cover
Contact Name
Darmawati Majid
Contact Email
telagabahasa@gmail.com
Phone
+6285256649282
Journal Mail Official
telagabahasa@gmail.com
Editorial Address
Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo, Jalan DOkter Zainal Umar Sidiki, Desa Tunggulo, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, 96583
Location
Kab. bone bolango,
Gorontalo
INDONESIA
Telaga Bahasa : Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan
ISSN : 23549521     EISSN : 26865572     DOI : 10.36843/tb.v8i1.203
TELAGA BAHASA adalah jurnal yang bertujuan memublikasikan hasil-hasil penelitian Bahasa Sastra, baik bahasa Indonesia, daerah, maupun asing. Seluruh artikel yang terbit telah melewati proses penelaahan oleh mitra bestari dan penyuntingan oleh redaksi pelaksana. TELAGA BAHASA diterbitkan oleh Kantor Bahasa Gorontalo. Jurnal ini terbit dua kali dalam satu tahun, pada bulan Juni dan Desember. Mulai tahun 2020, akan terbit setiap bulan April dan Oktober. TELAGA BAHASA is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literature. All articles in TELAGA BAHASA have passed the reviewing process by reviewers and edited by editors. Telaga Bahasa is published by Kantor Bahasa Gorontalo twice a year, June and December. For the 2020 issue and on, this journal will be published on April and October)
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2016): TELAGA BAHASA VOL.4 NO.1 TAHUN 2016" : 9 Documents clear
BEBERAPA KENDALA DALAM PENULISAN CERITA RAKYAT SEBAGAI UPAYA REVITALISSAI SASTRA LISAN DI WILAYAH KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN Titik Wijanarti
TELAGA BAHASA Vol 4, No 1 (2016): TELAGA BAHASA VOL.4 NO.1 TAHUN 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v4i1.197

Abstract

Penelitian ini  bertujuan memaparkan beberapa kendala yang dihadapi dalam proses penulisan cerita rakyat di wilayah Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Teori yang digunakan adalah teori tentang cerita rakyat sebagai bagian dari folklore.  Adapunmetode yang dimanfaatkandalampenelitianiniadalahmetodedeskriptif.  Kendala-kendala tersebut adalah terbatasnya narasumber dan sikap atau pandangan masyarakat terhadap cerita rakyat.  Sikap atau pandangan masyarakat terhadap cerita rakyat terbagi dalam dua sikap.  Pertama, memandang cerita rakyat sebagai sesuatu yang tidak memiliki fungsi dan makna.  Kedua, memandang cerita rakyat sebagai milik golongan tertentu.   Kata kunci : revitalisasi, cerita rakyat, Kalimantan SelatanSome Obstacles in Writing Folklore as Revitalization Oral Literature in Banjar Regency South of Kalimantan  South Kalimantan is one of the cultural areas in Indonesia that has many verbal pieces of literature such as folklores. Like other verbal literature, folklore also at risk of extinction. Revitalization of folklore can be done through some ways such as writing again the folklore. The research aimed to describe the obstacles in the process of writing folklore in the Banjar Regency of South Kalimantan. The obstacles were limited of resources and the attitude or view of society toward the folklore. The attitude can be divided into two attitudes. Those were viewing the folklore as a story that does not has a purpose or meaning and viewing that folklore as a certain group’s belonging. Keywords: revitalization, folklore, South Kalimantan
SEMANGAT DAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU ORANG BUGIS MAKASSAR DALAM TEKS LONTARAQ Irwan Abas
TELAGA BAHASA Vol 4, No 1 (2016): TELAGA BAHASA VOL.4 NO.1 TAHUN 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v4i1.193

Abstract

Perhatian terhadap budaya membaca dan menimba ilmu  pengetahuan bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Sulawesi Selatan. Sejak dahulu motivasi dan semangat menuntut ilmu telah ditanamkan oleh para leluhur Bugis Makassar. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui teks-teks lontaraq yang menyebutkan berbagai nilai edukatif untuk senantiasa mau menimba ilmu pengetahuan. Tidak mengherankan jika orang Bugis Makassar termasuk suku di Nusantara yang memiliki aksara yakni lontaraq. Berbagai ilmu pengetahuan terdapat dalam kandungan teks lontaraq, di antaranya: sastra, agama, sejarah, hukum (perundang-undangan), ekonomi, politik, pendidikan, adat-istiadat, obat-obatan, dan lain-lain. Harus diakui semangat menuntut ilmu di kalangan masyarakat Bugis Makassar inilah yang melahirkan berbagai pakar di bidangnya.Kata Kunci: Menuntut Ilmu – Bugis Makassar – Teks Lontaraq(The Passion and Motivation of The Buginese in Education in Lontaraq Manuscript)The emphasis on reading and studying had been widely known become the main concern among the society of South Sulawesi. The motivations and enthusiasm to get the education had been planted long ago by the Buginese ancestor. All of this can be tracked down in the Lontaraq manuscript which contains various educational values to keep studying.  It’s not so surprising that the Buginese is known as one of the tribes in Indonesia that has a letter of alphabet named Lontaraq. Various kinds of knowledge can be found in Lontaraq, including literature, religion, history, law (legislation), economy, politic, education, customs, medication, and so on. The enthusiasm to have an education amongst Buginese had produced a wide range of experts in various fields.Keywords: studying, Buginese, Lontaraq manuscript
CERITA RAKYAT PUTIRI ANAWULA ANO ANDALA MATAHARA DALAM PERSPEKTIF JENDER Jamaluddin M.
TELAGA BAHASA Vol 4, No 1 (2016): TELAGA BAHASA VOL.4 NO.1 TAHUN 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v4i1.194

Abstract

Tulisan ini bertujuan mengkaji peran dan aktivitas laki-laki dan perempuan dalam cerita rakyat berdasarkan peran dan aktivitasnya di bidang publik, domestik, sosial dan keagamaan, pendidikan dan moral, rekreasi, kepemilikan, serta akses kontrol dan pengambilan keputusan. Kajian ini menggunakan teori semiotik. Hasil kajian menunjukkan bahwa pola-pola interaksi antara laki-laki dan perempuan dalam cerita rakyat mengandung nilai-nilai budaya lokal dan filosofi hidup dalam masyarakat pendukungnya. Dalam cerita rakyat Putiri Anawula Ano Andala Matahara, masih terdapat peran dan aktivitas laki-laki dan perempuan yang menunjukkan perbedaan-perbedaan sebagai dampak dari perbedaan jender. (PUTIRI ANAWULA ANO ANDALA MATAHARA FOLKORE IN THROUGH JENDER PERSPECTIVE)Kata kunci: peran, aktivitas, semiotik                This paper aimed to examine the role and activities of men and women in folklore based on their role and activities in the fields of public, domestic, social and religion, education and morals, recreation, ownership, access control, and decision making. This study used semiotic theory. The results showed that the interaction patterns between men and women in folklore containing the values of the local culture and philosophy of life of its community. There are still roles and activities of men and women that show of effect gender differences in Putiri Anawula Ano Andala Matahara.Keywords : role , activity, semiotic
PEMBENTUKAN WACANA DALAM KOMUNIKASI POLITIK PADA PILKADA GUBERNUR GORONTALO Mu'awal Panji Handoko
TELAGA BAHASA Vol 4, No 1 (2016): TELAGA BAHASA VOL.4 NO.1 TAHUN 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v4i1.195

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui unsur pembentuk wacana dalam komunikasi politik pada pilkada gubernur Gorontalo. Teori yang digunakan adalah Teori Komunikasi Politik dan Wacana Kritis. Metode deskriptif analitis dengan teknik rekam digunakan dalam hal pengumpulan, penyusunan, analisis dan interpretasi tentang data pada baliho iklan politik di media luar ruang. Terdapat dua kategori pembentuk wacana dalam komunikasi politik pada pilkada gubernur Gorontalo, kategori pertama didasarkan pada penamaan dan slogan. Kategori kedua didasarkan pada penempatan lambang partai dan pencitraan fotografi serta pewarnaan latar pada media. Fotografi pasangan calon cenderung kontras dengan latar media. Sementara itu, warna utama pada lambang partai memiliki keterkaitan dengan pewarnaan pada latar media. Kedua kategori menunjukkan keterkaitan dalam usaha pembentukan wacana dalam komunikasi politik ini serta memperlihatkan sifatnya yang persuasif.Kata kunci: wacana, komunikasi politik, pilkada, media luar ruang Formation of Discourses in Political Communications at the Gorontalo Governor ElectionThis study aims to determine the elements forming the discourse in political communication at the election to Gorontalo. The theory used is the Theory of Political Communication and Critical Discourse. A descriptive-analytical method with a recording technique used in the collection, compilation, analysis, and interpretation of data on political advertising billboards in the outdoor media. There are two categories of forming discourse in political communication at the election to Gorontalo, the first category is based on the naming and slogan. The second category is based on the placement of party emblem and photographic images and background staining in the media. Photography pairs of candidates were likely to contrast with the background of media. Meanwhile, the main color on the emblem of the party had links with background staining on the media. Both categories showed business linkages in the formation of discourse in political communication and show its persuasive.Keyword: discourses, political communication, election, outdoor media
PENGGUNAAN SINGKATAN OLEH MAHASISWA DALAM MEDIA SOSIAL DI KOTA SEMARANG Emma Maemunah
TELAGA BAHASA Vol 4, No 1 (2016): TELAGA BAHASA VOL.4 NO.1 TAHUN 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v4i1.191

Abstract

Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin berkembang memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi. Komunikasi lisan yang ditransformas menjadi komunikasi tulis dapat dilakukan melalui media sosial. Bahasa sebagai alat komunikasi di media sosial tersebut merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Pengguna media sosial biasanya adalah orang yang melek teknologi dan kekinian, seperti mahasiswa. Penyingkatan merupakan salah satu karakteristik bahasa yang digunakan. Masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimanakah bentuk bahasa penyingkatan yang digunakan oleh mahasiswa di Kota Semarang dalam media sosial. Penelitian deskriptif ini menggunakan ancangan sosiolinguistik. Sumber data adalah transkripsi percakapan mahasiswa responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa menggunakan akronim dan singkatan dalam menulis status, pendapat, atau komentar. Penggunaan akronim dilakukan dengan menggabungkan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata dan memendekkan kata. Sementara itu, penggunaan singkatan dilakukan dengan  menggunakan huruf awal, memenggal kata (memendekkan kata), menghilangkan unsur vokal dan konsonan, dan membentuk gabungan huruf dan angka. Kata Kunci: media sosial, mahasiswa, bahasa, singkatan.Abbreviations Used by University Student on Social Media in SemarangThe development of technology and information that is increasingly developing makes it easy for people to communicate. Oral communication that is transformed into written communication can be done through social media. Language as a communication tool on social media is an interesting thing to study. The users of social media are usually people who are technologically and up-to-date, like students. An abbreviation is one of the characteristics of the language used. The problem discussed in this paper is how is the form of abbreviated language used by students in the city of Semarang in social media. This descriptive study uses a sociolinguistic approach. The data source is the transcription of the respondents' student conversations. The results showed that students used acronyms and abbreviations in writing status, opinions, or comments. The use of acronyms is done by combining letters and syllables from word sequences treated as words and shortening words. Meanwhile, the use of abbreviations is done by using initial letters, decapitating words (shortening words), eliminating vowels and consonants, and forming a combination of letters and numbers. Keywords: social media, students, language, abbreviations. 
ADJEKTIVA DALAM BAHASA DAYAK MAANYAN Dwiani Septiana
TELAGA BAHASA Vol 4, No 1 (2016): TELAGA BAHASA VOL.4 NO.1 TAHUN 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v4i1.190

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk adjektiva dalam bahasa Dayak Maanyan (DM). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural. Data penelitian adalah sejumlah morfem dalam bahasa DM yang mengandung unsur adjektiva. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk adjektiva dalam bahasa DM terdiri atas adjektiva dasar dan adjektiva turunan. Adjektiva dasar merupakan merupakan bentuk dasar dengan satu morfem dan adjektiva turunan merupakan adjektiva yang dibentuk melalui proses penambahan afiks, pemindahan kelas kata, reduplikasi, dan pemajemukan. Afiks yang dapat membentuk adjektiva turunan dalam bahasa DM antara lain afiks ma- dan pangi-. Pemindahan kelas kata dalam pembentukan adjektiva turunan diperoleh melalui pemindahan kelas kata verba menjadi adjektiva. Reduplikasi dalam membentuk adjektiva turunan dilakukan dengan reduplikasi seluruh bentuk dasar adjektiva, reduplikasi sebagian dan beberapa bentuk reduplikasi dengan perubahan fonem yang menyatakan makna keadaan sangat atau paling. Pemajemukan dalam pembentukan adjektiva turunan dalam bahasa DM dilakukan dengan menggabungkan dua morfem bebas diantarnya menggabungkan sinomin dan antonim atau menggabungkan adjektiva dengan nomina dan adjektiva dengan adjektiva sehingga menghasilkan kata baru yang memiliki arti berbeda.Kata kunci:  Bahasa Dayak Maanyan, Adjektiva   Abstract This research purpose was to described adjectives in Dayak Manyaan (DM) language. The theory used was structural theory. The data used in this research were numbers of morphemes in Dayak Manyaan (DM) language which contains the element of adjectives. The results indicated that adjectives in Dayak Manyaan (DM) language consists of basic and derivatives adjectives. Basic adjectives are basic forms containing single morpheme and derivative adjectives formed through the addition of affixes, word-class shifting, reduplication, and compounding. There are affixes that can form derivative adjectives in Dayak Manyaan language, for instance, affix ma- and Pangi-. Word class shift in the forming of derivative adjectives are obtained from verbs word-class shift to adjectives Derivative adjective are obtained from reduplication the whole form of the basic adjective, reduplicating half and several forms of reduplication by changing the phonem which clarify the meaning of the state of very or most.Keywords: Dayak Maanyan language, AdjectivePenelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk adjektiva dalam bahasa Dayak Maanyan (DM). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural. Data penelitian adalah sejumlah morfem dalam bahasa DM yang mengandung unsur adjektiva. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk adjektiva dalam bahasa DM terdiri atas adjektiva dasar dan adjektiva turunan. Adjektiva dasar merupakan merupakan bentuk dasar dengan satu morfem dan adjektiva turunan merupakan adjektiva yang dibentuk melalui proses penambahan afiks, pemindahan kelas kata, reduplikasi, dan pemajemukan. Afiks yang dapat membentuk adjektiva turunan dalam bahasa DM antara lain afiks ma- dan pangi-. Pemindahan kelas kata dalam pembentukan adjektiva turunan diperoleh melalui pemindahan kelas kata verba menjadi adjektiva. Reduplikasi dalam membentuk adjektiva turunan dilakukan dengan reduplikasi seluruh bentuk dasar adjektiva, reduplikasi sebagian dan beberapa bentuk reduplikasi dengan perubahan fonem yang menyatakan makna keadaan sangat atau paling. Pemajemukan dalam pembentukan adjektiva turunan dalam bahasa DM dilakukan dengan menggabungkan dua morfem bebas diantarnya menggabungkan sinomin dan antonim atau menggabungkan adjektiva dengan nomina dan adjektiva dengan adjektiva sehingga menghasilkan kata baru yang memiliki arti berbeda.Kata kunci:  Bahasa Dayak Maanyan, Adjektiva   Abstract This research purposes was  to described adjectives in Dayak Manyaan (DM) language. The theory used was structural theory. The data used in this research were numbers of morphemes in Dayak Manyaan (DM) language which containing the element of adjectives. The results indicated  that adjectives in Dayak Manyaan (DM) language consist of basic and derivatives adjectives. Basic adjectives are basic form containing single morpheme and derivative adjective formed through the addition of affixes, word class shifting, reduplication, and compounding. There are affixes that can formed derivative adjectives in Dayak Manyaan language, for instance affix ma- and pangi-. Word class shift in the forming of derivative adjectives are obtain from verbs word class shift to adjectives Derivative adjective are obtained from reduplication the whole form of basic adjective, reduplicating half and several form of reduplication by changing the phonem which clarify meaning of the state of very or most.Key words: Dayak Maanyan language, Adjective
TINDAK TUTUR IMPERATIF PERTANYAAN DALAM BAHASA BANJAR Rissari Yayuk
TELAGA BAHASA Vol 4, No 1 (2016): TELAGA BAHASA VOL.4 NO.1 TAHUN 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v4i1.196

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan  1) wujud tindak tutur imperatif pertanyaan dalam bahasa Banjar, dan  2) fungsi  yang terdapat dalam tindak tutur imperatif pertanyaan dalam bahasa Banjar. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah teknik rekam dan dokumentasi. Data diambil di Sakumpul, Kabupaten Banjar, dari bulan Juni  sampai  Desember 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wujud tindak tutur imperatif pertanyaan yang terdapat dalam bahasa Banjar  dapat terjadi di berbagai konteks tempat, seperti beranda rumah, jalan, dan dalam rumah. Anggota tuturan bisa antar teman dan antar tetangga, dan lain-lain. Penanda ujaran dalam wujud ini adalah kata tanya seperti siapa, kah, kanapa, dan apa.  Fungsi tindak imperatif pertanyaan ini meliputi tindak imperatif pertanyaan keterangan, pengakuan, alasan, dan pendapat. Kata kunci: imperatif, pertanyaan, bahasa Banjar Speech Acts Imperative Questions in Banjarness The objective of this research is to describe 1) the nature of speech acts imperative language question in Banjarnese, and 2) the function contained in speech acts imperative questions in Banjarnese. The method used is descriptive method. The techniques used in data collection is by recording and documenting. The data were taken at Sakumpul, Banjar Regency, from June to December 2015. The result showed a form of speech acts imperative question in Banjarnese can occur in the various contexts of places, for instance at the porch, street, and home. Member of speech can be among friends and neighbors, etc.. The example of speech markers in this form is question words like who, why, and what The function of this imperative acts questions includes imperative acts of adjective questions, acknowledgment, reasons, and opinions. Keywords: imperative, questions, Banjarnese
ESTETIKA BAHASA DALAM TRADISI PAPPASENG MASYARAKAT BUGIS: KAJIAN STILISTIKA Firman A D
TELAGA BAHASA Vol 4, No 1 (2016): TELAGA BAHASA VOL.4 NO.1 TAHUN 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v4i1.192

Abstract

Penelitian ini membahas estetika bahasa, khususnya gaya bahasa berdasarkan unsur struktur kalimat dan langsung tidaknya makna, dalam tradisi pappaseng masyarakat Bugis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keindahan penggunaan bahasa dan mengelaborasi  makna yang terkandung dalam bahasa pappaseng Bugis untuk diketahui dan dipahami oleh masyarakat dan selanjutnya diterapkan. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dan dikaji dengan pendekatan stilistika. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan kepustakaan. Data dianalisis dengan menggunakan teknik baca-simak dan pencatatan untuk mengategorikan data yang ada berdasarkan jenisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penciptaan pappaseng oleh para leluhur Bugis tidak hanya memperhatikan unsur kandungan makna tetapi juga sangat memperhatikan unsur estetika dari penggunaan bahasanya. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan beberapa gaya bahasa, yaitu penggunaan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, terdiri atas gaya klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi. Penggunaan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna ditemukan gaya bahasa retoris, terdiri atas aliterasi, asonansi, apofasis, apostrof, asindeton, eufemisme, litotes, histeron proteron, tautologi, perifrasis, hiperbol, paradoks, dan oksimoron; dan gaya bahasa kiasan yang terdiri atas simile, metafora, personifikasi, alusi, dan epitet.Kata kunci: pappaseng, stilistika, estetika, Bugis.  Language Aesthetics in Pappaseng Tradition of Bugis People: Stylistic Analysis The main issues in this research are the aesthetic aspects. Through this research, from its aesthetic aspect, particularly the use of language style that contained in appaseng language, that can be elaborated and lifted to the surface to be known and understood by the society and then put into practice. This research is descriptive qualitative research and had been examined used the stylistics approach. The data collected in this research was done by interview and library research. The data was analyzed using reading-observing technique and also using the recording technique to categorizing the data according to its type. The result shows that the creation of appaseng by the Buginese ancestor was not only paid attention to the meaning but also in the aesthetic aspects of its language use. It can be seen in the use of some language style, which is language style according to its sentence structure, which consists of climax, anti-climax, parallelism, antithesis, and repetition. The using of language style according to whether there are any rhetoric styles had been found, consist of alliteration, assonance, apophasis, apostrophe, asyndeton, euphemism, litotes, hysteron porteron, tautology, periphrase, hyperbole, paradox, oxymoron; and the analogy style that consist of simile, metaphor, personification, allusion, and epithet. Key words: pappaseng, stylistics, aesthetics, Buginese.  
INTERFERENSI BAHASA DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER Andi Indah Yulianti
TELAGA BAHASA Vol 4, No 1 (2016): TELAGA BAHASA VOL.4 NO.1 TAHUN 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v4i1.189

Abstract

Media sosial memberi dampak  yang  begitu besar di kalangan penggunanya. Semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial, semakin luas gaya yang diketahuinya. Secara umum, masalah yang ingin dijawab adalah bagaimana pengaruh media sosial terhadap interferensi dalam bahasa Indonesia. Apakah penggunaan media jejaring sosial dapat memengaruhi penggunaan gaya berbahasa pengguna media sosial. Lingkup penelitian dibatasi pada pengguna media sosial Twitter. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi. Data dikumpulkan melalui pengamatan dan pencatatan bahasa-bahasa gaul yang diposting di media sosial Twitter. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menjelaskan hasil temuan di lapangan serta memberi solusi atau pemecahan atas masalah yang terdapat dalam penggunaan bahasa di media sosial. Pada kicauan pengguna Twitter, ditemukan adanya interferensi fonologi, interferensi morfologi, insterferensi semantik, interferensi sintaksis, dan interferensi leksikal.Kata kunci: perkembangan bahasa, interferensi, media sosial.Language Interference in TwitterSocial media has a huge impact on users. The higher the intensity of the use of social media, the more widely known style. In general, the problem to be answered is how the influence of social media on interference in the Indonesian language. Is the use of social networking media could affect the use of social media users' speaking styles. The scope of research is limited to Twitter social media users. The method used is the method of observation. Data were collected through observation and recording of slang posted on Twitter. The analysis technique used in this study is a qualitative descriptive technique, which describes and explains the findings in the field and provides solutions or solutions to the concerns expressed  in the use of language on Twitter.It is found that there are phonological interference, morphological interference, semantic interference, syntactic interference, and lexical interference.Keywords: language development, interference, social media.           

Page 1 of 1 | Total Record : 9