cover
Contact Name
MOHAMAD IRFAN FATHURROHMAN
Contact Email
wartakaret@gmail.com
Phone
+6281281822446
Journal Mail Official
wartakaret@puslitkaret.co.id
Editorial Address
Jl. Palembang - Pangkalan Balai Km. 29 Kec. Sembawa, Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan - 30953 Telp : +62711 7439493 Fax : +62711 7439282 E-mail : ppksembawa@puslitkaret.co.id
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Warta Perkaretan
Published by Pusat Penelitian Karet
ISSN : 02166062     EISSN : 25035207     DOI : -
Focus and Scope Warta Perkaretan is medium for dissemination the latest rubber technology for rubber industry, estate practitioners, and other general users. Warta Perkaretan contains scientific articles in the form of natural rubber research, survey/study in of pre-harvest, post-harvest, and review /scientific review of the development of science and rubber technology, such as: Agronomy Plant Physiology Exploitation Soil Science and Agroclimatology Protection, Pest and Plant Disease Breeding and Plant Genetic Socio and Economy Raw Rubber Processing Technology Rubber Goods Manufacturing Technology Elastomer Rubber Technology Chemical and Additive Rubber Peer Review Process The manuscript submitted to Warta Perkaretan will be peer-reviewed by Editorial Board Member and Reviewer which are assigned by Editor in Chief based on the manuscript focus and scope also academic discipline. The peer-review process is aimed to ensure that only good scientific original research article will be published in Warta Perkaretan. Editor and Reviewer has a right to reject if the manuscript does not fill the journal standard quality and requirement as defined. While the accepted manuscript will be published online and can be access on the Warta Perkaretan official website as follows: http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/wartaperkaretan. Language used in this journal is Bahasa Indonesia based on Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Publication Frequency Warta Perkaretan (Rubber News, p-ISSN : 0216-6062 ; e-ISSN : 2503-5207) is published 2 issues per volume per year scheduled on June and December, respectively by Pusat Penelitian Karet (Indonesian Rubber Research Institute) – PT. Riset Perkebunan Nusantara (RPN). Every edition consists of 5 to 7 original research and review articles focusing on all aspects of the natural rubber research and development. Open Access Policy Warta Perkaretan (Rubber News) provides immediate open access to its content on the principle that making research freely available to the public supporting a greater global exchange of knowledge. All articles published Open Access will be immediately and permanently free for everyone to read and download. We are continuously working with our author communities to select the best choice of license options, currently being defined for this journal as follows: Creative Commons License Warta Perkaretan is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License Based on a work at http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/wartaperkaretan. • Creative Commons Attribution (CC-BY-SA)
Articles 161 Documents
KAJIAN MODIFIKASI KIMIA SECARA KOPOLIMERISASI CANGKOK PADA PEMBUATAN KARET ALAM TERMOPLASTIK Santi Puspitasari; Emil Budianto; Dadi R. Maspanger
Warta Perkaretan Vol. 34 No. 1 (2015): volume 34, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (766.994 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v34i1.64

Abstract

Modifikasi diperlukan untuk memperbaiki kelemahan karet alam sehingga dapat memperluas aplikasinya dalam industri. Salah satu modifikasi kimiawi pada lateks karet alam terdeproteinisasi dapat dilakukan secara kopolimerisasi cangkok dengan monomer termoplastik golongan vinilik (metil metakrilat dan stirena) untuk menghasilkan karet alam termoplastik yang bersifat kuat, keras, kaku, mudah diproses, dan tahan terhadap oksidasi. Kopolimerisasi cangkok umumnya dilakukan dengan teknik polimerisasi emulsi mekanisme radikal bebas. Keberhasilan reaksi kopolimeriasi cangkok yang ditunjukkan dengan efisiensi cangkok yang tinggi dipengaruhi oleh rasio karet terhadap monomer, serta pemilihan jenis dan dosis inisator maupun emulsifier. Hasil kopolimer yang terbentuk dapat dikonfirmasi melalui analisis kualitatif maupun kuantitatif. Dalam industri kopolimer karet alam dengan monomer vinilik dapat digunakan sebagai perekat atau adhesif, compatibilizer agent, surface modified agent, hardness modifier, serta industri alas kaki. Oleh karena itu penelitian dan pengembangan tentang kopolimerisasi cangkok karet alam dapat mendukung kemajuan agroindustri karet alam nasional.
PENGELOLAAN LENGAS TANAH DAN LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN KARET BELUM MENGHASILKAN PADA MUSIM KEMARAU DAN PENGHUJAN Saiful Rodhian Achmad; Riko Cahya Putra
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 1 (2016): Volume 35, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.331 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i1.75

Abstract

Lengas tanah merupakan air yang mengisi sebagian dan atau seluruh pori tanah. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan air tanah adalah besarnya curah hujan dan air yang dapat meresap ke dalam tanah. Ketersediaan lengas tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman karet. Untuk mengetahui ketersediaan lengas tanah telah dilakukan penelitian di lapangan dan laboratorium Balai Penelitian Getas. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas pengelolaan lengas tanah berupa rorak, penutup tanah, dan tanpa vegetasi. Kadar lengas tanah diamati pada kedalaman tanah 0-15 cm, 16-30 cm, dan 31-45 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi lahan dan berbagai kedalaman tanah berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kadar lengas tanah pada musim kemarau dan penghujan. Kondisi lahan dan kedalaman tanah yang terbaik untuk ketersediaan kadar lengas tanah pada penelitian ini adalah lahan terdapat rorak dan kedalaman 16-30 cm. Persentase laju pertumbuhan lilit batang tanaman belum menghasilkan pada musim penghujan mencapai 91% terhadap lilit batang satu tahun dibandingkan pada musim kemarau.
PERTUMBUHAN TANAMAN KARET BELUM MENGHASILKAN DI LAHAN PESISIR PANTAI DAN UPAYA PENGELOLAAN LAHANNYA (Studi Kasus: Kebun Balong, Jawa Tengah) Saiful Rodhian Achmad; Yoga Bagus Setya Aji
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 1 (2016): Volume 35, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1151.681 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i1.76

Abstract

Indonesia sebagai negara kepulauan masih terbuka kesempatan yang besar dalam memanfaatkan lahan pesisir pantai untuk dikelola menjadi lahan tanaman yang produktif. Lahan pesisir pantai biasanya dicirikan oleh sifat fisik, kimia mapun biologi tanah yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman karet belum menghasilkan (TBM) di lahan pesisir pantai dan upaya pengelolaannya. Penelitian menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel tanah dan pengamatan kondisi tanaman. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada dua lokasi, yaitu berjarak ± 500 m dan > 1000 m dari bibir pantai. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah pada jarak 500 m dan > 1000 m dari garis pantai didominasi  fraksi pasir yaitu > 70%. Secara umum kesuburan tanahnya tergolong rendah dicirikan C-organik tanah tergolong rendah hingga sangat rendah, hara makro (N dan K) tergolong rendah hingga sangat rendah tetapi hara P tersedia pada jarak ± 500 m dan > 1000 m umumnya tergolong sangat tinggi yaitu 45-140 ppm. Keasaman tanah tergolong agak masam berkisar pada pH 6,00-6,42 atau dapat dikatakan pH tersebut sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet. Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman karet pada daerah tepi pantai jarak ± 500 m menunjukkan pertumbuhan yang kurang baik, sebaliknya pada jarak > 1000 m dari bibir pantai pertumbuhan tanaman karet cukup baik. Pengelolaan lahan yang dilakukan untuk pertumbuhan tanaman karet di lahan pesisir pantai yaitu pemberian bahan organik, pemberian mulsa atau penanaman LCC, pemberian pembenah tanah, penanaman tanaman pemecah angin (windbreaker) serta penggunaan klon adaptif.
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PISANG DI ANTARA TANAMAN KARET : STUDI KASUS DI KEBUN CIBUNGUR, PTPN VIII JAWA BARAT Nofitri Dewi Rinojati; Riko Cahya Putra; Elya Afifah; Iwan Muliawansyah
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 1 (2016): Volume 35, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (706.432 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i1.79

Abstract

Masalah yang dihadapi dalam peremajaan karet adalah biaya investasi yang tinggi dan kekhawatiran hilangnya pendapatan selama tanaman karet belum menghasilkan. Salah satu solusi yang dapat dikembangkan adalah penanaman tanaman sela pada saat tanaman karet belum menghasilkan. Pengusahaan tanaman sela sudah mulai dikembangkan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Jawa Barat untuk menghadapi fluktuasi harga karet dan meningkatkan keuntungan perusahaan selama tanaman karet belum menghasilkan. Pisang merupakan komoditas yang memiliki prospek pasar cerah dan sesuai diusahakan sebagai tanaman di antara tanaman karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi usahatani pisang di antara tanaman karet di Kebun Cibungur, PTPN VIII Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis efisiensi usahatani. Efisiensi usahatani merupakan nisbah antara penerimaan dengan biaya usahatani yang merupakan salah satu ukuran apakah usahatani tersebut efisien atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani tersebut mampu memberikan keuntungan sebesar Rp 7.059.598/ha/2 tahun dengan nilai R/C Ratio 1,28. Nilai R/C Ratio lebih besar dari satu, mencerminkan bahwa usahatani tersebut efisien. Ini berarti bahwa usahatani pisang layak untuk dikembangkan di antara tanaman karet belum menghasilkan.
KOROSIVITAS KOAGULAN ASAM SULFAT PADA PERALATAN DI PABRIK PENGOLAHAN KARET ALAM Afrizal Vachlepi; Didin Suwardin
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 1 (2016): Volume 35, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (882.323 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i1.80

Abstract

Salah satu tahapan penting dalam pengolahan karet alam adalah proses penggumpalan (koagulasi) yang memerlukan bahan penggumpal (koagulan). Survei yang dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan bahwa koagulan yang paling banyak digunakan petani adalah asam sulfat. Penggunaan asam sulfat sebagai koagulan karet alam dapat memicu terjadinya korosi pada peralatan di pabrik pengolahan karet alam karena sifatnya yang korosif. Aplikasi asam sulfat 2% sebagai koagulan meningkatkan laju korosi logam baja yang paling banyak digunakan sebagai bahan utama peralatan di pabrik pengolahan karet alam. Laju korosi logam baja dalam lingkungan asam sulfat tergolong korosi yang buruk/jelek. Untuk mengurangi dampak negatif yang disebabkan dari proses korosi logam baja perlu dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian korosi. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan serangan korosi antara lain menggunakan koagulan tidak korosif, menggunakan peralatan dengan material khusus yang tahan terhadap serangan korosi dan menggunakan senyawa inhibitor yang mampu menghambat proses korosi.
UJI PENDAHULUAN SIRKEL CUTTING SYSTEM SEBAGAI REVOLUSI PENYADAPAN PADA PERKEBUNAN KARET Setiono MP; Yoga Bagus Setya Aji; Mudita Oktorina Nugrahani; Akhmad Rouf; Ahmad Rimpun
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 2 (2016): Volume 35, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1071.054 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i2.82

Abstract

Sistem eksploitasi tanaman karet terus mengalami perkembangan. Salah satu inovasi dalam sistem eksploitasi yaitu sistem sadap ganda (double cut), selama ini dinilai menjadi alternatif sistem eksploitasi yang dapat meningkatkan produksi pada klon slow starter. Akan tetapi, setelah dievaluasi, sistem sadap tersebut memiliki banyak kekurangan yang dapat merugikan tanaman dan perusahaan bila penerapannya tidak sesuai dengan norma. Selain itu, tenaga kerja khususnya penyadap juga berpengaruh terhadap produktivitas. Penyadap merupakan faktor penting dalam sistem eksploitasi tanaman karet untuk mencapai keuntungan maksimal. Rendahnya minat masyarakat menjadi tenaga penyadap mengakibatkan semakin berkurangnya jumlah penyadap terampil. Dampak dari kurangnya jumlah penyadap terampil yaitu mutu sadapan kurang baik. Hal ini menjadi permasalahan dalam upaya peningkatan produktivitas. Balai Penelitian Getas sedang mengembangkan inovasi teknologi penyadapan berbasis stimulan gas etilen dan sadap mekanis. Sirkel Cutting System (SCS) merupakan sistem sadap revolusioner dari Balai Penelitian Getas untuk mengatasi permasalahan dalam proses penyadapan tanaman karet saat ini. Hasil percobaan pendahuluan menunjukkan bahwa sistem sadap SCS dapat meningkatkan produktivitas pada beberapa klon tanaman karet yang diuji yaitu PR 261, PB 260, RRIC 100 dan BPM 24 sebesar 423 % hingga 1263 % terhadap perlakuan sadap konvensional SKB (S/2d3). Hal ini mengindikasikan bahwa SCS prospektif untuk dikembangkan. Meskipun demikian perlu dilakukan pengujian dalam skala areal lebih luas dan skala waktu lebih lama.
STUDI PEMANFAATAN EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica Valeton) UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH PADA TANAMAN KARET Alchemi Putri Juliantika Kusdiana; Misbakhul Munir; Heru Suryaningtyas
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 1 (2016): Volume 35, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1510.141 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i1.85

Abstract

Penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh cendawan Rigidoporus microporus (Sw.) Overeem masih menjadi penyakit penting dan merugikan pada perkebunan karet Indonesia hingga saat ini. Upaya pengendalian JAP secara biologi terus dilakukan untuk melengkapi cara lain yang telah ada (kimia dan kultur teknis) agar diperoleh hasil yang lebih efisien dan efektif. Studi pendahuluan pemanfaatan bahan tanaman antagonis telah memberikan capaian yang prospektif. Diperolehnya ekstrak tanaman antagonis kunyit (C. domestica) yang efektif untuk pengendalian JAP. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas, persistensi, dan fitotoksisitas bahan nabati tersebut yang diekstrasi menggunakan berbagai bahan pelarut dan dibuat dalam berbagai bentuk formula. Hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium dan rumah kaca Balai Penelitian Sembawa menunjukkan bahwa pada kondisi laboratorium ekstrak kunyit efektif menekan perkembangan cendawan R. microporus sebesar 43,25% s.d. 65,13% terhadap kontrol. Pada kondisi rumah kaca diperoleh hasil bahwa formula ekstrak kunyit 20 EC + pelarut n-hexane dapat menurunkan intensitas serangan penyakit JAP sebesar 20,80%. Semua jenis formula yang diuji tidak toksik terhadap tanaman karet dan memiliki persistensi yang baik sampai empat hari setelah aplikasi formula ke media tanam (tanah) dalam polibeg.
KELAYAKAN FINANSIAL UNIT PENGOLAHAN KARET DENGAN CREPER MINI (STUDI KASUS DI DESA PULAU HARAPAN, KABUPATEN BANYUASIN) Aprizal J Alamsyah
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 2 (2016): Volume 35, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.508 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i2.86

Abstract

ABSTRACTThe low quality of raw rubber materials produced by farmers is a classic problem. Farmers cultivate only hereditary sap crops into the clot, printed in the freezer and the results tub-shaped “slab” in various sizes. Prices received is relatively low, due to the weak bargaining position that would otherwise be beneficial to make a clean “bokar”. A factory units with creper mini is a business opportunity for farmers – traders who have sufficient capital investment. Creper mini machine is used to process the material rubber into blankets. Processing alternatives be blanketed capable to improving the quality and the price at the farm level. However, the lack of capital will hinder business continuity, while the production capacity should remain unfulfilled. This article is a reviews of case studies in factory units with creper mini on Banyuasin district, South Sumatera. The study analyzes were conducted to understand the financial aspects of the operations with financial eligibility criteria NPV, B/C ratio, IRR and PP. NPV results Rp. 1.225.200.360,-, B/C Ratio 1,02, IRR 32%, and PBP 2,1 years or 25 months. Business continuity rubber processing factory units with mini creper is feasible. Efforts to provide value-added is a large capital investment, as well as potential raw materials to meet the production capacity. ABSTRAK Rendahnya mutu bahan olah karet yang dihasilkan oleh petani menjadi problema klasik yang terjadi hingga saat ini. Biasanya petani karet hanya mengolah lateks hasil kebun yang dicetak dalam bak pembeku dan hasilnya berbentuk slab dengan berbagai ukuran. Hal ini mengakibatkan harga yang diterima petani relatif rendah, karena lemahnya posisi tawar yang seharusnya dapat ditingkatkan apabila membuat bokar bersih. Keberadaan unit pengolahan karet creper mini dapat menjadi bagian dari upaya peningkatan mutu bokar, sekaligus peluang usaha bagi petani-pedagang yang memiliki modal untuk berinvestasi. Mesin creper mini berfungsi untuk mengolah bokar atau slab tipis menjadi blanket. Alternatif pengolahan bokar menjadi blanket di unit pabrik pengolahan karet creper mini diharapkan akan meningkatkan mutu dan harga di tingkat petani. Tulisan ini adalah ulasan dari studi kasus pada unit pabrik pengolahan karet creper mini yang berada di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Kajian dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial dari kegiatan usaha pengolahan karet dengan creper mini. Indikator kelayakan finansial yang digunakan adalah NPV, B/C ratio, Internal Rate of Return, dan PBP. Hasil perhitungan NPV sebesar Rp. 1.225.200.360,- , B/C ratio 1,02, IRR 32% dan PBP 2,1 tahun atau 25 bulan. Dengan demikian, usaha Unit Pengolahan Karet dengan Creper Mini dinilai layak untuk dilakukan. Upaya pengembangan usaha untuk memberikan nilai tambah yang lebih besar adalah dengan modal investasi yang besar, serta menjamin ketersediaan bahan baku secara berkelanjutan guna memenuhi kapasitas produksi creper mini. 
PAKET TEKNOLOGI OPTIMASI PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KARET PADA DAERAH BERIKLIM KERING Akhmad Rouf; Hananto Hadi; Setiono Setiono; Ari Santosa Pamungkas; Mudita Oktorina Nugrahani
Warta Perkaretan Vol. 36 No. 1 (2017): Volume 36, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.92 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v36i1.88

Abstract

Areal pengembangan tanaman karet di Indonesia hampir tersebar pada seluruh propinsi, termasuk di wilayah Indonesia timur yang beriklim kering. Meskipun luas perkebunan karet di wilayah beriklim kering tergolong sangat kecil (sekitar 1,6%), namun pengembangannya perlu dilakukan seoptimal mungkin. Pada daerah kering dengan curah hujan < 1500 mm/tahun, air merupakan faktor pembatas utama terhadap laju pertumbuhan dan produktivitas tanaman karet. Kondisi tersebut (iklim kering) sukar dimodifikasi dan dikendalikan kecuali dalam skala mikro, yaitu melalui pendekatan dengan cara penyesuaian antara kultur teknis dengan karakter iklim yang ada. Penerapan paket teknologi meliputi teknologi penyediaan bahan tanam yang sesuai pada daerah beriklim kering, teknologi manajemen lengas, dan penerapan teknologi sistem eksploitasi yang tepat diharapkan dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi lateks pada tanaman karet. Hasil pengamatan di beberapa kebun karet di Jawa Timur menunjukkan bahwa sebelum diterapkan paket teknologi, pertumbuhan TBM karet cenderung di bawah standar, namun setelah diterapkan paket teknologi performa tanaman dan pertumbuhan lilit batang menjadi lebih baik. Penerapan paket teknologi pada TM, berupa penjagaan lengas tanah, peningkatan efektivitas serapan hara, dan penerapan sistem eksploitasi berdasarkan tipologinya mampu mendukung optimasi penyadapan sehingga produksi lateks meningkat.
CARBON FOOTPRINT DALAM PROSES BUDIDAYA TANAMAN KARET DAN PRODUKSI BEBERAPA PRODUK KARET Andi Nur Cahyo; Jamin Saputra; Mili Purbaya; Thomas Wijaya
Warta Perkaretan Vol. 35 No. 1 (2016): Volume 35, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.98 KB) | DOI: 10.22302/ppk.wp.v35i1.90

Abstract

Salah satu komoditas pertanian yang memberikan andil dalam penyerapan dan emisi CO2 adalah tanaman karet.Tulisan ini bertujuan untuk menghitung jumlah karbon yang diemisikan dan diserap (Carbon Footprint/CF) dalam proses budidaya tanaman karet mulai dari pembibitan, persiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaan sampai tanaman diremajakan. Jumlah karbon yang diserap oleh tanaman karet diperoleh berdasarkan analisa C-organik sampel bibit tanaman karet baik yang masih berupa batang bawah, bibit polibeg dua payung dan tanaman karet klon GT1 pada saat diremajakan. Jumlah karbon yang diemisikan dihitung dari proses pembuatan bibit polibeg dua payung daun sampai tanaman diremajakan. Total emisi karbon yang dihasilkan mulai dari proses pembuatan bibit sampai peremajaan karet tua adalah 728,87 kg CO2-e/tanaman. Sebaliknya total serapan karbon oleh tanaman karet selama satu siklus adalah 2.278,17 kg CO2-e/tanaman untuk klon GT 1. Klon GT1 dalam satu siklus dapat menghasilkan 68,55 kg karet kering/tanaman, sehingga untuk memproduksi 1 kg karet kering telah diserap 33,23 kg CO2 dan diemisikan 10,63 kg CO2. Selain itu, untuk menghasilkan 1 kg produk karet remah, karet sit, atau lateks pekat, akan dihasilkan emisi karbon tambahan sebesar 0,313; 0,126; dan 0,151 kg CO2-eq/kg produk yang dihasilkan berturut-turut. Karena itu, apabila dihitung mulai dari proses pembibitan tanaman karet, telah diserap karbon sebanyak 33,23 kg CO2 dan diemisikan karbon sebanyak 10,94; 10,75; dan 10,78 kg CO2-e untuk setiap kg karet remah, karet sit, dan lateks pekat yang dihasilkan berturut-turut. Hal ini menunjukkan budidaya tanaman karet memberikan andil positif dalam penyerapan karbon dari atmosfer dan menekan pemanasan global.

Page 4 of 17 | Total Record : 161


Filter by Year

2012 2025