cover
Contact Name
M. Iman Wahyudi
Contact Email
iman.wahyudi@uinbanten.ac.id
Phone
+6285939501925
Journal Mail Official
jsga@uinbanten.ac.id
Editorial Address
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Jl. Jendral Sudirman Ciceri Serang Banten
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Studi Gender dan Anak
ISSN : 26852926     EISSN : 23554037     DOI : http://dx.doi.org/10.32678/jsga
Core Subject : Humanities, Social,
JSGA: Jurnal Studi Gender dan Anak focuses on topics related to gender and child issues. We aim to disseminate research and current developments on these issues. We invite manuscripts on gender and child topics in any perspectives, such as religion, economics, culture, history, education, law, art, communication, politics, and theology, etc. We look forward to having contributions from scholars and researchers of various disciplines.
Articles 54 Documents
Khitan, Perempuan dan Kekerasan Seksual Hery Purwosusanto
Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 7 No 02 (2020): Juli-Desember 2020
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.762 KB) | DOI: 10.32678/jsga.v7i02.180

Abstract

Khitan sebagai suatu syariat dalam Islam berbeda dengan praktik khitan sebelumnya. Kekerasan seksual terhadap perempuan dalam praktik khitan banyak terjadi di berbagai negara. Studi ini membahas khitan dan praktiknya, kekerasan seksual yang terjadi terhadap perempuan yang dikhitan, dan manfaat khitan secara kesehatan. Dalam kajian ulama terdahulu tentang khitan, disebutkan bahwa sunnah muakkadah bagi laki-laki dan “dianjurkan” bagi perempuan. Banyak penyelewengan praktik khitan yang dipengaruhi oleh adat setempat. Perlu ada perhatian dari pemegang kebijakan di daerah yang mana khitan terhadap perempuan sangat dianjurkan bahkan terkesan diwajibkan. Hal ini untuk menghindari kekerasan seksual terhadap perempuan.
Konsep Sosiologis Kekerasan Dalam Rumah Tangga serta Praktiknya dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia Guntur Gusti Nugraha
Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 8 No 02 (2021): Juli-Desember 2021
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.8 KB) | DOI: 10.32678/jsga.v8i02.5509

Abstract

Tindak Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dalam berbagai bentuk dan kasus terjadi karena dominasi dan penggunaan kekuasaan yang be rlebihan oleh pelaku. Namun demikian, sejumlah faktor internal pada pribadi aktor-aktor pelaku dalam rumah tangga, dan faktor-faktor eksternal yang berpusat pada sistem nilai budaya lokal dan perubahan sosial yang berlangsung cepat , turut berperan sebagai penyebab dan pemicunya. Perluasan tindak KDRT di masyarakat tidak patut dibiarkan berkembang terus tanpa kendali. Berbagai usaha dan cara mesti dilakukan oleh semua pihak sebagai wujud pekedulian terhadap persoalan sosial bersama, terutama oleh mereka yang terkait lansung dengannya sebagai pelaku dan korban. Semua langkah menuju ke arah penghapusan tindak KDRT itu dapat dimulai dari usaha-usaha untuk memutus mata rantai penyebab dan pemicunya melalui penguatan jaringan sosial, pemahaman kembali nilai-nilai positif yang terdapat dalam kearifan budaya lokal (local wisdom), dan penguatan fondasi dan struktur bangunan ekonomi keluarga melalui inovasi dan kreasi baru. Mengatasi semuanya itu adalah menjadikan ajaran agama sebagai sumber nilai yang utama melalui langkah-langkah pendalaman dan pelaksanaan ajaran-ajarannya, khususnya ajaran tentang tata cara ideal hidup berkeluarga.
Perjanjian dalam Perkawinan Perspektif Hukum Islam dan Perundang-Undangan Ru’fah Abdullah
Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 7 No 01 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.801 KB)

Abstract

Getting married is an act which is praised by The Prophet Muhammad, because it was recommended to Allah’s messengers and prophets firstly before advised towards people, in order to present the meaning that getting married is very important for human being, and it must be paid attention and applied by Muslims. In applying this recommendation all couple expect to get happy life in this world and the hereafter. Some people believe that this strong expectation can be gotten truly within completing all material facilities, besides having heartfelt, creed and confidence. But, in the conditions some couples do not have more stronger when the problems of life in household come and take turns; in fact one of them with his powerful dominates to each other, and then gets rid of the other’s rights. Thus, the article presents about making agreement in married life as a solution for the problems of household and keeping the rights of everyone. The methods of presenting here are using all references in Islamic traditions, combined to the legislations and regulation of Indonesian constitution. It gives the new horizon of study in this case.
Dra. Nyi Hj. Hayati Nufus: Pendiri 'Aisyiyah dan Gedung Dakwah Muhammadiyah Banten Denna Ritonga
Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 7 No 02 (2020): Juli-Desember 2020
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.833 KB) | DOI: 10.32678/jsga.v7i02.186

Abstract

Tulisan ini akan menjelaskan perjuangan wanita yang gigih dan pantang menyerah, yaitu Dra. Nyi Hj. Hayati Nufus. Lingkungan tradisi pesantren dan kondisi sosial yatim piatunya, melatarbelakangi perjuangan beliau untuk terus belajar dan gapai cita-citanya untuk kemajuan wanita Banten. Menurut beliau, “wanita bukan hanya jumlahnya yang lebih besar dari laki-laki, tetapi juga menduduki posisi dan peran yang sangat penting dan strategis di dalam membangun bangsa”. Apa yang sesungguhnya yang diperjuangkan oleh Dra. Nyi Hj. Hayati Nufus di Banten untuk kemajuan wanita? Dengan metode wawancara dan metode deskripsi, dijelaskan bahwa sesungguhnya perjuangan beliau adalah mendirikan organisasi pergerakan wanita ‘Aisyiyah, AKBID ‘Aisyiyah, dan Gedung Dakwah Muhammadiyah. Tak hanya itu, beliau juga pelopor majelis taklim wanita di beberapa tempat di wilayah Banten. Itulah perjuangannya untuk kemajuan wanita.
Rendahnya Partisipasi Wanita di Bidang Politik Ade Muslimat
Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 7 No 02 (2020): Juli-Desember 2020
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.555 KB) | DOI: 10.32678/jsga.v7i02.181

Abstract

Keterlibatan wanita dalam proses politik di Indonesia masih sangat minim. Minimnya keterwakilan wanita di dalam politik disebabkan oleh kondisi struktural dan kultural bangsa Indonesia. Tingginya budaya patriarki yang melekat dalam budaya Indonesia menjadi penghalang keterwakilan wanita dalam legislatif. Budaya ini memandang bahwa wanita itu lemah dan lebih memposisikan wanita sebagai ibu rumah tangga. Selain itu, adanya subordinasi gender menjadi penghalang bagi keterwakilan wanita untuk berpartisipasi dalam politik. Menghadapi hal demikian, pemerintah sebagai pemegang kebijakan telah menetapkan sejumlah undang-undang untuk mendorong keterwakilan wanita dalam legislatif. UU Nomor 2 Tahun 2008 dan UU Nomor 10 Tahun 2008, merupakan UU yang ditetapkan pemerintah untuk mendorong keterwakilan wanita dalam legislatif. Dalam dua undang-undang tersebut, wanita memiliki kuota sebesar 30% untuk turut serta di dalam legislatif. Sedangkan, parpol berperan untuk mengakomodir keterwakilan wanita dalam legislatif. Melalui ketetapan tersebut, wanita dapat turut berpartisipasi dalam legislatif, sejajar dengan laki-laki.
Hukum Keluarga Islam Nusantara Tema: Analisis Uu No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan UU. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Ahmad Hudri
Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 8 No 02 (2021): Juli-Desember 2021
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.268 KB) | DOI: 10.32678/jsga.v8i02.5510

Abstract

Pembahasan tentang Hukum Keluarga Islam Nusantara sangat menarik. Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana hukum keluarga dalam proses politik hukum dan positivikasi hukum Islam di Indonesia. Proses ini terbentang sejak zaman penjajahan, awal kemerdekaan, masa orde lama, orde baru, reformasi sampai saat ini. Tentu sangat panjang pembahasannya. Sejarah hukum pada zaman Hindia Belanda mengenai kedudukan hukum Islam dapat dibagi atas dua periode. Pertama, periode penerimaan hukum Islam sepenuhnya yang disebut receptio in complex. Pada periode ini berlaku hukum Islam sepenuhnya bagi orang Islam karena mereka memeluk agama Islam. Kedua, periode penerimaan hukum Islam oleh hukum adat yang kemudian disebut teori receptie. Dalam teori ini hukum Islam berlaku apabila diterima atau dikehendaki oleh hukum adat. Pada zaman kemerdekaan hukum Islam mengalami dua periode. Periode penerimaan hukum Islam sebagai sumber persuasive, hukum Islam diterima apabila telah diyakini. Kemudian periode penerimaan hukum Islam sebagai sumber otoritatif, sumber hukum yang telah mempunyai kekuatan hukum
Membangun Kesadaran Masyarakat Mengenai tradisi Pernikahan di Bawah Umur Terhadap Hak Anak Edwin Hadiyan
Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 7 No 01 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.732 KB)

Abstract

The article discuss about a phenomena of early age marriage which is interesting to modern scholars, because it is happen factually and appearing many problems either in social life or law. So, it becomes the hot and controversial issue, especially about its relationship to Islamic Law and National Law. Particularly, the discussion is regarding topics, such as: the rights of child, the problems of reproduction, life after marriage, unwed pregnancy, and so on. Within presenting some phenomena which were happen, the article concludes and relates it to some social theories and Islamic doctrines, in order to present the problem and solutions together. It gives the new horizon of thought in the topic.
Pendidikan Agama Sebagai Dasar Dalam Membangun Ketahanan Keluarga Musyarofah Musyarofah
Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 8 No 02 (2021): Juli-Desember 2021
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.919 KB) | DOI: 10.32678/jsga.v8i02.5502

Abstract

Keluarga adalah merupakan unit terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada di masyarakat. Sebagai unit terkecil, keluarga mempunyai peranan penting dalam mencapai kesejahteraan penduduk yang tentunya menjadi citacita pembangunan negara. Keluarga menjadi lingkungan sosial utama guna memperkenalkan berbagai pengetahuan dan pemahaman agama, cinta kasih, moral, sosial-budaya, dan lain sebagainya. Kekuatan pembangunan nasional, berakar pada elemen keluarga sebagai komunitas mikro dalam masyarakat. Keluarga sejahtera merupakan fondasi dasar bagi keutuhan kekuatan dan keberlanjutan pembangunan. Sebaliknya, keluarga yang rentan dan terceraiberai mendorong lemahnya fondasi kehidupan masyarakat bernegara. Pentingnya penguatan ketahanan keluarga merupakan salah satu unsur pembangunan nasional.Dalam konteks pembangunan sosial di Indonesia, pembangunan keluarga merupakan salah satu isu tematik dalam pembangunan nasional. Upaya peningkatan pembangunan nasional tidak terlepas dari pentingnya keluarga sebagai salah satu aspek penting pranata sosial yang perlu diperhatikan.. Secara yuridis, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyebutkan bahwa “Ketahanan keluarga berfungsi sebagai alat untuk mengukur seberapa jauh keluarga telah melaksanakan peranan, fungsi, tugastugas, dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan kesejahteraan anggotanya”. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yaitu pada Pasal 1 Ayat 11. Pada ayat tersebut dituliskan ketahanan dan kesejahteraan keluarga sebagai kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin. Untuk membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera, pendidikan agama harus dijadikan pondasi atau dasar pijakan. Dengan berpijak pada agama, maka tujuan keluarga akan sangat jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, tidak akan menyimpang apalagi meninggalkan kaidah-kaidah dasar atau norma yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Esa.dengan dijadikannya agama sebagai dasar pijakan dalam membangun keluarga, maka selain keluarga akan mampu melahirkan insan-insan yang agamis, dalam keluarga akan terbangun sikap saling menghormati, menghargai, tong menolong, kerjasama, saling melindungi, saling mengasihi dan selalu bersyukur.
Kekerasan: Mispresentasi Perempuan dalam Ruang Publik (Suatu Agenda Penelitian) Irwan Abdullah
Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 7 No 02 (2020): Juli-Desember 2020
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.448 KB) | DOI: 10.32678/jsga.v7i02.182

Abstract

Tulisan ini akan menjelaskan kekerasan sebagai misrepresentasi perempuan di dalam ruang publik. penjelasannya merupakan suatu agenda penelitian. Dilatarbelakangi oleh kompleksitas persoalan perempuan, ketika terjadinya kekerasan, harus direspons dengan melibatkan berbagai metode penelitian, baik kualitatif maupun kuantitatif. Permasalahannya, kekerasan yang terjadi dalam berbagai bentuk, sudah menjadi suatu budaya bersama dan telah menjadi praktik kolektif, sehingga kekerasan bukan lagi sesuatu yang bersifat brutal tetapi sebagai (satu-satunya) jalan yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan individu dan bahkan kelompok. Dengan pendekatan yang didasari oleh asumsi bahwa kaum perempuan merupakan kelompok yang sadar dan memahami posisi kultural dan strukturalnya dalam masyarakat, tulisan ini akan menjawab dua pertanyaan. Pertama, apakah masih ada kecenderungan oposisi biner (laki-laki dan perempuan sebagaimana nature terhadap culture) di dalam penelitian gender yang bias pada pemaknaan tunggal dan bersifat satu arah (dari laki-laki ke perempuan)? Kedua, apakah relasi sosial masih bersifat top-down menyangkut hubungan-hubungan yang sinergis dan kemitraan antara laki-laki dan perempuan? Disimpulkan bahwa dengan pendekatan post-feminisme, pembongkaran (dekonstruksi) atas dominasi laki-laki yang menempatkan perempuan sebagai objek, sebagai suatu pemikiran ulang terhadap makna “relasi gender” yang dibangun oleh berbagai proses sosial ekonomi dan politik.
Peran Keluarga dalam Menangkal Radikalisme Ahmad Hamdani
Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 8 No 02 (2021): Juli-Desember 2021
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.206 KB) | DOI: 10.32678/jsga.v8i02.5511

Abstract

Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat diharapkan mampu menjadi antivirus radikalisme. Adanya kemitraan keluarga dalam mencegah radikalisme merupakan upaya dalam menopang ketahanan nasional. Kemitraan di sini adalah bentuk kerjasama anatar ayah dan ibu dalam tarbiyatu al-awlad. Berangkat dari sini, penulis mencoba memberikan beberapa usulan agar pencegahan radikalisme melalui peran keluarga bisa berjalan optimal, yaitu: Pertama, kontekstualisasi peran manusia sebagai khalifah; Kedua, mendorong keluarga untuk melek media, dan; Ketiga, mempertajam pemahaman terhadap ajaran agama dan membudayakan tabayyun. Upaya-upaya tersebut bisa berjalan dengan baik jika ada dukungan dan dilakukan secara kolektif oleh pemerintah dan masyarakat. Sebab, mencuatnya radikalisme adalah masalah bangsa dimana penanganannya juga harus secara bersama.