Articles
154 Documents
Pemodelan Karakter 3-Dimensi Menggunakan Geometri Shape Polygon dengan Tehnik Extrude Face
Hidayat, Rahmad
Arsitekno Vol 6, No 6 (2015): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29103/arj.v6i6.1210
Abstrak Karakter 3-dimensi banyak digunakan diberbagai industri antara lain film, animasi, iklan dan game. Karakter 3-dimensi juga banyak digunakan dalam dunia medis sebagai representasi interaktif anatomi manusia. Pemodelan karakter 3-dimensi merupakan serangkaian proses representasi sebuah karakter dalam ruang 3-dimensi. Pada tahap awal sebelum memodelkan karakter 3-dimensi, terlebih dahulu karakter tersebut dibuat sketsa tampak depan, tampak atas, dan tampak samping. Sketsa itulah yang kemudian dituangkan kedalam perangkat lunak untuk menghasilkan model objek tersebut dalam bentuk 3-dimensi. Terakhir adalah proses untuk menjadikan suatu objek menjadi realistis yaitu proses rendering. Jika pada dua proses sebelumnya, objek yang diolah masih berupa kerangka kasar, maka dalam proses inilah suatu objek akan diubah sehingga objek tersebut menjadi realistis dengan melakukan texture mapping, pencahayaan, refleksi, penambahan bayangan, transparansi atau opacity. Pemodelan objek dengan menggunakan polygon dapat dilakukan dengan mudah dan proses rendering juga menjadi lebih cepat.Kata Kunci: pemodelan, polygon, karakter 3-dimensi, rendering
Subtantive Human Behavioral Environment terhadap Open Space Berdasarkan Paradigma Konsepsi dan Teori Arsitektur Kota
Lisa, Nova Purnama;
Iqba, Muhammad
Arsitekno Vol 7, No 7 (2016): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29103/arj.v7i7.1248
Abstrak Kegiatan masyarakat kota masa kini lebih kompleks dibandingkan masyarakat kota jamandulu. sehingga konsep penataanya harus lebih ideal. Namun di sebagian besar kawasan kota diIndonesia yang terjadi malah sebaliknya. Jumlah penduduk yang besar hanya menambah permukimanyang padat dan tidak tertata serta mengabaikan keberadaan open space bagi publik (square). Dalammasalah perkotaan, ruang terbuka merupakan bagian atau salah satu sub-sistem dari sistem kota secarakeseluruhan. Perilaku manusia terhadap keberadaan open space sangat signifikan, perilaku ataupunaktivitas manusia terhadap penggunaan open space ditimbulkan karena adanya kebutuhan dari manusiatersebut untuk mempergunakannya. Secara psikologis, manusia membutuhkan tempat dimana dia dapat beraktivitas dan atau berinteraksi sesama manusia lainnya, apakah aktivitas itu berupa olahraga, jalan–jalan, berkumpul bersama teman atau keluarga, penghijauan, ataupun kegiatan publik lainnya yangmenggunakan open space. Dalam hal ini perilaku (behavioral) dioperasionalkan sebagai kegiatanmanusia yang membutuhkan seting atau wadah kegiatan yang berupa ruang. Sehingga korelasi inilahyang membentuk tata ruang yang merupakan bagian dari bentuk arsitektur. Sehingga konsepsi mengenaiopen space dapat dikembangkan lebih lanjut melalui pendekatan environment behavioral.Kata Kunci: Arsitektur kota, Ruang terbuka, Lingkungan perilaku, Aktivitas.
Fenomena Habitus Masyarakat Migran
Deni, Deni
Arsitekno Vol 6, No 6 (2015): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29103/arj.v6i6.1235
Abstrak Penyerbuan masyarakat migran dan bertinggal di kota telah melahirkan permasalahan yang rumit tak kunjung usai untuk meningkatkan kualitas hidup mereka melalui tempat tinggal yang layak huni disediakan oleh pemerintah untuk mereka. Penelitian dilakukan untuk mengungkap keberadaan mereka lebih dalam untuk menemukan karakteristik mereka dalam bertinggal pada sebuah pemikiran untuk mendekatkan pada jawaban permasalahan penyediaan perumahan bagi masyarakat migrant perkotaan. Dalam mengungkap cara pakai mereka terhadap tempat tinggal dilakukan penelitian secara observasi praktis melalui kontrakan yang tersebar di beberapa kota Jakarta berbentuk kantung-kantung pemukiman yang disediakan oleh pihak setempat. Kemudian data penelitian di analisis melalui pemikiran Leufebvre tentang conceived space untuk menjelaskan fisik hunian mereka dialektik dengan konsep habitus oleh pemikiran Bourdieu. Melalui analisis dihasilkan temuan yang menyatakan bahwa Kontrakan yang disediakan oleh pihak setempat dengan kualitas informal telah membentuk kognisi dan mental mereka dalam kuasa-kuasa sosial dalam proses bertinggal yang disebut dengan Doxa. Pematangan peta geografis doxa di kontrakan menjadi salah satu aspek yang menyulitkan mereka untuk bertinggal di tempat hunian yang baru karena praktik telah mature atas kekuasaan realitas sosialnya. Alangkah bijaksananya suatu kebijakan dapat melihat fenomena bertinggal masyarakat migran atas realitas-realitas yang terbentuk melalui praktik sosial dalam bertinggal menuju dinamika sosial yang lazim.Kata Kunci: dwelling, habitus, me_rumah, doxa
KRISIS IDENTITAS BANGUNAN DI KOTA BANDA ACEH
Zainuddin, Zainuddin
Arsitekno Vol 5, No 5 (2015): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29103/arj.v5i5.1224
Kota di Indonesia sedang memperbaiki proses modernisasi yang tidak menghasilkan keunikan dan meningkatkan khasanah budaya lokalnya. Kota menjadi seragam, bahkan menjadi korban dari majalah. Kota memecahkan degradasi budaya, sedangkan arsitektural bangunannya terlalu banyak menyetujui paham-paham luar dan melepaskan filosofi-filosofi lokal. Memperbaiki struktur ruang kota yang berbeda dan memulihkan pola sosial masyarakat yang lama dipelihara. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan krisis identitas bangunan yang telah dimulai melanda kota Banda Aceh dan membuktikan era globalisasi yang tengah gaya bangunan modern dengan identitas bangunan di kota Banda Aceh. Temuan penelitian menunjukkan sebagian besar masyarakat Banda Aceh mulai tahu tentang bangunan kuno / bersejarah di Banda Aceh mulai memfokuskan karena menyebabkan lagi menerjemahkan perkembangan gaya arsitektur modern yang lebih menarik dibahas gaya arsitektur tradisional; bangunan kuno / bersejarah yang jelas-jelas memiliki identitas kota Banda Aceh dibiarkan rusak begitu saja tanpa adanya insiatif dari pihak terkait untuk diterjemahkan; dari hasil survey yang diperoleh dari bangunan kuno / bersejarah di Banda Aceh. Bangunan yang dapat diakses di pergunakan dengan fungsi yang baru dibuat juga membantu untuk tidak menambah bangunan.
PERFORMANCE LABELLING OF BUILDINGS
Iqbal, Muhammad
Arsitekno Vol 3, No 3 (2014): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29103/arj.v3i3.1215
Pelaksanaan konstruksi bangunan yang cukup tinggi pada abad ini telah menggunakan sumber daya material dan energi yang cukup besar baik pada saat pembangunan maupun masa penggunaan bangunan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan krisis energy dan memicu pemanasan global jika tidak adanya fungsi pengendalian dan penilaian terhadap hasil pembangunan serta rekomendasi terhadap pembangunan kedepan. Dalam rangka menjaga keberlanjutan sumber energy perlu dikembangkan program-program khusus untuk meningkatkan kesadaran para pemain kunci dalam dunia konstruksi, sepert iperancang, pengembang, pemilik bangunan, kontraktor dan pemerintah serta pihak lainnya. Langkah-langkah strategis yang akan mendorong industry konstruksi untuk lebih memperhatikan isu-isu lingkungan dalam pembangunan dapat dilakukan dengan melembagakan system penilaian dampak lingkungan dan kinerja bangunan sehingga konsep pembangunan yang ramah lingkungan dapat di motivasi dan dicapai. Beberapa Negara maju telah menerapkan system penilaian bangunan terhadap penggunaan energi, seperti LEED di United States, BREEAM di Inggris, CASBEE diJepang, NABEERS di Australia, ABRI di Taiwan, HK-BEAM di Hongkongdan Green Mark for Buildings di Singapore dengan tujuan mempercepat adopsi pembangunan lingkungan binaan yang ramah lingkungan dengan menggunakan konsep arsitektur hijau. Gambaran konsep penilaian bangunan yang ramah lingkungan di Negara maju tersebut apakah dapat diterapkan di Negara Malaysia sebagai Negara berkembang.
PINTEREST SEBAGAI MEDIA REFERENSI VISUAL PADA MATAKULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR
Edytia, Muhammad Heru Arie;
Sahputra, Zulhadi
Arsitekno Vol 8, No 1 (2021): Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29103/arj.v8i1.3792
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) harus diberlakukan pada matakuliah Perancangan Arsitektur di Program Studi Arsitektur Universitas Syiah Kuala yang berbasis studio sejak Maret 2020 sebagai akibat dari tindakan pemutusan rantai penyebaran COVID-19 di lingkungan kampus. Pengajar atau dosen arsitektur terpaksa mentransformasi metode pembelajaran dari tatap muka secara intensif yang biasa dilakukan di studio menjadi PJJ melalui metode dalam jaringan (daring). Begitu halnya peserta didik, mahasiswa arsitektur yang menjalani proses pembelajaran arsitektural secara daring harus siap memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Salah satu media referensi visual yang populer digunakan adalah Pinterest. Meskipun Pinterest telah banyak dan populer digunakan sebelum PJJ diberlakukan, media yang diluncurkan pada Maret 2010 ini mampu menjadi media rujukan visual utama bagi dosen dan mahasiswa arsitektur layaknya fasilitator atau dosen pembimbing. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk merefleksikan penggunaan Pinterest sebagai media referensi visual bagi dosen dan mahasiswa pada matakuliah Perancangan Arsitektur (PA) dan pengembangannya selama proses pembelajaran jarak jauh (PJJ). Refleksi ini dimulai dari deskripsi fitur-fitur dan kaitannya dengan proses desain pada matakuliah PA. Refleksi ditutup dengan menjabarkan kemungkinan pengembangan pemanfaatan Pinterest sebagai proses pembelajaran arsitektur. Pada akhirnya Pinterest dapat menjadi media alternatif yang membantu proses desain pada matakuliah PA.
Penerapan Unsur Patung pada Perancangan Lansekap
Fithri, Cut Azmah
Arsitekno Vol 6, No 6 (2015): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29103/arj.v6i6.1243
Abstrak Pemahaman tentang patung dapat dilihat dari zaman nenek moyang kita, berawal dari zaman purbakala patung sudah dibuat dan dipuja masyarakat tertentu, hingga sekarang patung dinikmati untuk keindahan. Manusia telah mengenal dan menghargai ruang luar sejak manusia hidup berpindah-pindah, mereka membangun permukiman dan memanfaatkan kualitas ruang luar untuk pemujaan, pertemuan, dan tari-tarian. Seni patung adalah sebuah tipe karya tiga dimensi yang bentuknya dibuat dengan metode subtraktif (mengurangi bahan seperti memotong, menatah) atau aditif (membuat model lebih dulu seperti mengecor dan mencetak). Lansekap merupakan sesuatu perencanaan antara manusia dan lingkungan yang mencakup semua elemen alam, baik yang buatan maupun yang alamiah, dengan memperhatikan aspek estetika untuk mendapatkan kesenangan dan kenyamanan.Tujuan seni patung hadir dalam perancangan ruang luar: untuk menciptakan kesan serasi dan harmonis dalam perancangan lansekap. Membentuk simetris dari ruang luar. Dapat menceritakan suatu peristiwa, menghormati dewa atau orang yang dijadikan tauladan. Pada perkembangan selanjutnya patung dibuat untuk monument/peringatan peristiwa suatu bangsa, kelompok atau perorangan. Pada zaman sekarang patung sering diciptakan untuk hiasan lebih bebas dan bervariasi dan diciptakan untuk dinikmati nilai keindahan bentuknya.Kata kunci: patung, lansekap ruang, metoda subtraktif, estetika
PERENCANAAN LINGKUNGAN BERBASIS PARTISIPATIF DI DESA CUT MAMPLAM
Mirsa, Rinaldi
Arsitekno Vol 2, No 2 (2013): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29103/arj.v2i2.1229
Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) merupakan suatu programpenataan lingkungan permukiman yang didasarkan pada partisipatif masyarakat dalam merencanakanlingkungannya ke depan. Perencanaan partisipatif merupakan bagian dari kegiatan PLPBK yang fokus padaproses penyusunan rencana pengembangan lingkungan permukiman, dengan melibatkan partisipasi aktifMasyarakat baik BKM dan Unit-unit Pengelolanya, Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 26Tahun 2007 tentang, Penataan Ruang, maka Rencana Perencanaan Lingkungan Permukiman (RPLP) bisadikatakan merupakan penjabaran atau turunan dari RTRW Kota Lhokseumawe tahun 2013. Hal ini berartiRPLP Desa Cut Mamplam secara hirarkis harus mengacu pada RTRW Kota Lhokseumawe. Tujuan penyusunanRencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Cut Mamplam adalah menyusun Rencana PenataanLingkungan Permukiman yang berwawasan lingkungan untuk menghadapi tantangan perkembangan kota yangsemakin kompleks pada masa mendatang dan dapat menjadi pedoman untuk:1. Pemberian perizinan bangunan.2. Pengaturan dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Arsitektur Dekonstruksi sebagai Karakteristik Desain pada Bangunan Modern
Dafrina, Armelia Dafrina
Arsitekno Vol 5, No 5 (2015): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29103/arj.v5i5.1220
Abstrak Pengaruh filosofi Arsitektur Dekonstriksi yang diperkenalkan oleh Jacques Derrida serta konstruktivisme yang berkembang di Rusia pada awal abad ke 20 melahirkan dua aliran utama dalam arsitektur dekonstruksi yang dikenal sebagai dekonstruksi derridean dan dekonstruksi non derridean. Segera setelah kemunculannya di dunia Arsitektur, dekonstruksi menjadi aliran baru menggantikan International Style yang sebelummnya mendominasi karakter desain bangunan. Tokoh-tokoh yang terkemuka dibalik kesuksesan Arsitektur Dekonstruksi dengan sebutan the seven architects, Bernard Tschumi, Peter Eisenmen, Frank O Gehry, Rem Koolhaas, Daniel Libeskind, Coop Himmelblau dan Zaha Hadid yang membangun citra baru terhadap arsitektur.
Sejarah Perkembangan Rumah Cut Meutia Dalam Mempertahankan Arsitektur Tradisional Aceh
Dafrina, Armelia
Arsitekno Vol 7, No 7 (2016): Jurnal Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29103/arj.v7i7.1211
Abstrak Aceh merupakan salah satu wilayah yang sangat mempertahankan dan melestarikan nilai dan budaya.Keberadaan Rumoh Aceh merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai yang hidup dan dijalankan olehmasyarakat Aceh. Oleh karena itu, melestarikan Rumoh Aceh berarti juga melestarikan eksistensi masyarakatAceh itu sendiri. Walaupun banyaknya perkembangan modernisasi, tetapi Rumah Adat Aceh merupakan sebuaharsitektur tradisional yang dibanggakan oleh masyarakat Aceh. Seiring perkembangan zaman yang menuntutsemua hal dikerjakan secara efektif dan efisien, dan semakin mahalnya biaya pembuatan dan perawatan RumohAceh, maka lambat laun semakin sedikit orang Aceh yang membangun rumah tradisional ini. Akibatnya, jumlahRumoh Aceh semakin hari semakin sedikit. Hal tersebut membuat penulis ingin mempelajari Sejarah Rumah Acehyaitu Rumoh Cut Meutia yang terletak di desa Paya Bakong kecamatan Matang Kuli, Aceh Utara. Rumoh CutMeutia merupakan salah satu rumah adat Aceh peninggalan pada masa lalu. Rumoh Cut Meutia yang terletak diMatang Kuli ini adalah hasil renovasi oleh Pemerintah Daerah Aceh Utara, yang di lakukan pada Tahun 1982.Hal ini dilakukan oleh Pemda setempat untuk melestarikan rumoh Cut Meutia. Sama dengan rumah adat Acehlainnya, Rumoh Cut Meutia merupakan rumah panggung, hal ini berasal dari perpaduan kepercayaan masyarakat, ajaran Islam dan kondisi alam di mana individu atau masyarakat hidup mempunyai pengaruhsignifikan terhadap bentuk arsitektur tradisional Aceh.Sampai sekarang Rumoh Adat Cut Meutia ini salah saturumah Aceh yang masih banyak dikunjungi oleh masyarakat setempat.Kata Kunci: Rumoh cut meutia, arsitektur tradisional, rumah adat Aceh.