cover
Contact Name
Hafizh Al Fikri
Contact Email
hafizalfikri@ikj.ac.id
Phone
+6281380151716
Journal Mail Official
jurnal@senirupaikj.ac.id
Editorial Address
Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta Kompleks Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya No. 73, Cikini Kec. Menteng Kota Jakarta Pusat, 10330
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Senirupa Warna (JSRW)
ISSN : 23551682     EISSN : 26857618     DOI : https://doi.org/10.36806
JSRW supports the vision and mission of FSR-IKJ to publish works of a scientific nature within FSR-IKJ and beyond. Works published must discuss discourses of arts (either fine or applied) in the fields related to visual aspects, such as fine arts, design, craft, visual narratives, and forms of art that utilize the new media.
Articles 147 Documents
nterpretasi Ikonologis Matahari Affandi dalam "Affandi dan Tujuh Matahari" dan "Hampir Terbenam" Stanislaus Yangni
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 2 (2015): Membaca Modernitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i2.62

Abstract

Interpretasi Ikonologis Matahari Affandi dalam "Affandi dan Tujuh Matahari" dan "Hampir Terbenam". Tulisan ini merupakan hasil penelitian atas dua lukisan Affandi, yaitu Affandi dan Tujuh Matahari (1950), dan Hampir Terbenam (1983). Hal yang menarik adalah kedudukan matahari dalam lukisan Affandi. Sselain menjadi obyek umum yang terdapat dalam lukisan-lukisan Affandi, matahari telah bertranformasi menjadi simbol dalam diri Affandi. Penelitian ini menggunakan pendekatan ikonologis dari Erwin Panofsky, yaitu metode untuk mengurai dua lukisan Affandi, yang terdiri dari deskripsi pre-ikonografis, analisis ikonografis, dan interpretasi ikonologis. Dalam penelitian ini, kita akan menemukan keterbatasan pendekatan Panofsky untuk gaya lukisan ekspresionis Affandi.
Membaca Seni Semsar Siahaan sebagai Seni Rupa Pembebasan Feri Agustian Sukarno
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 9 No. 1 (2021): Perubahan Sosial dan Ekspresi Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v9i1.64

Abstract

Abstrak: Kesenian tidak sepenuhnya otonom. Kesenian selalu memiliki hubungan timbal balik dengan pranata sosial lainnya, khususnya ekonomi dan politik. Keterkaitan ini berhubungan dengan tanggungjawab kesenian di hadapan kondisi masyarakat berkelas, ketika kelas berkuasa yang menguasai modal/alat produksi melakukan penindasan serta penghisapan secara terstruktur dan sistematis. Tulisan ini difokuskan kepada kajian terhadap seni rupa kerakyatan yang didengungkan kembali oleh Semsar Siahaan dengan istilah Seni Rupa Pembebasan setelah tragedi nasional 1965. Melalui pendekatan deskriptif kesejarahan juga eksplanatoris dikaji kehadiran Semsar Siahaan beserta pergulatan dan kesenimanannya dalam konteks seni pembebasan. Hasil pembahasan menunjukkan: pertama, seni yang digaungkan Semsar adalah seni rupa Marxis yang memiliki keunikan tersendiri, termasuk tugas dan fungsinya yang spesifik. Hal ini dikarenakan seni pembebasannya Semsar lahir dan tumbuh dalam realitas perkembangan kapitalisme yang khusus (kapitalisme yang berkelindan dengan militerisme dan sisa-sisa feodalisme). Kedua, seni pembebasannya Semsar adalah seni dengan visi yang sepenuhnya berpihak pada rakyat tertindas tanpa harus selalu mengorbankan kebebasan individu di atas altar kepentingan kolektif. Abstract: Art is not fully autonomous. Art always has a reciprocal relationship with other social institutions, especially economics and politics. This connection is related to the responsibility of the arts in the face of a classy society, where the ruling class who controls the capital / means of production carry out oppression and exploitation in a structured and systematic manner. This journal is focused on the study of populist art which is echoed again by Semsar Siahaan with the term Art of Liberation after the 1965 national tragedy. Through a descriptive and historical explanatory approach, it is examined how the context of Semsar Siahaan's Liberation Arts and artistic struggles. The results of the discussion show: first, the art echoed by Semsar is a Marxist art that has its own uniqueness, including its specific duties and functions. This is because Semsar's art of liberation was born and grew in the realities of the development of a special capitalism (capitalism linked to militarism and feudalism remnants). Second, the art of Semsar's liberation is an art with a vision that fully sides with the oppressed people without always having to sacrifice individual freedom on the altar of collective interests.
SENI DAN TRANSFORMASI Iwan Gunawan
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 6 No. 2 (2018): Seni dan Transformasi
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v6i2.65

Abstract

Transformasi atau perubahan yang menyeluruh, mutlak terjadi pada apapun; manusia, budaya, termasuk seni, dan kesenian. Manusia dan kesenian biasa mengubah sesuatu benda menjadi lebih bermakna, sejak zaman prasejarah, manusia gua mengolah dinding kosong menjadi memiliki narasi, meninggalkan sesuatu buat kita memahami mereka. Sebaliknya, tanpa keberadaan aspek transformasi, tidak ada pembaruan atau tidak ada pemaknaan baru apakah bisa disebut seni yang baik? Seni dan proses berkesenian akan terus mengubah material menjadi objek baru atau gambar baru yang pada gilirannya dapat menghasilkan transformasi pada masyarakat, baik pengetahuan pemahaman atau kesadaran. Transformasi juga selalu terjadi dalam semua proses kreatif, tehnik membuat karya, wacana dan regulasi dunia kesenian serta dunia pendidikan yang jelas melakukan program untuk mengubah siswa kearah yang lebih baik. Bahkan dalam lingkungan komersial, perubahan kearah yang lebih baik tetap dilakukan. Seni pada akhirnya tidak bisa dilepaskan dari fungsi sosial dan budaya serta menjadi mekanisme untuk bertransformasi.
"Back to Nature": Sebuah Identitas Arsitektur-Interior Hotel The Ayu, Toyabungkah, Kintamani, Bali Wayan Dharsana
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 2 (2015): Membaca Modernitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i2.66

Abstract

"Back to Nature" sebuah Identitas Arsitektur-Interior Hotel The Ayu Kintamani, Toyabungkah-Kintamani, Bali. Manusia dapat berinteraksi dengan budaya dan lingkungan alam hanya jika struktur karya arsitektur interior itu sendiri memungkinkan interaksi tersebut. Objek yang menjadi penelitian adalah The Ayu Kintamani Hotel Jalan Puri Bening, Toya Bungkah, Kintamani, Bali, Indonesia. Objek penelitian dianalisis dengan menggunakan teori dan konsep-konsep desain interior serta arsitektur biophilic. Unsur-unsur di dalam desain seperti ruang, warna, cahaya dan lain sebagainya akan dilihat sebagai suatu punya rekonektivitas manusia dengan lingkungan alam serta budaya yang ada di sekitar objek penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan utamanya untuk memahami kaitan antara hubungan manusia dengan alam dalam arsitektur-interior.
Pengaruh Pembentukkan Ruang Publik Bernuansa Agama pada Alih Fungsi Gedung Bouwploeg Menteng Anindyo Widito
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 9 No. 1 (2021): Perubahan Sosial dan Ekspresi Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v9i1.69

Abstract

Abstrak: Gedung Bouwploeg yang terletak di daerah Menteng Jakarta, dulunya diperuntukkan sebagai kantor, dan beberapa kali berganti kepemilikan. Bangunan tersebut akhirnya beralih fungsi menjadi masjid bernama Cut Meutia. Banyak faktor yang menyebabkan alih fungsi itu terjadi. Kelompok pengajian Menteng dan Yonif Yos Sudarso banyak berperan dalam alih fungsi tersebut. Untuk mengupas bagaimana proses alih fungsi itu terjadi, penulisan ini menggunakan metode pendekatan historiografi, teori konsep ruang dari Henry Lefebvre, teori ruang publik dari Jürgen Habermas, dan teori ruang Heterotopia dari Michel Foucault. Pendekatan-pendekatan tersebut akan mengungkap, apakah alih fungsi tersebut murni karena kebutuhan akan tempat ibadah di Menteng, atau ada unsur politik dari militer yang terlibat dengan memanfaatkan kelompok pengajian Menteng untuk melawan komunis. Abstract: The Bouwploeg building, located in the Menteng area of Jakarta, was once designated as an office, and changed ownership several times. The building eventually converted into a mosque called Cut Meutia. Many factors cause the transfer of function to occur. Menteng Islamic study groups and Yonif Yos Sudarso played many roles in the transfer of functions. To explore how the process of transfer of functions took place, this paper uses the method of historiographic approach, the theory of space concepts from Henry Lefebvre, the theory of public space from Jürgen Habermas, and the theory of space Heterotopia from Michel Foucault. These approaches will reveal whether the transfer of functions is purely due to the need for places of worship in Menteng, or if there is a political element from the military involved by using the Menteng Islamic study group to fight the communists.
Perupa: Syahrinur Prinka Iwan Gunawan
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 2 (2015): Membaca Modernitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i2.70

Abstract

Syahrinur Prinka merupakan salah seorang pengajar Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa IKJ. Lulusan Seni Grafis Fakultas Seni Rupa ITB ini pernah bekerja untuk majalah TEMPO dan kemudian mengembangkan program studi Desain Grafis di LPKJ-IKJ
Perupa: Priyanto Sunarto Siti Turmini Kusniah
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 2 (2015): Membaca Modernitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i2.71

Abstract

Keluarga Soenarto barangkali bisa dikatakan keluarga yang tidak biasa. Sang ayah, R.S Soenarto adalah seorang dokter, tentara dan sang anak, Priyanto Soeharto adalah salah seorang ilustrator terkemuka Indonesia
Benny H. Hoed: Semiotik & Dinamika Sosial Budaya Ananda Feria Moersid
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 2 (2015): Membaca Modernitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i2.72

Abstract

Bukanlah perkara mudah untuk bisa menuliskan teori-teori budaya kedalam bahasa sehari-hari tanpa kehilangan bobot ilmiahnya. Dr. Haryatmoko dalam pengantar buku ini menyatakan bagaimana cukuprinci dan runut, Benny H. Hood mampu menjalin teori budaya metodologi yang sahih sekaligus mencerahkan melalui bahasan tentang teori-teori semiotika, hermeuneutika, strukturalisme dan dekonstruksi. Dari proses kelahiran makna/bentuk-bentuk eksplisit lainnya melalui tanda, simbol dan teks dalam memahami perkembangan dunia lingkungannya dengan asumsi bahwa realitas juga bisa diperlakukan sebagai tanda dan teks.
Dinamika Kolaborasi Komunitas Pelaku dalam Keberlangsungan Praktik Budaya Pasar Malam Komidi Puter di Peri-Urban Jabodetabek Fabianus Hiapianto Kusumadinata
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 9 No. 1 (2021): Perubahan Sosial dan Ekspresi Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v9i1.73

Abstract

Abstrak: Kemeriahan rutin pada masa liburan sekolah atau menjelang lebaran di pinggiran Jabodetabek, sering diisi oleh kegiatan Pasar Malam Komidi Puter. Pasar malam ini memiliki kekhasan pada jenis hiburan atau permainan yang kadang sangat sederhana dan mengingatkan kebiasaan masa lalu, sehingga memiliki pengunjung setia. Pasar Malam Komidi Puter merupakan satu di antara jenis kumpulan komunitas penjual dan penghibur yang bergerak bersama dengan memanfaatkan lahan di beberapa wilayah Jabodetabek. Kegiatan ini ditengarai sudah berlangsung lama di Jabodetabek, merupakan tiruan dan adaptasi dari tempat hiburan yang mahal dan permanen. Dalam pengamatan sementara, diketahui bahwa Pasar Malam Komidi Puter ini juga melibatkan berbagai pihak formal maupun informal. Didasari oleh adanya kepentingan bersama untuk memanfaatkan lahan, mereka mampu menghadirkan pasar murah dan hiburan murah bagi masyarakat sekitar. Tujuan makalah ini adalah untuk menganalisis kolaborasi dan negosiasi antara beberapa pihak atau komunitas pendukung dalam penyelenggaraan kegiatan Pasar Malam Komidi Puter di Jabodetabek. Kajian ini merupakan hasil penelitian lapangan dalam beberapa bulan terakhir sebelum pandemi Covid-19 melanda tanah air tahun 2020, dengan mengikuti perjalanan komunitas Pasar Malam Komidi Puter tersebut di peri-urban Jabodetabek. Sumber data lain diperoleh dari referensi kepustakaan terkait yang dapat dijadikan sebagai bahan penunjang dan pembanding. Kontribusi hasil penelitian lapangan ini dapat menjadi acuan sebagai kepedulian pada suatu fenomena alternatif usaha hiburan rakyat yang terdapat dalam masyarakat peri-urban di Jabodetabek. Walaupun di tengah himpitan dari wahana permainan modern seperti Trans studio, Dunia Fantasi, dan sejenisnya, kehadiran Pasar Malam Komidi Puter ternyata masih dinantikan oleh masyarakat di sekitar Jadebotabek. Abstract: Merry Go Round Night Markets (Pasar Malam Komidi Puter) in the suburb of Jabodetabek, traditionally have been created as a form of entertainment for school holidays or end of Ramadhan. This particular form of night market has its own uniqueness by the choice of its games and fun activities. Often very simple yet drawn from the past, they remind its audience to their old habit or childhood memories. This has become the reason for their faithful visitors to return years after years. This form of night market is one among the different community markets, where sellers and entertainers are collaborating and working together by using various public spaces around Jabodetabek. Seems like this kind of night market activities has been around for a long time, and presumably a copy and adaptation of a more luxurious and permanent amusement center. Through a short observation, this Merry Go Round Night Market exists from a joint cooperation between formal and informal parties. Coming from a common need to benefit from public spaces, they are able to present a cheap night market with cheap entertainment for the surrounding communities. This paper is made to analyze the collaboration and negotiation among various parties or supporting community in the organization of Merry Go Round Night Markets in Jabodetabek. This paper is the result of field research towards the end of time right before Covid -9 hit our nation in 2020, by following groups of sellers and entertainment in this unique type of night markets in the different areas in peri-urban Jabodetabek. As comparation and supporting materials, other data sources were taken from relevant library references. This research will contribute and be used as a benchmark to preserve and serve towards the phenomenon of alternative entertainment for common people who lives in peri-urban Jabodetabek. Despite of the existence of modern amusement centers like Trans Studio, Dunia Fantasi and the likes, in fact people in Jabodetabek are still anticipating the presence Merry Go Round Night Markets.
"Kagunan" Karya Arsitektur Adhi Moersid Bagoes Wiryomartono
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 4 No. 2 (2015): Membaca Modernitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v4i2.74

Abstract

"Kagunan" Karya Arsitektur Adhi Moersid

Page 5 of 15 | Total Record : 147