cover
Contact Name
Hafizh Al Fikri
Contact Email
hafizalfikri@ikj.ac.id
Phone
+6281380151716
Journal Mail Official
jurnal@senirupaikj.ac.id
Editorial Address
Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta Kompleks Taman Ismail Marzuki Jalan Cikini Raya No. 73, Cikini Kec. Menteng Kota Jakarta Pusat, 10330
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Senirupa Warna (JSRW)
ISSN : 23551682     EISSN : 26857618     DOI : https://doi.org/10.36806
JSRW supports the vision and mission of FSR-IKJ to publish works of a scientific nature within FSR-IKJ and beyond. Works published must discuss discourses of arts (either fine or applied) in the fields related to visual aspects, such as fine arts, design, craft, visual narratives, and forms of art that utilize the new media.
Articles 147 Documents
PROSES DIGITAL IMAGING IKLAN CETAK INDONESIA Saut Irianto Manik
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 6 No. 1 (2018): Di antara Ekspresi, Komunikasi, dan Fungsi
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v6i1.39

Abstract

Abstrak: Rekayasa visual telah berkembang cepat dalam iklan cetak. Berbeda dengan era 1980-an hingga 1990-an yang masih menggunakan pola kerja produksi dengan tehnik manual, meliputi tehnik semprot Air Brush, Cutting kolase, double expose foto dan lainnya, saat ini proses kerja rekayasa visual telah menjadi pola kerja digital atau dikenal dengan digital imaging. Media cetak saat ini hadir dengan pengolahan digital imaging berbagai elemen huruf, gambar, foto, aksen bentuk, maupun gaya pewarnaan yang menciptakan berbagai gaya dinamis, imajinatif, dengan sentuhan teknologi. Penelitian ini memperlihatkan bahwa secara umum bentuk dan pola kerja keahlian ini meliputi ketrampilan menggunakan perangkat komputer grafis, kemampuan fotografi, dan kemampuan membuat konsep kreatif visual sesuai obyektivitas sebuah iklan. Penelitian ini juga menemukan bahwa dalam lingkup kerja industri iklan, crafting di dalam kerja visualisasi dengan proses digitalisasi menciptakan standar tertentu pada hasil akhir digital imaging, seperti kualitas gambar yang memerlukan keahlian manajemen file terhadap gambar, wajib menjadi perhatian khusus dalam proses perancangan, dari awal persiapan, proses digital imaging dan output dari visual. Abstract: Image manipulation has developed rapidly in print advertising. Unlike the 80s to 90s, which still uses manual production techniques, include air brush spray techniques, cutting collages, double exposure photos and others, work processes of visual manipulationin the advertising industry today, has become a digital work pattern, known as digital imaging. Today’s print media comes with digital imaging processing various elements of letters, images or illustrations, photographs, shape accents, and coloring styles that create a variety of dynamic, imaginative, and feels a touch of technology.This study shows that in general the forms and patterns of work of this expertise include skills in using computer graphics devices, photographic abilities, and the ability to create creative visual concepts according to the objectivity of an advertisement. This study also found that in the advertising industry’s scope of work, Crafting in the work of visualization with the digitization process creates certain standards on digital imaging results, such as image quality that requires file management expertise for images, must be of particular concern in the design process, from the beginning of preparation, digital imaging processes and visual output.
Studi Skema Warna Berdasarkan Lokal Konten Budaya Kota Jonata Witabora; Kadek Satria Adidharma; Meilani; Anastasia Ari Respat
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 1 (2017): Eksplorasi Keragaman Media Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i1.40

Abstract

Abstrak: Desain Komunikasi Visual merupakan ilmu yang terus bertumbuh. Ia bergeliat dan berinteraksi dengan disiplin lain untuk merespons zaman yang terus berubah, yang kemudian memberi bentuk baru. Kebaruan menjadi sesuatu yang tak terhindari. Ia telah menjadi bagian dari globalisasi yang tak terbendung. Hal ini perlu disikapi dengan cermat, agar ilmu tersebut tidak memangkas budaya yang sudah ada. Ia perlu diseimbangi agar menjadi kaya dan tumbuh berkembang bersama dengan budaya yang sudah ada. Kebudayaan tidak lagi hanya diwakili oleh tradisi atau seni-seni klasik. Agar ia dapat terus hidup, ia harus berubah, membentuk pemaknaan baru yang segar dalam rangkaian budaya lokal sebagai kantong- kantong kecil yang pada akhirnya melestarikan dan memperkuat karakter budaya itu sendiri yang lekang oleh zaman. Penelitian ini diharapkan mampu menyumbang keilmuan baru dalam bidang pembelajaran warna yang terkait dengan kekuatan budaya lokal, yang membangun keilmuan desain itu sendiri sehingga pada akhirnya, dalam jangka waktu yang panjang diharapkan mendorong terbentuknya artefak-artefak desain yang memiliki karakter dan ciri kebudayaan yang kuat. Abstract: Visual Communication Design is a growing discipline. It keeps on working and interacting with other discipline in order to respond the ever-changing era and it finally create a new form. Novelty has become something unavoidable. It has become part of the unstoppable globalization. This needs to be addressed cautiously so that this discipline will not put the existing culture at risk. Culture is not only represented by tradition or classical arts. In order to survive, it needs to change, to form a fresh, new meaning in the framework of local culture as small enclaves that finally will preserve and strengthen the character of the culture itself, which is always relevant to the era. This research is expected to contribute to new discipline in colour learning relating to the power of local culture that in turn will develop the discipline of design itself, and at the end of the day, in the long run, will encourage the creation of design artefacts with strong cultural character and characteristic.
Masculinity of Women in RED Cobex, a Comedy Genre Lala Palupi Santyaputri
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 1 (2017): Eksplorasi Keragaman Media Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i1.41

Abstract

Abstrak: Visualisasi dalam film memiliki pengaruh besar dalam pikiran penonton. Penonton film secara tidak sadar membentuk persepsi tertentu terhadap gambaran pokok dalam konstruksi gender. Dalam hal ini gambaran yang akan diteliti dalam film ini adalah perbedaan visualisasi perempuan dalam sinema dengan genre komedi khususnya maskulinitas perempuan dalam film “Red Cobex” yang diproduksi pada tahun 2010. Konstruksi visual tertentu akan menciptakan makna pada pikiran audiens akan membuat konstruksi stereotype tertentu atas gender. Metode penelitian yang digunakan adalah analisa konten sebagai model untuk menjabarkan perbedaan visualisasi gender yang mempengaruhi persepsi audiens. Abstract: Visualization in film has great influence in the audience’s mind. In this case the cinema viewers who regularly watch a comedy genre unconsciously form a certain perception of an underlying description in gender construction. The description in this particular movie that will be examined is the visualization of gender differences in comedy, especially masculinity on women on Red Cobex the movie produced in 2010. A particular visual construction will create meaning in the audience’ mind on certain stereotype over gender issue. Using deductive content analysis the visualization of women that affect the perception of the audience is broken down.
Tinjauan Buku: John Lent, Asian Comics, Mississippi Iwan Gunawan
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 1 (2017): Eksplorasi Keragaman Media Seni
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i1.42

Abstract

University Press of Mississippi. ISBN 978-1-62846-158-9 (hardback), 978-1-62846-159-6 (ebook) Buku Asian Comic ini merupakan tulisan John Lent, profesor dari Temple University, Philadelphia, Amerika Serikat. Di buku ini, tertulis hasil penelusuran dan penelitian John Lent atas komik-komik di Asia. Selama 30 tahun ia menjelajah dan mewawancarai para kartunis, komikus, dan peneliti di Asia sejak tahun 1980-an. Dua kali ia sempat berkunjung ke Indonesia, yang terakhir pada tahun 2013, bertemu dan melakukan wawancara dengan komikus Jakarta dan Bandung. John mengakui bahwa kerangka buku ini terbentuk dari tulisan-tulisannya tentang komik di Asia yang dimuat di jurnal dan buku-buku lainnya. Pembahasan tidak terbatas pada media gambar yang bersifat sekuensial, namun juga pada gambar yang terdiri atas satu panel seperti yang dikenal sebagai “kartun” atau “karikatur”.
DEFAMILIARISASI TUBUH DALAM KARYA SENI RUPA MELLA JAARSMA Firman Lie
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 6 No. 1 (2018): Di antara Ekspresi, Komunikasi, dan Fungsi
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v6i1.43

Abstract

Abstrak: Tubuh dan pakaian merupakan dua visual yang secara bersama-sama memberikan tanda dan kode dalam merepresentasikan makna dan identitas tertentu. Ketika tubuh dan pakaian mengambil posisi di wilayah imajinasi, maka realitas menjadi kenyataan yang berlapis-lapis. Seni rupa bukan media langsung dari persoalan yang terjadi dalam masyarakat. Seni rupa bukan sekadar imitasi realitas dalam masyarakat, melainkan sebuah dunia dengan realitas baru yang diinterpretasi seniman atas realitas dalam masyarakat. Cara menampilkan tubuh manusia pada karya-karya instalasi Mella Jaarsma dengan tubuh model memberikan banyak makna kepada penonton seni rupanya. Kemampuan kita mengenali citra-citra familiar dalam penggabungan tubuh dengan pakaian yang menggunakan idiom yang tidak lazim diperlambat dalam proses-proses konotasi. Pemahaman terhadap tubuh yang diselubungi pakaian yang menggunakan bahan yang tidak lazim menciptakan metafora yang tidak hanya membuat hal-hal yang asing, tetapi juga membantu untuk menarik perhatian kita keluar dari persepsi yang sudah diketahui. Defamiliarisasi menggunakan mekanisme mirip dengan pengenalan medium yang sudah kita kenal yang digabungkan dengan medium yang tidak biasa untuk menghalangi persepsi dan bukan membantu pemahaman. Dengan menyediakan deskripsi baru, metafor menyediakan sebuah cara untuk mengajak kita keluar dari cara yang konvensional dan membatasi dalam melihat karya seni yang tidak lazim. Abstract: Body and clothing are two visuals that provide signs and codes in representing certain meaning and identity. When body and clothing are at the imagination level, reality becomes reality in layers. A fine art is not merely an imitation of reality in the society, but a world with new reality that is interpreted by artists based on the reality in the society. How human body is presented in Mella Jaarsma’s installation gives various meanings to her audience. Our ability to identify familiar images found in the body and clothing amalgamation using unconventional idioms is disrupted during the connotative processes. The understanding of body covered by clothing using uncommon materials creates metaphor, which not only produces foreign meanings but also helps to get our attention out of the perception with which we are familiar. Defamiliarization uses a mechanism that is similar to introducing medium we have already known but it is added with uncommon medium in order to disrupt perception and not to help understanding. With the new description, metaphor provides a way to get us out from the conventional way and limitation in seeing uncommon art works.
Media, Kebudayaan dan Identitas Iwan Gunawan
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 2 (2017): Media, Kebudayaan dan Identitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i2.44

Abstract

Budaya, diperdebatkan, bukanlah (sekedar) sekumpulan hal - novel-novel, lukisan-lukisan, atau program-program TV, atau komik-komik - sekumpulan praktek-praktek yang berproses. Utamanya, kebudayaan berkaitan dengan produksi dan perputaran makna - “give and take” dari makna - antara anggota masyarakat atau kelompok... Jadi kebudayaan sangat bergantung pada para partisipan dalam menginterpretasikan makna dari apa yang ada di sekitarnya, dan membuat dunia menjadi ‘masuk akal’ dalam cara yang sama. (Stuart Hall, dalam Representation: Cultural Representations and Signifying Practices, 1997:2) Media, apapun teknologinya, menjadi bagian penting dari pergerakan kebudayaan. Yang dimaksud dengan “Media” di sini bukan hanya berarti media massa. Media adalah segala wahana yang digunakan orang untuk menyampaikan ekspresi dan gagasannya. Media dan Kebudayaan akan saling berhubungan. Dengan olahan media, suatu proses penyebaran kebudayaan bisa lebih cepat diterima dan kemudian bisa saling mengubah perilaku masing-masing dan juga kelompok masyarakat yang lain. Kebudayaan bisa bergeser karena merupakan sesuatu yang dipelajari. Kebudayaan juga memiliki sifat dinamis tergantung pada situasi. Disadari atau tidak, pergeseran kebudayaan yang berpengaruh pada masyarakatnya ini akan turut mempengaruhi identitas budaya. Apa yang diciptakan dan yang dikonsumsi masyarakat menjadi aspek yang membangun identitas masyarakat itu.
Iklan Layanan Masyarakat Pertamina di Televisi: Representasi Budaya Lokal Indonesia Ananda Dianti
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 2 (2017): Media, Kebudayaan dan Identitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i2.45

Abstract

Abstrak: Iklan televisi merupakan salah satu media yang paling efektif untuk mempromosikan suatu produk. Promosi dilakukan oleh produsen melalui iklan dengan berbagai cara, ada yang persuasif dengan terang-terangan, dan ada pula yang terselubung. Pemirsa iklan televisi pun bisa menafsirkan iklan dengan berbagai cara tergantung dari latar belakangnya masing-masing. Akibatnya, iklan televisi bisa menimbulkan efek yang berbeda bagi setiap individu yang menontonnya. Di antara sekian banyak metode periklanan, ada iklan televisi yang memakai pendekatan budaya lokal yang mudah dikenali, diakrabi dan dianggap natural oleh pemirsanya. Abstract: Television advertising is one of the most effective media to promote a product. Promotion is done in various ways, some advertisements do it in openly persuasive, and some do it in hidden strategy. Viewers can interpret television advertising in various ways. It depends on their respective backgrounds. As a result, television advertising had many different impacts regarding the viewers. Among the methods of advertising, there are television advertisements that use local cultural approach that is easily recognizable, familiar and considered natural by viewers.
PROSES PENCIPTAAN KARYA ILUSTRASI SUYADI PADA BUKU GUA TERLARANG Saut Miduk Togatorop
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 6 No. 1 (2018): Di antara Ekspresi, Komunikasi, dan Fungsi
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v6i1.46

Abstract

Abstrak: Salah satu ilustrator Indonesia yang telah dikenal memiliki karakter yang khas baik dari konsep penciptaan maupun gaya gambarnya adalah Suyadi. Konsistensi beliau dalam mendidik anak melalui buku cerita dan karya ilustrasinya telah diakui masyarakat Indonesia. Salah satu bukunya “Gua Terlarang” mendapatkan penghargaan Unesco di tahun 1972. Buku ini salah satu karya terbaik Suyadi. Melalui pendekatan disiplin ilmu seni rupa, diteliti bagaimana prinsip dan konsep Suyadi dalam menciptakan ilustrasi. Abstract: One of Indonesia’s illustrators who has been known to have a distinctive character both from the concept of creation and the style of his image is Suyadi. His consistency in educating children through story books and illustrated works has been recognized by the Indonesian people. One of his books “Gua Terlarang” received an Unesco award in 1972. This book is one of Suyadi’s best works. Through an approach to the disciplines of art, this research examined the principles and concepts of Suyadi in creating illustrations.
Tukan, Dua Aura Pada Karya Seni: Pembacaan Awal Konsep Aura Karya Seni Menurut Walter Benjamin Berto Tukan
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 5 No. 2 (2017): Media, Kebudayaan dan Identitas
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v5i2.48

Abstract

Abstrak: Pemikiran Walter Benjamin tentang “Karya Seni di Masa Kemungkinan Reproduksi Teknisnya” (“The Work of Art in the Age of Its Technological Reproducibility” merupakan pemikirannya di periode kedua. Kemunculan “Karya Seni” berlandaskan pada dua hal yakni pertama, perubahan material dari karya seni itu sendiri dan kedua, keadaan politik Eropa di zaman itu. Dua hal ini memicu perdebatan Benjamin dengan Adorno serta mewarnai perubahan-perubahan atas tulisan itu sendiri yang terdiri dari tiga versi yang perubahannya dipicu oleh polemik dan perdebatan Benjamin dengan para koleganya kala itu serta perkembangan politik. ‘Aura’, merupakan konsep penting Benjamin dalam hal seni dan budaya. Media baru yang dibawa oleh perkembangan teknologi berkemampuan mengubah aparatus kognisi manusia persis karena ia punya kemampuan menghilangkan ‘aura’ tersebut. Aura adalah medium sehingga ia tidak melekat pada sebuah presentasi karya tertentu tetapi terletak pada ada subyek (pemirsa) dan obyek (karya seni). Aura, tidak terletak terutama pada tradisi tetapi hantu masa lalu yang terproyeksikan ke masa kini. Dengan demikian tentulah tidak serta merta karya seni reproduksi mekanis, yang menghilangkan batas-batas presentasinya yang kaku, menghilangkan unsur historis yang bisa digali dari sebuah karya seni. Disimpulkan bahwa ada dua jenis aura; katakanlah aura singular dan aura partikular. Abstract: Walter Benjamin’s idea of “The Work of Art in the Age of Its Technological Reproducibility” was his second period of thought. The emergence of “Artwork” is based on two things: first, the material change of the artwork itself and secondly, the political state of Europe at the time. These two things sparked Benjamin’s debate with Adorno and colored the changes to the writing itself consisting of three versions whose changes were sparked by the polemic and debate of Benjamin with his colleagues at the time and the political development. ‘Aura’ is an important concept of Benjamin in terms of art and culture. The new media brought about by technological development is capable of altering the apparatus of human cognition precisely because it has the ability to eliminate the ‘aura’. Aura is the medium so that it is not attached to a particular presentation of the work but lies in the subject (audience) and object (artwork) Aura, is not located primarily in tradition but the ghost of the past projected into the present. Thus surely not necessarily a mechanical reproduction art, which removes the limits of rigid presentation, removes the historical elements that can be extracted from a work of art. It is concluded that there are two types of auras; a singular aura and a particular aura.
Tema Panorama Indonesia Dalam Karya Visual Bak Truk: Yogjakarta Truck Festival 2018, di Jogja Expo Center JEC - Jogjakart Nicholas Wila Adi
JSRW (Jurnal Senirupa Warna) Vol. 6 No. 1 (2018): Di antara Ekspresi, Komunikasi, dan Fungsi
Publisher : Fakultas Seni Rupa - Institut Kesenian Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36806/.v6i1.49

Abstract

Abstrak: Pada tahun 2018, komunitas truk Yogyakarta menyelenggarakan festival “Jogjakarta Truck Festival 2018”. Dalam festival ini ditampilkan kreasi melukis dan memodifikasi truk-truk angkutan. Acara utama yaitu lomba melukis dan memodifikasi, kemudian iring-iringan. Melukis truk menjadi sebuah kepuasan batin bagi senimannya. Melukis truk menjadi media bagi mereka untuk menyalurkan unek-unek atas kepenatan hidup yang sehari-hari dialami. Melalui lukisan bak truk, mereka mencoba mengajak para penikmatnya untuk berkomunikasi. Mereka mencoba untuk menggerakkan perasaan dan emosi penikmatnya untuk suatu tujuan tertentu. Melukis truk juga bukan hal yang mudah, apalagi para seniman lukis truk ini tidak pernah mengenyam pendidikan seni rupa. Keahlian mereka melukis didapat secara otodidak, begitu pula dengan tehnik- tehnik melukis yang digunakan. Dahulu lukisan bak truk dibuat dengan cara melukis dengan kuas dan cat, kemudian tehnik airbrush dan sekarang sudah banyak yang memadukan dengan tehnik cutting sticker. Kegiatan melukis, memodifikasi, serta parade selain dilihat sebagai proses penciptaan kesenian, juga memenuhi syarat sebagai proses komunikasi karena ada pesan, media, penyampai pesan dan pemirsa. Kegiatan ini mengambil tema Panorama Indonesia. Melalui lomba itu tergambarkan kreatifitas dalam mengembangkan tema dari masing-masing peserta lomba dan menjadi promosi wisata. Abstract: In 2018, the Yogyakarta truck community held a “Jogjakarta Truck Festival 2018” festival. In this festival creations of painting and modifying trucks are displayed. The main event is painting and modifying competitions, then a parade is carried out. Painting a truck becomes a personal expression for the artists. Truck painting is a medium for them to channel their feelings to the fatigue of their daily lives. Through truck paintings, they also performed a mean to communicate. They try to move the feelings and emotions of the audience for a particular purpose. Painting a truck is also not an easy thing, moreover the truck painting artists have never experienced art education. They are self-taughtpainters. In the past, truck paintings were made with brushes and paint, and then using airbrush techniques and now many have combined with cutting sticker techniques. Painting, modifying, and parade activities, besides being seen as a process of creating art, also qualify as a communication process because there are messages, media, messages and viewers. This activity takes the theme Panorama Indonesia. Through the competition creativity can be seen in developing the themes of each competitor and could be considered as a destination promotion.

Page 3 of 15 | Total Record : 147