cover
Contact Name
Hamid Mukhlis
Contact Email
me@hamidmukhlis.id
Phone
-
Journal Mail Official
jopp@ukinstitute.org
Editorial Address
UK Institute Lucky Arya Residende 2 No.18. Jalan HOS. Cokroaminoto Kab. Pringsewu Email: jopp@ukinstitute.org Website: https://www.ukinstitute.org/journals/jopp
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Journal of Psychological Perspective
Published by Utan Kayu Publishing
ISSN : 27154785     EISSN : 27154807     DOI : https://doi.org/10.47679/jopp
JOPP (Journal of Psychological Perspective), with registered ISSN 2715-4785 (Print) and ISSN 2715-4807 (online), is a Presented to encourage and facilitate the publication of result of the research in psychology: This journal contains a article on psychology field that includes: Social Psychology Clinical Psychology Educational Psychology Industrial and Organisational Psychology Islamic Psychology JOPP (Journal of Psychological Perspective) is an international journal devoted to publishing theoretically oriented, empirical research that is at the intersection of psychology and media/mediated communication. Research topics include media uses, processes, and effects. Reports of empirical research, theory papers, state-of-the-art reviews, replication studies and meta-analyses that provide a major synthesis of primary research findings in a pivotal area will be considered. We encourage preregistrations and welcome the inclusion of supplementary materials, such as stimuli, measures, preanalysis plans, deidentified data, and code as a part of new submissions. Manuscripts will be judged by the degree to which they contribute to theory and advance the body of knowledge about the psychology of uses, processes, or effects of the media. Peer Review Policy: All research articles in this journal have undergone rigorous peer review, based on initial editor screening and anonymous refereeing by at least two anonymous referees.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2: December 2021" : 9 Documents clear
Metode Systematic Literature Review untuk Identifikasi Body dysmorphic disorder pada Remaja Ramdani, Zulmi
Journal of Psychological Perspective Vol 3, No 2: December 2021
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jopp.32952021

Abstract

Humans certainly always have the desire to be better in all aspects, especially physical aspects. The desire to be good is sometimes excessive considering that no one is perfect. Excessive craving for a perfect, body shape causes Body Dysmorphic Disorder or Body Dysmorphic Disorder (BDD). Watkins (2006) defines BDD as a fictitious physical disability or excessive attention to appearance that is actually insignificant. As for the method used in this literature review is the Systematic Literacy Review where data is obtained through one source, namely Google Scholar and through the checking stage with the criteria that have been made. The results showed that the tendency for BDD characteristics to be obsessed with one or more perceived defects or deficiencies in the patient's physical appearance which cannot be observed or appears only slightly in the sufferer, is followed by repetitive behavior or mental actions in response to concerns about their appearance and is manifested as appearance problem.    Manusia tentu selalu mempunyai keinginan untuk menjadi lebih baik dalam segala aspek, terutama aspek fisik. Keinginan untuk menjadi baik kadang berlebihan mengingat tidak ada satupun manusia yang sempurna. Keinginan-keinginan berlebihan untuk bentuk, tubuh yang sempurna menyebabkan gangguan dismorfik tubuh atau Body Dysmorphic Disorder (BDD). Watkins (2006) mendefinisikan BDD ini sebagai cacat fisik yang fiktif atau perhatian berlebihan pada penampilan yang sebenarnya tidak signifikan. Kajian literatur ini bertujuan untuk mendeskripsikan Body dysmorphic disorder serta penyebab dan penangannya. Adapun metode yang dipakai pada kajian literatur ini adalah Systematic Literatue Review dimana data didapat melalui satu sumber yaitu google scholar dan melalui tahap pencokan dengan kriteria yang telah dibuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan karakteristik BDD terobsesi dengan satu atau lebih cacat yang dirasakan atau kekurangan pada penampilan fisik penderita yang mana tidak dapat diamati atau muncul hanya sedikit pada penderita, kemudian diikuti dengan perilaku berulang atau tindakan mental dalam menanggapi keprihatinan pada pemampilannya, dan dimanifestasikan sebagai masalah penampilan.
Tinjauan Psikologi Perkembangan dalam Pemberian Pembinaan Pelaku Kasus Kekerasan Seksual dan Pembunuhan (Studi Kasus Kekerasan Seksual Dan Pembunuhan Yuyun) Wijaya, Trio Sandra
Journal of Psychological Perspective Vol 3, No 2: December 2021
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jopp.321462021

Abstract

In cases of sexual violence and murder of yuyun victims, there were 14 perpetrators and several minors so that this should be reviewed through the psychological aspects of the perpetrators in order to provide proper guidance. In this research, the researcher wanted to know what guidance is appropriate for perpetrators of sexual crimes and homicides from a developmental psychology aspect. The research conducted this time used a qualitative approach with a case study research method. Looking from a developmental psychology perspective, there are several coaching that can be given to the perpetrators. First, it takes an active role from parents in providing supervision and guidance to adolescents. The active role of parents will ensure that in their development, adolescents will have the ability to gradually become independent and remain responsible. This supervision is also to prevent the formation of unhealthy friendships with more mature individuals. In addition, training at LPKA must also facilitate youth to continue and complete their education. With good education, it is hoped that adolescents who face the law, such as in the case of Yuyun, will have a better future and not become recidivists. Finally, there is a need for sex education to adolescents.  Pada kasus kekerasan seksual dan pembunuhan terhadap korban Yuyun ini terdapat 14 orang pelaku dan ada beberapa anak dibawah umur sehingga hal tersebut harus dilakukan tinjauan melalui aspek psikologi terhadap pelaku guna untuk pemberian pembinaan yang tepat. Pada penelitian kali ini, peneliti ingin mengetahui pembinaan apa yang tepat bagi pelaku kejahatan seksual dan pembunuhan yang dilihat dari aspek psikologi perkembangan. Penelitian yang dilakukan kali ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Melihat dari perspektif psikologi perkembangan maka ada beberapa pembinaan yang bisa diberikan kepada para pelaku. Pertama, diperlukan adanya peran aktif dari orang tua dalam memberikan pengawasan dan pembimbingan kepada remaja. Peran aktif orang tua tersebut akan menjamin bahwa dalam perkembangannya, remaja akan memiliki kemampuan akan kemandirian secara bertahap dan tetap bertanggung jawab. Pengawasan ini juga untuk mencegah terbentuknya persahabatan yang tidak sehat dengan individu yang lebih dewasa. Selain itu, pembinaan di LPKA juga harus memfasilitasi remaja untuk melanjutkan dan menyelesakan pendidikannya. Dengan pendidikan yang baik, maka diharapkan remaja yang berhadapan dengan hukum seperti dalam kasus yuyun akan memiliki masa depan yang lebih baik dan tidak menjadi residivis. Terakhir, diperlukan adanya edukasi seks kepada remaja.
Perguruan Tinggi Berbasis Islam Sebagai Learning Organization: Survei Berdasarkan Persepsi Pegawai Bantam, Dian Juliarti; Yanti, Dewi Tri Resky
Journal of Psychological Perspective Vol 3, No 2: December 2021
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jopp.321492021

Abstract

Learning Organization is an organization that has the capacity, strength, and flexibility (Ivancevich, Konopaske Matteson, 2014). The purpose of this study was to conduct a survey on employees of Learning Organization in the Islamic-based Universities. The subject of this study amounted to 112 employees in the college environment A, X, Y, and Z in Yogyakarta. The data collection is done by providing a scale of Learning Organization. Analysis of the data used is descriptive data analysis. Th4e results showed that there were 8 people (7.14%) subjects were categorized as very low, 25 (22.32%) subjects were categorized as low, 57 (50.89%) subjects were categorized as moderate, 14 (12.5%) subjects who were high, and 9 (8.03%) subjects were categorized as very high. The results also show that there is a perception that varies on a learning organization on the employees in the Islamic-based Universities. It is influenced by individual characteristics are different from each other, including age, gender, position, institution, period of employment, and education.Learning Organization merupakan organisasi yang memiliki kapasitas, ketangguhan, dan fleksibilitas (Ivancevich, Konopaske Matteson, 2014). Tujuan penelitian adalah melakukan survei pada pegawai tentang Learning Organization  di Perguruan Tinggi berbasis Islam. Subjek penelitian berjumlah 112 orang pegawai di lingkungan perguruan tinggi A,X,Y, dan Z di Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan skala Learning Organization. Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 orang (7,14%) subjek yang termasuk kategori sangat rendah, 25 (22,32%) orang subjek yang termasuk kategori rendah, 57 (50,89%) orang subjek yang termasuk kategori sedang, 14 (12,5%) orang subjek yang termasuk kategori tinggi, dan 9 (8,03%) orang subjek yang termasuk kategori sangat tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat persepsi yang bervariasi pada pegawai di Perguruan Tinggi berbasis Islam mengenai learning organization. Hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individu yang berbeda satu sama lain, meliputi usia, jenis kelamin, jabatan, instansi, masa kerja, dan pendidikan terakhir.
Hubungan Antara Durasi Penggunaan Instagram Dengan Autonomy Pada Mahasiswa Situmorang, Elmaida
Journal of Psychological Perspective Vol 3, No 2: December 2021
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jopp.321162021

Abstract

Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya tidak terlepas dari Persoalan yang dihadapi mahasaiswa saat ini bermacam seperti masalah akademik dansosial. Untuk mengatasi masalah tersebut, mahasiswa harus memiliki psychological well-being guna mempermudah masa studinya diperguruan tinggi. Salah satu dimensi psychological well-being ialah autonomy. Secara spesifik kondisi autonomy pada mahasiswa FKIP Universitas Lampung tergolong rendah dengan persentase 51,29% yang berkaitan dengan kemampuan individu untuk menyusun standar hidup. Jenis media sosial dengan pengguna terbanyak ke-empat di Indonesia adalah instagram. Lama atau tidaknya individu menggunakan instagram terlihat pada my activity akun individu. Individu yang aktif menggunakan instagram dalam waktu yang lama akan memperburuk autonomy-nya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara durasi penggunaan instagram dengan kualitas autonomy mahasiswa. Metode penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional. Hasil Menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi penggunaan instagram dengan autonomy pada mahasiswa FKIP Universitas Lampung tahun akademik 2019-2020. Artinya tinggi atau rendahnya durasi penggunaan instagram tidak membuat autonomy menjadi buruk atau membuat autonomy menjadi lebih baik. Instagram merupakan media non-toxic ini sangat bermanfaat bagi responden. Dimana instagram dapat menjadi media sosial yang informatif, edukatif, dan inspiratif apabila penggunanya mampu menggunakan instagram dengan bijak.
Dapatkah Relaksasi Otogenik Menurunkan Kecemasan Atlet Menembak? Jannah, Miftakhul; Rahmasari, Diana; Dewi, Damajanti Kusuma; Izzati, Umi Anugerah
Journal of Psychological Perspective Vol 3, No 2: December 2021
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jopp.321502021

Abstract

The purpose of this study was designed to examine the effect of autogenic relaxation on reducing anxiety on the athletes of shooting. This study uses an experimental research method with pre and posttest control group design. The treatment in this study was autogenic relaxation given for 8 times. The participants of this study were 12 shooting athletes from the East Java Training Center. Data obtained through sport anxiety scale. Independent t test was used as a data analysis technique. The results of the research show that the t value is -9.398 with p less than 0.001. This shows that autogenic relaxation training effective to reduce shooting athlete’s anxiety. The decrease of anxiety occurred partly due to the athlete's acceptance of the importance of mental training and autogenic relaxation mechanisms lead to specific responses against anxiety symptoms. Autogenic relaxation can be used as an intervention for reduce shooting athlete’s anxiety. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh latihan relaksasi otogenik terhadap penurunan kecemasan atlet menembak. Pendekatan eksperimen dengan pretest-posttest control group design digunakan pada penelitian, dilakukan selama 8 kali. Sejumlah 12 orang (8 lelaki, 4 perempuan, usia 20-44 tahun) atlet menembak  pemusalatan latihan daerah Jawa Timur sebagai subjek penelitian. Instrumen berupa skala kecemasan olahraga. Uji t independent digunakan sebagai teknik analisis data. Hasil riset menunjukkan bahwa nilai t sebesar -9,398 dengan p kurang dari 0,001. Ini menunjukkan, latihan relaksasi otogenik memengaruhi penurunan kecemasan atlet menembak. Penurunan kecemasan terjadi antara lain disebabkan oleh adanya penerimaan atlet akan pentingnya latihan mental. Selain itu, mekanisme relaksasi otogenik mengarah pada respon spesifik melawan gejala kecemasan. Relaksasi ditandai penyesuaian fisiologis yang ditimbulkan tanpa adanya ketegangan tubuh dan pikiran. Dampaknya kecemasan terdistraksi sehingga terjadi penurunan. Relaksasi otogenik dapat dijadikan salah satu intervensi bagi atlet menembak untuk menurunkan kecemasan yang dialaminya.  
Gambaran Academic Hardiness Pengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling Periode 2019-2020 Arsyad, Muhammad
Journal of Psychological Perspective Vol 3, No 2: December 2021
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jopp.321182021

Abstract

College is an education unit that is expected to prepare individuals to become members of society who have academic and professional abilities who can apply science and technology, develop science and technology and improve the standard of living of the community. Various demands occur, not only being able to have good knowledge but the world of work also demands that individuals be able to work with good attitudes and soft skills. To face these challenges, it is necessary to have the attitude or character of Hardiness to be able to balance academic needs with the needs for developing soft skills. This study aims to conduct a survey on academic hardiness in Guidance and Counseling students who participate in the Guidance and Counseling Student Association for the period 2019-2020. The number of samples in the study was 38 people. The results showed that most of the students of the guidance and counseling study program had high academic hardiness (52.6%) and some of them had moderate academic hardiness (47.4%). In addition, none of the students had low academic hardiness (0%). The result of this study that, it can be concluded that on average, the Guidance and Counseling Study Program students who are active in organizations as administrators of the Guidance and Counseling Study Program Student Association have high and moderate academic hardiness. There are no students who have low academic hardiness. Abstrak: Pendidikan tinggi merupakan satuan Pendidikan yang diharapkan dapat menyiapkan individu menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dapat menerapkan IPTEK, mengembangakan IPTEK dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Berbagai tuntutan terjadi, tidak hanya mampu memiliki pengetahuan yang baik namun dunia kerja juga menuntut individu mampu bekerja dengan sikap dan keterampilan soft skill yang baik. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka perlu adanya sikap atau karakter Hardiness untuk mampu menyeimbangkan antara kebutuhan akademik dengan kebutuhan pengembangan soft skill. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan survey mengenai akademik hardiness pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling periode 2019-2020. Jumlah sampel penelitian adala 38 orang. Hasil penelitian menunjukkan data sebagian besar mahasiswa program studi bimbingan dan konseling memiliki akademik hardiness yang tinggi (52.6%) dan sebagiannya lagi memiliki akademik hardiness sedang (47.4%). Selain itu, tidak didapatkan mahasiswa yang memiliki akademik hardiness yang rendah (0%). Berdasarkan penelitian diatas didapatkan hasil bahwa rata-rata dari mahasiswa yang cenderung aktif berorganisasi sebagai Pengurus Himpunan Mahasiswa telah memiliki akademik hardiness yang tinggi dan sedang. Tidak ada mahasiswa yang memiliki akademik hardiness rendah.
Strategi Mengatasi Kesepian pada Pria Dewasa Awal Penyandang Tunanetra Swestilangen, Rasti Sindu; Syafiq, Muhammad
Journal of Psychological Perspective Vol 3, No 2: December 2021
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jopp.321512021

Abstract

Visually impaired person has obstacles in terms of limited mobility orientation causing problems in interpersonal relationships. These interpersonal problems can lead to discomfort and feelings of loneliness. This study aims to explore the experience of visually impaired men in young adulthood related to loneliness and how they cope with it. A qualitative method with a phenomenological approach was employed. Six visually impaired men in early adulthood were recruited as research subjects using purposive and snowball sampling techniques. Data were collected using semi-structured interviews and analyzed using an interpretative phenomenological analysis. The results showed that all subjects reported that they experience emotional and social loneliness due to their visual impairment condition. The feelings of loneliness they experienced cannot be separated from their sense of self-worthlessness and the perceived negative social responses they faced from surrounding people. Both personal and social obstacles have reduced the quality of their social relationship which eventually impact on their feeling of loneliness. In general, the subjects have efficaciously effort to overcome their loneliness by using cognitive reevaluation, doing leisure activities as consolation and taking active actions to improve social relations.  Penyandang tunanetra memiliki keterbatasan dalam orientasi mobilitas yang menyebabkan permasalahan dalam hubungan interpersonal. Permasalahan hubungan interpersonal ini dapat mengakibatkan kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pria dewasa awal penyandang  tunanetra terkait kesepian dan bagaimana strategi mereka dalam mengatasinya. Penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi digunakan. Enam pria dewasa awal penyandang tunanetra berhasil direkrut menggunakan teknik purposif dan snowball. Data dikumpulkan melalui wawancara semiterstruktur dan dianalisis menggunakan interpretative phenomenological analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua subjek mengalami kesepian akibat dari kondisi gangguan penglihatannya. Rasa rendah diri dan persepsi atas munculnya respon negatif dari orang sekitar menjadi penghalang hubungan sosial mereka, yang pada akhirnya berdampak pada kesepian. Secara umum, para subjek berusaha mengatasi kesepian dengan melakukan reevaluasi kognitif atas keterbatasan mereka dan respon orang, melakukan aktivitas sebagai pengalihan, dan aktif bertindak adaptif untuk meningkatkan kualitas hubungan sosial.
Psychological contract breach as a stressor in the physician’s job commitment–extra-role behaviour relationship Koomson, Samuel
Journal of Psychological Perspective Vol 3, No 2: December 2021
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jopp.321372021

Abstract

This paper finds out if a committed physician will go the extra mile for his/her employer when faced with psychological contract breach (PCB), a psychosocial stressor. Data from 214 physicians across 26 health-care units in the Upper East (UE) and Upper West (UW) regions of Ghana were analysed. A semi-structured, pre-tested and validated questionnaire was utilised. Research philosophy was positivism, research approach was quantitative, research design was explanatory, and study design was cross-sectional. Preliminary tests were conducted. Both reflective measurement and structural models were examined. PLS algorithm tool and bootstrapping procedure were used. Control variables were sex, age, employment type and tenure. A significant level was set at 5%. Smart PLS and IBM SPSS software were employed. In the end, physician’s commitment work (JCM) positively and significantly predicted extra-role behaviour (ETB). Also, PCB significantly interacted with JCM to predict ETB, such that the relationship between JCT and ETB was stronger when PCB was low than when it was high. Creating a balanced, fulfilled and harmonious hospital–physician relationship will transform the workplace into a less stressful, more meaningful and purposeful atmosphere for the benefit other health-care professionals, patients and the health-care organisation at large.
Psychological processes in language learning and teaching: Scoping review and future research directions Dey, Manna
Journal of Psychological Perspective Vol 3, No 2: December 2021
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jopp.321532021

Abstract

The field of psycholinguistics has produced many hypotheses which explain how a person speaks and understands the language spoken or written. In the area of language, instruction theories have been employed. In designing language education approaches, several professionals adopt them as their fundamental theories. It is called a method of psycholinguistics. The psycholinguistic method considers learning as an individual cognitive process that takes place within the individual and then moves to the social dimension. There are various ways, such as natural method, whole physical response methods, and suggested contemporary method, which are founded on the theory of the psycholinguist. These methods utilise psychological concepts, such as learning your first or second language (second language learning), learning a language (linguistic perception), and language (second language learning). The perception of languages refers to hearing and reading, while the creation of languages refers to speaking and writing. The four language skills are listening, reading, speaking, and writing. In particular, psycholinguistics helps to comprehend the difficulty of both intrinsic and extrinsic problems in these four skills. Psycholinguistics also contributes to explaining the language learning faults of students. In addition, psycholinguistics describes certain types of cerebral illnesses, such as graphics and aphasia, which must be treated appropriately, that influence language development. The use of the suitable approach for teaching these four linguistics teaches mainly psycholinguistic skills.

Page 1 of 1 | Total Record : 9