cover
Contact Name
Nurindah
Contact Email
buletintas@gmail.com
Phone
+628123101407
Journal Mail Official
buletintas@gmail.com
Editorial Address
Balittas Jl. Raya Karangploso KM-4 Malang Indonesia
Location
Kab. malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri
ISSN : 20856717     EISSN : 24068853     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri merupakan jurnal ilmiah nasional yang dikelola oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan untuk menerbitkan hasil penelitian dan pengembangan, serta tinjauan (review) tanaman pemanis, serat buah, serat batang/daun, tembakau, dan minyak industri, dengan bidang ilmu pemuliaan tanaman, plasma nutfah, perbenihan, ekofisiologi tanaman, entomologi, fitopatologi, teknologi pengolahan hasil, mekanisasi, dan sosial ekonomi. Buletin ini membuka kesempatan kepada para peneliti, pengajar perguruan tinggi, dan praktisi untuk mempublikasikan hasil penelitian dan reviewnya. Makalah harus dipersiapkan dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan penulisan yang disajikan pada setiap nomor penerbitan atau di http://balittas.litbang.pertanian.go.id. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan April dan Oktober, satu volume terdiri atas 2 nomor.
Articles 131 Documents
Keragaan Kelembagaan Dalam Agribisnis Gula di Sulawesi Selatan Nurdiah Husnah; Peter Tandisau; . Herniwati; Fadjry Djuhry
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 6, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v6n1.2014.1-10

Abstract

 Kelembagaan dalam pengembangan agribisnis gula merupakan upaya peningkatan kualitas hidup masyara-kat tani, yang dicapai melalui investasi teknologi, pengembangan produktivitas tenaga kerja, pembangunan sarana ekonomi, serta penataannya, sumber daya manusia dan sumber daya alam. Permasalahan utama yang dihadapi berkaitan dengan agribisnis gula, yaitu (1) produktivitas yang cenderung turun yang disebab-kan antara lain karena penerapan teknologi on farm dan efisiensi pabrik gula yang rendah; (2) impor gula yang semakin meningkat; (3) harga gula domestik tidak stabil yang disebabkan oleh sistem distribusi yang kurang efisien dan (4) pemanfaatan kelembagaan penunjang agribisnis.  Dilihat dari berbagai aspek,seperti potensisumberdayayang dimiliki, arah kebijakan pembangunan nasional, potensi pasar domestik produk-produk agribisnis, Sulawesi Selatan memiliki prospek untuk mengembangkan sistem agribisnis gula.  Hasil penelitian menunjukkanbahwasistem agribisnis gula meliputi beberapa subsistem yang terdiri atas subsistem hulu, sub-sistem on farm, subsistem hilir, dan subsistem lembaga penunjang agribisnis yang masing-masing memiliki peran dan sebagai sebuah sistem yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Secara integral terkait antara sektor perkebunan di on farm dan sektor industri di hulu dan hilir, kon-disi inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional. Institutions in the sugar agribusiness is efforts to increase the quality of life of farmers, which is achieved through technology investment, the development of labor productivity, the development of the economy, as well as arrangement of human and natural resources. The main problems associated with sugar agribusiness, namely: (1) productivity tends to decline due in part because the application of the technology on farm and factory efficiency of sugar mill is low, (2) increasing sugar imports, (3) the price of domestic sugar unstable due to the inefficient distribution system, and (4) the utilization of institutional support agribusiness. Viewed from various aspects, such as the potential resources, the direction of national development policies, domes-tic market potential for the products of agribusiness, South Sulawesi has the prospect to develop the sugar agribusiness system. The results showed that the sugar agribusiness system includes multiple subsystems consisting of upstream subsystems, on farm subsystems, and downstream subsystem. Those support agri-business institutions that each have a role and as a system, which can not be separated from each other, merge with each other and mutually related. Integrally, related to the plantation sector in the industrial sec-torona frame of upstream as well as downstream, would create the conditions foreconomic growth nationally.
Pengaruh Komposisi Media Terhadap Induksi Tunas dan Akar Lima Genotipe Tanaman Agave Pada Kultur In Vitro Aprilia Ridhawati; Tantri Dyah Ayu Anggraeni; Rully Dyah Purwati
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 9, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.464 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v9n1.2017.1-9

Abstract

Agave (Agave sisalana Perrine) merupakan tanaman penghasil serat alam. Pengembangan agave terkendala penyediaan bahan tanam bermutu. Teknik kultur jaringan dapat menghasilkan benih agave dalam jumlah banyak dengan kualitas yang seragam. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan komposisi media terbaik dalam induksi tunas dan akar lima genotipe agave pada kultur in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Balittas dari bulan Juli 2015 sampai Juni 2016. Sumber eksplan adalah tunas aseptik agave genotipe Balittas 10, Balittas 12, Balittas 13, Balittas 14, dan H-11648 dari kultur in vitro. Rancangan penelitian yang digunakan rancangan acak lengkap faktorial (dua faktor, tiga ulangan). Faktor I adalah komposisi media dan faktor II adalah genotipe. Komposisi media induksi tunas: M1 (MS + BAP 0,5 mg/l + IBA 0,5 mg/l); M2 (MS + BAP 1 mg/l + IBA 0,5 mg/l), dan M3 (MS + BAP 1,5 mg/l + IBA 0,5 mg/l). Komposisi media perakaran: M1 (MS + arang aktif 2 g/l); M2 (MS + arang aktif 2 g/l + IBA 0,5 mg/l); M3 (MS + arang aktif 2 g/l + IBA 1 g/l); M4 (MS + arang aktif 2 g/l + NAA 0,5 mg/l), dan M5 (MS + arang aktif 2 g/l + NAA 1 mg/l). Hasil penelitian menunjukkan komposisi media induksi tunas menghasilkan jumlah tunas (1,09–1,33) dan kecepatan induksi (4 minngu) yang tidak berbeda nyata. Komposisi media induksi akar yang terbaik adalah media M4 (MS + arang aktif 2 g/l + NAA 0,5 mg/l) dengan jumlah akar 4,53. Genotipe Balittas 14 menghasilkan jumlah tunas dan jumlah akar yang paling tinggi dibandingkan genotipe lain (1,56 tunas dan 4,59 akar). The Effect of Media Composition on The Induction of Shoot and Roots and of Five Agave Clones on In Vitro CultureAgave (Agave sisalana Perrine) is a plant that producenaturalfibre. Agave cultivation for commercial use is still limited by the availability of good plant materials. In vitro culture technique can produce  a large amount of plant material with same quality in relatively short time. The study aimed to obtain a suitable medium composition for in vitro shoot multiplication and root induction for five agave genotypes. The experiment was conducted from July 2015 to June 2016 in Tissue Culture Laboratory of Indonesian Sweetener and Fibre Crops Research Institute. Explant source derived from aseptic shoot of agave genotypesBalittas 10, 12, 13, 14, andH-11648 in in vitro ISFCRI germplasm collection. The experiment was arranged in factorial complete random design (two factors: media composition, genotype, and  three replication). Shoot induction media: M1 (MS + BAP 0.5 mg/l + IBA 0.5 mg/l); M2 (MS + BAP 1 mg/l + IBA 0.5 mg/l);and M3 (MS + BAP 1.5 mg/l + IBA 0.5 mg/l). Root induction media: M1 (MS + active carbon(AC) 2 g/l); M2 (MS + AC2 g/l + IBA 0,5 mg/l); M3 (MS + AC 2 g/l + IBA 1 g/l); M4 (MS + AC 2 g/l + NAA 0,5 mg/l);and M5 (MS + AC 2 g/l + NAA 1 mg/l). The results showed that the shoot induction media compositions were not differ significantly on shoot numbers (1.09–1.33) and time for shoot induction (4 weeks). The best composition medium of root induction was M4 (MS + AC 2 g/l + NAA 0.5 mg/l), that yielded 4.53 root numbers. Balittas 14 genotype yielded the highest shoot and root numbers (1,56 shoot numbers and 4.59 root numbers).
Mikropropagasi Pada Tanaman Stevia rebaudiana (Bertoni) Parnidi Parnidi; Aprilia Ridhawati
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 12, No 1 (2020): APRIL 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.705 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v12n1.2020.45-53

Abstract

Stevia merupakan salah satu tanaman penghasil pemanis alami. Mikropropagasi stevia melalui kultur jaringan dapat menyediakan bahan tanaman secara massal dan cepat yang diperlukan untuk pengembangan stevia. Pada mikropopagasi melalui kultur jaringan diperlukan komposisi media yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji komposisi media yang sesuai untuk mikropropagasi  tanaman stevia. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat pada Februari - Juni 2016. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) setiap perlakuan diulang tiga kali. Induksi tunas stevia menggunakan media dasar Murashige and Skoog (MS) dengan penambahan Benzil Amino Purin (BAP) dengan konsentrasi 0; 0,25; 0,5; 0,75 dan 1 mg/L. Induksi perakaran stevia menggunakan media dasar MS dengan dengan penambahan 1; 1,5; 2 dan 2,5 mg/L IAA, IBA dan NAA dan media MS tanpa penambahan ZPT sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media MS + BAP 0,5 mg/L menunjukkan pertumbuhan terbaik dengan rerata jumlah tunas 17,80 dan rerata panjang tunas 3,25 cm. Media perakaran terbaik terdapat pada perlakuan media MS + IAA 1mg/L yang menghasilkan jumlah akar dengan rerata 4,60 dan panjang akar 2,27 cm.ABSTRACTMicropropagation of Stevia rebaudiana (Bertoni)Stevia is one of the plants that produces natural sweeteners. Stevia micropropagation through tissue culture can provide a large of amount and fast plant material needed for stevia plantation. Micropropagation through tissue culture requires a proper media composition. This study aims to examine the composition of media suitable for stevia micropropagation. The study was conducted at the Tissue Culture Laboratory, Indonesian Sweeteners and Fiber Crops Research Institute in February - June 2016; using a completely randomized design (CRD) with three replicates. The treatment for shoot induction using Murashige and Skoog (MS) basic medium plus Benzyl Amino Purin (BAP) with concentrations: 0; 0.25; 0.5; 0.75 and 1 mg/L.  The treatment for root induction using MS basic medium with the addition of 1; 1,5; 2 and 2,5 mg/L IAA, IBA and NAA and for control using MS basic medium without the addition of plant growth regulators. The results showed that the best growth of stevia shoots with mean of shoots number 17.80 and mean of shoots length 3.25 cm was found in MS basic medium + BAP 0.5 mg/L. The best stevia root growth with mean of root number 4.60 and mean of root length 2.27 cm was found in MS basic medium + IAA 1 mg/L.
Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok Samsuri Tirtosastro; A.S. Murdiyati
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 2, No 1 (2010): April 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.107 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v2n1.2010.33-44

Abstract

Kandungan kimia tembakau yang sudah teridentifikasi jumlahnya mencapai 2.500 komponen. Dari jumlah tersebut sekitar 1.100 komponen diturunkan menjadi komponen asap secara langsung dan 1.400 lainnya mengalami dekomposisi atau terpecah, bereaksi dengan komponen lain dan membentuk komponen baru. Di dalam asap sendiri terdapat 4.800 macam komponen kimia yang telah teridentifikasi. Telah diidentifikasi komponen kimia rokok yang berbahaya bagi kesehatan, yaitu: tar, nikotin, gas CO, dan NO yang berasal dari tembakau. Selain itu juga bahan-bahan berbahaya yang terbentuk saat penanaman, pengolahan, dan penyajian dalam perdagangan, yaitu residu pupuk dan pestisida, TSNA (tobacco spesific nitrosamine), B-a-P (benzo-a-pyrene), dan NTRM (non-tobacco related material). Pengendalian tar, nikotin, gas CO dan NO da-pat dilakukan dalam proses pembuatan rokok dengan penggunaan filter, kertas rokok yang berpori-pori, dan lain-lain. Sedangkan residu pupuk dan pestisida, TSNA, B-a-P, dan NTRM dapat dikendalikan melalui sistem produksi tembakau yang benar yang mengacu pada usaha menekan bahan berbahaya. The amount of 2,500 of tobacco chemical compounds had been identified. From this amount, 1,100 com-pounds were directly derived to be smoke component, while the 1,400 compound would break into other compounds, react to other compound and built up new compounds. From the smoke, 4,800 compounds had been identified. The hazardous component of cigarette for human health had been identified, i.e. tar, nico-tine, and CO and NO gases those come from tobacco. Besides, other hazardous component were built up along of tobacco planting, processing, and marketing, i.e. fertilizer and pesticide residues, TSNA (tobacco specific nitrosamine), B-a-P (benzo-a-pyrene), and NTRM (non-tobacco related material). To control tar, ni-cotine, and CO and NO gases could be done by using filter, porous cigarette’s paper etc. While fertilizer and pesticide residues, TSNA, B-a-P, and NTRM could be controlled by good agricultural practices that concern to pressure the hazardous component.
Pengujian Tiga Paket Teknologi Budi Daya Jarak Pagar di Lahan Kering Prima Diarini Riajaya; Sri Mulyaningsih; Budi Hariyono
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 8, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.692 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v8n1.2016.40-54

Abstract

Pengujian teknologi budi daya jarak pagar yang tepat sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas biji jarak pagar hasil rehabilitasi. Penelitian dilaksanakan tiga tahun (2012–2014) di Kebun Percobaan Asembagus, Situbondo dengan karakter lahan kering, bertujuan untuk menguji tiga paket teknologi budi daya jarak pagar yang dapat meningkatkan produksi biji jarak pagar.  Pengujian paket teknologi dilakukan pada sistem tanam baru IP-3A pada populasi rapat, pertanaman hasil rehabilitasi dengan sambung samping IP-3A dan pangkas IP-3A.  Tanaman sela kacang tanah ditanam di antara tanaman jarak pagar. Komponen produksi dan produksi biji jarak pagar diamati saat panen dan diakumulasi per tahun. Pengujian paket teknologi budi daya tanaman jarak pagar pada sistem tanam baru menghasilkan produktivitas biji yang meningkat dari tahun pertama sampai tahun ketiga masing-masing 253,6 kg/ha; 1.277,2 kg/ha; dan 1.640,3 kg/ha. Pengujian paket teknologi budi daya jarak pagar hasil rehabilitasi dengan sistem sambung samping menghasilkan produktivitas biji dari tahun pertama sampai tahun ketiga berturut-turut 436,0 kg/ha, 3.434,5 kg/ha, dan 1.409,1 kg/ha dan produktivitas tanaman sela kacang tanah berturut-turut 960,0 kg/ha, 913,6 kg/ha, dan 1.233,3 kg/ha polong kering. Pengujian paket teknologi budi daya jarak pagar hasil rehabilitasi dengan pangkas menghasilkan produktivitas biji dari tahun pertama sampai tahun ketiga berturut-turut 529,8 kg/ha; 2.460,2 kg/ha; dan 1.567,3 kg/ha dan produktivitas tanaman sela kacang tanah berturut-turut 856,5 kg/ha; 300,46 kg/ha; dan 533,30 kg/ha polong kering.  Teknologi budi daya tanaman jarak pagar yang diterapkan disesuaikan dengan kondisi tanaman yang ada. Penggunaan varietas yang dianjurkan yang sesuai dengan agroekosistemnya sangat dianjurkan melalui penanaman tanaman baru atau sambung samping. Tanaman yang telah meng-gunakan varietas baru dan telah melewati umur produktif (tiga tahun) dapat dilakukan pangkas bawah. Development of physic nut as an alternative energy source requires an optimized cultivation technology support. The field research was done in three consecutive years (2012–2014) in Asembagus Experimental Station, Situbondo to test physic nut cultivation technologies to improve  productivity. Testing the cultivation technology package was performed on the new planted physic nut IP-3A, crop rejuvenation by grafting with entresIP-3A and pruning the IP-3A clone.  Groundnut was planted as intercrop with physic nut, and after groundnut has been harvested, Crotalaria juncea was planted and harvested at the age of 45 days then mulched between physic nut plants.  Yield components and yields of physic nut were recorded andaccumu-lated within a year. The application of cultivation technologies on new plating system resulted in agradually increase in seed yield from the first year to the third year consecutively, 253.6 kg/ha, 1,277.2 kg/ha, and 1,640.3 kg/ha. Physic nut IP-3A rejuvenated with grafting produced seeds 436.0 kg/ha at the first year, 3,434.5 kg/ha at the second year, and 1,409.1 kg/ha at the third year, and groundnut yields from first tothird year were 960.0 kg/ha, 913.6 kg/ha, and 1,233.3 kg/ha dry pods respectively. Physic nut IP-3A rejuvenated with pruning system produced seeds 529.8 kg/ha at the first year, 2,460.2 kg/ha at the second year, and 1,567.3 kg/ha at the third year and groundnut yields from first tothirdyear were 856.5 kg/ha, 300.46 kg/ha, and 533.30 kg/ha dry pods consecutively. Thus physic nut cultivation technologies are applied according to the conditions of existing plants. The use of recommended varieties best fit to agro-ecosystem is highly recommended by planting new plants or grafting. It is ideal to take up pruning activities when the plant is no longer productive.
Uji Ketahanan Klon-klon Harapan Tebu terhadap Kekeringan Prima Diarini Riajaya; Djumali Djumali; Bambang Heliyanto
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 12, No 1 (2020): APRIL 2020
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.043 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v12n1.2020.1-11

Abstract

Pengembangan tebu di lahan kering harus didukung oleh ketersediaan varietas tebu tahan kering dan mempunyai rendemen yang tinggi. Penelitian rumah kaca bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan klon-klon harapan tebu terhadap cekaman kekeringan.  Sebanyak 13 klon-klon harapan tebu masak awal sampai awal tengah dan satu varietas pembanding ditanam di dalam pot mulai Juni sampai Desember 2018 menggunakan benih budchip.  Rancangan perlakuan menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan tiga ulangan, petak utama terdiri dari tiga perlakuan kekeringan yaitu (A) kadar air tanah tersedia (KAT) dipertahankan suboptimal 40% (kisaran 38-43%) dan (B) KAT dipertahankan 70% (68-73%) dan (C) KAT dipertahankan optimal 100% (95-100%) saat tanaman berumur setelah satu bulan sampai empat bulan setelah tanam (fase pembentukan anakan).  Anak petak teridiri dari 14 klon/varietas pembanding (PS 881).  Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketahanan klon-klon unggul tebu terhadap kekeringan bervariasi dari sangat rentan sampai sangat toleran, yaitu sembilan klon ungggul dengan ketahanan kekeringan yang lebih baik dibanding varietas pembanding (rentan) yaitu MLG 26, MLG 12, MLG 55, dan MLG 11 (moderat), MLG 24 (toleran), MLG 9, MLG 14, MLG 4,  dan MLG 49 (sangat toleran).  Terdapat tiga klon unggul dengan ketahanan yang sama dengan varietas pembanding yaitu MLG 38, MLG 5, dan MLG 52 (rentan), serta satu klon dengan ketahanan tidak lebih baik dibanding varietas pembanding yaitu MLG 56 (sangat rentan).            Drought Resistance Test of Sugarcane Promising ClonesABSTRACT             The development of sugarcane in dry land must be supported by the availability of sugarcane dry-resistant varieties and high yield. A greenhouse research was done to determine the level of resistance of sugarcane clones to drought stress using bud chips planted in plastic pots from June to December 2018. The experiment was arranged in a Split Plot Design with three replicates. The main plots consisted of three moisture availability to provide the available soil water (ASW) content maintained at 40% (range 38-43%), 70% (68- 73%) and 100% (95-100%) at the age 1-4 months after planting. Sub plots consisted of 13 clones and one check variety (PS 881). The results showed the level of drought resistance of sugarcane clones varied from very vulnerable to very tolerant,  nine clones with better drought resistance compared to check variety (susceptible) namely MLG 26, MLG 12, MLG 55, and MLG 11 (moderate), MLG 24 (tolerant), MLG 9, MLG 14, MLG 4, and MLG 49 (very tolerant). There are three clones with the same level of drought resistance with check variety namely MLG 38, MLG 5, and MLG 52 (susceptible), and one clone namely MLG 56 is very susceptible.
Hubungan Antara Fenologi Tanaman dengan Hasil dan Mutu Rajangan Kering Tembakau Temanggung . Djumali
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 3, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.493 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v3n1.2011.1-16

Abstract

Hasil dan mutu tembakau temanggung merupakan hasil interaksi antara pengaruh genetik tanaman dan kondisi lingkungan tumbuh. Pada tembakau virginia, fenologi tanaman merupakan salah satu karakter gene-tik tanaman yang mempengaruhi hasil dan mutu, sedangkan pada tembakau temanggung belum banyak di-ketahui. Penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi fenologi tanaman yang menjadi karakter ge-netik tanaman dan kaitannya dengan hasil dan mutu rajangan kering dilakukan di rumah kaca Balai Peneliti-an Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas), Malang sejak Maret–Agustus 2008. Sembilan kultivar tembakau temanggung disusun dalam rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali. Pengamatan dilakukan pada peubah saat muncul daun, daun berhenti meluas, daun dipanen, muncul bunga, pemangkasan, panen awal, dan panen akhir. Analisis stepwise digunakan untuk mengidentifikasi fenologi tanaman yang mempengaruhi hasil dan mutu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenologi tanaman yang mencakup lama waktu dari mun-cul daun sampai daun berhenti meluas, muncul daun sampai panen, daun berhenti meluas sampai panen, tanam sampai muncul bunga, tanam sampai pemangkasan, tanam sampai panen akhir, muncul bunga sam-pai panen akhir, pemangkasan sampai panen akhir, dan panen awal sampai panen akhir merupakan karak-ter genetik tanaman tembakau temanggung. Karakter fenologi utama yang mempengaruhi hasil rajangan ke-ring berurutan dari yang terbesar adalah lama waktu dari tanam sampai pemangkasan, muncul daun sampai daun berhenti meluas, tanam sampai panen akhir, panen awal sampai panen akhir, dan muncul bunga sam-pai panen akhir dengan total pengaruh sebesar 90,3%. Adapun karakter fenologi utama yang mempenga-ruhi mutu rajangan kering berurutan dari yang terbesar adalah lama waktu dari tanam sampai pemangkas-an, daun berhenti meluas sampai panen, muncul daun sampai daun berhenti meluas, tanam sampai panen akhir, dan panen awal sampai panen akhir dengan total pengaruh sebesar 84,7%. Yield and quality of temanggung tobacco are influenced by plant genetic and growth environmental factors. Plant phenology is one of genetic characters which affects on yield and quality of virginia tobacco. Plant phe-nology of temanggung tobacco is not yet well defined. The research, aimed to find plant phenology as gene-tic characters related to dry sliced yield and quality of temanggung tobacco, was conducted in glass house of Indonesian Tobacco Research and Fibre Crops Institute (IToFCRI) from March to August 2008. Nine cultivars of temanggung tobacco were arranged in randomized block design with three replications. Variables ob-served were leaf initiation, terminal leaf expansion, harvesting period, flowers initiation, and final harvesting. Stepwise analysis used to identify plant phenology which affect on yield and quality. The results showed that the phenology of plants that includes the length of time from leaf initiation to terminal leaf expansion, leaf initiation to harvesting period, terminal leaf expansion to harvesting period, planting to flowers initiation, planting to pruning, planting to final harvesting, flowers initiation to final harvesting, pruning to final har-vesting, and first harvesting to final harvesting were genetic characters of temanggung tobacco. The main phenological characters that affect on dry sliced yield sorted from the largest is the length of time from planting to pruning, leaf initiation to terminal leaf expansion, planting to final harvesting, first harvesting to final harvesting, and flowers initiation to final harvesting with total effect of them was 90.3%. The main phe-nological characters that affect on quality of dry slice sorted from the largest is the length of time from planting to pruning, terminal leaf expansion to harvesting period, leaf initiation to terminal leaf expansion, planting to final harvesting, and first harvesting to final harvesting with total effect of them was 84.7%.
Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Kenaf terhadap Cekaman Fe pada pH Masam Evaluation of Kenaf Germplasm to High Fe Concentration and Low pH Resistance Rully Dyah Purwati; . Marjani
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 1, No 1 (2009): April 2009
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5180.999 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v1n1.2009.28-40

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi ketahanan plasma nutfah kenaf pada lingkungan konsentrasi Fe yang ekstrim dan pH masam telah dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kaca Pemuliaan Balittas, Malang, mulai bulan Januari–Desember 2008. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan ran-cangan acak kelompok yang diulang 3 kali. Bahan penelitian terdiri dari 100 aksesi kenaf yang diuji di labo-ratorium pada tingkat bibit. Pada setiap ulangan, masing-masing aksesi kenaf diuji sebanyak 20 bibit ber-umur 3–4 hari, yang ditanam pada stereo-foam berlapiskan kasa strimin. Bibit dipelihara pada larutan nu-trien ”Yoshida” dan diberi perlakuan konsentrasi unsur Fe 350 ppm dan pH 4. Sebagai pembanding diguna-kan nutrien yang sama dengan konsentrasi Fe = 0 ppm dan pH netral. Pengamatan dilakukan terhadap pan-jang akar, panjang hipokotil, berat kering akar, dan berat kering hipokotil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan 100 aksesi kenaf yang diuji terhadap kelebihan Fe pada pH masam bervariasi; tetapi ada 8 aksesi yang tergolong tahan, yaitu aksesi nomer 449, 461, 476, 782, 785, 833, 836, dan 839.The objective of this experiment was to find out information of kenaf germplasm resistance to high Fe con-centration and low pH of media. The experiment was conducted in laboratory and green house of plant breeding division, IToFCRI, Malang from January to December 2008. The experiment was designed in ran-domized block design with three replications. One hundred accessions of kenaf seedlings were evaluated in laboratory. Each accession in each replicate consisted of 20 seedlings (3–4 days old) were planted in stereo-foam trays with plastic gauze layer. Seedlings were maintained in “Yoshida” nutrient solution and treated with 350 ppm Fe concentration and pH 4. The same media with 0 ppm Fe and neutral pH was used as a control. The parameters observed were root and hypocotyls length, root and hypocotyls dry weight. Results of this experiment showed that the resistance to excess Fe in low pH of 100 accessions evaluated were va-ried. Out of 100 accessions, eight accessions were categorised as resistant i.e. accession no. 449, 461, 476, 782, 785, 833, 836, and 839.
Sinkronisasi Source dan Sink untuk Peningkatan Produktivitas Biji pada Tanaman Jarak Pagar . Mastur
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 7, No 1 (2015): April 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.499 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v7n1.2015.52-68

Abstract

Saat ini dunia sedang menghadapi masalah penurunan cadangan minyak dan dampak lingkungannya. Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan sumber bahan baku biodiesel yang potensial. Pengembangan jarak pagarsaat ini masih terbatas disebabkan usaha tani yang belum menguntungkan terutama disebabkan produktivitas tanaman rendah. Makalah dimaksudkan untuk membahas pendekatan source dan sink untuk peningkatan produktivitas tanaman jarak pagar. Strategi penelitian untuk meningkatkan produktivitas dilakukan dengan peningkatan produksi biologi (biomassa) dan ekonomi (biji dan minyak). Produktivitas dapat meningkat jika terjadi sinergi antara source dan sink. Peningkatan source dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan tanaman dalam memanen energi cahaya melalui peningkatan produksi asimilat dengan peningkatan laju fotosintesis daun individual, perbaikan arsitektur kanopi, serta memperpanjang umur produktif daun terutama selama pembentukan biji. Perbaikan sink dapat dilakukan dengan meningkatkan proporsi bunga betina, meningkatkan proporsi buah jadi, serta meningkatkan laju dan lama pembentukan biji melalui dukungan source. Perbaikan source dan sink tersebut dilakukan melalui pemilihan genotipe tanaman dengan sifat-sifat source dan sink optimal untuk dijadikan bahan perakitan varietas. Perbaikan teknologi budi daya dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanam yang tepat, pemangkasan, pemupukan, pengairan, dan penggunaan ZPT yang tepat baik untuk mendukung kanopi yang produktif sebagai pemasok asimilat, maupun untuk memperbesar kemampuan biji sebagai sink utama dalam memanfaatkan semaksimal mungkin pasokan asimilat untuk sintesis biji dan lemak. Dengan demikian, diharapkan diperoleh tanaman jarak pagar dengan produktivitas tinggi sebagai hasil dari produksi biomassa dan indeks panen tinggi. Nowadays, the world is facing problem of lowering petroleum fuel stocks and its environmental impact. Physic nuts (Jatropha curcas L.) is a plant that can be used as biodiesel feedstock. Extention problem of physic nuts cropping area and its role as biodiesel source is still limited due to low economical value and low productivity. This paper elucidates source and sink and their correlation to productivity based on research. Research strategies are directed to study increase biological yield (biomass) and economical yield (seed and oil content) of physic nut. The yield can be increased by  synergizing between source and sink. Alleviating source could be done byincreasing the ability of plant in increasing photoshinthesis rate, arranging canopy architecture, and prolonging the age leaves especially during seed development. Sink process could be optimized through promoting numberof female flower, number of seeds, and increasing seed initiation and development. The source and sink improvement can be implemented through genotype selection for breeding materials. Cultivation technologyimprovement can be conducted plant optimum spacing and population arrangement, prunning, fertilizing, watering/irrigation, and plant growth regulator application to support productive canopy as assimilat supplier, and also enlarge seed capacity and strength as main sink trough optimum use assimilate for seed and lipid biosynthesis. Therefore, it will be achieved high productivity of physic nuts as a consequences of high biomass and highharvest index.
Yield Components of Some Sesame Mutant Populations Induced by Gamma Irradiation Vina Eka Aristya; Taryono Taryono; Rani Agustina Wulandari
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 10, No 2 (2018): Oktober 2018
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.32 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v10n2.2018.64-71

Abstract

Sesame is an producing seed whose oil is commercially needed. Breeding attempts to improve the productivity of sesame and yield components are induction of gamma ray irradiation mutations (Co-60). This study was aimed to identify effects of induced mutation by gamma rays irradiation in quantitative characteristics and yield of sesame in M4 generation originated from local cultivars. Two types of sesame (black and white) are irradiated with eight doses (100-800 Gy) of Co-60. The result showed a high variation in almost all morphological characters and modified the character of stem height from base to first branch, number of capsules per plant, biomass yield per plant, and seed yield per plant. Sesame irradiated with 600 Gy Co-60 doses has a beneficial effect on the number of capsules (black:120.23; white: 255.23, respectively) and the weight of 1000 seeds (black:3.63 g; white: 4.55 g, respectively). Genotypic Coefficient of Variation in M4 generation were recorded for high value for characters number of primary branches (30.16%), stem height from base to the first branch (30.96%), stem height from base to first capsule (14.82%), number of secondary branches (53.64%), number of nodes to first flower (72.66%), number of capsules/plant (44.90%), biomass yield/plant (28.37%), and seed yield/plant (36.68%). Genetic variability of plant population is very important for plant breeding program and to sustain level of high productivity.Komponen Hasil Beberapa Populasi Mutan Wijen yang Diinduksi oleh Iradiasi GammaWijen adalah tanaman penghasil biji yang minyaknya dibutuhkan secara komersial. Upaya pemuliaan untuk meningkatkan produktivitas wijen dan komponen hasil adalah dengan induksi mutasi iradiasi sinar gamma (Co-60). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh induksi mutasi iradiasi sinar gamma pada karakter kuantitatif dan hasil pada generasi M4 wijen yang berasal dari kultivar lokal. Dua jenis wijen (hitam dan putih) diiradiasi dengan delapan dosis (100-800 Gy) Co-60. Sejumlah pengaruh mutasi wijen berhasil menunjukkan variasi yang tinggi pada hampir semua ciri morfologi dan memodifikasi karakter tinggi batang dari pangkal ke cabang pertama, jumlah kapsul/tanaman, hasil biomassa/tanaman dan hasil biji/tanaman. Wijen yang diiradiasi dengan dosis 600 Gy Co-60 memiliki efek menguntungkan pada jumlah kapsul (hitam:120,23; putih: 255,23) dan berat karakter 1000 biji (hitam:3,63 g; putih: 4,55 g). Koefisien Keragaman Genotipik pada generasi M4 dicatat nilai tertinggi pada karakter jumlah cabang primer (30,16%), tinggi batang dari pangkal ke cabang pertama (30,96%), tinggi batang ke kapsul pertama (14,82%), jumlah cabang sekunder (53,64%), jumlah ruas ke bunga pertama (72,66%), jumlah kapsul/tanaman (44,90%), hasil biomassa/tanaman (28,37%), dan hasil biji/tanaman (36,68%). Keragaman genetik dari populasi tanaman sangat penting untuk program pemuliaan tanaman dan mempertahankan produktivitas yang tinggi.

Page 5 of 14 | Total Record : 131