cover
Contact Name
Syarifah Gustiawati Mukri
Contact Email
mizan@uika-bogor.ac.id
Phone
+6281289705595
Journal Mail Official
mizan@uika-bogor.ac.id
Editorial Address
Fakultas Agama Islam UIKA Bogor Jl. H. Sholeh Iskandar Bogor Jawa Barat
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Mizan: Journal of Islamic Law
ISSN : 2598974X     EISSN : 25986252     DOI : 10.32507
Mizan: Journal of Islamic Law is a peer-reviewed journal on Islamic Family Law, Syari’ah and Islamic Studies his journal is published by the Islamic Faculty, Ibn Khaldun University of Bogor, in partnership with APSI (Association of Islamic Indonesia Lawyer). Editors welcome scholars, researchers and practitioners of Islamic Law around the world to submit scholarly articles to be published through this journal. All articles will be reviewed by experts before accepted for publication. Each author is solely responsible for the content of published articles. This journal encompasses original research articles, review articles, and short communications, including Islamic Family Law, Syari’ah, and Islamic Studies.
Arjuna Subject : Ilmu Sosial - Hukum
Articles 243 Documents
Kekuatan Saksi Anak Sebagai Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Persetubuhan Terhadap Anak Amrizal Siagian; Esi Sumarsih
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 4, No 2 (2020): MIZAN: Journal of Islamic Law
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v4i2.815

Abstract

The validity of the child’s statement has the power for the judge. There is no obligation for the judge to accept the truth of every statement of a child’s testimony in a proof of its strength is not categorized as a tool witness evidence, but as guiding evidence.  The theory that the writer uses as a tool for analyzing is the theory of negative evidence. In addition, to using evidence as stated in the law, it also uses the conviction of the judge. The method used is normative juridical, namely by covering the library material in the form of primary, secondary and tertiary materials. The result of the research stated that the law only regulates the rights of children to express his opinion, seek and provide information according to the level of intelligence and age. Based on the legal provisions that children are not charged to be sworn in. And its legal force is considered as evidence. However, the statement can be used as additional valid evidence. Likewise, in the concept of Islamic criminal law that a person becomes a witness related to the concept of tahamul and ada, namely the ability to maintain and to show a tragedy and the ability to present it correctly.Keywords: Witnesses, Testimony of Children, Criminal Acts, Sexual Intercouse AbstrakKeabsahan keterangan anak mempunyai nilai kekuatan pembuktian bagi hakim. Tidak ada keharusan bagi hakim untuk menerima kebenaran setiap keterangan saksi anak, karena keterangan anak dalam suatu pembuktian, kekuatannya bukan sebagai alat bukti saksi melainkan sebagai bukti petunjuk. Teori yang penulis gunakan sebagai pisau analisis adalah teori pembuktian negatif, selain menggunakan alat-alat bukti yang dicantumkan di dalam undang-undang, juga menggunakan keyakinan hakim. Sementara metode yang digunakan adalah yuridis normatif, yaitu dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka baik berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dalam undang-undang hanya diatur tentang hak-hak anak untuk menyatakan pendapatnya, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya. Sebagaimana berdasarkan ketentuan hukum bahwa anak tidak dibebankan untuk disumpah. Dan kekuatan hukumnya pun dianggap sebagai alat bukti, namun keterangannya dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti yang sah. Demikian juga dalam konsep hukum acara pidana Islam bahwa seseorang menjadi saksi berhubungan dengan konsep tahammul dan ada’, yaitu kesanggupan memelihara dan mengingat suatu peristiwa dan kesanggupan untuk mengemukakan peristiwa tersebut dengan benar.Kata kunci: saksi, kesaksian anak, tindak pidana, persetubuhan
Redaksi Jurnal mizan jm
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 1, No 2 (2013): Mizan
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v1i2.129

Abstract

Penerapan Nafkah Mut’ah Pada Perkara Cerai Talak Qobla Dukhul Rusdi Rizki Lubis
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 3, No 2 (2015): Mizan
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v3i2.164

Abstract

Abstract: This study aims to determine the application Mut'a living in divorce cases divorce qobla dukhul, by analyzing the contradiction between Bekasi Religious Court Decision No. 0049 / Pdt.G / 2012 / Pa.Bks. which do not provide a living to the divorced wife mut'a qobla dukhul the High Court Religion Bandung, which provide a living to the divorced wife mut'ah qobla dukhul. This study used a qualitative method with normative juridical approach. Interviews were conducted with the Chief Justice of Bandung Religious High Court decides case number 239/Pdt.G/ 2012/PTA.Bdg. Related legal considerations judges regarding the right to receive livelihood mut'a divorce for the divorced wife qobla dukhul. The results showed that living Mut'a should still be given to the divorced wife divorce qobla dukhul if it is not proved that the cause of the dukhul qobla is nusyuz of the wife.Keywords: Divorced Separations, Livelihoods Mut'ah, Qobla DukhulAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan nafkah mut’ah pada perkara cerai talak qobla dukhul, dengan menganalisis kontradiksi antara Putusan Pengadilan Agama Bekasi No. 0049/Pdt.G/2012/Pa.Bks. yang tidak memberikan nafkah mut’ah kepada istri yang dicerai qobla dukhul dengan Putusan Pengadilan Tinggi Agama Bandung, yang memberikan nafkah mut’ah kepada istri yang dicerai qobla dukhul. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif. Wawancara dilakukan dengan Ketua Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang memutuskan perkara nomor 239/Pdt.G/2012/PTA.Bdg. terkait pertimbangan hukum hakim mengenai hak menerima nafkah mut’ah bagi istri yang dicerai talak qobla dukhul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nafkah mut’ah tetap harus diberikan kepada istri yang dicerai talak qobla dukhul apabila tidak terbukti bahwa penyebab qobla dukhul tersebut adalah nusyuz dari pihak istri.Kata Kunci: Cerai Talak, Nafkah Mut’ah, Qobla Dukhul
Redaktur Jurnal mizan jm
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 5, No 1 (2017): Mizan
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v5i1.198

Abstract

Indikasi Sosiologis Terjadinya Poligami Di kalangan Masyarakat Bogor Mukhtar mukhtar; Nur Amaliah
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 1, No 1 (2013): Mizan: Jurnal Ilmu Syariah
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v1i1.120

Abstract

Abstract: Polygamy is one form of marriage is debated by the public, either supporting or were refused, they give a different argument. Sociologically, the act of polygamy is still viewed percussion by the people of Indonesia, including the area of Bogor, West Java. They are looking at someone who is polygamous are very powerful in economic matters, being able to feed the whole family, but others consider that polygamy is bad for hurting woman and unfaithful to his first wife. Variety perspective is then deemed necessary to do research on sociological indication of Bogor on polygamy.Keywords: Polygamy, Bogor Society, Sociological IndicationsAbstrak: Poligami adalah salah satu bentuk perkawinan yang diperdebatkan oleh publik, baik yang mendukung ataupun yang menolak, mereka memberikan argumentasi yang berbeda-beda. Secara sosiologis, perbuatan poligami masih dipandang tabuh oleh masyarakat Indonesia, termasuk daerah Bogor Jawa Barat. Mereka memandang seseorang yang melakukan poligami sangatlah hebat dalam masalah ekonomi, karena mampu menafkahi seluruh anggota keluarga, tetapi ada pula yang menganggap bahwa perilaku poligaminya sangatlah buruk, karena telah menyakiti wanita dan tidak setia pada istri pertamanya. Ragam perspektif inilah yang kemudian dipandang perlu untuk melakukan penelitian terhadap indikasi sosiologis masyarakat bogor terhadap poligami.Kata Kunci: Poligami, Masyarakat Bogor, Indikasi Sosiologis
Politik Hukum Pemerintahan Islam Pasca Nabi Muhammad Saw Hidayatulloh Hidayatulloh
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 3, No 1 (2015): Mizan
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v3i1.155

Abstract

Abstract: The leadership transition after Prophet Muhammad seems to be attractive which is seen from political legal administration. This article examines the period of Umar bin Khattab’s leadership as the second caliph of Islamic history. Many legacies of national policy in his period which had changed the political aspects of Islamic administration and had been the main resources for heads of state up to now. Responsive legal politics became one of the superiorities of others. Using normative legal research, this article used second sources taken from many scientific sources. Afterwards the author explains many sources with historical approach to get systematic knowledge.Keywords: Legal Politics, Umar bin Khattab, Political TransitionAbstrak: Transisi kepemimpinan pasca Nabi Muhammad SAW memiliki daya tarik dari sisi politik hukum pemerintahan. Tulisan ini mengkaji masa kepemimpinan Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam. Banyak warisan kebijakan negara di masanya yang telah mengubah aspek-aspek politik hukum pemerintahan Islam dan telah menjadi referensi utama bagi pemimpin negara hingga saat ini. Politik hukum responsif menjadi salah satu keunggulan dari banyak keunggulan lainnya. Dengan metode penelitian hukum normatif, tulisan ini menggunakan data sekunder yang diambil dari beberapa literatur ilmiah. Kemudian penulis menguraikan bebagai sumber data dengan pendekatan sejarah untuk menghasilkan kajian yang sistematis.Keywords: politik hukum, Umar bin Khattab, transisi politik
Kepastian Hukum Kepailitan Bagi Kreditur dan Debitur Pada Pengadilan Niaga Indonesia Syafrudin Makmur
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 4, No 2 (2016): Mizan
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v4i2.187

Abstract

Abstract: Bankruptcy originated from debtors who did not repay the debt in time for some reason, resulting in assets of the debtor, whether movable or immovable, either existing or that will exist in the future, which is collateral for the debt can be sold to a source repayment of its debt. Assets of the debtor becomes collateral not only be used to pay debts, but also becomes the collateral for all other liabilities arising out of other engagement-engagement or liabilities arising from the legislation. The main objective in a process in the face of the Court is to obtain the Judge's decision is legally binding. However, any decision handed down by Judge does not necessarily guarantee the juridical truth, because the decision was not free from mistakes and kekilafan, even impossible to be impartial.Keyword: Bankrupty, debtors, creditorAbstrak: Kepailitan berawal dari debitor yang tidak dapat melunasi utang pada waktunya karena suatu alasan tertentu, berakibat harta kekayaan debitor dapat dijual untuk menjadi sumber pelunasan utang-utangnya. Harta kekayaan debitor yang menjadi agunan tersebut tidak hanya digunakan untuk membayar utangnya, tetapi juga menjadi agunan bagi semua kewajiban lain yang timbul karena perikatan-perikatan lain maupun kewajiban yang timbul karena undangundang. Tujuan utama dalam suatu proses di muka Pengadilan adalah untuk memperoleh putusan Hakim yang berkekuatan hukum tetap. Akan tetapi, setiap putusan yang dijatuhkan oleh Hakim belum tentu dapat menjamin kebenaran secara yuridis, karena putusan itu tidak lepas dari kekeliruan dan kekilafan, bahkan tidak mustahil bersifat memihak.Kata Kunci: Pailit, debitor, kreditor
Tradisi Mahar dalam Budaya Sunda Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam Fahmi Irfani; Hamidah Hamidah
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 4, No 1 (2020): MIZAN
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v4i1.613

Abstract

AbstractThis article aims to describe the local traditions and culture of the Sundanese people in terms of marriage. Mahar or 'Seserah' in Sundanese culture is one thing that is required to exist before the bride and groom pass the consent process of Kabul, as well as in Islamic teachings. Cultural assimilation and diffusion is an inevitable thing between Islam and local culture in Indonesia, thus presenting a distinctive culture. This can be seen in the traditions and culture of the Sundanese people themselves. This research method uses a field approach, namely by collecting data conducted by interviews and documentation to be able to analyze the extent of the perspective of Islamic law and dowry traditions in the Sundanese culture. The location of the study was conducted in Banten and West Java. The choice of location is considered to represent the culture of Sundanese people. The results of this study are dowry or surrender in the tradition of Sundanese people does not conflict in Islamic law, there are precisely maslahah and contain elements of living.Keywords: Mahar, Marriage, Sundanese Cultural Traditions, Islamic Law AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan tradisi lokal dan budaya masyarakat Sunda dalam hal perkawinan. Mahar atau 'Seserahan' dalam budaya Sunda menjadi satu hal yang diwajibkan ada sebelum pasangan pengantin melangsungkan prosesi ijab kabul, begitupun dalam ajaran Islam. Asimilasi budaya dan difusi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan antara Islam dan kebudayaan lokal di Indonesia, sehingga menampilkan kultur yang khas. Hal ini terlihat di dalam tradisi dan budaya masyarakat Sunda itu sendiri. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan, yaitu dengan melakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi untuk dapat menganalisa sejauhmana perspektif hukum Islam dan tradisi mahar di dalam budaya masyarakat Sunda tersebut. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Banten dan Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dianggap telah merepresentasikan budaya masyarakat Sunda. Adapun hasil penelitian ini adalah mahar atau seserahan dalam tradisi masyarakat Sunda tidak bertentangan dalam hukum Islam, justru terdapat maslahah dan mengandung unsur nafkah.Kata Kunci: Mahar, Perkawinan, Tradisi Budaya Sunda, Hukum Islam
Resepsi Pernikahan (Dasar Hukum dan Urgensinya Terhadap Perceraian) Ahmad Farhan Subhi
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 2, No 2 (2014): Mizan
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v2i2.144

Abstract

Abstract: Organizing and attending a wedding reception is a common thing in society, but not many people know the legal basis and purpose the implementation, so in some cases divorce wedding reception was one reason for the occurrence of a divorce as contained in Bogor Religious Court decision number 583/Pdt .G/2012/PA.Bgr. This happens due to harm the public perception of a wedding reception recently become a way of life (life style).Keyword: Reseption, Wedding, DivorceAbstrak: Menyelenggarakan dan menghadiri resepsi pernikahan merupakan suatu hal yang lazim di tengah masyarakat, namun tidak banyak yang mengetahui dasar hukum dan tujuan pelaksanaannya, sehingga pada beberapa kasus perceraian resepsi pernikahan menjadi satu alasan terjadinya suatu perceraian sebagaimana yang terdapat dalam putusan Pengadilan Agama Bogor Nomor: 583/Pdt.G/2012/PA.Bgr. Hal tersebut terjadi akibat salahnya persepsi masyarakat terhadap resepsi pernikahan yang belakangan ini menjadi gaya hidup (life style).Kata Kunci : Resepsi Pernikahan, Perceraian.
Nafkah Iddah Pada Perkara Cerai Gugat Erwin Hikmatiar
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 4, No 1 (2016): Mizan
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v4i1.178

Abstract

Abstract: Divorce in marriage is a breaker strap between husband and wife. Divorce is a result of not harmonious relationship between husband and wife in rights and obligations within a family. However, divorce does not mean the loss of the husband's responsibility to provide a living to the former wife. There are still some provisions that require the husband to provide maintenance to his wife after the divorce. The debate then appear in their duty to provide a living idda on simply believing divorce is final. Keywords: Livelihoods, the waiting period, Divorced Sues.  Abstrak: Perceraian dalam perkawinan merupakan pemutus tali pengikat antara suami dan isteri. Perceraian terjadi akibat dari tidak harmonisnya hubungan antara suami dan isteri dalam menjalankan hak dan kewajibannya di dalam sebuah keluarga. Akan tetapi, adanya perceraian bukan berarti lepasnya tanggung jawab suami untuk memberikan nafkah kepada mantan Istri. Masih ada beberapa ketentuan yang mewajibkan kepada sang suami untuk memberikan nafkah kepada sang istri pasca diputusnya perceraian. Perdebatan kemudian muncul dalam hal kewajiban memberikan nafkah iddah pada percara cerai gugat.  Kata Kunci: Nafkah, Iddah, Cerai Gugat.

Page 5 of 25 | Total Record : 243