Studi kasus: Solo City Walk, Jalan Slamet Riyadi, Surakarta
Padmana Grady Prabasmara;
T Yoyok Wahyu Subroto;
M Sani rochyansah
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 1 No. 2 (2018)
Publisher : Universitas Widya Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.110
Ruang publik yang terbentuk dari ruang jalan di kota berfungsi sebagai tempat untuk bertemu, berkumpul, dan berinteraksi satu sama lain untuk keperluan agama, perdagangan, dan pemerintahan untuk berbagi aspirasi kepada masyarakat. Selain fungsi tradisionalnya sebagai titik pertemuan, ruang publik juga mencerminkan identitas kota. Dengan demikian, banyak kota menggunakan ruang publik sebagai simbol atas interaksi sosial yang terjadi. Terletak di koridor Jalan Slamet Riyadi Surakarta, jalur pejalan kaki Solo City Walk dianggap mewakili karakter lingkungan ruang publik yang hidup. Optimalnya Solo City Walk sebagai ruang publik berkaitan dengan kehidupan yang ada di jalur pejalan kaki. Makalah ini bertujuan untuk mengevaluasi konsep yang diterapkan di Solo City Walk sebagai proyek yang dirancang untuk menciptakan ruang publik yang optimal. Proyek ini menggunakan konsep mengajak warga untuk pergi keluar dan melakukan aktivitas mereka di ruang publik. Penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan dengan memetakan penumpukan pengguna dan kegiatan yang dilakukan di jalur pejalan kaki Solo City Walk. Pemetaan ini menunjukkan beberapa titik memiliki tingkat aktivitas tinggi atau rendah. Hasil penelitian memberikan evaluasi terhadap persebaran livabilitas yang ada di Solo City Walk. Bagian memiliki livabilitas yang tinggi menunjukkan banyaknya pengguna yang terkonsentrasi, berbagai aktivitas dan fungsi yang menarik. Dengan demikian, penggal atau bagian tersebut akan digunakan sebagai pedoman dalam mengoptimalkan bagian lain yang dianggap kurang hidup.