cover
Contact Name
Fenny Sumardiani
Contact Email
jurnallitbang@gmail.com
Phone
+6285712816604
Journal Mail Official
jurnallitbang@gmail.com
Editorial Address
Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian Jalan Salak No.22, Bogor 16151 E-mail : jurnallitbang@gmail.com Website : http://bpatp.litbang.pertanian.go.id
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian
ISSN : 02164418     EISSN : 25410822     DOI : http://dx.doi.org/10.21082
Core Subject : Agriculture,
Jurnal ini memuat tinjauan (review) mengenai hasil-hasil penelitian pertanian pangan hortiikultura, perkebunan, peternakan, dan veteriner yang telah diterbitkan, dikaitkan dengan teori, evaluasi hasil penelitian dan atau ketentuan kebijakan, yang ditujukan kepada pengguna meliputi pengambil kebijakan, praktisi, akademisi, penyuluh, mahasiswa dan pengguna umum lainnya. Pembahasan dilakukan secara komprehensif serta bertujuan memberi informasi tentang perkembangan teknologi pertanian di Indonesia, pemanfaatan, permasalahan dan solusinya. Ruang lingkupnya bahasan meliputi bidang ilmu: pemuliaan, bioteknologi perbenihan, agronomi, ekofisiologi, hama dan penyakit, pascapanen, pengolahan hasil pertanian, alsitan, sosial ekonomi, sistem usaha tani, mikro biologi tanah, iklim, pengairan, kesuburan, pakan dan nutrisi ternak, integrasi tanaman-ternak, mikrobiologi hasil panen, konservasi lahan.
Articles 221 Documents
PENGUATAN KELEMBAGAAN GAPOKTAN PUAP DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SPESIFIK LOKASI Syahrul Bustaman
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 33, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v33n1.2014.p35-46

Abstract

Petani padi umumnya belum menerapkan teknologi secara optimal sehingga produktivitasnya rendah. Salah satu penyebabnya ialah kurangnya modal kerja. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Kementerian Pertanian merupakan salah satu program untuk mengatasi masalah modal kerja petani, di antaranya dengan menyalurkan dana Rp100 juta kepada setiap gabungan kelompok tani (gapoktan). Sebagian besar kelompok tani PUAP juga memperoleh bantuan dana untuk pertemuan kelompok, benih, dan pupuk melalui program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Adopsi teknologi PTT terbukti mampu meningkatkan produk-tivitas padi. Sebanyak 80% petani PUAP di Kabupaten Serang dan Lebak di Provinsi Banten sudah menggunakan varietas unggul baru (VUB) seperti Ciherang, Inpari, Cigeulis, Way Apo Buru, dan Situ Bagendit. Sistem tanam jajar legowo telah diadopsi oleh 40% petani dan 75% petani sudah menggunakan pupuk organik. Bantuan modal kerja dari PUAP dapat meningkatkan kinerja usaha tani sehingga produktivitasnya meningkat. Fasilitasi pemerintah daerah yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan program PUAP meliputi kebijakan, sarana dan prasarana, serta insentif bagi kelompok tani dalam mengembangkan teknologi padi spesifik lokasi.
POTENSI DAN PROSPEK DAUN ENCOK (Plumbago zeylanica L.) SEBAGAI BAHAN AKTIF PESTISIDA NABATI Rohimatun Rohimatun; Wiratno Wiratno
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 34, No 3 (2015): September 2015
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v34n3.2015.p117-124

Abstract

Daun encok (Plumbago zeylanica L.) merupakan tanaman obatyang juga dapat digunakan sebagai bahan aktif pestisida nabati.Plumbagin merupakan salah satu senyawa sekunder penting yangterkandung dalam tanaman ini dan dapat digunakan sebagai bahanaktif insektisida (Brontispa longgissima), akarisida (Amblyommavariegatum), leismanisida (Tripanosoma protozoa dan Leishmaniadonovani), nematisida (Aphelenchoides besseyi dan Meloidogyneincognita), fungisida (Aspergillus sp. dan Fusarium sp.), danbakterisida (Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus spp.,Salmonella dan lainnya). Keefektifan senyawa sekunder daun encoksebagai bahan aktif pestisida nabati belum dipahami secara lengkapsehingga perlu diteliti agar dapat menjadi acuan bagi peneliti danpetani pengguna. Pemanfaatan daun encok sebagai bahan bakupestisida nabati diharapkan dapat menekan penggunaan pestisidakimia sintetis yang cenderung berlebihan sekaligus menciptakankeseimbangan ekologi secara berkelanjutan. Tanaman daun encokdapat diperbanyak dengan menggunakan setek dan kultur jaringan.Pemanfaatan bahan nabati, khususnya daun encok, sebagai pestisidanabati akan mengurangi ketergantungan petani pada bahan kimiasintetis sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih berdayasaing, ramah lingkungan, dan aman bagi kesehatan.
Bioekologi dan Pengendalian Pengorok Daun Liriomyza chinensis Kato (Diptera: Agromyzidae) pada Bawang Merah Nurnina Nonci
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 30, No 4 (2011): Desember 2011
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v30n4.2011.p148-155

Abstract

Dalam beberapa tahun terakhir, petani bawang merah di daerah Lembah Palu resah karena adanya serangan lalatpengorok daun (Liriomyza chinensis) yang dapat menyebabkan gagal panen. Keberadaan hama ini di Lembah Paludilaporkan pada tahun 2007. L. chinensis merusak daun tanaman bawang yang baru tumbuh hingga tanaman tua.Seekor imago betina meletakkan telur 50300 butir. Telur berwarna putih bening, ukuran 0,28 mm x 0,15 mm, danlama stadium telur 24 hari. Larva terdiri atas tiga instar. Stadium larva berlangsung 612 hari dengan ukuran larvainstar 3 adalah 3,5 mm. Stadium pupa berlangsung 1112 hari. Imago berukuran panjang 1,72,3 mm. Imagobetina mampu hidup 614 hari, sedangkan imago jantan 39 hari. Siklus hidup L. chinensis sekitar 3 minggu.Tanaman inang utama L. chinensis adalah bawang merah, bawang putih, dan bawang daun. Beberapa cara pengendalianL. chinensis yaitu: 1) teknik budi daya dengan melakukan penanaman pada musim kemarau, pergiliran tanamandengan tanaman bukan jenis bawang-bawangan, dan penggunaan varietas tahan seperti varietas Kuning 19, Bima,Sumenep, dan Bauji, 2) penggunaan perangkap likat kuning dan perangkap berjalan, 3) penggunaan musuh alamiparasitoid Halticoptera circulus (Walker), Chrysocharis parksi, Asecodes deluchii, dan Neochrysocharis okazakii,4) penggunaan insektisida sintetis siromazin, emamektin benzoat, kartap, dan spinosad, dan 5) penggunaaninsektisida nabati seperti Agonal 866 atau Nisela 866, Tigonal 866 atau Kisela 866, Phronal 966, dan Bisela 866. 
Strategi Pengembangan Agribisnis Sayuran di Sulawesi Selatan Muh Taufik
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 31, No 2 (2012): Juni 2012
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v31n2.2012.p%p

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi produksi sayuran dan lahan di Sulawesi Selatan untuk penyusunan strategi pengembangan agribisnis sayuran dalam rangka menciptakan produk yang berkualitas dan bernilai tambah, untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Permasalahan utama dalam agribisnis sayuran adalah produksi dan produktivitas rendah, pemilikan lahan sempit, penanganan pascapanen masih tradisional, keterbatasan modal, infrastruktur terbatas, dan akses pemasaran kurang berkembang. Hasil analisis SWOT pada pengembangan agribisnis sayuran memperoleh empat strategi yang perlu dilakukan, yaitu: 1) strategi agresif (S-O), memaksimalkan potensi/kekuatan untuk meraih peluang dengan memanfaatkan teknologi produksi, perluasan lahan dan pangsa pasar, dukungan kebijakan pemerintah, penguatan kelembagaan, dan peningkatan kualitas SDM, 2) strategi diversifikasi (S–T), memaksimalkan potensi/kekuatan untuk mengurangi ancaman yang ada dengan melakukan kegiatan usaha tani yang ramah lingkungan, pemberdayaan penangkar benih, dan penerapan pengendalian hama terpadu (PHT), 3) strategi divestasi (W–O), meminimalkan kelemahan/hambatan untuk meraih peluang semaksimal mungkin melalui peningkatan produksi/produktivitas serta mutu produk, penguatan sarana usaha pertanian, diversifikasi, dan pengaturan pola tanam sesuai permintaan pasar, serta 4) strategi survival (W–T), meminimalkan kelemahan dan hambatan untuk mengatasi ancaman dengan meningkatkan efisiensi biaya produksi, memperluas informasi pasar, dan mengoptimalkan pemakaian input kimia.
Peran Konservasi Dan Karakterisasi Plasma Nutfah Padi Beras Merah Dalam Pemuliaan Tanaman Higa Afza
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 35, No 3 (2016): September 2016
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v35n3.2016.p143-153

Abstract

ABSTRACTThe long duration of cultivation of local red rice (more than 134 days) and its tall stem (average above 164 cm) led to a decline of farmers' preferences to grow red rice. In fact, based on research, red rice demonstrated anti-oxidants higher than that of white rice and good for glucose dietary. Currently only a small portion of red rice are grown extensively to meet the consumption needs of the community that increasingly aware the superiority of red rice. While the majority of red rice varieties which are not constantly planted would be threatened by genetic erosion. Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development has mandate for ex situ preservation of food crops, including red rice. Until now, a total of 54 varieties have been collected through exploration in almost all regions in Indonesia.Broad plant genetic diversity conserved will contribute to plant breeding program.Keywords: Red rice, conservation, characterization, plant breeding, genetic resourceAbstrakKarakteristik padi beras merah yang memiliki umur dalam (lebih dari 134 hari) dan postur tanaman yang tinggi (rata-rata 164 cm) menyebabkan preferensi petani untuk membudidayakan padi beras merah cenderung menurun. Menurut hasil penelitian, beras merah mengandung antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras putih serta dianjurkan untuk diet gula. Saat ini hanya sebagian kecil plasma nutfah padi beras merah yang ditanam secara luas untuk memenuhi kebutuhan, khususnya kalangan masyarakat yang makin menyadari keutamaan kandungan gizi beras merah. Sementara sebagian besar plasma nutfah padi beras merah tidak ditanam secara terus-menerus sehingga akan mengalami erosi genetik. Oleh karena itu, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian sebagai lembaga yang memiliki mandat pelestarian tanaman pangan, terus mela-kukan konservasi ex-situ. Hingga kini 54 varietas/galur padi beras merah telah dikumpulkan melalui eksplorasi dari hampir seluruh daerah di Indonesia dan telah dikarakterisasi. Dengan adanya keragaman genetik padi beras merah yang berasal dari berbagai daerah di tanah air, diharapkan program pemuliaan tanaman dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
APLIKASI TEKNIK MOLEKULER UNTUK ANALISIS GENETIK TOMATO LEAF CURL VIRUS Tri Joko Santoso
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 32, No 4 (2013): Desember 2013
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v32n4.2013.p141-149

Abstract

Tomato leaf curl virus (ToLCV) merupakan salah satu virus dalamgenus Begomovirus, famili Geminiviridae, yang menyebabkanpenyakit keriting daun pada tomat. Informasi tentang keragamangenetik ToLCV bermanfaat dalam perakitan tanaman tahan. Kemajuandi bidang biologi molekuler telah menghasilkan beberapa teknikyang dapat digunakan untuk analisis genetik Begomovirus. Teknikmolekuler yang banyak diaplikasikan ialah polymerase chainreaction (PCR). Teknik ini sangat sensitif dan spesifik untukmendeteksi Begomovirus pada tingkat DNA. PCR juga dapatdigunakan untuk mengidentifikasi tingkat keragaman genetik virus.Teknik PCR telah digunakan untuk mendeteksi Begomovirus padatomat (ToLCV) dari sentra produksi di Jawa Timur, Jawa Tengah,Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Sumatera. Kombinasi teknik PCRdengan restriction fragment length polymorphism (RFLP) jugadapat digunakan untuk mengidentifikasi keragaman genetik Begomovirus.Selain itu, teknik sekuensing DNA dapat diaplikasikanuntuk mempelajari identitas dan keragaman genetik isolat-isolatToLCV atau anggota Begomovirus lainnya. Analisis sekuen asamamino menunjukkan adanya keragaman genetik dari isolat-isolatToLCV Indonesia. Isolat-isolat tersebut homolog dengan Ageratumyellow vein virus (AYVV). Dengan teknik modifikasi gen (rekayasagenetik) telah berhasil memanfaatkan gen AV1 (coat protein) dariToLCV untuk menghasilkan tanaman tembakau tahan terhadapToLCV. Teknik modifikasi gen memberikan peluang yang besaruntuk mengembangkan tanaman tomat tahan ToLCV dan berperanpenting dalam pembangunan pertanian modern di masa mendatang.
Penyakit Embun Tepung Dan Cara Pengendaliannya Pada Tanaman Kedelai Dan Kacang Hijau Sumartini Sumartini; Mudji Rahayu
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 36, No 2 (2017): Desember, 2017
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v36n2.2017.p59-66

Abstract

Powdery mildew disease is caused by Erysiphae diffusa (Cook and Peck) fungi on soybeans and E. polygoni (DC Sawada) on mungbean. Both diseases are an important disease because of their widely spread and high yield loss, reaching 35% in soybeans and 26% in mungbean. In Indonesia, the disease occurs in central areas of soybean production and mungbean. The spread of the disease includes Asia, the United States of America , and Brazil. The symptoms of powdery mildew are easily recognizable in the presence of white flour on the top surface of the leaves. The intensity of powdery mildew is usually high in the dry season, when the temperature is cold in the morning and much mildew conditions around the plant. This situation will interfere with the process of photosynthesis and transpiration. In addition, Erysiphe’s haustorium absorbs plant nutrients that will interfere with some metabolic functions and processes. Control of powdery mildew will suppress the loss of grain bean and results nationally supports the availability of soybean and mungbean. Recommended control measures are spraying with plant materials (extracts of neem seeds, tea compost, cow´s whole milk, essential oil of citronella, lemongrass, eucalyptus, cinnamon, and tea tree) on the incidence of powdery mildew disease on soybean and the use of Vima1 varieties for control of powdery mildew disease on mungbean.Keywords: Soybean, mungbean, powdery mildew, control AbstrakPenyakit embun tepung disebabkan oleh cendawan Erysiphae diffusa (Cook and Peck) pada tanaman kedelai dan E. polygoni (DC Sawada) pada kacang hijau. Penyebaran penyakit penting ini menyebabkan kehilangan hasil mencapai 35% pada kedelai dan 26% pada kacang hijau. Di Indonesia, penyakit ini terjadi di sentra produksi kedelai dan kacang hijau. Di luar negeri, penyebaran penyakit embun tepung meliputi Asia, Amerika Serikat, dan Brazil. Intensitas penyakit biasanya tinggi pada musim kemarau, pada saat suhu dingin di pagi hari dan kondisi berembun di sekitar pertanaman. Gejala penyakit embun tepung mudah dikenali dengan ciri seperti tepung di permukaan atas daun. Hal ini dapat mengganggu proses fotosintesis dan transpirasi. Selain itu, haustorium Erysiphe menyerap nutrisi tanaman sehingga mengganggu beberapa fungsi dan proses metabolisme. Penyakit embun tepung perlu dikendalikan untuk menekan kehilangan hasil kedelai dan kacang hijau. Cara pengendalian yang disarankan adalah penyemprotan dengan bahan nabati (ekstrak biji mimba, kompos teh, susu sapi, minyak dari citronella, lemongrass, eucalyptus, cinnamon, dan tanaman teh) pada kedelai dan penggunaan varietas tahan Vima-1 pada kacang hijau.Kata Kunci: Kedelai, kacang hijau, penyakit embun tepung, pengendalian 
Heritabilitas, Sumber Gen, Dan Durabilitas Ketahanan Varietas Padi Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri Dini Yuliani; Wage Ratna Rohaeni
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 36, No 2 (2017): Desember, 2017
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v36n2.2017.p99-108

Abstract

Bacterial leaf blight (BLB) disease is one of the obstacles in increasing of rice production. The use of resistant varieties is an effective and easy to implement for farmers. This paper discusses the heritability and source of resistance genes of rice varieties against the BLB disease and strategies to maintain the durability of resistant varieties as one of the control efforts through plant breeding to supports the increasing of rice production. Assembling and development of resistant varieties play an important role in controlling BLB disease because it has a genetic resistancemechanism that can be inherited to progeny level. Varieties with vertical resistance are easily broken by pathogens, so it is necessary to assembling of varieties with horizontal resistance. To obtain the resistant progeny to BLB disease in the assembly of varieties, the position of the resistant varieties should be played as a female parent that has a high specific joining power. The nature of resistance to BLB is from a population whose parent genes are derived from multiple cross results has higher heritability. The populations derived from a double-cross have multigenic resistance and have the potential to produce recombinant individuals resistant for prolonged periods (durable). The availability of durable resistant varieties become a key requirement in sustainable BLB disease control. This matter can be done by improving the resistance of varieties through the assembling of varieties with various sources of resistance such as wild rice, local rice, and introduced rice.Keywords: Rice, varieties, resistance, bacterial leaf blight, durability, heritability ABSTRAKPenyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu kendala dalam peningkatan produksi padi. Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang efektif dan mudah diterapkan petani. Tulisan ini membahas heritabilitas dan sumber gen ketahanan varietas padi terhadap penyakit HDB dan strategi mempertahankan durabilitas varietas tahan sebagai salah satu upaya pengendalian melalui pemuliaan tanaman mendukung upaya peningkatan produksi padi. Perakitan dan pengembangan varietas tahan berperan penting mengendalikan penyakit HDB, karena memiliki mekanisme ketahanan genetik yang dapat diwariskan kepada keturunannya. Varietas dengan ketahanan vertikal mudah dipatahkan oleh patogen, sehingga perlu upaya perakitan varietas dengan ketahanan horizontal. Untuk memperoleh keturunan tanaman padi yang tahan terhadap penyakit HDB dalam perakitan varietas, posisi tetua tahan sebaiknya diperankan sebagai tetua betina yang memiliki daya gabung khusus yang tinggi. Sifat ketahanan HDB dari populasi tetua yang mengandung gen dari hasil silang ganda memilliki heritabilitas lebih tinggi. Populasi turunan dari silang ganda memiliki ketahanan multigenik dan berpeluang menghasilkan individu rekombinan tahan untuk periode yang lama (durable). Ketersediaan varietas tahan yang durable menjadi syarat utama dalam pengendalian penyakit HDB secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan perbaikan ketahanan varietas melalui perakitan varietas dengan berbagai sumber ketahanan, di antaranya padi liar, padi lokal, dan padi introduksi.Kata kunci: Padi, varietas, ketahanan, hawar daun bakteri, durabilitas, heritabilitas
Potensi dan Ketersediaan Sumberdaya Lahan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Anny Mulyani; Sofyan Ritung; Irsal Las
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 30, No 2 (2011): Juni 2011
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v30n2.2011.p73-80

Abstract

Laju pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan laju pertambahan lahan pertanian. Akibatnya, jumlah petanigurem dengan kepemilikan lahan kurang dari 0,50 ha bertambah dari 10,80 juta rumah tangga petani (RTP) padatahun 1993 menjadi lebih dari 15 juta RTP pada 2010. Selain itu, konversi lahan, degradasi lahan dan air, perubahaniklim, dan kerusakan lingkungan menjadi kendala utama dalam pembangunan pertanian di masa yang akan datang.Apabila konversi lahan dapat ditekan 60.000 ha/tahun dan sawah baru bertambah 67.700 ha/tahun maka luas lahanyang dibutuhkan untuk mempertahankan swasembada beras dan pangan lainnya sampai tahun 2020 secara kumulatifmencapai 1,61 juta ha atau 6,08 juta ha hingga tahun 2050. Untuk lahan kering diperlukan perluasan sekitar 11,75juta ha menjelang tahun 2050. Apabila kebutuhan energi juga akan dipasok dari bahan baku pangan (jagung, kedelai,ubi kayu, tebu, kelapa, kelapa sawit) maka lahan yang dibutuhkan makin luas. Berdasarkan sifat biofisik, lahan yangsesuai untuk pertanian dan saat ini belum dimanfaatkan mencapai 30,67 juta ha dan 8,28 juta ha di antaranya sesuaiuntuk sawah. Lahan tersebut belum diketahui status kepemilikannya, tetapi sebagian besar (20,40 juta ha) beradadi kawasan hutan (hutan produksi, hutan konversi, HPH) dan 10,30 juta ha berada di kawasan budi daya pertanian.Selain dengan perluasan, pemanfaatan lahan perlu dioptimalkan melalui intensifikasi, peningkatan intensitastanam (IP200, IP300, IP400), pengembangan inovasi teknologi, perbaikan pengelolaan DAS, konservasi tanah danair, serta perlindungan lahan terhadap konversi, penelantaran, dan degradasi.
Pengembangan Varietas Unggul Lada Tahan Penyakit Busuk Pangkal Batang yang di sebabkan oleh Phytophthora capsici Dono Wahyuno; Dyah Manohara; Susilowati D. Ningsih; R. T. Setijono
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 29, No 3 (2010): September 2010
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v29n3.2010.p86-95

Abstract

Lada (Piper nigrum) merupakan tanaman rempah yang dibudidayakan banyak petani di Indonesia. Produktivitas lada Indonesia relatif rendah, selain karena fluktuasi harga sehingga petani kesulitan memelihara kebun dengan baik, juga akibat serangan penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici. Untuk mengurangi kerugian hasil akibat serangan BPB, perlu dilakukan pengembangan tanaman lada tahan BPB berdaya hasil tinggi disertai dengan sistem budi daya yang efisien. Namun, pengembangan varietas lada tahan BPB menghadapi masalah sempitnya keragaman genetik lada dan adanya variasi virulensi P. capsici. Upaya mendapatkan lada tahan BPB telah dilakukan melalui persilangan intraspesies maupun antarspesies Piper spp., tetapi masih perlu dilanjutkan untuk mendapatkan varietas lada tahan BPB dan berdaya hasil tinggi. Sebaran geografis P. capsici yang luas dan adanya variasi virulensi pada populasi P. capsici menyebabkan komponen pengendalian BPB yang lain perlu terus diperbaiki. Upaya ini penting untuk mendukung budi daya lada tahan BPB dan kelangsungan produksi lada nasional.