cover
Contact Name
MOHAMAD IRFAN FATHURROHMAN
Contact Email
wartakaret@gmail.com
Phone
+6281281822446
Journal Mail Official
wartakaret@puslitkaret.co.id
Editorial Address
Jl. Palembang - Pangkalan Balai Km. 29 Kec. Sembawa, Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan - 30953 Telp : +62711 7439493 Fax : +62711 7439282 E-mail : ppksembawa@puslitkaret.co.id
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Warta Perkaretan
Published by Pusat Penelitian Karet
ISSN : 02166062     EISSN : 25035207     DOI : -
Focus and Scope Warta Perkaretan is medium for dissemination the latest rubber technology for rubber industry, estate practitioners, and other general users. Warta Perkaretan contains scientific articles in the form of natural rubber research, survey/study in of pre-harvest, post-harvest, and review /scientific review of the development of science and rubber technology, such as: Agronomy Plant Physiology Exploitation Soil Science and Agroclimatology Protection, Pest and Plant Disease Breeding and Plant Genetic Socio and Economy Raw Rubber Processing Technology Rubber Goods Manufacturing Technology Elastomer Rubber Technology Chemical and Additive Rubber Peer Review Process The manuscript submitted to Warta Perkaretan will be peer-reviewed by Editorial Board Member and Reviewer which are assigned by Editor in Chief based on the manuscript focus and scope also academic discipline. The peer-review process is aimed to ensure that only good scientific original research article will be published in Warta Perkaretan. Editor and Reviewer has a right to reject if the manuscript does not fill the journal standard quality and requirement as defined. While the accepted manuscript will be published online and can be access on the Warta Perkaretan official website as follows: http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/wartaperkaretan. Language used in this journal is Bahasa Indonesia based on Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Publication Frequency Warta Perkaretan (Rubber News, p-ISSN : 0216-6062 ; e-ISSN : 2503-5207) is published 2 issues per volume per year scheduled on June and December, respectively by Pusat Penelitian Karet (Indonesian Rubber Research Institute) – PT. Riset Perkebunan Nusantara (RPN). Every edition consists of 5 to 7 original research and review articles focusing on all aspects of the natural rubber research and development. Open Access Policy Warta Perkaretan (Rubber News) provides immediate open access to its content on the principle that making research freely available to the public supporting a greater global exchange of knowledge. All articles published Open Access will be immediately and permanently free for everyone to read and download. We are continuously working with our author communities to select the best choice of license options, currently being defined for this journal as follows: Creative Commons License Warta Perkaretan is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License Based on a work at http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/wartaperkaretan. • Creative Commons Attribution (CC-BY-SA)
Articles 161 Documents
KAJIAN FISIOLOGIS KERING ALUR SADAP PADA TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) Mudita Oktorina Nugrahani; Akhmad Rouf; Intan Berlian; Hananto Hadi
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 2 (2016): Volume 35, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (931.851 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i2.91

Abstract

Kering Alur Sadap ( KAS) merupakan salah satu penyakit fisiologis pada tanaman karet. Gejala serangan penyakit ini umumnya ditandai dengan terhentinya aliran lateks dan mengeringnya bidang sadap. Penyebab pokok terjadinya KAS adalah adanya gangguan pada sistem pembuluh lateks dan kurangnya pasokan sukrosa yang berkelanjutan sehingga memicu terbentuknya senyawa-senyawa radikal tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lutoid. Ketika lutoid pecah terjadi proses koagulasi lateks dalam pembuluh lateks. Koagulasi tersebut menjadi penyebab terbentuknya jaringan tilasoid, tersumbatnya pembuluh lateks, dan akhirnya lateks tidak dapat mengalir pada saat disadap. Peristiwa ini disebut sebagai kering alur sadap (KAS). Penyakit fisiologis ini juga dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis klon, penerapan sistem sadap dan tataguna panel, serta keseimbangan hara tanaman. Pemilihan klon yang sesuai, penerapan sistem sadap normatif sesuai tipologi klon, pemeliharaan tanaman yang lebih baik dan pengawasan dini adalah upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menangani KAS.
PRODUKSI SILIKA AMORF DARI SEKAM PADI UNTUK FILLER BARANG JADI KARET MENGGUNAKAN FLUIDIZED BED COMBUSTOR Asron Ferdian Falaah; Adi Cifriadi; Andri Cahyo Kumoro
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 1 (2016): Volume 35, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (916.661 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i1.93

Abstract

Sekam padi yang merupakan limbah pertanian dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. Sekam padi mempunyai kandungan silika yang tinggi, sehingga berpotensi dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi, salah satunya sebagai bahan pengisi barang jadi karet. Silika dari sekam padi dapat diperoleh dengan cara membakar sekam padi menjadi abu putih yang kaya kandungan silika dalam wujud amorf. Proses pembakaran dengan biaya murah, hemat energi dan dengan waktu cepat merupakan keuntungan dalam memproduksi silika amorf dari sekam padi. Fluidized Bed Combustor (FBC) merupakan alat yang bekerja dengan prinsip dasar hidrodinamika fluida yang mampu membakar sekam padi pada suhu pembakaran 600 0C untuk menghasilkan abu berwarna putih dengan kandungan silika amorf  mencapai 93% dengan cemaran karbon hanya sekitar 2,1%. Abu berwarna putih hasil pembakaran FBC dimurnikan dari ion-ion logam dengan proses pengkelatan dengan asam sitrat 5%, kemudian diekstraksi dengan larutan NaOH 1,5 N pada suhu 100 0C dan diendapkan dengan menggunakan larutan HCl 1 N pada suhu kamar. Silika amorf hasil dari proses pengendapan kemudian dikeringkan pada suhu 80 0C dan dicuci dengan air suling untuk memastikan ion-ion logam yang tidak diinginkan hilang.
POLA TUMPANG SARI KARET-PADI PADA TINGKAT PETANI DI LAHAN PASANG SURUT (Studi Kasus Di Desa Nusantara, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten OKI, Provinsi Sumatera Selatan) Sahuri Sahuri; Andi Nur Cahyo; Iman Satra Nugraha
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 2 (2016): Volume 35, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1751.603 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i2.94

Abstract

Usahatani padi sebagai tanaman sela karet berpengaruh terhadap pertumbuhan lilit batang karet, meningkatkan produktivitas lahan, meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan pemeliharaan tanaman karet. Pengkajian dilaksanakan di lahan pasang surut tipe luapan C Air Sugihan, Sumatera Selatan pada bulan Juni dan Oktober 2014. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan karet pola tumpangsari padi, hasil padi sebagai tanaman sela karet dan pendapatan petani pola tumpangsari karet-padi di daerah pasang surut. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pertumbuhan lilit batang karet klon PB 260 umur 3 tahun pola tumpangsari karet-padi dengan sistem bedengan 16,52% lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan lilit batang karet monokultur tanpa sistem bedengan. Produksi padi sebagai tanaman sela karet adalah 2.800 kg/ha GKG. Usahatani padi sebagai tanaman sela karet pada saat harga rendah masih menguntungkan dengan R/C ratio 1,46, sedangkan pada saat harga tinggi sangat  menguntungkan dengan R/C ratio 1,94. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani padi sebagai tanaman sela karet di daerah pasang surut secara ekonomis menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, terutama pada areal karet rakyat. Pola tumpangsari karet-padi di daerah pasang surut sebaiknya dilakukan dengan sistem bedengan yaitu memberikan air irigasi, membuat tinggi muka air tetap agar lapisan di bawah perakaran tanaman karet dan padi dalam kondisi jenuh air sehingga mampu menekan keracunan pirit (FeS2). Selain itu, memperbaiki unsur hara serta menggunakan klon dan varietas yang adaptif untuk meningkatkan produktivitas tanaman karet dan padi.
EMISI GAS RUMAH KACA DI PERKEBUNAN KARET Priyo Adi Nugroho
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 2 (2016): Volume 35, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1263.967 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i2.95

Abstract

Carbon dioxide (CO2) and nitrous oxide (N2O) and methane (CH4) are three of the major greenhouse gas (GHG). Agricultural sector accounts for 10-14% of global athropogenic GHGs. The research of GHGs in rubber plantation has been started in several rubber producer countries including Indonesia however the progress is not as fast as in other agricultural commodities. Carbon stock and carbon balance in rubber plantation is the trending research topic. Biometric and eddy coveriance are the two methods that are used for investigating carbon emission. The results of some study using those two methods indicate that the similar result i.e. the amount carbon that is released by rubber plantation ecosystem is tended to be smaller than carbon absorption. The amount of CO2 that absorbed by rubber plantation is approximately 29-40 tons CO2 ha/year. Commonly the previous studies are mostly conducted in establish area, which mean the study is not designed with some treatments such as fertilizer and organic matter dosage, time of application, soil tillage. The deeply study of carbon emission, related to field management to carry out the best management practices and environmental friendly is still needed. The similar study concerning other gas like N2O in rubber plantation is also important to be conducted. It is due to the application of nitrogen fertilizer and organic matter in rubber plantation is high enough. There are some opportunities to conduct research consortium with other research institutions and universities in order to solve the high cost in GHGs research.
AUDIT ENERGI DALAM PENGOLAHAN KARET Didin Suwardin; Mili Purbaya; Afrizal Vachlepi
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 2 (2016): Volume 35, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (616.989 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i2.98

Abstract

Penggunaan energi di Indonesia dinilai masih belum efisien, hal ini ditunjukkan dengan nilai elastisitas energi dan intensitas energi masing-masing sebesar 2,69 dan 565 ton-oil-equivalent per 1 juta USD. Audit energi merupakan salah satu upaya untuk mengevaluasi pemanfaatan energi dan mengidentifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi. Penerapan audit energi dilakukan untuk semua sektor industri di Indonesia, termasuk industri pengolahan karet. Industri pengolahan karet remah merupakan industri yang banyak mengkonsumsi energi, dimana total kosumsi energi sebesar 26.257.005 kWh dengan produksi sebesar 45.240 ton. Korelasi konsumsi energi (Y) dengan produksi (X) adalah Y = 455 + 154 X dengan koefisien determinasi (rXY)=0.9. Potensi penghematan energi yang dapat dilakukan, diantaranya adalah efisiensi pada peralatan utama pengguna energi, efisiensi pada peralatan utilitas dan pelaksanaan sistem manajemen energi. Selain itu, konversi bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan juga dapat diterapkan dalam rangka konservasi energi.
OPTIMALISASI PRODUKSI DAN PENEKANAN BIAYA PENYADAPAN DENGAN SISTEM SADAP INTENSITAS RENDAH Sumarmadji Sumarmadji; Akhmad Rouf; Yoga Bagus Setya Aji; Titik Widyasari
Warta Perkaretan Vol. 36 No. 1 (2017): Volume 36, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (656.571 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v36i1.99

Abstract

Abstrak Pengusahaan perkebunan karet dewasa ini masih mengalami tekanan berat dan berkepanjangan, terutama akibat harganya yang rendah (±1 USD/kg). Solusi utama yang diharapkan yakni melalui aspek pasca panen (hilirisasi), namun dari aspek prapanen juga dituntut untuk memberikan solusi segera. Oleh karena itu perlu adanya suatu kajian yang komprehensif dan obyektif melalui analisis teknis dan ekonomis. Pemecahan masalah melalui pendekatan dua arah sekaligus (optimalisasi produksi dan penekanan biaya sadap), ternyata tidak mudah dilakukan. Kemungkinan rasional yang ditempuh adalah melalui orientasi produksi tinggi dengan komponen biaya normal, atau melalui pencapaian produksi normal dengan biaya rendah. Kajian berorientasi produksi tinggi dilakukan melalui penerapan penyadapan klon-klon QS (untuk wilayah Utara katulistiwa) dengan sistem sadap QS rekom, QS d4 dan Q-tap. Kajian berorientasi biaya rendah dilakukan melalui penerapan penyadapan klon-klon SS (untuk wilayah Selatan katulistiwa) dengan sistem sadap SS rekom, SS d4, SS ab (ancak besar) dan SS d6. Dari hasil pembandingan finansial, diperoleh informasi bahwa potensi keuntungan ketika harga Rp 13.600,- (85% FOB) pada tingkat biaya penyadapan langsung diperoleh pada semua sistem sadap. Potensi keuntungan pada biaya produksi tingkat kebun diperoleh pada semua sistem sadap, kecuali SS d6. Pada tingkat bahan baku (100% FOB), keuntungan tertinggi hingga terendah secara berurutan diperoleh pada sistem sadap Q-tap, QS rekom dan QS d4 (Rp 8.938.065–Rp 405.677), sedangkan pada klon SS mengalami kerugian. Dengan demikian, pengusahaan perkebunan karet (terutama saat kondisi harga rendah) pada wilayah dengan potensi klon QS sesuai menggunakan sistem sadap Q-tap, sebaliknya pada wilayah dengan potensi klon SS masih memungkinkan menggunakan SS d4. Sistem sadap SS ab meskipun memberi nilai yang lebih tinggi, kurang disarankan karena kurang sustainable. Agar pengusahaan tanaman karet menjadi lebih baik dan sustainable, perlu dikawal dengan penerapan LD secara langsung. Kata kunci :  Karet (Hevea brasiliensis), produksi optimal, penekanan biaya penyadapan, penyadapan intensitas rendah Abstract Bussiness of rubber plantation now is still has high pressure and continuing, mainly due to the low price (±1 USD/kg). The main solution that was expected was through the post-harvest aspects, but from the pre-harvest aspects are also required to provide solutions immidiately. Therefore needed a comprehensive and objective study through technical and economical analysis. Solving the problem through approach two directions at once (optimizing the yield and suppression of tapping cost), it was not easy to do. Rational possibility that taken is through high production with normal cost component or through achievement of normal production with low cost. High production-oriented study carried out through application of QS clones tapping (for the north of the equator area) with the tapping system are QS recom, QS d4 and Q-tap. Low cost oriented study carried out through application of SS clones tapping (for the southern of the equator area) with the tapping system are SS recom, SS d4, SS lt (large task) dan SS d6. Financial comparating result obtained the information that potential profits when the price is IDR 13.600,- (85% FOB) at level of direct costs of tapping obtained in all tapping systems. Potential profits at level of ex-factory cost obtained in all tapping systems, except SS d6. At the level of TSR material (100% FOB), the profits from the highest to the lowest respectively obtained in Q-tap, QS recom and QS d4 tapping system (IDR 9 million – IDR 400 tousand), while the SS clones having losses. Thus, cultivation of rubber plantations (especially when the conditions of low prices) in regions with the potential of QS clones appropriate to use Q-tap, otherwise in regions with the potensial of SS clones still allows using SS d4. Tapping system of SS lt although giving a higher value, less recommended due to lack sustainable.  Bussiness of rubber plantation in order to much better and sustainable, in future need to manage with the application of LD directly. Keywords: Rubber (Hevea brassiliensis), optimal production, suppression of cost, low tapping intensity
KEUNGGULAN KLON KARET IRR 220 dan IRR 230 Sekar Woelan
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 2 (2016): Volume 35, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2336.256 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i2.238

Abstract

Klon IRR 220 dan IRR 230 merupakan hasil persilangan tahun 1985 s.d 1990. Berasal dari 37.525 persilangan dan menghasilkan sebanyak 657 tanaman F1 (genotipe baru). Pengujian dilakukan dibeberapa agroekosistem di Sumatera Utara dan Balai Penelitian Sembawa.  Klon IRR 220 dan IRR 230 tumbuh jagur dan dapat disadap umur  4 tahun.  Ketahanan terhadap penyakit daun (Corynespora, Colletotrichum) dan bidang sadap (KAS) dikelompokkan kedalam kelompok resisten. Potensi produksi lateks IRR 220 yaitu 115% diatas PB 260, respon terhadap stimulan sedang dan pada kelompok klon metabolisme tinggi.  Sedangkan untuk IRR 230  potensi produksi sama dengan PB 260,  respon stimulan ± 122% dan klon metabolisme sedang.  Potensi produksi kayu yang dihasilkan klon IRR 220 sebesar 0,61 m3/ph dan total volume kayu 0,89 m3/ph dan IRR 230 yaitu 0,76 m3/ph dengan total volume kayu 1,17 m3/ph pada umur 20 tahun. Tebal kulit klon IRR 220 cukup tebal pada kulit murni maupun kulit pulihan, disamping jumlah pembuluh pada kulit murni lebih banyak dibanding klon pembanding PB 260.  Sedangkan tebal kulit murni klon IRR  230 sama dengan klon PB 260, jumlah pembuluh pada kulit murni juga tidak jauh berbeda dibanding klon pembanding PB 260.  Ketahanan penyakit daun  (Corynespora, Colletotrichum) dan bidang sadap (KAS) kedua klon tsb diatas pada kelompok resisten.  Batang tegak, lurus dan halus permukaannya.  Keunggulan IRR 220 dan IRR 230 sebagai klon lateks-kayu dan adaptabilitasnya pada daerah dengan curah hujan tinggi (basah) sampai rendah (kering). Klon tersebut telah mendapatkan Hak Perlindungan Varietas Tanaman dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Dan Perizinan Pertanian dan SK Pelepasan Varietas Unggul dari Menteri Pertanian, masing-masing Sertifikat Nomor : 00302/PPVT/T/2014 ; SK Nomor : 77/Kpts/KB.020/1/2016 (IRR 220) dan Sertifikat Nomor 00303/PPVT/T/2014 ; SK Nomor : 74/Kpts/KB.020/1/2016 (IRR 230) No. 00 302 / PPVT / T / 2014
ANALISIS USAHATANI DAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN GAWANGAN KARET MENGGUNAKAN CABAI RAWIT SEBAGAI TANAMAN SELA Sahuri Sahuri; M. J. Rosyid
Warta Perkaretan Vol. 34 No. 2 (2015): volume 34, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1102.771 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v34i2.250

Abstract

Usahatani cabai rawit (Capsicum frutescens Linn.) sebagai tanaman sela karet muda berpengaruh terhadap keragaan pertumbuhan lilit batang tanaman karet, meningkatkan produktivitas lahan, dan meningkatkan pendapatan petani. Pengkajian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sembawa, Desa Sembawa, Kecamatan Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan dan pada musim hujan (MH) tahun 2013 di lahan kering dataran rendah. Tujuan pengkajian adalah untuk meningkatkan produksi cabai rawit dengan penerapan teknologi tumpang sari cabai rawit + karet, mengetahui pengaruhnya terhadap tanaman karet dan mengetahui peningkatan pendapatan petani. Hasil pengkajian menunjukkan pertumbuhan tanaman karet tidak mengalami kelambatan dan tumbuh lebih dari kondisi normal karena adanya tanaman sela cabai rawit. Produksi buah segar cabai rawit sebagai tanaman sela karet adalah 6.750 kg/ha. Usahatani cabai rawit sebagai tanaman sela karet pada saat harga rendah masih menguntungkan dengan R/C ratio 1,50 dan B/C ratio 0,50, sedangkan pada saat harga tinggi sangat  menguntungkan dengan R/C ratio 4,29 dan B/C ratio 3,29. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi pola tanam cabai sebagai tanaman sela karet secara ekonomis menguntungkan dan layak untuk dikembangkan pada areal perkebunan karet baik perkebunan karet besar maupun perkebunan karet rakyat.
KAJIAN TENTANG SELF-HEALING RUBBER SELF HEALING RUBBER REVIEW Mili Purbaya
Warta Perkaretan Vol. 34 No. 2 (2015): volume 34, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1082.307 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v34i2.252

Abstract

Barang jadi karet selama masa pemakaiannya dapat mengalami cracking. Untuk mengatasi masalah ini maka konsep self-healing dapat digunakan. Self-healing merupakan kemampuan dari suatu material untuk dapat memperbaiki dirinya sendiri setelah mengalami kerusakan. Konsep ini dapat digunakan untuk menambah umur pemakaian suatu produk. Strategi yang dapat digunakan dalam pembuatan material self-healing adalah : 1) Pembentukan ikatan silang pada polimer, 2) Pelepasan healing agent pada saat memproduksi polimer, dan 3) Menggunakan teknologi khusus seperti konduktiviti, electro-fluid-dynamic (EFD), migrasi nano partikel, efek shape memori dan co-deposition. Salah satu supramolekular polimer yang memiliki sifat elastis dan healing ability adalah self-healing rubber. Self-healing rubber disintesis melalui dua tahap sistesis, yaitu 1) pembuatan oligoamide, dan 2) mereaksikan oligoamide yang diperoleh dari tahap pertama reaksi dengan urea untuk menghasilkan self-healing rubber. Karet yang diperoleh memiliki sifat elastis dan sifat healing ability setelah mengalami kerusakan. Sifat ini tidak ditemukan dalam karet alam maupun karet sintesis. Jenis karet baru ini sangat menarik untuk dipelajari dan diaplikasikan untuk teknologi karet.
KOMPARASI TEKNIS DAN FINANSIAL PENGADAAN BENIH MELALUI OKULASI TANAMAN DI POLIBEG DENGAN OKULASI DI LAPANGAN Nurhawaty Siagian
Warta Perkaretan Vol. 34 No. 2 (2015): volume 34, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.052 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v34i2.253

Abstract

Benih karet untuk penanaman komersial umumnya adalah benih dalam polibeg yang diproduksi melalui okulasi batang bawah (umur ± 7 bulan) di pembibitan lapangan dan diikuti pembibitan di polibeg. Okulasi batang bawah yang masih muda (umur 3,5- 5 bulan) di pembibitan lapangan jarang dilakukan karena tingkat kematian setelah ditanam di polibeg tinggi dan pada lahan beriklim kering keragaman pertumbuhan tanaman di lapangan besar sehingga memperlambat tercapainya kriteria matang sadap. Okulasi tanaman muda biasanya hanya dilakukan di pembibitan polibeg dengan maksud mengatasi kelemahan tersebut diatas. Tulisan ini bertujuan untuk membandingkan pengadaan benih karet melalui okulasi tanaman muda di polibeg dengan okulasi di lapangan ditinjau dari segi teknis dan finansial. Penelitian dilakukan di salah satu perkebunan besar di Sumatera Utara, dengan mengamati langsung aspek teknis dan norma kerja. Data pendukung pertumbuhan tanaman di lapangan disetir dari berbagai penelitian terdahulu.Hasil penelitian menunjukkan  bahwa keunggulan penggunaan benih hasil okulasi tanaman muda (berumur 3,5-5 bulan) di pembibitan polibeg dibandingkan dengan penggunaan benih diperoleh dengan cara okulasi di pembibitan lapangan adalah  1) biaya pengadaan bahan tanam lebih hemat 17%, 2) tanaman lebih mampu bertahan pada kondisi kering saat penanaman di lapangan  3) untuk pembangunan kebun karet dengan luasan tertentu dibutuhkan areal pembibitan yang lebih sedikit 4) penurunan biaya produksi tidaklah mengorbankan pertumbuhan lilit batang untuk mencapai matang sadap dan 5) untuk menghasilkan benih berpayung daun dua dibutuhkan waktu 3,5 bulan lebih singkat pada pembibitan langsung di polibeg. Untuk menjamin keberhasilan pembibitan langsung di polibeg, sangat diperlukan  air yang cukup sepanjang masa pembibitan, mata okulasi dari tunas muda, juru okulasi yang terampil dan polibeg yang berkualitas baik. 

Page 5 of 17 | Total Record : 161


Filter by Year

2012 2025