Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

PENGUASA DAN KEKUASAAN DALAM PANDANGAN KOMUNIKASI POLITIK MACHIAVELLI mukhtar mukhtar
Komunikologi: Jurnal Pengembangan Ilmu Komunikasi dan Sosial Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30829/komunikologi.v2i1.5458

Abstract

Pemikiran politik kekuasaan Machiavelli adalah bagaimana kekuasaan ini diraih dan dipertahankan. Sumber kekuasaan bagi Machiavelli adalah negara, oleh karena itu negara dalam pandangannya memiliki kedaulatan dan kedudukan tertinggi Kekuasaan menurut machiavelli bersandar pada pengalaman manusia. Menurut Machiavelli, Kekuasaan memiliki otonomi terpisah dari nilai moral. Karena menurutnya, kekuasaan bukanlah alat untuk mengabdi pada kebajikan, keadilan dan kebebasan dari tuhan, melainkan kekuasaan sebagai alat untuk mengabdi pada kepentingan negara.Machiavelli memahami kekuasaan memiliki tujuan menyelamatkan kehidupan negara dan mempertahankan kemerdekaan. Machiavelli menegaskan, untuk mempertahankan kekuasaan, seorang penguasa diperbolehkan berbohong, menipu dan menindas. Pandangan ini bukan sebagai nasehat politik, melainkan machiavelli memandang kekuasaan memang tak semurni dunia surgawi. sebagaimana situasi pada zaman pertengahan dan pra renaissance. Dalam pandangannya, kekuasaan adalah dunia yang penuh intrik, kekejian dan ketololan. Kekuasaan yang menerapkan menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya. Penguasa berhak melanggar hak-hak rakyatnya bilamana dianggap menghalangi tujuan dan cita-cita penguasa. Machiavilli berpendapat bahwa manusia beradab hampir pasti akan menyeimbangi egositas yang tidak bermoral. Jika seseorang menginginkan untuk mendirikan Negara Republik, Machiavelli mengungkapkan, ia akan merasa lebih mudah untuk meraihnya, dibandingkan dengan seseorang dari kota besar, karena yang kondisinya sudah rusak. Jika seorang egois yang tidak bermoral, dia akan bijak dalam bertindak serta tetap menyesuaikan dengan kondisi yang sedang dihadapi.
Integrasi Pertanian, Kehutanan, dan Peternakan (Agrosilvopastural) di Wilayah DAS Laeya Kabupaten Konawe Selatan Deki Zulkarnain; Kahirun Kahirun; Mukhtar Mukhtar; Abdi Abdi; La Ode Jabuddin
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.88 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.6967

Abstract

 ABSTRAK Konsep agrosilvopastural merupakan salah satu komponen dari konsep agroforestri, yakni pengkombinasian antara komponen pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi  jenis usaha agrosilvopastural, (2) menganalisis karakteristik pelaku usaha agrosilvopastural dan (3) menganalisis keragaan usaha agrosilvopastural di wilayah sekitar DAS Laeya. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bermukim di wilayah hulu dan hilir DAS Laeya dengan jumlah 51 rumah tangga. Analisis yang digunakan dalam kajian ini analisis deskriptif, pendapatan, analisis R/C-ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Jenis usaha agrosilvopastural di wilayah sekitar DAS Laeya Kabupaten Konawe Selatan meliputi; (a) Tanaman pangan, palawija, dan hortikultura (semusim), yang terdiri dari;  padi ladang, padi sawah, jagung, cabai, serta jenis sayur-sayuran dan buah-buahan, (b) Tanaman perkebunan (tahunan) yang terdiri dari; jambu mete, lada, dan kelapa sawit, (c) Tanaman kehutanan yang terdiri dari; jati lokal, jati putih, jabon, dan kayu biti, dan (d) Peternakan yang terdiri dari; sapi bali, unggas lokal, dan kambing. Berdasarkan hasil analisis R/C ratio dan B/C ratio, bahwa usaha agrosilvopastural di wilayah hulu dan hilir DAS Laeya Kabupaten Konawe Selatan layak untuk dijadikan sebagai objek pengembangan usaha agrosivopastural, dengan rata-rata nilai R/C ratio sebesar 4,02 dan B/C ratio sebesar 3,02.Kata kunci:  integrasi pertanian, kehutanan, peternakanABSTRACTThe agrosilvopastural concept is one component of the concept of agroforestry, namely the combination of agricultural components with forestry and livestock / animal. This study aims to: (1) identify the type of agrosilvopastural business, (2) analyze the characteristics of agrosilvopastural business actors and (3) analyze the performance of agrosilvopastural businesses in the area around the Laeya watershed. Respondents in this study were people living in the upstream and downstream areas of the Laeya watershed with a total of 51 households. The analysis used in this study was descriptive analysis, income, R/C-ratio analysis. The results showed that: Types of agrosilvopastural businesses in the area around the Laeya watershed in South Konawe Regency include; (a) Food crops, secondary crops and horticulture (annuals), which consist of; field rice, paddy rice, corn, chili, and types of vegetables and fruits, (b) Plantation crops (annual) consisting of; cashew, pepper, and oil palm, (c) Forestry plants consisting of; local teak, white teak, jabon, and biti wood, and (d) Livestock consisting of; Bali cattle, local poultry, and goats. Based on the results of the  /C ratio and B/C ratio, that the agrosilvopastural effort in the upstream and downstream areas of the Laeya watershed in Konawe Selatan Regency is feasible to be used as an object of developing agro-ventricural enterprises, with an average R / C ratio of 4.02 and B / C ratio of 3.02.Keywords: integration of agriculture, forestry. livestock
Penampilan Produksi Sapi Aceh Umur Satu Hari, Umur Sapih, dan Umur Satu Tahun Ikhsanuddin Ikhsanuddin; V.M. Ani Nurgiartiningsih; Kuswati Kuswati; Mukhtar Mukhtar
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 5, No 3 (2018): JITRO, September
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.785 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v5i3.4885

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi sapi aceh di BPTU-HPT Indrapuri Aceh. Materi penelitian yaitu sapi aceh umur satu hari, umur sapih, dan umur satu tahun sebanyak 159 ekor. Metode penelitian adalah studi kasus berdasarkan data bobot lahir, bobot sapih, bobot satu tahun beserta ukuran tubuhnya. Data dianalisis menunjukkan bahwa sapi jantan memiliki bobot lahir 13,66±1,08 kg, bobot umur 205 hari 71,60±7,92 kg dan bobot  umur 365 hari 104,66±11,72 kg.  Sapi betina memiliki bobot lahir 13,88±1,32 kg, bobot umur 205 hari 64,38 ± 10,36 kg dan bobot umur 365 hari 90,29±11,95 kg. Sapi Aceh umur satu hari memiliki lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak berturut-turut  55,41 cm, 46,16 cm  dan 55,22 cm pada sapi jantan serta 55,87 cm, 46,83 cm, dan 55,74 cm pada sapi betina. Sapi aceh umur 365 hari memiliki ukuran lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak berturut-turut 114,32 cm, 94,31 cm dan 92,93 cm pada sapi jantan serta 104,25 cm, 85,06 dan 87,71 cm pada sapi betina. Rata-rata penampilan produksi sapi aceh di BPTU Indrapuri  berpotensi menjadi ternak unggul berdasarkan kriteria SNI.Kata Kunci: sapi aceh, penampilan produksi, bobot badan, ukuran tubuhABSTRACTThis study aimed to evaluate the productive performance of aceh cattle at Indrapuri Breeding Center for Superior Livestock and Forage. A total of 159 heads of aceh cattle were used in this study. The method used was a case study based on the data of birth weight, weaning weight, yearling weight, and body size. The results showed that the birth weight, weaning weight at 205 days of age, and yearling weight at 365 days of age of male aceh cattle were 13.66±1.08 kg, 71.60±7.92 kg, and 104.66±11.72 kg, respectively. Whereas, female aceh cattle had the birth weight, weaning weight at 205 days of age, and yearling weight at 365 days of age of 13.88±1.32 kg, 64.38±10.36 kg, and 90.29±11.95 kg, respectively. At birth, male Aceh cattle had the chest circumference, body length, and shoulder height of 55.41 cm, 46.16 cm, and 55.22 cm, respectively, while female aceh cattle were 55.87 cm, 46.83 cm, and 55.74 cm, respectively. At 365 days of age, male aceh cattle had the chest circumference, body length, and shoulder height of 114.32 cm, 94.31 cm, and 92.93 cm, respectively, while female aceh cattle were 104.25 cm, 85.06 cm, and 87.71 cm, respectively. The average productive performance of aceh cattle at Indrapuri Breeding Center for Superior Livestock and Forage has the potential to become superior cattle based on the criteria of Indonesian National Standard.Keywords: aceh cattle, performance, body weight, body size
HUBUNGAN SELF-EFFICACY DOSEN DENGAN SELF-EFFICACY MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI SEMESTER GANJIL 2015/2016 UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA Damanhuri Damanhuri; Lukman Nulhakim; Mukhtar Mukhtar
JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar) Vol 2, No 1 (2016): JPS (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar)
Publisher : Department of Primary education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Su

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.331 KB) | DOI: 10.30870/jpsd.v2i1.666

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) tingkat self-efficacy dosen yang sesang membimbing skripsi mahasiswa di semester ganjil 2015/2016, FKIP Untirta, 2) tingkat self-efficacy mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di semester ganjil 2015/2016 FKIP Untirta, 3) hubungan self-efficacy dosen dalam membimbing skripsi mahasiswa dan self-efficacy mahasiswa dalam menyusun skripsi di semester ganjil 2015/2016, FKIP Untirta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan penggujian korelasi. Subjek penelitian adalah dosen dan mahasiswa yang sedang membimbing dan menyusun skripsi. Instrument penelitian berupa angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan self-efficacy antara dosen dan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi pada semester ganjil 2015/2016. Kata Kunci: Self Efficacy mahasiswa dan dosen   Abstact. Thesis is a task which is composed of students as evidence of learning for undergraduate education. in the process of preparation of the thesis students will encounter obstacles different and beliefs that can vary to deal. this will affect the time required to complete the thesis, these problems, researchers wanted to test relationship with self-efficacy lecture and students are in compiling thesis odd semester 2015/2016, faculty of teacher training and pedagogical, university of sultan ageng tirtayasa. the aim of research was to find out whether there relationship with self-efficacy lecture and students are in compiling thesis odd semester 2015/2016, faculty of teacher training and pedagogical, university of sultan ageng tirtayasa. This type of research used in this research is the survey method. This study is correlations, samples are student and lecture faculty of teacher training and pedagogical, university of sultan ageng tirtayasa. The result of research could be concluded as follows: (1) there is relational relationship with self-efficacy lecture and students are in compiling thesis odd semester 2015/2016, faculty of teacher training and pedagogical, university of sultan ageng tirtayasa.                                                                                Key Word: Self Efficacy, Studen and Lecture
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIS MAHASISWA DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS RENDAH Mukhtar Mukhtar
JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar) Vol 1, No 1 (2015): JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar)
Publisher : Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/jpsd.v1i1.711

Abstract

To improve students' understanding of mathematical subjects low grade math learning, it is necessary to use a model of learning that can improve the process of teaching and learning process. One model used is the learning model Contextual Teaching and Learning (CTL). The problems examined in this study is whether the use of the learning model Contextual Teaching and Learning (CTL) can improve student learning outcomes in subjects low grade math learning the academic year 2013-2014 at the University of Sultan Agung Tirtayas Guidance and Counseling Department PGSD. The result is the achievement of students who use learning methods Contextual Teaching and Learning (CTL) is better than the achievement of students who use conventional teaching methods Keywords: Contextual Teaching and Learning (CTL), Learning Mathematics and Mathematical Understanding
Peningkatan Kemampuan Matematis Pada Siswa Sekolah Dasar SD Negeri 2 Sumber Agung Melalui Pendekatan Jarimatika Ujang Jamaludin; Zerri Rahman Hakim; Mukhtar Mukhtar
JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar) Vol 3, No 1 (2017): JPSD (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar)
Publisher : Department of Primary education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Su

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.715 KB) | DOI: 10.30870/jpsd.v3i1.1084

Abstract

Abstrak. Kemampuan belajar siswa sekolah dasar cenderung terhambat, salah satunya mengalami kesulitan berhitung sehingga prestasi belajar matematikanya tidak maksimal. Metode jarimatika dapat dijadikan sebagai metode alternatif untuk belajar berhitung bagi siswa sekolah dasar karena memanfaatkan media jari tangan (indera peraba/ taktil) dalam aplikasinya. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh metode jarimatika terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SD Negeri 2 Sumber Agung Kota Serang. Subjek penelitian terdiri dari 38 siswa tunanetra sekolah dasar SD Negeri 2 Sumber Agung Kota Serang yang seluruhnya termasuk dalam kelompok eksperimen. Perlakuan yang diberikan berupa proses pembelajaran operasi hitung bilangan matematika menggunakan metode jarimatika dalam 4 kali pertemuan. Metode penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi Onegroup Pretest-Posttest Design dengan alat ukur berupa soal tes prestasi belajar matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari metode jarimatika terhadap prestasi belajar matematika siswa tunanetra sekolah dasar SD Negeri 2 Sumber Agung Kota Serang.   Kata Kunci: metode jarimatika, pembelajaran matematika, siswa sekolah dasar Abstract. The learning ability of primary school students tend to be stunted, one of whom had trouble counting to learn math achievement was not optimal. Jarimatika method can be used as an alternative method for learning math for elementary school students for use of the media fingers (tactile / tactile) in their applications. The research objective was to determine the effect of the method Jarimatika on mathematics achievement in students of SD Negeri 2 Great Source of Serang. Subjects consisted of 38 blind students of elementary school SD Negeri 2 Great Source Serang entirely included in the experimental group. The treatment is given in the form of learning math numbers arithmetic operations using Jarimatika in 4 meetings. This research method using quasi-experimental pretest-posttest design Onegroup measuring devices such as mathematics achievement test questions. The results showed that there was a significant effect of the method Jarimatika the mathematics achievement of primary school students with visual impairment SD Negeri 2 Great Source of Serang. Keywords: Jarimatika methods, mathematics, elementary school students
HUBUNGAN TINGKAT KONSENTRASI DENGAN KETEPATAN MEMANAH PADA ATLET PANAHAN ACEH ARCHERY SCHOOL BINAAN DISPORA KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2015 Mukhtar Mukhtar; Abdurrahman Abdurrahman; Ifwandi Ifwandi
Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Vol 3, No 1 (2017): FEBRUARI 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.617 KB)

Abstract

Penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Konsentrasi dengan Ketepatan Memanah Pada Atlet Panahan Aceh Archery School Binaan Dispora Kabupaten Bireuen Tahun 2015’’. Olahraga panahan merupakan perpaduan antara seni gerakan dan ketahanan mental untuk memperoleh skor tertinggi. Pada dasarnya olahraga panahan merupakan cabang olahraga yang membutuhkan sentuhan jiwa yang halus, kesabaran, keuletan, dan ketahanan mental. Untuk pencapaian prestasi dibutuhkan beberapa factor, salah satunya adalah tingkat konsentrasi yang sangat baik pada seorang atlet panahan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk memusatkan perhatian kepada tugas dengan tidak terganggu dan terpengaruhi oleh stimulus yang bersifat internal maupun eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsentrasi dengan ketepatan memanah pada atlet panahan aceh archery school binaan dispora kabupaten Bireuen tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet panahan aceh archery school binaan dispora kabupaten Bireuen tahun 2015 yang berjumlah 20 orang. Mengingat jumlah populasi yang relatif kecil, maka semua anggota populasi dijadikan sampel penelitian (total sampling). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus analisis korelasi sederhana. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi dengan ketepatan memanah pada atlet panahan aceh archery school binaan dispora kabupaten Bireuen tahun 2015 sebesar (r = 0,63) yang mana r adalah koefisien korelasi. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai Fh (F-hitung) = 3,43, sedangkan nilai Ft (F-tabel)  pada taraf signifikan 95% dengan db (n-k-1) adalah sebesar 2,81. Artinya nilai Fh = 3,43 nilai Ft = 2,81. Uraian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang penulis rumuskan yaitu: “terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi dengan ketepatan memanah pada atlet panahan aceh archery school binaan dispora kabupaten Bireuen tahun 2015’’. Kata Kunci: Konsentrasi, Ketepatan Memanah
Studi Komparatif Kedudukan Wali Dalam Pernikahan Menurut Imam Syafi-i dan Imam Hanafi Nida Chaerunnisa; Mukhtar Mukhtar
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 1, No 2 (2017): MIZAN
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v1i2.12

Abstract

Abstrack: The marriage guardian is a person  who acts on behalf of bride while the marriage contract, imam syafi’i and imam hanafi have differences and similarities of opinion, the difference is the syafi’i priest said that married there must be a guardian in the processsion  of marriage ceremony. Whetherthe is a gril or a widow, skeufu or not. The foundation of imam syafi’i god is fixed  on the hadith of the prophet which means ”unauthorized marriange without a guardian”. Therefore imam syafi’i has the guardian’s view is one of the pillars of marriage. While the hanafi imam argues that marriage without a guardian or marries himself or asks anyone outside the wali nasab. Whether the women is a girl or a widow sekufu or not, then it is permissible. The foundation of the hanafi priest on Nabi’s hadeeth means” widows should not be married after being consulted, and virgins should not be married unless they are asked for their approval”. Therefore hanafiyyah group argues that the guardian in marriage law is sunnat. As for the common opinion about the marriage guardian is imam syafi’i sai that married shoul present a guardian  in the procession of marriage contract whether the women is a girl or widow, sekufu or not. Likewise with the hanafi priest he argues that married should use ( there is) a guardian in the marriage contract. With the condition of married couples contract. With the condition of married  couples (men) who want to get married is not sekufu. The purpose of this thesis is to know the difference of opinion regarding the position of the guardian in marriage in the opinion of imam syaf’i and iamam hanafi. The research method used by the writer is descriptive qualitative with the type of research literature study, through this type of research the authors obtain various saurces of research that the authors need.      Keywords:Guardian, Marriage, Syafi’i, Hanafi. Abstrak: Wali nikah ialah seseorang yang bertindak atas nama mempelai perempuan saat akad nikah. Dalam mengenai wali nikah, Imam  Syafi’i dan Imam Hanafi memiliki perbedaan dan kesamaan pendapat, yang menjadi perbedaannya ialah Imam Syafi’I mengatakan bahwa menikah harus ada wali dalam prosesi akad nikah baik wanita itu seorang gadis ataupun janda, sekufu ataupun tidak, yang menjadi landasan Imam Syafi'i ialah tertuju pada hadits Nabi yang artinya" Tidak sah menikah tanpa adanya wali". Oleh karena itu imam syafi'i mempunyai pandangan bahwa wali adalah salah satu rukun dari pernikahan. sedangkan imam Hanafi berpendapat bahwa pernikahan tanpa wali atau menikahkan dirinya sendiri atau meminta orang lain di luar wali nasab, baik wanita itu gadis atau pun janda, sekufu atau tidak, maka hal tersebut di perbolehkan. Yang menjadi landasan Imam Hanafi pada hadits Nabi yang artinya" Janda tidak boleh dinikahkan kecuali setelah dimintai pendapat, dan perawan tidak boleh dinikahkan kecuali setelah dimintai persetujuannya". Oleh karena itu golongan Hanafiyyah berpendapat bahwa wali dalam pernikahan hukumnya adalah sunnat.Adapun yang menjadi kesamaan pendapat mengenai wali ialah Imam Syafi’i mengatakan bahwa menikah harus menghadirkan adanya wali dalam prosesi akad nikah baik wanita itu seorang gadis ataupun janda, sekufu ataupun tidak,  begitu juga dengan Imam Hanafi ia berpendapat bahwa menikah harus menggunakan (ada) wali dalam akad pernikahan, dengan syarat pasangan wanita (laki-laki) yang hendak menikah tidak sekufu. Tujuan dari skripsi ini yaitu untuk mengetahui kedudukan wali dalam pernikahan dan untuk mengetahui pandangan imam syafi'i dan Imam Hanafi tentang kedudukan wali dalam pernikahan. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis ialah deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian studi literatur.Melalui jenis penelitian ini penulis memperoleh berbagai macam sumber penelitian yang penulis butuhkan.Kata kunci: Wali, Pernikahan, Syafi’i, Hanafi.
Indikasi Sosiologis Terjadinya Poligami Di kalangan Masyarakat Bogor Mukhtar mukhtar; Nur Amaliah
Mizan: Journal of Islamic Law Vol 1, No 1 (2013): Mizan: Jurnal Ilmu Syariah
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32507/mizan.v1i1.120

Abstract

Abstract: Polygamy is one form of marriage is debated by the public, either supporting or were refused, they give a different argument. Sociologically, the act of polygamy is still viewed percussion by the people of Indonesia, including the area of Bogor, West Java. They are looking at someone who is polygamous are very powerful in economic matters, being able to feed the whole family, but others consider that polygamy is bad for hurting woman and unfaithful to his first wife. Variety perspective is then deemed necessary to do research on sociological indication of Bogor on polygamy.Keywords: Polygamy, Bogor Society, Sociological IndicationsAbstrak: Poligami adalah salah satu bentuk perkawinan yang diperdebatkan oleh publik, baik yang mendukung ataupun yang menolak, mereka memberikan argumentasi yang berbeda-beda. Secara sosiologis, perbuatan poligami masih dipandang tabuh oleh masyarakat Indonesia, termasuk daerah Bogor Jawa Barat. Mereka memandang seseorang yang melakukan poligami sangatlah hebat dalam masalah ekonomi, karena mampu menafkahi seluruh anggota keluarga, tetapi ada pula yang menganggap bahwa perilaku poligaminya sangatlah buruk, karena telah menyakiti wanita dan tidak setia pada istri pertamanya. Ragam perspektif inilah yang kemudian dipandang perlu untuk melakukan penelitian terhadap indikasi sosiologis masyarakat bogor terhadap poligami.Kata Kunci: Poligami, Masyarakat Bogor, Indikasi Sosiologis
Program Hutan Kemasyarakatan Berbasis Kearifan Lokal ; Studi Kasus Di Kawasan Hutan Lindung Sesaot Lombok Barat Mukhtar Mukhtar; Wardatul Jannah
JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan Vol 2, No 1 (2018): Volume 2 Nomor 1 JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan
Publisher : Mandala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.133 KB) | DOI: 10.36312/jisip.v2i1.612

Abstract

Program Hutan Kemasarakatan (HKm) di Nusa Tenggara Barat (NTB), diujicobakan sejak tahun 1995/1996, di areal kawasan hutan lindung Sesaot seluas 25 ha, dengan penggarap sebanyak 58 orang, dengan pola agroforestry. Pada tahun 1998 kemudian dilakukan evaluasi oleh Departemen Kehutanan. Hasilnya, tingkat keberhasilan mencapai 93 %. Terhadap keberhasilan tersebut, dilakukan perluasan mencapai 211 Ha, sehingga  total luasan areal mencapai 236 ha,  dengan jumlah penggarap mencapai 1.224 kepala keluarga. Dalam perkembangan pelaksanaan program HKm, terjadi sejumlah konflik, baik konflik vertikal antara masyarakat dengan aparat Dinas Kehutanan maupun konflik horizontal antar kelompok-kelompok tani penggarap. Menindaklanjuti konflik tersebut, pemerintah daerah melakukan pengembangan kelembagaan masyarakat berbasis nilai-nilai kearifan lokal yang dikenal dengan istilah awig-awig (aturan lokal pada Suku Sasak) pada tingkat kelompok dan tingkat kawasan. Kenyataan di lapangan, kondisi ekologis kawasan hutan lindung Sesaot mengalami penurunan. Debit Sungai Aik Nyet yang berada di kawasan hutan lindung Sesaot dalam kurun waktu enam tahun (1998-2002) telah terjadi penyusutan debit air sebesar 18,32 m3/detik. Artinya, pelibatan masyarakat melalui program HKm, bertolak belakang dengan kondisi ekologis kawasan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) memahami makna program HKm oleh masyarakat; (2) Memahami penerapan Awig-awig mengenai program HKm dan (3) memahami penerapan program HKm. Beberapa teori yang digunakan dalam menganalisa temuan penelitian antara lain teori ekologi manusia dan teori interaksional simbolik. Metode penelitian menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan studi kasus.  Sumber data atau informan adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan yang termasuk penggarap program HKm dan penggarap HKm non program, juga orang dari luar kawasan hutan yang dianggap relevan. Penentuan informan dilakukan dengan metode snowball sampling dan purposive. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara mendalam, studi dokumentasi dan triangulasi. Sedangkan analisa data dilakukan melalui analisa deskriptif menggunakan model Miles dan Huberman. Pengujian keabsahan data dan informasi, dilakukan dengan metode triangulasi dan pemeriksaan sejawat melalui diskusi. Hasil penelitian; Pertama, makna program HKm oleh masyarakat dipahami sebagai kesempatan untuk memperoleh hak kelola lahan di dalam kawasan hutan untuk kegiatan usaha tani. Akibatnya masyarakat cenderung berprilaku eksploitatif untuk memaksimalkan manfaat ekonomi lahan. Dalam kaitannya dengan fungsi konservasi, terjadi perbedaan pemahaman antara masyarakat dengan Dinas Kehutanan. Masyarakat memaknai konservasi dari keseluruhan vegetasi sebagai kesatuan fungsi ekonomi dan konservasi, sehingga pemanfaatan lahan lebih didominasi oleh tanaman MPTS. Dinas Kehutanan memaknai tanaman pohon untuk pengintegrasian fungsi konservasi guna mendukung manfaat ekonomi. Ke dua, Revitalisasi nilai Awig-awig sebagai aturan pelaksanaan program HKm masih dipandang sebagai simbolisasi nilai lokal. Dalam implementasinya belum efektif untuk mendukung pengintegrasian fungsi konservasi  dan fungsi ekonomi sesuai dengan tujuan program HKm. Dari 12 muatan aturan dalam Awig-awig kawasan, hanya tiga muatan aturan yang dijalankan dan sembilan muatan aturan belum efektif berjalan. Pelanggaran Awig-awig yang sulit ditangani terdiri dari sindikat pencurian kayu, perilaku perambahan hutan, praktek ganti rugi lahan dan penegakan komposisi tanam.Ke tiga, Penerapan program HKm oleh masyarakat belum efektif mendukung pelestarian sumberdaya hutan secara berkelanjutan. Penerapan yang dilakukan masih sebatas pada pelestarian jangka pendek. Hal itu disebabkan karena masyarakat lebih berorientasi pada pemenuhan keinginan, bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Berdasarkan hasil penelitian, dirumuskan saran akademis yakni pentingnya kajian lebih lanjut dari beberapa sudut pandang antara lain (i) kesesuaian luas lahan terhadap kecukupan ekonomi rumah tangga; (ii) Kesesuaian pola tanam untuk mendukung integrasi fungsi konservasi dengan fungsi ekonomi, (iii) perumusan model penguatan kelembagaan masyarakat berbasis nilai-nilai kearifan lokal dan pengetahuan ekologi lokal.Saran praktis, yakni (1) aspek tata kelola kawasan; diperlukan inventarisasi ulang tata batas kawasan, mendorong percepatan pemberian izin resmi kepada masyarakat dan melakukan rekonstruksi ulang kawasan yang ditetapkan sebagai lahan kelola HKm; (2) aspek tata kelola usaha; diperlukan intervensi program pengembangan usaha produktif melalui penguatan peran perempuan serta menggeser intensifikasi produksi di dalam kawasan hutan ke intensifikasi produksi di luar kawasan hutan dan (3) aspek tata kelola kelembagaan; untuk kelembagaan masyarakat diperlukan program penguatan kapasitas dan dukungan program untuk penguatan Awig-awig. Bagi kelembagaan pemerintah diperlukan komitmen terutama aparat-aparat yang di lapangan untuk melakukan penegakan hukum secara adil dan tidak bermain ganda  serta dukungan pengakuan formal terhadap Forum Kawasan.