cover
Contact Name
Ari Fadli
Contact Email
jurnal.jih@gmail.com
Phone
+6285643130146
Journal Mail Official
jurnal.jih@gmail.com
Editorial Address
Master of Legal Science, Faculty of Law, Universitas Jenderal Soedirman 2nd Floor, Yustisia II Building
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Idea Hukum
Core Subject : Social,
Focus of JIH is publishing the manuscript of outcome study, and conceptual ideas which specific in the sector of Law science. We are interested in topics which relate generally to Law issues in Indonesia and around the world. Articles submitted might cover topical issues in Criminal Law, Civil Law, International Law, Islamic Law, Agrarian Law, Administrative Law, Criminal Procedure Law, Commercial Law, Constitutional Law, Civil Procedural Law, Adat Law, Environmental Law,and etc
Arjuna Subject : Ilmu Sosial - Hukum
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Idea Hukum" : 10 Documents clear
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PEMBINAAN NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II.A PEREMPUAN SEMARANG, JAWA TENGAH Fadhila, Talitha; Angkasa, Angkasa; Retnaningrum, Dwi Hapsari
Jurnal Idea Hukum Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Idea Hukum
Publisher : MIH FH UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jih.2023.9.2.408

Abstract

AbstractThe implementation of coaching for correctional inmates or prisoners is based on systems, institutions and coaching methods which are expected to be in accordance with the goals of prisons, namely producing inmates who have good personalities and have independence. The aim of this research is to analyze the effectiveness of the implementation of the female prisoner development program and the obstacles to implementing the program at the Class II.A Women's Penitentiary in Semarang, Central Java. This research uses a sociological juridical type of legal research. In this research, the research specifications are qualitative descriptive. Data types and sources consist of primary data and secondary data. The data collection methods are interviews, observation, literature study and documentary study. Data processing methods consist of data reduction, data display, and data categorization. The data presentation method is carried out in the form of narrative text and qualitative matrices. Data analysis uses qualitative analysis methods. The results of the research and discussion indicate that the Class II.A Women's Penitentiary in Semarang, Central Java, implements its program based on the Decree of the Minister of Justice of the Republic of Indonesia Number: M.02-PK.04.10 of 1990 concerning the Pattern for the Development of Prisoners and Detainees, which is not yet effective. The obstacle can be seen from the legal structure factor, namely there are only 7 officers. Ideally, one officer will train around 7-8 inmates, but in reality 1 officer will train around 35-42 people out of a total of 295 inmates.Keywords : Effectiveness, Development, Female Prisoners. AbstrakPelaksanaan pembinaan kepada warga binaan pemasyarakatan atau narapidana bersumber pada sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang diharapkan dapat menghasilkan hasil yang ditargetkan sesuai dengan tujuan Lapas yang terwujud dari kinerja atas proses pembinaan yang dilakukan oleh pegawai agar dapat menghasilkan narapidana berkepribadian baik dan memiliki kemandirian. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis efektivitas pelaksanaan program pembinaan narapidana perempuan dan hambatan-hambatan pelaksanaan program pembinaan narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Perempuan  Semarang, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian hukum secara yuridis sosiologis, Dalam penelitian ini spesifikasi penelitian secara deskrtiptif kualitatif. Jenis dan sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Adapun metode pengumpulan data secara wawancara, observasi, studi kepustakaan dan studi dokumenter. Metode pengolahan data terdiri dari reduksi data, display data, dan kategorisasi data. Metode penyajian data dilakukan secara bentuk teks naratif dan matriks kualitatif. Analisis data menggunakan metode analisis kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pembinaan narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Perempuan Semarang, Jawa Tengah  didasarkan pada Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.02-PK.04.10 Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana dan Tahanan belum efektif. Hambatan-hambatan efektivitas pelaksanaan program pembinaan narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Perempuan  Semarang, Jawa Tengah, dapat dilihat dari faktor struktur hukum (legal structure) yakni petugas yang masih belum memadai hanya berjumlah 7 petugas.  Idealnya untuk satu petugas membina sekitar 7-8 orang warga binaan, tetapi dalam kenyataannya bahwa 1 petugas membina sekitar 35-42 orang dari jumlah 295 warga binaan.Kata kunci : Efektivitas, Pembinaan, Narapidana Perempuan.
MASA DEPAN PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DI INDONESIA BERDASARKAN KONTRUKSI HUKUM NON-CONVICTION BASED ASSET FORFEITURE Dharma, Widya Castrena Budi
Jurnal Idea Hukum Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Idea Hukum
Publisher : MIH FH UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jih.2023.9.2.385

Abstract

AbstractThis research aims to determine the legal construction of Non-Conviction Based Asset Confiscation in the Criminal Asset Confiscation Bill in Indonesia. Besides that, it also examines the Best Practice of Non-Conviction Based Asset Forfeiture as a concept for confiscation of criminal assets in several countries as well as prospective policies for implementing Non-Conviction Based Asset Forfeiture in Confiscation of Criminal Assets in Indonesia. This research was conducted through a statutory approach, a Conceptual Approach and a Comparative Approach. The results of the research show that the Non-Conviction Based Asset Forfeiture legal construction in the Criminal Asset Confiscation Bill in Indonesia is a new regulatory construction that allows the return of assets resulting from criminal acts without punishment in criminal courts. With this mechanism, there is an opportunity for the state to confiscate all assets that are suspected to be the proceeds of criminal acts and other assets that are suspected to be used or have been used as instruments (instrumentalities) for committing criminal acts. Best Practices for Non-Conviction Based Asset Forfeiture are currently only being implemented in common law states. The challenge of implementing non-conviction-based asset confiscation in the application of criminal assets in Indonesia must be in harmony and harmony with Human Rights. Based on this, the Asset Confiscation Bill must be enriched and updated, namely by studying the application of assets in civil law countries. Criminal asset confiscation must be carried out carefully and the Criminal Asset Confiscation Bill must regulate certain criminal acts.Keywords : Legal Construction, Asset Confiscation, Non-Conviction Based Asset Forfeiture. AbstrakPenelitian ini ditujukan untuk mengetahui kontruksi hukum Non-Conviction Based Asset Forfeiture dalam RUU Perampasan Aset Tindak Pidana di Indonesia. Selain itu juga mengkaji Best Practice  Non-Conviction Based Asset Forfeiture sebagai konsep perampasan aset tindak pidana di beberapa Negara serta prospektif tantangan penerapan Non-Conviction Based Asset Forfeiture dalam Perampasan Aset Tindak Pidana di Indonesia. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan perundang-undangan (Statute approach), pendekatan konsep (Conceptual approach), dan pendekatan perbandingan (Comparative approach). Hasil penelitian menunjukan bahwa, kontruksi hukum Non-Conviction Based Asset Forfeiture dalam RUU Perampasan Aset Tindak Pidana di Indonesia adalah suatu kontruksi pengaturan baru yang memungkinkan dilakukannya pengembalian aset hasil tindak pidana tanpa putusan pengadilan dalam perkara pidana. Dengan mekanisme ini, terbuka kesempatan bagi negara untuk merampas segala aset yang diduga merupakan hasil tindak pidana (proceed of crimes) dan aset-aset lain yang patut diduga akan digunakan atau telah digunakan sebagai sarana (instrumentalities) untuk melakukan tindak pidana. Best Practice Non-Conviction Based Asset Forfeiture saat ini baru dikaji di negara-negara common law. Tantangan penerapan non-conviction based asset forfeiture dalam perampasan aset tindak pidana di Indonesia harus selaras dan harmonis dengan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan hal tersebut maka RUU Perampasan Aset harus diperkaya dan diperbarui yaitu dengan kajian-kajian pemberlakuan perampasan aset di negara-negra civil law, Perampasan aset tindak pidana harus dilakukan secara cermat dan RUU perampasan aset tindak pidana harus mengatur tindak pidana tertentu.Kata Kunci : Kontruksi Hukum, Perampasan Aset, Non-Conviction Based Asset Forfeiture.
PENERAPAN PENDEKATAN YURIDIS DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERJANJIAN TERTUTUP BERDASARKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA (Studi Terhadap Putusan KPPU Nomor : 02/KPPU-I/2013 dan Putusan KPPU Nomor : 31/KPPU-I/2019) Rizqi, Aditya Maulana; Prihatinah, Tri Lisiani; Sulistyandari, Sulistyandari
Jurnal Idea Hukum Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Idea Hukum
Publisher : MIH FH UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jih.2023.9.2.333

Abstract

AbstractThe purpose of this study to analyze the application of a juridical approach to the issue of Closed Agreements and to analyze legal protection for other business actors who suffer losses due to the existence of Closed Agreements in KPPU Decision Number: 02/KPPU-I/2013 and KPPU Decision Number 31/KPPU-I/2019. The approach method used in this research is normative juridical, with a statutory approach, case approach and conceptual approach. The data source used is secondary data with primary and secondary legal materials. The analytical method used in this research is a qualitative normative analysis method. The research results show that the KPPU in resolving the issue of Closed Agreements in Decision No. 02/KPPU-I/2013 and Decision no. 31/KPPU-I/2019 is not based on Perkom no. 5 of 2011, so both decisions are considered inappropriate. Preventive and repressive legal protection for other business actors in Decision No. 02/KPPU-I/2013 has been accommodated. However, in Decision no. 31/KPPU-I/2019 has not accommodated it repressively. Therefore, the KPPU should, in resolving the issue of Closed Agreements, base it on Business Competition Supervisory Commission Regulation Number 5 of 2011 and Law Number 5 of 1999. Decision No. 02/KPPU-I/2013 a rule of reason approach should be taken. Meanwhile, Decision No. 31/KPPU-I/2019 a per se illegal approach should be taken. Apart from that, Law Number 5 of 1999 and the KPPU should provide legal protection for other business actors who are harmed both preventively and repressively due to the existence of Closed Agreements.Keywords : Juridical Approach, Legal Protection, Closed Agreement. AbstrakPenelitian ini ditujukan untuk menganalisis penerapan pendekatan yuridis terhadap permasalahan Perjanjian Tertutup. Selain itu,penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap pelaku usaha lain yang dirugikan akibat adanya Perjanjian Tertutup dalam Putusan KPPU Nomor : 02/KPPU-I/2013 dan Putusan KPPU Nomor 31/KPPU-I/2019. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, dengan metode pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus, dan pendekatan konseptual. Sumber data yang digunakan ialah data sekunder dengan bahan hukum primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis normatif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KPPU dalam menyelesaikan permasalahan Perjanjian Tertutup pada Putusan No. 02/KPPU-I/2013 dan Putusan No. 31/KPPU-I/2019 tidak berdasarkan Perkom no. 5 Tahun 2011, sehingga kedua keputusan tersebut dinilai tidak tepat. Perlindungan hukum yang bersifat preventif dan represif terhadap pelaku usaha lain dalam Putusan Nomor 02/KPPU-I/2013 telah diakomodir. Namun dalam Keputusan no. 31/KPPU-I/2019 belum mengakomodir hal tersebut secara represif. Oleh karena itu, hendaknya KPPU dalam menyelesaikan persoalan Perjanjian Tertutup harus mendasarkan pada Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 5 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Putusan Nomor 02/KPPU-I/2013 harus menggunakan pendekatan rule of Reason. diambil. Sementara itu, Keputusan Nomor 31/KPPU-I/2019 yang pendekatannya per se illegal harus diambil. Selain itu, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan KPPU hendaknya memberikan perlindungan hukum terhadap pelaku usaha lain yang dirugikan baik secara preventif maupun represif akibat adanya Perjanjian Tertutup.Kata Kunci : Pendekatan Yuridis, Perlindungan Hukum, Perjanjian Tertutup.
KEWENANGAN APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH DALAM MENENTUKAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA Dharma, Widya Castrena Budi
Jurnal Idea Hukum Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Idea Hukum
Publisher : MIH FH UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jih.2023.9.2.393

Abstract

AbstractIn the event that there is an investigation of a criminal act of corruption carried out by law enforcement officials in the implementation of an activity sourced from the State Budget (APBN) or Regional Budget (APBD), it must first be proven by the results of supervision / examination of state financial management responsibilities carried out by an institution that has the authority to do so. Based on the theory of the source of authority and the granting of authority, the Supreme Audit Agency (BPK) is a state institution that is attributively authorized to determine state financial losses in the implementation of the APBN and APBD. However, in practice, law enforcement officials coordinate and request official assistance from the government internal supervisory apparatus (APIP) in the context of calculating state financial losses in investigating corruption crimes.Keywords: BPK, APIP, state financial losses. AbstrakDalam hal terdapat penyidikan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam pelaksanakan suatu kegiatan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka harus dibuktikan terlebih dahulu dengan hasil pengawasan/pemeriksaan tangggung jawab pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh lembaga yang memiliki kewenangan untuk hal tersebut. Berdasarkan teori sumber wewenang dan pemberian wewenang, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan lembaga negara yang secara atribusi diberikan wewenang untuk menetapkan kerugian keuangan negara dalam palaksanaan APBN dan APBD. Namun dalam prakteknya aparat penegak hukum berkoordinasi dan meminta bantuan kedinasan kepada aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara dalam penyidikan tindak pidana korupsi.Kata Kunci: BPK, APIP, kerugian keuangan negara.
KEDUDUKAN HUKUM DAN HAK MENGGUGAT ORGANISASI DAN WARGA MASYARAKAT DALAM SENGKETA ONRECHTMATIGE OVERHEIDSDAAD PASCA PEMBERLAKUAN UU NO 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAH Andriana, Desmilia Eka; Fadli, Moh.; Setia Negara, Tunggul Anshari; Permadi, Iwan
Jurnal Idea Hukum Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Idea Hukum
Publisher : MIH FH UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jih.2023.9.2.438

Abstract

AbstractLaw no. 30 of 2014 concerning Government Administration is a material law that regulates the relationship between the State and citizens where the actions of Government Officials can be tested by the Administrative Court. This is normative juridical legal research, with Data Secunder. This research will analyze the legal position and right to sue organizations and community members regarding the Onrechtmatige Overheidsdaad dispute. The results that both organizations and community members have the right to sue and legal standing which is also regulated in the 2014 Law on Government Administration and other regulations. The 2014 Law is also explicitly aimed at citizens. Second, according to Article 51 paragraph (1) of Law no. 8 of 2011, organizations and community members are included in the applicant category. Third, discretionary policies can also be implemented by PTUN as long as the policy is for the sake of creating good government.Keywords: Legal Position, Right to Sue, Onrechtmatige Overheidsdaad Dispute. AbstrakUndang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Admi­nistrasi Pemerintahan ini merupakan hukum materiil yang mengatur hubungan antara Negara dengan warga negara dimana tindakan Pejabat Pemerintah memungkinkan untuk diuji oleh PTUN. Ini merupakan penelitian hukum yuridis normatif dengan data sekunder. Penelitian ini menganalisis kedudukan hukum dan hak menggugat organisasi dan warga masyarakat terhadap sengketa Onrechtmatige Overheidsdaad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik organisasi maupun warga masyarakat memiliki hak menggugat dan legal standing yang juga telah diatur dalam Undang-Undang Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dan peratuan lainnya. Secara eksplisit UU tahun 2014 tersebut juga ditujukan kepada warga masyarakat. Kedua, menurut Pasal 51 ayat (1) UU No. 8 Tahun 2011, organisasi dan warga masyarakat masuk kategori pemohon. Ketiga, kebijakan diskresi juga dapat dilakukan oleh PTUN selama kebijakan tersebut demi terciptanya pemerintahan yang baik.Kata Kunci: Kedudukan Hukum, Hak Menggugat, Sengketa Onrechtmatige Overheidsdaad.
PENEGAKAN HUKUM MENGENAI PELANGGARAN KODE ETIK ADVOKAT YANG DILAKUKAN OLEH SEORANG ADVOKAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT Saputra, Waridin Akip
Jurnal Idea Hukum Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Idea Hukum
Publisher : MIH FH UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jih.2023.9.2.422

Abstract

AbstractAdvocates are law enforcers who are tasked with providing legal assistance or legal services to people who are facing legal problems. Advocates have noble duties, obligations, and responsibilities, both to themselves, clients, courts, and God, as well as for the sake of upholding justice and truth. A code of ethics trial is clearly not the same as a conflict resolution trial as mentioned above, because ethics and law are two different things. Ethics is a collection of principles or values related to morals that requires a profession to not always be right but also be responsible. Meanwhile, the law is structured as a system based on norms to resolve conflicts and enforce public order. This paper itself will discuss the profession of advocate where in concept an advocate is an officer of the court (law enforcement). As law enforcers, ethical enforcement from the perspective of the advocate profession is very contextually discussed.Keywords: Law Enforcement, Advocate, Advocate Code of Ethics. AbstrakAdvokat merupakan salah satu penegak hukum yang bertugas memberikan bantuan hukum atau jasa hukum kepada masyarakat yang menghadapi masalah hukum. Advokat mempunyai tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang luhur, baik terhadap diri sendiri, klien, pengadilan, dan Tuhan, serta demi tegaknya keadilan dan kebenaran. Peradilan kode etik jelas tidak sama dengan peradilan yang menyelesaikan konflik sebagaimana disebutkan di atas, oleh karena etika dan hukum itu sendiri adalah dua hal yang berbeda. Etika merupakan kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan moral yang menuntut suatu profesi untuk tidak senantiasa benar saja tapi juga harus bertanggung jawab. Sementara itu, hukum disusun sebagai sistem yang dibuat berdasarkan norma guna menyelesaikan konflik dan menegakkan ketertiban umum. Tulisan ini sendiri akan membahas tentang profesi advokat dimana dalam konsepnya advokat adalah officer of the court (penegak hokum). Sebagai penegak hukum, penegakan etika dari perspektif profesi advokat sangat kontekstual dibahas.Kata Kunci: Penegakan Hukum, Advokat, Kode Etik Advokat. 
UPAYA UNIT KEAMANAN DAN KESELAMATAN SATUAN LALU LINTAS KEPOLISIAN (SATLANTAS POL) KARANGASEM DALAM MENCEGAH TINDAK PIDANA KECELAKAAN LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESORT KARANGASEM Putri, Novi Andini
Jurnal Idea Hukum Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Idea Hukum
Publisher : MIH FH UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jih.2023.9.2.433

Abstract

AbstrakSatuan Lalu Lintas kepolisian resor Karangasem sebagai bagian dari anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki peran penting dalam menanggulangai kecelakaan lalu lintas baik secara preventif maupun represif. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normative dengan dengan data sekunder yang tertdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tertier. Bahan-bahan hukum yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisa secara yuridis kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya unit keamanan dan keselamatan satuan lalu lintas dalam mencegah tindak pidana kecelakaan lalu lintas di kepolisian resor Karangasem, dan factor penghambatnya. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang menghambat Unit Keamanan dan Keselamatan Satuan lalu lintas dalam mencegah tindak pidana kecelakaan lalu lintas di Polres Karangasem, yaitu (1) Hambatan dalam Tindakan Preemtif berupa Kesadaran Tertib Berlalu Lintas sebagian Masyarakat Masih Rendah, dan Kompetensi Sebagian Guru Pendidikan Kewarganegaraan belum Memadai; (2) Hambatan dalam Tindakan Preventif berupa Personil Polisi Belum Memadai, dan Sarana Transportasi yang Belum Memadai;(3) Hambatan tindakan represif berupa, pengendara memiliki kekerabatan dengan polisi, dan apabila terjadi pelanggaran, pelanggar melarikan diri masuk desa.  Kata kunci: Lalu Lintas, Kecelakaan, dan Kepolisian.
Implementasi Sistem First to File Terhadap Pembatalan Merek Karena Itikad Tidak Baik (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 640 K/Pdt.Sus-HKI/2020) Vitadiani, Asri
Jurnal Idea Hukum Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Idea Hukum
Publisher : MIH FH UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jih.2023.9.2.424

Abstract

Trademarks as a form of protection for Intellectual Property Rights (IPR) have been used for a long time and have an important role, because the brand is one of the strategic efforts to promote business to the wider community. The number of creations causes the need to protect goods or services which in the production process use Intellectual Property Rights, to avoid the possibility of counterfeiting or unfair competition. Mark ownership rights based on laws and regulations are obtained through a constitutive registration system with the First to File principle, which means that trademark rights are acquired only for those who register for the first time. The reality is that there are still many cases of brand abuse committed by parties with bad intentions. The main issues discussed in this paper are the application of the First to File system in terms of ownership rights to the Samgong brand and the judge's considerations in deciding cases on the Supreme Court's decision Number 640 K/Pdt.Sus-HKI/2020. The type of research method used in this paper is a type of juridical-normative legal research method consisting of a statutory approach, a case approach and a conceptual approach. The results of the study on the decision of the Supreme Court Number 640 K/Pdt.Sus-HKI/2020 on the dispute over the Samgong brand, it can be said that the first to file system in the dispute has not been implemented. The judge also did not include international provisions as a consideration in deciding the dispute over the Samgong trademark. Keywords: Brand, First to File System, Bad Faith
EFEKTIVITAS SANKSI TINDAKAN DALAM PERADILAN PIDANA ANAK (Studi Pengadilan Negeri Purbalingga) Arifah, Neila Qurrotu Nour; wahyudi, setya; Retnaningrum, Dwi Hapsari
Jurnal Idea Hukum Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Idea Hukum
Publisher : MIH FH UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jih.2023.9.2.390

Abstract

AbstractLaw Number 11 of 2012 concerning the Juvenile Criminal Justice System regulates criminal sanctions and sanctions for actions against children. The Purbalingga District Court is one of the courts that applies sanctions in deciding cases of children in conflict with the law. In 2020 there was a court decision number 8/Pid.SusAnak/2020/PN.Pbg in the form of sanctions for the obligation to attend education at the Al Mujahadah Pagerandong Orphanage, Mrebet District, Purbalingga Regency for one year. The study's goal was to examine the effectiveness of imposing sanctions on perpetrators. criminal acts in the Purbalingga District Court's jurisdiction and impediments to enforcing sanctions against perpetrators of criminal acts in the Purbalingga District Court's jurisdiction. This research uses a sociological juridical approach with descriptive research specifications at the Purbalingga District Court and Purwokerto Bapas. The data sources in this research are primary data obtained through interviews and secondary data obtained through literature study which is presented in the form of descriptions and analyzed qualitatively. According to research findings, the effectiveness of imposing sanctions on criminal perpetrators in the juvenile criminal justice system under the jurisdiction of the Purbalingga district court has been effective because there has been no repetition of criminal acts. Legal substance, specifically the absence of relevant implementing regulations in the form of Government Regulations regarding actions that can be imposed on children, and legal structures, specifically a lack of coordination and human resources in terms of the number of community counselors, are impediments.Keywords: Effectivitness, Children, Action Sanctions, Juvenile Criminal Justice System. AbstrakUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak di dalamnya mengatur mengenai sanksi pidana dan sanksi tindakan terhadap anak. Pengadilan Negeri Purbalingga termasuk salah satu pengadilan yang menerapkan sanksi tindakan dalam memutus perkara anak yang berkonflik dengan hukum. Pada tahun 2020 terdapat putusan pengadilan nomor 8/Pid.SusAnak/2020/PN.Pbg berupa sanksi tindakan kewajiban mengikuti pendidikan di Panti Asuhan Al Mujahadah Pagerandong, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga selama satu tahun.Tujuan penelitian untuk menganalisis efektivitas penerapan sanksi tindakan terhadap pelaku tindak pidana dalam sistem peradilan pidana anak di wilayah hukum Pengadilan Negeri Purbalingga dan faktor penghambat dalam penerapan sanksi tindakan terhadap pelaku tindak pidana dalam sistem peradilan pidana anak di wilayah hukum Pengadilan Negeri Purbalingga. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis dengan spesifikasi penelitian deskriptif di Pengadilan Negeri Purbalingga dan Bapas Purwokerto. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data  primer dilakukan  dengan wawancara, data sekunder diperoleh dari studi pustaka. Data disajikan dalam bentuk uraian dan dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian efektivitas penerapan sanksi tindakan terhadap pelaku tindak pidana dalam sistem peradilan pidana anak di wilayah hukum pengadilan negeri Purbalingga sudah efektif karena belum ada pengulangan tindak pidana. Faktor penghambat meliputi substansi hukum yaitu belum ada peraturan pelaksanaan terkait berupa Peraturan Pemerintah tentang tindakan yang dapat dikenakan kepada anak dan struktur hukum yaitu kurangnya koordinasi serta kurangnya sumber daya manusia terkait jumlah pembimbing kemasyarakatan.Kata Kunci: Efektivitas, Anak, Sanksi Tindakan, Sistem Peradilan Pidana Anak.
PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT KETERANGAN HASIL SWAB ANTIGEN (Studi Putusan Nomor 283/Pid.B/2022/PN Tjk) Marojahan, Riandi
Jurnal Idea Hukum Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Idea Hukum
Publisher : MIH FH UNSOED

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jih.2023.9.2.425

Abstract

AbstractA crime that has recently occurred is the crime of falsifying a certificate of SWAB antigen results. Based on Decision Number 283/Pid.B/2022/PN Tjk, the Defendant Devi Susanti Binti Dirwan was legally and convincingly proven to have committed the crime of making a fake letter as regulated and punishable in Article 263 Paragraph (1) of the Criminal Code in the First Indictment.  The problem of this research is how the application of criminal sanctions against the perpetrators of the crime of falsification of antigen SWAB result certificate based on Decision Number 283/Pid.B/2022/PN Tjk? and How is the judge's consideration in deciding the case against the perpetrators of the crime of falsification of antigen SWAB result certificate based on Decision Number 283/Pid.B/2022/PN Tjk?. The research method uses normative and empirical juridical approaches. The types of data used are secondary data and primary data. Data collection through library research and field research. The data analysis used is qualitative juridical. The results showed that law enforcement against the perpetrator of the crime of falsifying the certificate of SWAB antigen results based on Decision Number 283/Pid.B/2022/PN Tjk the defendant was sentenced to imprisonment for 4 (four) years because he had violated the provisions of Article 263 Paragraph (1) of the Criminal Code.Keywords: Criminal Sanctions; Criminal act; Counterfeiting; Antigen SWAB. AbstrakTindak pidana yang baru-baru ini terjadi adalah tindak pidana pemalsuan surat keterangan hasil SWAB antigen. Berdasarkan Putusan Nomor 283/Pid.B/2022/PN Tjk menyatakan Terdakwa Devi Susanti Binti Dirwan, telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana telah membuat surat palsu sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 263 Ayat (1) KUHPidana dalam dakwaan Kesatu.  Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan surat keterangan hasil SWAB antigen berdasarkan Putusan Nomor 283/Pid.B/2022/PN Tjk? dan Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan surat keterangan hasil SWAB antigen berdasarkan Putusan Nomor 283/Pid.B/2022/PN Tjk?. Metode penelitian menggunakan pendekatan yuridis normatif dan empiris. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Analisis data yang digunakan adalah yuridis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan surat keterangan hasil SWAB antigen berdasarkan Putusan Nomor 283/Pid.B/2022/PN Tjk terdakwa dikenakan pidana penjara selama 4 (empat) tahun karena telah melanggar ketentuan Pasal 263 Ayat (1) KUHPidana.Kata Kunci: Pemalsuan, SWAB Antigen, Sanksi Pidana, Tindak Pidana.

Page 1 of 1 | Total Record : 10