cover
Contact Name
Nikki Aldi
Contact Email
nikki.aldi@unib.ac.id
Phone
+6287885050404
Journal Mail Official
jukeraflesia@unib.ac.id
Editorial Address
Bagian Pendidikan Kedokteran FKIK Universitas Bengkulu, Jl. WR Supratman Bengkulu
Location
Kota bengkulu,
Bengkulu
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Raflesia
Published by Universitas Bengkulu
ISSN : 24773778     EISSN : 26228343     DOI : 10.33369
Core Subject : Health, Science,
JKR (Jurnal Kedokteran Raflesia) is a peer-reviewed professional journal with the editorial board of scholars mainly in medicine, biomedic and health sciences. It is published by UNIB Press, Universitas Bengkulu, Indonesia with the ISSN (online): 2622-8343; and ISSN (print): 2477-3778. The journal seeks to disseminate research to educators around the world and is published twice a year in the months of June and December. The newest template has been published since Volume 6(2): December 2020.
Articles 76 Documents
EKSPRESI p53 DAN E-CADHERIN SEBAGAI PREDIKTOR PROGNOSIS PADA KARSINOMA SEL SKUAMOSA RONGGA MULUT DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Clara Pangaribuan
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Kedokteran Raflesia
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v5i1.8718

Abstract

p53 AND E-CADHERIN EXPRESSION AS  PREDICTORS OF PROGNOSTIC IN ORAL SQUAMOUS CELL CARCINOMA AT KARIADI HOSPITAL SEMARANG
Hubungan antara Pemeriksaan Antibodi Dengue IgG dengan Uji Fungsi Hati (SGOT dan SGPT) pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSUD dr. M. Yunus bengkulu Bulan Desember 2015 - Januari 2016 Mulyadi Mulyadi; Marlia Novelia; Enny Nugraheni
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Kedokteran Raflesia
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v2i2.5620

Abstract

atar Belakang: Demam Berdarah Dengue merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala klinis terjadinya demam mendadak 2-7 hari, tanda-tanda perdarahan, hepatomegali, syok apabila tidak ditegakkan secara cepat akan menyebabkan komplikasi dan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemeriksaan antibodi dengue IgG dengan uji fungsi hati SGOT dan SGPT pada pasien DBD.Metode: Penelitian ini menggunakan studi analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Januari 2016 di Laboratorium RSUD dr. M. YunuS. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Penilaian Pemeriksaan antibodi dengue IgG menggunakan dengue rapid test SD Dengue IgG/IgM®. Penilaian uji fungsi hati (SGOT dan SGPT) menggunakan uji kimia Autoanalyzer (architect plus c4000®). Variabel bebas adalah antibodi dengue IgG, sedangkan variabel terikat adalah uji fungsi hati SGOT dan SGPT. Analisis data dilakukan dengan univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Koefisien Kontingensi.Hasil Penelitian: Jumlah subjek penelitian sebanyak 32 orang, terdiri dari perempuan sebanyak 20 orang (62.5%) lebih banyak daripada laki-laki sebanyak 12 orang (37.5%) dengan usia paling muda 3 tahun dan usia paling tua 65 tahun. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa nilai SGOT p=0.149 dan SGPT p=0.108 (p > 0.05) tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diuji dan nilai korelasi Koefisien Kontingensi SGOT r 0.247 dan SGPT r 0.273 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi lemah.Simpulan: Terdapat hubungan positif lemah tidak bermakna antara pemeriksaan antibodi dengue IgG dengan uji fungsi hati (SGOT dan SGPT) pada pasien demam berdarah dengue (DBD) di RSUD M. Yunus Bengkulu bulan Desember 2015 sampai Januari 2016.Kata kunci: Antibodi dengue IgG, SGOT, SGPT, DBD
KETOKONAZOL 2% LEBIH EFEKTIF DIBANDING EKSTRAK BUNGA SEPATU (Hibiscus rosa sinensis L.) SEBAGAI HERBAL POTENSIAL ANTI MIKOSIS Alya, Qonitah Anggara
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol. 6 No. 2 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v6i2.13829

Abstract

Latar Belakang Malassezia furfur merupakan flora normal kulit kepala yang dapat menjadi patogen penyebab ketombe dan dermatitis seboroik. Penggunaan shampo antiketombe yang mengandung berbagai senyawa kimia dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping yang membahayakan. Beberapa isolat Malassezia furfur bersifat resisten terhadap golongan azol. Bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) mengandung senyawa metabolit antijamur. Tujuan Membandingkan efektivitas ketokonazol 2% dan ekstrak etanol bunga sepatu sebagai antijamur terhadap pertumbuhan Malassezia furfur. Metode Penelitian eksperimental laboratorium dengan post test only control group design dilakukan secara triplo menggunakan 6 kelompok perlakuan dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125%. Kontrol positif (+) berisi media Sabouraud Dextrose Broth (SDB) olive oil & suspensi jamur sedangkan kontrol negatif (-) berisi media SDB olive oil, suspensi jamur, & ketokonazol 2%. Penentuan Kadar Hambat Minimal (KHM) memperhatikan kekeruhan media SDB olive oil, dilanjutkan penggoresan pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA) olive oil dengan mengamati pertumbuhan koloni untuk menentukan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Sampel inkubasi 2-5 hari dengan suhu 37°C. Hasil Pengamatan semua konsentrasi ekstrak etanol bunga sepatu pada hari 1-5 ditemukan pertumbuhan jamur sedangkan pengamatan ketokonazol 2% pada hari 1-2 tidak ditemukan pertumbuhan jamur. Kesimpulan Ketokonazol 2% lebih efektif dibandingkan dengan ekstrak etanol bunga sepatu dalam menghambat pertumbuhan Malassezia furfur.Kata kunci : Efektivitas antijamur, Ketokonazol 2%, Ekstrak bunga sepatu, Malassezia furfur.
Hubungan Kualitas Tidur dengan Kapasitas Memori Kerja Siswa Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Iqra’ Kota Bengkulu Tahun 2018 Nina Tabligha; Andri Sudjatmoko; Dessy Triana
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Kedokteran Raflesia
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v4i2.9940

Abstract

Latar Belakang: Tidur merupakan kebutuhan fisiologis dasar bagi setiap individu yang  dapat memengaruhi kualitas serta keseimbangan hidup. Tidur memiliki fungsi salah satunya yaitu berpengaruh ke sistem saraf sehingga bisa berdampak terhadap memori dan kemampuan belajar. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial setelah sekolah dan gaya hidup dapat menyita waktu tidur. Di Sumatera Utara, dari 287 pelajar dilaporkan 220 pelajar yang mengalami kualitas tidur yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja pada siswa SMA.Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di SMAIT Iqra’ Kota Bengkulu pada bulan Agustus 2018. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk menilai kualitas tidur yaitu kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index, sedangkan pengukuran kapasitas memori kerja menggunakan reading span test. Korelasi antara kedua variabel tersebut akan dianalisis mengggunakan uji Spearman.Hasil: Total sampel penelitian yang dianalisis adalah 53 siswa, 18 siswa (34%) memiliki kualitas tidur yang baik dan 35 siswa (66%) memiliki kualitas tidur buruk. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang bermakna antara kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja dengan nilai p = 0,042, r = 0,281.Kesimpulan: Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja pada siswa SMAIT Iqra’ Kota Bengkulu.KataKunci: kualitas tidur, kapasitas memori kerja, siswa sekolah menengah atas.
Angka dan Pola Bakteri Penyebab Healthcare-Associated Infections (HAIs) pada Udara di Ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. M. Yunus Bengkulu Putri Santri; Mulyadi Mulyadi; Hilda Taurina
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Kedokteran Raflesia
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v2i2.6882

Abstract

Latar Belakang: Udara yang terkontaminasi mikroorganisme khususnya bakteri dapat menyebabkan Healthcare Associated Infections (HAIs) baik lewat pajanan langsung maupun tidak langsung.Lamanya pajanan terhadap udara yang tercemar berhubungan dengan kasus mortalitas pasien dengan penyakit jantung dan pembuluh darah yang di rawat di ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU). Udara yang tercemar menjadi salah satu faktor risiko penyebab penyakit kardiovaskular yang dapat dimodifikasi.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil sampel dari udara ruang ICCU dengan cara meletakkan lima media cawan petri berisi nutrient agarpada  ke empat sudut ruang dan satu posisi di tengah. Sampel kemudian diinkubasi selama 48 jam dan dilakukan penghitungan angka bakteri. Bakteri kemudian dimurnikan, hasil pemurniandilakukan uji pewarnaan gram, uji motilitas, dan uji biokimia untuk mendapatkan pola bakteri.Hasil: Hasil perletakan cawan petri pada total ke-5 titik sampel adalah 123,6 x 103CFU/m3.  Total bakteri pada setiap titik adalah sebanyak 36,44 x 103 CFU/m3, 18,21 x 103 CFU/m3, 13 x 103 CFU/m3, 18,21 x 103 CFU/m3, 37,74 x 103 CFU/m3secara berurutan. Hasil pola bakteri didominasi oleh bakteri dari golongan kokus Gram positif yaitu jenis Acinetobacter (a) sebesar 22%, diikuti bakteri jenis Bacillus (a) 18%, Kurthia 14%,Pseudomonas8%, serta Clostridium, Bacteroides, dan Campylobacter sebanyak 6%, diikuti Arcobacter dan Staphylococcus 4%, kemudian  Acinetobacter (b), Enterobacteria, Enterococcus, Haemophillus, Streptobacillus dan Streptococcus sebanyak 2%.Kesimpulan:Berdasarkan acuan nilai normal jumlah bakteri yaitu 200 CFU/m3, bakteri yang ditemukan pada udara di ruang ICCU melebihi batas normal, sedangkan untuk pola bakteri didominasi oleh bakteri genus Acinetobacter(a)Kata Kunci : Healthcare Asociated Infections (HAIs), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), angka bakteri, pola bakteri.
Ekspresi CD30 pada pasien Diffuse Large B-cell Lymphoma di RSUP Dr. Kariadi Semarang winoto, jessica
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol. 6 No. 1 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v6i1.11072

Abstract

EKSPRESI CD30 PADA PASIEN DIFFUSE LARGE B-CELL LYMPHOMA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Jessica Winoto1; Udadi Sadhana2; Dik Puspasari2; Siti Amarwati2; Devia Eka Listiana2; Hermawan Istiadi2 Residen Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia1; Staf pengajar Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia2 Corresponding email: jessicawin11@gmail.com AbstrakLatar Belakang: Diffuse Large B-Cell Lymphoma (DLBCL) merupakan penyakit heterogen dengan berbagai morfologi, sifat biologi dan klinis, yang memiliki respon terapi bervariasi. Beberapa penelitian melaporkan adanya ekspresi CD30 pada DLBCL berhubungan dengan ketahanan hidup yang lebih baik. Namun hal ini masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi ekspresi CD30 pada pasien DLBCL di RSUP Dr. Kariadi.Metode penelitian: Penelitian ini mengevaluasi ekspresi CD30 pada 35 pasien DLBCL di RSUP Dr. Kariadi periode Januari 2017 hingga Desember 2017 menggunakan cut off >0%. Data klinik yang diambil yaitu usia saat terdiagnosis, lokasi tumor, stadium penyakit, subtipe sel asal, dan ketahanan hidup 2 tahun. Analisis data menggunakan uji chi square.Hasil: Dari 35 kasus, CD30 diekspresikan oleh 13 kasus (37.1%). Ekspresi CD30 lebih tinggi pada pasien dengan usia ?60 tahun (P=0.03), lokasi ekstranodal (P=0.78), stadium awal (P=0.89), dan subtipe non-GCB (P=0.97). Kelompok CD30 positif memiliki ketahanan hidup yang lebih baik dibandingkan CD30 negatif (P=0.90).Kesimpulan: Ekspresi CD30 memiliki hubungan yang bermakna dengan usia ?60 tahun. Pasien DLBCL dengan CD30 positif memiliki ketahanan hidup yang lebih baik dibandingkan CD30 negatif, namun tidak bermakna. Kata Kunci : DLBCL, CD30, ketahanan hidup    CD30 EXPRESSION IN DIFFUSE LARGE B-CELL LYMPHOMA PATIENTS  IN KARIADI GENERAL HOSPITAL SEMARANG Jessica Winoto1; Udadi Sadhana2; Dik Puspasari2; Siti Amarwati2; Devia Eka Listiana2; Hermawan Istiadi2 Resident of Anatomical Pathology Department, Faculty of Medicine Diponegoro University, Semarang Indonesia1; Lecturer of Anatomical Pathology Department, Faculty of Medicine Diponegoro University, Semarang Indonesia2 Corresponding email: jessicawin11@gmail.com AbstractBackground: Diffuse Large B-Cell Lymphoma (DLBCL) is a heterogenous disease containing morphology, biologically dan clinically distinctive subgroups that show variable response to therapy. Many studies showed that CD30 expression in DLBCL is associated with superior overall survival. However, prognostic value of CD30 expression in DLBCL still needs further studies. The aim of this study was to determine the expression of CD30 in DLBCL patients in Kariadi General Hospital.Methods: This study identified CD30 expression in 35 cases of DLBCL diagnosed between January 2017 and December 2017, using cut off values >0%. Clinical data collected including age of diagnosis, tumour location, stage of disease, cell of origin subtype, and two-year overall survival. Data were analyzed using chi square test. Results: CD30 expression was found in 13 (37.1%) cases. CD30 positivity was higher in age ?60 years (P=0.03), extranodal location (0.78), early stage (P=0.89), and non-GCB subtype (P=0.97). CD30-positve DLBCL had a better survival than CD30-negative DLBCL (P=0.90).Conclusion: CD30 positivity was significantly associated with age ?60 years. CD30-positve DLBCL had a better survival than CD30-negative DLBCL, but not significant. Keywords: DLBCL, CD30, overall survival
INSIDENSI DAN ANALISIS FAKTOR RISIKO INFEKSI CACING TAMBANG PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI GROBOGAN, JAWA TENGAH Ryan Halleyantoro; Anugrah Riansari; Dian Puspita Dewi
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Kedokteran Raflesia
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v5i1.8927

Abstract

Penyakit kecacingan merupakan penyakit akibat infeksi cacing yang cenderung tidak mematikan namun  menimbulkan berbagai masalah seperti menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas. Sebagian besar kecacingan pada siswa disebabkan oleh cacing Soil Transmitted Helminth (STH) salah satunya cacing tambang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing tambang serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian infeksi cacing tambang pada anak usia sekolah dasar di daerah Grobogan, Jawa Tengah.  Penelitian observasi dengan desain cross sectional menggunakan  sampel feses dari siswa di dua SD di Grobogan, Jawa Tengah sebanyak 73 sampel feses. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan untuk mengetahui sampel feses yang positif mengandung telur cacing tambang. Hasil menunjukkan sebanyak 10 siswa (13,7%) positif terinfeksi cacing tambang. Data mengenai faktor resiko cacing tambang didapatkan melalui kuesioner sederhana megenai PHBS. Kebersihan sekolah, pekerjaan berisiko dari orang tua siswa serta kebersihan kuku siswa SD merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi angka infeksi cacing tambang pada siswa SD di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah.Pihak sekolah perlu meningkatkan program sanitasi di lingkungan sekolah, menggalakkan perilaku hidup sehat serta penyuluhan kesehatan kepada siswa dan keluarganya.
Hubungan Kehamilan terhadap Fungsi Seksual Wanita Usia 20?35 Tahun di Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu Madonna Fitri Pasaribu; Taufiq Ramadhan; Enny Nugraheni
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Kedokteran Raflesia
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v2i2.5621

Abstract

Latar Belakang: Perubahan seksual selama kehamilan terkadang dianggap sesuatu yang tidak penting atau tabu untuk dibicarakan. Apabila kebutuhan seksual yang bersifat fisiologis dan dasar tersebut tidak terpenuhi maka akan menimbulakan masalah psikis bagi ibu hamil maupun pasangannya bahkan dapat memicu keretakkan rumah tangga hingga terjadi perceraian.Metode:Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. 108 orang wanita hamil usia 20–35 tahun sampel diambil dengan metode consecutive samplingdi Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu. Fungsi seksual dinilai menggunakan kuesioner Female Sexual Function Index (FSFI). Sebaran data diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Analisis hubungan antara dua variabel kategorik dengan uji Chi-square.Hasil Penelitian:Berdasarkan penelitian didapatkan sampel dengan rentang usia 20-35 tahun dengan frekuensi terbanyak pada usia 29 dan 30 tahun, dimana sebagian besar memiliki riwayat melahirkan satu kali (primipara) dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir adalah SMA/sederajat.Nilai total fungsi seksual ibu hamil di Kecamatan Singaran Pati adalah normal sebanyak 87 orang (80,6%) dengan kepuasan seksual 98,15%.Seiring bertambahnya usia kehamilan akan menyebabkan peningkatan kecendrungan terjadinya ganggguan fungsi seksual. Pada trimester 1 terdapat 2 orang sampel mengalami gangguan fungsi seksual dan adanya peningkatan pada trimester II 6 orang dan trimester III 13 orang. Terdapat hubungan yang signifikan antara kehamilan terhadap domain kemauan (p=0,000) dan pada domain gairah (p=0,000).Kesimpulan:Adanya hubungan yang signifikan antara kehamilan terhadap fungsi seksual ibu hamil (p<0,05).Kata kunci: kehamilan, fungsi seksual wanita, kuesioner FSFI
Peran Imunoterapi pada Tatalaksana Alergi Makanan (The Role of Immunotherapy in Food Allergy) Hendra, Hendra Hendra
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol. 6 No. 2 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v6i2.13217

Abstract

AbstrakAlergi makanan merupakan reaksi  imun yang terjadi setelah paparan terhadap makanan tertentu. World Allergy Organization (WAO) melaporkan 22% penduduk dunia menderita alergi dan terus meningkat setiap tahun.  Data tahun 2014, diperkirakan kasus alergi makanan terjadi pada 5% dewasa dan 8% pada anak-anak. Alergi makanan adalah bagian dari reaksi hipersensitivitas, yakni hiperesponsivitas imunologik terhadap antigen spesifik, dapat berasal dari makanan atau mikroorganisme patogen maupun  produknya. Alergi  makanan menunjukkan gejala klinis lokal ataupun sistemik. Perkembangan ilmu pengetahuan mengarahkan perubahan paradigma dari pencegahan alergi yang berupa tindakan  menghindari alergen  ke arah desensitisasi dan induksi aktif toleransi imunologik. Imunoterapi dibuat berdasarkan hubungan dengan alergen spesifik. Sebagai dasar teori yaitu dengan  melakukan  peningkatan  paparan secara bertahap seorang penderita dengan alergen yang spesifik, maka diharapkan akan terjadi suatu  proses desensitisasi atau peningkatan toleransi terhadap alergen tersebut. Oral imunoterapi melibatkan makanan yang merupakan alergen dan dikonsumsi bertahap dengan peningkatan dosis. Sebagian besar protokol oral imunoterapi meliputi fase eskalasi, diikuti dengan peningkatan dosis dan dosis maintenance. Optimasi imunoterapi dapat dilakukan dengan modifikasi protokol seperti dosis, durasi, probiotik dengan imunoterapi, ataupun modifikasi dengan alergen multipel.Kata kunci: alergi makanan, imunoterapi AbstractFood allergy is immunologic reaction after food exposures. World Allergy Organization (WAO) reported 22% worldwide have allergy and keep increasing. In 2014, food allergy been speculated 5% in adult and 8% in child. Food allergy is a part of hypersensitivity, as hyperresponsiveness in immune system with spesific antigen from food. Food allergy can manifest as local or systemic. New paradigm in food allergy treatment, shifted from avoid the allergen to desensitization and tolerance. In patient with gradual exposure with spesific allergen, desensitization and tolerance been expected. Oral immunotherapy involve food consuming and increased the doses. It consist of escalation, increasing doses and maintenance. For optimizing immunotherapy, it can been modified with dosage, duration, combined with probiotic or with multiple ellergen.       Keywords: food allergy, immunotherapy
Besponsa (Inotuzumab Ozogamicin) pada Kasus Leukemia Limfoblastik Akut Relaps atau Refrakter pasien Dewasa Hendra Hendra
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Kedokteran Raflesia
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v4i2.9941

Abstract

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah penyakit keganasan yang diakibatkan oleh adanya mutasi somatik yang multistep  pada sel progenitor limfoid. Meskipun cukup jarang terjadi pada orang dewasa, namun risiko meningkat seiring usia. Sebanyak 20% kasus dari LLA adalah dewasa. Sebagian kasus muncul pada anak, namun kematian terjadi lebih banyak pada dewasa. Prognosis LLA pada dewasa tergantung dari subtipe nya dan dapat memburuk dengan cepat tanpa tatalaksana yang tepat. Dibutuhkan update pengetahuan baru tentang tatalaksana LLA yang relaps ataupun refrakter. Pada tahun 2017, US Food and Drug Administration menyetujui Inotuzumab Ozogamicin sebagai terapi baru untuk kasus LLA relaps atau refrakter pada dewasa.