cover
Contact Name
-
Contact Email
jurnal@fahutan.untan.ac.id
Phone
+6285345044457
Journal Mail Official
jurnal@fahutan.untan.ac.id
Editorial Address
Fakultas Kehutanan Untan Jln. Imam Bonjol Pontianak Telp/fax : 0561-767673 / 0561-764513
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
JURNAL HUTAN LESTARI
ISSN : 23383127     EISSN : 27761754     DOI : http://dx.doi.org/10.26418/jhl.v8i4
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Hutan Lestari merupakan jurnal ilmu kehutanan yang menyajikan artikel mengenai hasil-hasil penelitian meliputi bidang teknologi pengolahan hasil hutan, pengawetan kayu, teknologi peningkatan mutu kayu, budidaya hutan, konservasi sumber daya alam, ekonomi kehutanan, perhutanan sosial dan politik kehutanan. Setiap naskah yang dikirimkan ke Jurnal Hutan Lestari akan ditelaah oleh Penelaah yang sesuai dengan bidangnya. Jurnal Hutan Lestari dipublikasikan oleh Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura diterbitkan setiap 3 bulan sekali.
Articles 22 Documents
Search results for , issue "Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI" : 22 Documents clear
PEMANFAATAN PURIK (Mitragyna speciosa Korth.) OLEH MASYARAKAT DESA KALIS RAYA KECAMATAN KALIS KABUPATEN KAPUAS HULU Muflihati Muflihati; Gusti Hardiansyah; Krismanto zakaria; Munadian Munadian
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v10i4.56247

Abstract

Purik grows well in the tropics, especially in Kapuas Hulu, West Kalimantan. People use Purik as herbal products and also sell them domestically and abroad. Kalis Raya village is an area where purik plants grow. The purpose of the study to record a type of Purik used by people of Kalis Raya Village, Kalis District, Kapuas Hulu Regency. Record utilization, cultivation, and marketing. The method used surveys with interview techniques. There are two varieties of Purik found, identified through the color of leaf veins, Purik red and green vein colors. The use of both varieties leaf parts as medicinal materials and sold and stems as firewood. The use-value of Purik (UV) as traditional medicine is 0.091, herbal materials for sale 1.00, and firewood 0.132. The result of use-value (UV) data analysis is 1.23, which is a category of plants, not a priority species (0<UV>3). Purik traditional medicine use for outer wounds has the highest Fidelity Percentage (FL) of 100%, and purik usability for diabetes and cosmetics is the lowest at 16.67%. Farmers' income sells wet leaves on average Rp. 10,174,798 for one harvest (6 months). Farmers sell fresh leaves to steamers, then processed into dried leaves, crumbs, and powders. Low steamers sell products to high steamers who are exporters.Keywords: Cultivation, Fadelity level (FL), Marketing, Mitragyna speciosa, Use value (UV)   AbstrakPurik tumbuh baik di daerah tropis terutama di Kapuas hulu Kalimantan Barat. Masyarakat memanfaatkan purik sebagai produk herbal dan juga menjualnya ke dalam dan luar negeri. Desa Kalis Raya merupakan salah satu kawasan tempat tumbuhnya purik. Tujuan penelitian ini adalah mendata jenis purik yang dimanfaatkan masyarakat Desa Kalis Raya Kecamatan Kalis Kabupaten Kapuas Hulu, mendata pemanfaatan, pembudidayaan, dan pemasaran. Metode yang digunakan survei dengan teknik wawancara. Terdapat dua varietas purik yang ditemukan, diidentifikasi melalui warna vena daun, warna vena merah dan hijau. Pemanfaatan kedua varietas purik tersebut diantaranya bagian daun sebagai bahan obat dan dijual serta batang sebagai kayu bakar. Nilai Kegunaan purik (UV) sebagai obat tradisional sebesar 0,091, bahan obat untuk dijual 1,00 dan kayu bakar 0,132. Hasil analisis data UV sebesar 1,23 termasuk kategori tanaman bukan spesies prioritas (0<UV>3). Penggunaan obat tradisional purik untuk luka luar memiliki Persentase Fidelity level (FL) tertinggi 100%, dan kegunaan purik untuk diabetes dan kosmetik terendah yaitu 16,67%. Pendapatan petani menjual daun basah rata-rata Rp.10.174.798 untuk sekali panen (6 bulan). Petani menjual daun segar kepada pengepul selanjutnya diproses menjadi daun kering, remahan dan serbuk. Pengepul kecil menjual kepengepul besar yang merupakan eksportir.Kata Kunci: Pembudidayaan, Tingkat Penggunaan, Pemasaran, Mitragyna Speciosa, Nilai Kegunaan (UV),
IDENTIFIKASI DAN PEMANFAATAN BAMBU DI KAWASAN HUTAN DESA BHAKTI MULIA KECAMATAN BENGKAYANG KABUPATEN BENGKAYANG Lita Lita; Gusti Eva Tavita; Ratna Herawatiningsih
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v10i4.50744

Abstract

This study aims to record the types of bamboo in Bhakti Mulia Village, Bengkayang Sub-District, Bengkayang District, to record the parts of the bamboo plant used by the people of Bhakti Mulia Village, Bengkayang Sub-District, Bengkayang District, to record various uses of bamboo carried out by the people of Bhakti Mulia Village, Bengkayang Sub-District, Bengkayang District. The method used is a survey and observation method with direct interview techniques. Sampling of the use of bamboo was carried out using purposive sampling. The tools used in collecting interview data were questionnaires, Tally sheets and stationery, tools used in sampling were machetes, safety equipment (gloves, shoes), equipment for herbarium (cutting scissors, plastic packing, knives, newspapers, scissors, insulation and label hangers, permanent markers), Cameras/mobile phones for documentation, Voice recorders and the materials used are bamboo, spiritus. Based on the results of the study, it was noted that 9 types of bamboo were used by the community, namely: Aur (Bambusa multiplex), Au (Bambusa vulgaris), Batunk (Dendracalamus asper), Bincank (Dendrocalamus hirtellus), Gare (Gigantochloa ater), Abe (Gigantochloa balui) , Tarenk (Gigantochloa hasskarliana), Acurit (Gigantochloa levis), Boro mari/Boro lamang (Schzostachyum brachycladum). These 9 types of bamboo are all used by the community in the form of crafts and traditional rituals, farming tools, consumption of cooking foods such as lemang, the parts used are the stems, leaves for food wrapping, and shoots for vegetables.Keyword: Bamboo, Bhakti Mulia, Identification, Utilization.AbstrakPenelitian bertujuan untuk mendata jenis bambu yang ada di Desa Bhakti Mulia Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang, mendata bagian tumbuhan bambu yang di manfaatkan oleh masyarakat Desa Bhakti Mulia Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang, mendata berbagai pemanfaatan bambu yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bhakti Mulia Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang. Metode yang digunakan adalah metode survey dan observasi dengan teknik wawancara langsung. Pengambilan sampel pemanfaatan bambu dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Alat yang digunakan dalam pengambilan data wawancara adalah kuisioner, Tally sheet dan alat tulis, Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Parang, Perlengkapan keamanan (sarung tangan, sepatu), Peralatan untuk herbarium (Gunting stek, plastik packing, Pisau, koran, gunting, isolasi dan gantungan label, spidol permanen), Kamera/hp untuk dokumentasi, Perekam suara dan bahan yang digunakan adalah bambu, spiritus. Berdasarkan hasil penelitian tercatat 9 jenis bambu yang dimanfaatkan oleh masyarakat, yaitu: jenis Aur (Bambusa multiplex), Au (Bambusa vulgaris), Batunk (Dendracalamus asper), Bincank (Dendrocalamus hirtellus), Gare (Gigantochloa ater), Abe (Gigantochloa balui), Tarenk (Gigantochloa hasskarliana), Acurit (Gigantochloa levis), Boro mari/Boro lamang (Schzostachyum brachycladum). 9 jenis bambu ini semuanya dimanfaatkan oleh masyarakat dalam bentuk kerajinandan, ritual adat, alat bertani, konsumsi memasak makanan seperti lemang bagian yang digunakan adalah bagian batang, daun untuk pembungkus makanan, tunas untuk sayur.Kata kunci: Bambu, Bhakti Mulia, Identifikasi, Pemanfaatan.
FAKTOR PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DAN UPAYA PENGENDALIAN MASYARAKAT DI LANSKAP BENTANG PESISIR PADANG TIKAR KABUPATEN KUBU RAYA Wilhelmus Pebrilianto Widiatmoko; Dwi Astiani; Sudirman Muin
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v10i4.55548

Abstract

Community perceptions on the types of forest and peatland fire prevention need to be explored to provide awareness of fire hazards and ways to overcome them. The purpose of this study is to identify the causes of forest and peatland fires and control efforts undertaken by the community in preventing fires in Lanskap Bentang Pesisir Padang Tikar, Kubu Raya Regency. A multi-stage random sampling method was used in this study with a sample of 95 households from the total population of 2003 household heads. The Slovin formula with a standard error of 10% was used to determine the number of samples. Primary data collection used direct interviews with respondents through a closed-ended questionnaire with research variables following a Guttman scale. The results of the questionnaire were analyzed descriptively using content analysis. From the study results, the most dominant factor causing forest fires was the clearing of agricultural land by burning, while the most prevalent control effort in Lanskap Bentang Pesisir Padang Tikar was the construction of canal blocks.Keywords: causes of fires, fire control efforts, forest, and peatland AbstrakPersepsi masyarakat tentang jenis-jenis pencegahan kebakaran hutan dan lahan gambut perlu digali untuk memberikan kesadaran akan bahaya kebakaran dan cara penanggulangannya. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut serta upaya pengendalian yang dilakukan oleh masyarakat dalam pencegahan kebakaran di Lanskap Bentang Pesisir Padang Tikar Kabupaten Kubu Raya. Dalam penelitian digunakan metode multistage random sampling dengan jumlah sampel 95 rumah tangga dari total populasi tahun 2003 kepala rumah tangga. Penelitian  menggunakan rumus Slovin dengan kesalahan standar 10% untuk menentukan jumlah sampel. Pengumpulan data primer menggunakan wawancara langsung dengan responden melalui kuesioner tertutup dengan variabel penelitian mengikuti skala Guttman. Hasil kuesioner dianalisis secara deskriptif menggunakan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan faktor penyebab kebakaran hutan yang paling dominan adalah pembukaan lahan pertanian dengan cara dibakar, sedangkan upaya pengendalian yang paling dominan di Lanskap Bentang Pesisir Padang Tikar adalah pembangunan sekat kanal.Kata kunci : hutan dan lahan gambut, penyebab kebakaran, upaya pengendalian kebakaran,
ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN SANDAI KABUPATEN KETAPANG TAHUN 2013, 2017 DAN 2021 Syahmidun Syahmidun; Joko Nugroho Riyono; Siti Latifah; Siti Puji Lestariningsih
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v10i4.55329

Abstract

Sandai District is one of the subdistricts in Ketapang Regency which is mostly steep marbled. Forests in the subdistrict act as conservation and water catchment. Population increases and increased land needs result in reduced forest area. The purpose of this study is to get information about changes in land closures in Sandai District in 2013, 2017, and 2021. The study used remote sensing techniques with unsupervised classification methods, visual interpretation of Landsat 8 OLI and TIRS imagery and airy surveys. An accuracy test worth 93.4% showing a map of the results of the land closure classification can be used. There are 10 land closures in Sandai Subdistrict, namely primary dry land forest, secondary dry land forest, water body, open land, plantations, mining in the form of the highest addition occurred in the closure of plantation land with a percentage of 49.09% or 6287.30 hectare. In contrast to the period 2017-2021, the highest land closure changes in percentage and area, namely occurred in the mining land closure class, with a percentage of 606.79% or an area of 1275.47 hectare and reductions occurred in secondary dry land forests which decreased by 24.34% or an area of 15,324,97 Keywords: land cover change, landsat imagery, Sandai DistrictAbstrakKecamatan Sandai merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Ketapang yang sebagian besar wilayahnya berlereng curam. Hutan di kecamatan tersebut berperan sebagai daerah konservasi dan resapan air. Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan lahan mengakibatkan luas hutan semakin berkurang. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang perubahan luasan penutupan lahan di Kecamatan Sandai tahun 2013, 2017 dan 2021. Penelitian ini menggunakan teknik penginderaan jauh dengan metode klasifikasi interpretasi visual Citra Landsat 8 OLI dan TIRS. Uji akurasi bernilai 93,4% menunjukan peta hasil klasifikasi penutupan lahan dapat digunakan. Terdapat 10 penutupan lahan di Kecamatan Sandai yaitu hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, tubuh air, tanah terbuka, perkebunan, pertambangan, permukiman transmigrasi, permukiman, semak belukar dan pertanian lahan kering campur. Perubahan penutupan lahan periode tahun 2013-2017 paling tinggi terjadi pada hutan lahan kering primer dengan pengurangan seluas 81,33% (8520,01 ha). Penambahan tertinggi terjadi pada penutupan lahan perkebunan dengan persentase sebesar 49,09% (6287,30 ha). Periode tahun 2017-2021, perubahan penutupan lahan tertinggi terjadi pada penutupan lahan pertambangan, dengan persentase sebesar 606,79% atau seluas 1275,17 ha dan pengurangan terjadi pada hutan lahan kering sekunder yang berkurang sebesar 24,34% atau seluas 15.324,97 ha.Kata kunci: perubahan penutupan lahan, citra landsat, Kecamatan Sandai
PENGARUH MEDIA TANAM DENGAN PENAMBAHAN PUPUK KOTORAN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI NYAMPLUNG (Calophyllum Inophyllum LINN) Hafiz Ardian; Tuyuk Tuyuk; Burhanuddin Burhanuddin; Marwanto Marwanto
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v10i4.58637

Abstract

Nyamplung is a plant that has economic and ecological benefits. The use of nyamplung seeds for biofuel has increased research attention. So that the propagation of nyamplung plants for cultivation also needs to be done. One method of nyamplung plant propagation is using the nursery technique. The selection of planting media for the nyamplung nursery was done using different media and adding organic fertilizer from cow dung to increase the nutrients in the planting medium. This study aimed to analyze the effect of planting media from sand, alluvial soil, and PMK added with cow manure on the growth of nyamplung seedlings. The results showed that the addition of cow dung affected the height and diameter of the nyamplung seedlings but not the number of leaf blades. Optimal treatment was found in alluvial soil and PMK growing media added with cow manure. This is caused by an increase in nutrients in the soil, thereby increasing the growth hormone activity in diameter and height in the nyamplung seedlings.Keywords: Alluvial, Cow manure, Nyamplung, Planting Media, Ultisol AbtractNyamplung adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat secara ekologi dan ekonomi. Pemanfaatan biji nyamplung untuk biofuel telah meningkatkan perhatian penelitian. Sehingga perbanyakan tanaman nyamplung untuk dibudidayakan pun perlu dilakukan. Salah satu metode perbanyakan tanaman nyamplung adalah menggunakan teknik persemaian. Pemilihan media tanam untuk persemaian nyamplung dilakukan dengan menggunakan media yang berbeda dan dengan penambahan pupuk organik dari kotoran sapi untuk meningkatkan unsur hara pada media tanam. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh media tanam dari pasir, tanah aluvial dan PMK yang ditambahkan pupuk kotoran sapi terhadap pertumbuhan semai tanaman nyamplung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kotoran sapi berpengaruh terhadap peningkatan tinggi, diameter pada semai nyamplung tetapi tidak pada penambahan jumlah helaian daun. Perlakuan optimal ditemukan pada media tanam tanah aluvial dan PMK yang ditambahkan dengan pupuk kotoran sapi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan unsur hara dalam tanah sehingga meningkatkan aktivitas hormon pertumbuhan diameter dan tinggi pada semai nyamplung.Kata kunci: Alluvial, Media Tanam, Nyamplung, PMK, Pupuk Kotoran Sapi
ETNOZOOLOGI UNTUK RITUAL ADAT DAN MISTIS MASYARAKAT DAYAK MALI DI DESA ANGAN TEMBAWANG KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK M Dirhamsyah; Ahmad Yani; Yuliana Yuliana
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v10i4.53633

Abstract

Ethnozoology is a branch of ethnobiology, namely the relationship between humans and the use of animals in the surrounding environment and is a link between human culture and the animals in their environment. The Mali Dayak community in Angan Tembawang Village, Jelimpo District is one of the Dayak sub-tribes located in Landak Regency which has a characteristic that distinguishes it from other Dayak tribes, one of which is its language. The Malian Dayak people are also very closely related to nature, where their lives are very dependent on nature. The purpose of this study was to record the types of animals used for traditional and mystical rituals. This study uses a snowball sampling technique, which is a method for identifying, selecting and taking samples in a network or continuous chain of relationships. The number of people who became respondents as many as 10 people. The data presented in the form of qualitative descriptive. The results showed that there were 8 species from 8 families and 4 classes, namely mammals, aves, pisces and insects which were used for traditional and mystical rituals by the Mali Dayak community. The parts of animals that are used are flesh, blood, fur and the whole body. The parts that are used for mystical value are the voice and the whole body.Keywords: Dayak Mali, Ethnozoology, Traditional RitualsAbstrakEtnozoologi merupakan salah satu cabang ilmu etnobiologi, yaitu hubungan manusia dengan pemanfaatan satwa yang berada di lingkungan sekitarnya dan merupakan keterkaitan antara kebudayaan manusia dengan satwa-satwa di lingkungannya. Masyarakat Dayak Mali di Desa Angan Tembawang Kecamatan Jelimpo merupakan salah satu sub suku Dayak yang terletak di Kabupaten Landak yang memiliki ciri khas yang membedakan dengan suku Dayak lainnya salah satu bahasanya . Masyarakat Dayak Mali juga sangat erat hubungan nya dengan alam, dimana hidup mereka sangat tergantung pada alam. Tujuan penelitian ini mendata jenis-jenis satwa yang dimanfaatkan untuk ritual adat dan mistis. Penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling yaitu suatu metode untuk mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang terus menerus. Jumlah masyarakat yang dijadikan responden sebanyak 10 orang. Data yang disajikan dalam bentuk deskriptif kualitatif. Hasil penelitian terdapat 8 spesies dari 8 famili dan 4 kelas yaitu mamalia, aves, pisces dan insecta yang dimanfaatkan untuk ritual adat dan mistis oleh masyarakat Dayak Mali. Bagian satwa yang dimanfaatkan yaitu daging, darah, bulu dan seluruh badan. Bagian yang dimanfaatkan untuk nilai mistis adalah suara dan seluruh badan.Kata kunci: Dayak Mali, Etnozoologi, Ritual Adat
PENGETAHUAN MASYARAKAT DAYAK IBAN TENTANG PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAMI TENUN IKAT DI DUSUN KELAYAM DESA MANUA SADAP KABUPATEN KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Jeki Jeki; M Dirhamsyah; Siti Masitoh Kartikawati
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v10i4.53535

Abstract

Natural dyes are extracted from plants (such as leaves, flowers, and seeds), animals, and minerals. The purpose of this study was to explore the characteristics of the community of tie weavers by the Dayak Iban tribe in Kelayam, to collect data on plant species as natural dyes for Ikat weaving, to explore community knowledge in the process of natural dyes for ikat weaving. The research was conducted using the survey method with data collection techniques by observation and interviews. (observation) directly in the field. Weaving has a function as a means of introduction and kinship. The use of plants as natural dyes has long been carried out by the Dayak Iban people who live in Kelayam Hamlet. Most of the plants used are obtained from the forest where they live. There are seven types of plants used for the manufacture of natural dyes by the Dayak Iban tribe in the Kelayam Hamlet, such as Engkerebai (Srylocoryne spp), jangau (Aporosa lunata), mengkudu (Morinda citrifolia), mengkudu kayu (Tarenna fragrans), rengat padi (Indigofera arrecta), tebelian (Euslderoxylon zwageri), tengkawang (Shorea macrophylla).Keyword: Dayak Iban Trible, Natural Dye.AbstrakPewarna alami merupakan zat warna yang berasal dari ekstraksi tumbuhan (seperti bagian daun, bunga, biji), hewan dan mineral. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karekteristik masyarakat penenun ikat oleh suku Dayak Iban di Kelayam. mendata jenis tumbuhan sebagai pewarna alami Tenun Ikat, serta mengetahui pengetahuan masyarakat dalam proses pewarna alami untuk tenun ikat. Penelitian dilakukan menggunakan metode survei dengan teknik pengumpulan data secara observasi dan wawancara (pengamatan) langsung dilapangan. Tenun yang dihasilkan memiliki fungsi sebagai sarana memperkenalkan dan tali persaudaraan. Pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna alami telah lama dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Iban berdomisisli di Dusun Kelayam. Sebagian besar tumbuhan yang dimanfaatkan diperoleh dari hutan disekitar tempat tinggal mereka.  Ada 7 jenis  tanaman yang digunakan untuk pembuatan pewarna alami oleh suku dayak iban di Dusun Kelayam seperti: engkerebai (Srylocoryne spp), jangau (Aporosa iunata), mengkudu (Morinda citrifolia), mengkudu kayu (Tarenna fragrans), rengat padi (Indigofera arrecta), tebelian (Euslderoxylon zwageri), tengkawang (Shorea macrophylla).Kata Kunci: Dayak Iban, Pewarna Alami
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN HUTAN TEMBAWANG DI DESA BILAYUK KECAMATAN MEMPAWAH HULU KABUPATEN LANDAK Adriana Yunita; Iswan Dewantara; Slamet Rifanjani; Marwanto Marwanto
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v10i4.53949

Abstract

The Tembawang forest is one of the cultures of the local community in utilizing land as a forest to meet their daily needs. One of the tembawang forests is still sustainable is managed by the indegenous people of Bilayuk Village, Mempawah Hulu District, Landak Regency. The aim of the study was to examine the community's perception of the existence of the Tembawang forest and to analyze the relationship between age, cosmopolitan and community income factors. The method used is a survey method with data collection carried out through direct interviews with respondents, data analysis using qualitative-quantitative descriptive analysis and inferential analysis. The results showed that people's perceptions of the existence of the Tembawang forest with respondents tended to be neutral with a frequency of 54 and a percentage of 70%. The relationship between the dependent variable and the independent variable is: cosmopolitan level with a correlation of 0.260 sig 0.023 significant, income with a correlation of 0.225 sig 0.049 significant while age level correlation 0.018 sig 0.873 not significant.Keywords: Bilayuk Village, public perception, age level, cosmopolitan, tembawang forest, income.AbstrakHutan tembawang merupakan salah satu budaya dari masyarakat lokal dalam memanfaatkan lahan sebagai hutan guna pemebuhan kebutuhan sehari-hari. Salah satu hutan tembawang yang masih lestari dikelola oleh masyarakat Desa Bilayuk Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten Landak. Tujuan penelitian untuk mengkaji persepsi masayarakat terhadap keberadaan hutan tembawang dan menganalisis hubungan faktor tingkat umur, kosmopolitan dan pendapatan masyaraka. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pengambilan data dilakukan melalui melalui wawancara langsung terhadap responden, analisis data mengunakan analisis deskritif kualitatif-kuantitatif dan analisis inferensial. Hasil penelitian menunjukan persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan tembawang dengan responden cenderung netral dengan frekuensi 54 dan persentase 70%. Hubungan variable terikat dan variable bebas yaitu: tingkat kosmopolitan dengan correlation 0,260 sig 0,023 signifikan, pendapatan dengan correlation 0,225 sig 0,049 signifikan sedangakan tingkat umur corelasi 0,018 sig 0,873 tidak signifikan.Kata kunci: Desa Bilayuk, persepsi masyarakat, tingkat umur, kosmopolitan, pendapatan.
KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI KAWASAN TAMAN KEHATI KABUPATEN SEKADAU Yuliati Indrayani; hari Prayogo; julius adi pajar
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v10i4.53987

Abstract

Butterflies are one type of insect found in the Biodiversity Park (kehati) of Sekadau Regency. Kehati Park is a park managed by the local government, in this area there are also plants that can produce a source of food for butterflies. This insect has an important role in ecology, including as a good indicator of the environment due to the nature of butterflies which are very susceptible to degradation and climate change, as well as plant pollinators and can maintain the balance of the ecosystem. This study aims to record diversity, inventory and analyze butterfly species in the Kehati Park, Sekadau Regency. This study used the transect method, direct sampling with insect nets was carried out on the transect line. Butterflies were found as many as 32 types of butterflies with a total of 159 individuals from 6 families, namely Papilionidae (3 species), Nymphalidae (19 species), Pieridae (3 species), Lycaenidae (4 species), Riodinidae (2 species), and Uraniidae (1 species). The diversity index value is 3.42, the abundance index value is 0.99, the species richness index value is 6.11, the dominance index value is 0.04.Keywords: butterfly, diversity, Kehati ParkAbstrakKupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang terdapat di taman keanekaragaman hayati (kehati) Kabupaten Sekadau. Taman Kehati merupakan taman yang dikelola oleh pihak pemerintah daerah, di dalam kawasan ini juga terdapat tumbuh tumbuhan yang dapat menghasilkan sumber pakan bagi kupu-kupu. Serangga ini memiliki peranan penting dalam ekologis diantaranya sebagai indikator yang baik pada lingkungan hidup karena sifat kupu-kupu yang sangat rentan terhadap degradasi dan perubahan iklim, juga sebagai penyerbuk tanaman serta dapat menjaga keseimbangan ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mendata keanekaragaman, menginventarisasi serta menganalisis jenis kupu-kupu di Taman kehati Kabupaten Sekadau. Penelitian ini menggunakan metode transek, pengambilan sampel langsung dengan jaring serangga dilakukan pada jalur transek. Kupu-kupu yang ditemukan sebanyak 32 jenis kupu-kupu dengan total 159 individu dari 6 famili, yaitu Papilionidae (3 jenis), Nymphalidae (19 jenis), Pieridae (3 jenis), Lycaenidae (4 jenis), Riodinidae (2 jenis), dan Uraniidae (1 jenis). Nilai indeks keragaman 3,42, nilai indeks kelimpahan 0.99, nilai indeks kekayaan jenis 6.11, nilai indeks dominansi 0.04.Kata kunci : Keanekaragaman, Kupu-kupu, Taman Kehati
ETNOBOTANI PERNIKAHAN ADAT SUKU DAYAK PESAGUAN HULU KABUPATEN KETAPANG roberto siahaan; Togar Fernando Manurung; Siti Masitoh Kartikawati
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v10i4.53640

Abstract

The upstream Pesaguan Dayak tribe in Tanjung Beulang Village, Tumbang Titi District, Ketapang Regency is an ethnic pesaguan who is still strong in the tradition of traditional marriage which is divided into 2, namely the Donor and Non-Sumbang traditional marriage. In collecting data, this research uses survey methods with interview techniques (Key person and Proposive Sampling), observation and herbarium. the results of this study Tanjung Beulang Village has a traditional institution, namely traditional elders from a village (Demong) who know about the unwritten rules in the community and there are also people who think they have advantages who are named Pesaroh (shaman). The plants used in discordant marriages are 19 species and 9 families and 7 species are not discordant and 5 families are the same plant species in the discordant custom. There are 19 types of plants for discordant traditional weddings and 9 families have 3 meanings, namely as offerings to spirits in dispelling bad luck on the bride, as a concoction in traditional blessings and as snacks during the wedding procession, while traditional weddings are not discordant there are 7 types of plants 5 families have 3 meanings, namely giving souvenirs or providing guests who have been present at the wedding, as an ingredient in traditional blessings and as snacks during the wedding procession.Keywords: Ethnobotany, Dayak Pesaguan, Traditional Wedding.AbstrakSuku Dayak pesaguan hulu di Desa Tanjung Beulang Kecamatan Tumbang Titi Kabupaten Ketapang merupakan etnis pesaguan yang masih kental akan tradisi pernikahan adat yang terbagi menjadi 2 yaitu pernikahan adat Sumbang dan Tidak Sumbang. Pada pengambilan data penelian ini mengunakan metode survey dengan teknik wawacara (Key person dan Proposive Sampling), observasi dan herbarium. hasil penelitian ini Desa Tanjung Beulang mempunyai kelembagaan adat yaitu tetua adat dari suatu Desa (Demong) yang mengetahui tentang aturan-aturan tidak tertulis dimasyarakat dan ada juga orang yang anggap memiliki kelebihan yang diberi nama Pesaroh (dukun). Tumbuhan yang digunakan dalam pernikahan adat sumbang berjumlah 19 spesies dan 9 famili dan tidak sumbang berjumlah 7spesies dan 5 famili merupakan jenis tumbuhan yang sama dalam adat sumbang. Tumbuhan  untuk pernikahan adat sumbang ada 19 jenis dan 9 famili  mempunyai 3 makna yaitu sebagai  sesajen kepada roh halus dalam membuang sial pada pegantin, sebagai ramuan dalam pemberkatan adat dan sebagai cemilan pada saat prosesi pernikahan sedangkan pernikahan adat tidak sumbang terdapat 7 jenis tumbuhan 5 famili mempunyai 3 makna yaitu pemberian cindera mata atau membekali tamu yang telah hadir dalam pernikahan, sebagai ramuan dalam pemberkatan adat dan sebagai cemilan pada saat prosesi pernikahan. Kata Kunci: Etnobotani, Dayak Pesaguan, Pernikahan Adat.

Page 2 of 3 | Total Record : 22


Filter by Year

2022 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 13, No 1 (2025): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 12, No 4 (2024): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 12, No 3 (2024): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 12, No 2 (2024): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 12, No 1 (2024): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 11, No 4 (2023): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 11, No 3 (2023): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 11, No 2 (2023): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 11, No 1 (2023): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 9, No 4 (2021): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 9, No 3 (2021): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 9, No 2 (2021): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 9, No 1 (2021): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 8, No 4 (2020): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 8, No 3 (2020): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 8, No 2 (2020): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 8, No 1 (2020): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 7, No 4 (2019): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 7, No 3 (2019): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 7, No 2 (2019): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 7, No 1 (2019): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 6, No 4 (2018): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 6, No 3 (2018): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 6, No 2 (2018): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 6, No 1 (2018): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 5, No 4 (2017): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 5, No 3 (2017): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 5, No 2 (2017): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 5, No 1 (2017): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 4, No 4 (2016): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 4, No 3 (2016): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 4, No 2 (2016): Jurnal Hutan Lestari Vol 4, No 1 (2016): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 3, No 4 (2015): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 3, No 3 (2015): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 3, No 2 (2015): JURNAL HUTAN LESTARI Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Hutan Lestari Vol 2, No 3 (2014): Jurnal Hutan Lestari Vol 2, No 2 (2014): Jurnal Hutan Lestari Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Hutan Lestari Vol 1, No 3 (2013): Jurnal Hutan Lestari Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Hutan Lestari Vol 1, No 1 (2013): Jurnal Hutan Lestari More Issue