cover
Contact Name
Heppy Yohanes
Contact Email
heppyyohaneslim@gmail.com
Phone
+6287878968652
Journal Mail Official
info@pspindonesia.org
Editorial Address
Perum Puri Bengawan Indah Jl. Karandan Rt.007 Rw.005, Joyontakan, Serengan, Surakarta
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
ISSN : 2797717X     EISSN : 27977676     DOI : https://doi.org/10.54403/rjtpi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia merupakan wadah untuk memublikasi hasil penelitian ilmiah para dosen / peneliti pada bidang Teologi. Fokus dan Scope pada Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia adalah: Sejarah pada Teologi Kajian Teologi Pentakosta Tokoh gereja Liturgi Musik Gereja Misiologi Kepemimpinan Kristen Pastoral Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia is a forum for publishing the scientific of lecturers / researchers in the field of Theology. Focus and scope on Jurnal Pentakosta Indonesia are: History of Theology The Pentacostal Analysis Theology Church Figure Liturgy Church Music Missiology Christian Leadership Pastoral
Articles 91 Documents
Pemuridan dalam Konsep Teologi Pantekosta bagi Pertumbuhan Gereja Baskoro, Paulus Kunto
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 1, No 1 (2021): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.522 KB) | DOI: 10.54403/rjtpi.v1i1.2

Abstract

Discipleship is the most important part of church growth. The early church, after the descent of the Holy Spirit, experienced tremendous breakthroughs. It cannot be denied that the concept of Pentecostal theology is not overemphasized. That is why this writing about a discipleship makes an effective contribution to thinking about and starting a movement for the concept of Pentecostal theology. The movement in the gifts of the Holy Spirit is indeed very extraordinary and brings great movement in the concept of Pentecostal theology. However, if it is not based on discipleship, then the church will only focus on the sparkling gifts of gifts, but cannot be firmly rooted. This research uses descriptive method, which is studying Discipleship in the Concept of Pentecostal Theology for Church Growth from the point of view of the truth of God's Word. The purpose of this discussion is to provide a new perspective on the discipleship that is the basis of church growth. In discipleship there will be a strong foundation laying on the truth of God's Word, the growth of spiritual maturity, spiritual gifts that function more optimally, the multiplication of new leaders and the church becomes strong from generation to generation. All are fully committed to the power of the Holy Spirit who will help and equip.Pemuridan menjadi bagian yang paling penting dalam sebuah pertumbuhan gereja.. Gereja mula-mula setelah peristiwa turunnya Roh Kudus, mengalami terobosan yang luar biasa. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam konsep teologi Pantekosta tidak terlalu ditekankan. Itu sebabnya penulisan ini tentang sebuah pemuridan memberikan kontribusi yang efektif untuk memikirkan dan memulai sebuah gerakan bagi dalam konsep teologi Pantekosta. Kegerakan dalam karunia-karunia Roh Kudus memang sangat luar biasa dan membawa kegerakan yang hebat dalam konsep teologi Pantekosta.. Namun kalau tidak didasari dengan sebuah pemuridan, maka gereja hanya fokus kepada gemerlap kehebohan karunia saja, namun tidak bisa berakar dengan kuat. Penelitian ini menggunakan metode deskritif, yaitu mempelajari tentang Pemuridan dalam Konsep Teologi Pantekosta bagi Pertumbuhan Gereja dari sudut pandang kebenaran Firman Tuhan. Tujuan pembahasan ini adalah memberikan pandangan yang baru tentang sebuah pemuridan yang menjadi dasar pertumbuhan gereja. Dalam pemuridan akan terjadi peletakan dasar yang kuat tentang kebenaran Firman Tuhan, pertumbuhan kedewasaan rohani, karunia-karunia rohani yang berfungsi lebih optimal, multiplikasi pemimpin baru dan gereja menjadi kokoh dari generasi ke generasi. Semua diserahkan sepenuhnya dalam kekuatan Roh Kudus yang akan menolong dan memperlengkapi.
Kajian Teologi Markus 10:45 Terhadap Prinsip Pelayanan Yesus Kristus dan Relevansinya bagi Pemimpin Gereja Masa Kini Baskoro, Paulus Kunto
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 1 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i1.31

Abstract

The pastor is the leader in a church. The pastor is the highest authority in a church. However, it should be realized that the leadership of the Pastor is also inherent in his life. This means that the leadership and character of the pastor's life cannot be separated. The character of the Pastor greatly influences his leadership in a church and family. So, the success of the leadership of the Congregation Shepherd is largely determined by the character of the Congregation Shepherd. The character of the Church Shepherd is fundamental in all things. Some of the pastor's leadership are not optimal, because they have characters that are not in accordance with the truth of God's Word. Shepherd with goals that are self-interested. And the focus of the Shepherd's character will be discussed in the context of Mark 10:45 which is centered on Jesus Christ. This writing uses a descriptive literature method. The goal is that through writing the Personal Principles of the Lord Jesus According to Mark 10:45, namely, First, come not to be served. Second, come to serve. Third, came to give His life. Fourth, came to give a ransom for many. The person of the Lord Jesus must be an answer to the relevance of the current pastor's character in the leadership of the congregation, namely: First, the pastor must be present not to be served. Second, the pastor of the congregation is here to serve. Third, the pastor of the congregation is always ready to make sacrifices. Fourth, the pastor is present to always set an example. Fifth, the pastor is here to give encouragement. By having this kind of character, surely the leadership of the pastor will be a blessing to the entire congregation and the name of the Lord Jesus will be glorified.AbstrakGembala Sidang adalah pemimpin dalam sebuah gereja. Gembala Sidang pemegang otoritas tertinggi dalam sebuah gereja. Namun perlu disadari bahwa kepemimpinan Gembala Sidang melekat juga dalam sisi kehidupannya. Artinya kepemimpinan dan karakter kehidupan Gembala Sidang tidak bisa dipisahkan. Karakter Gembala Sidang sangat mempengaruhi kepemimpinannya dalam sebuah gereja dan keluarga. Jadi, keberhasilan kepemimpinan Gembala Sidang sangat ditentukan dengan karakter yang dimiliki Gembala Sidang. Karakter Gembala Sidang menjadi dasar dalam segala hal. Beberapa kepemimpinan Gembala Sidang sangat tidak maksimal, karena memiliki karakter yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Menggembalakan dengan tujuan-tujuan yang bersifat demi kepentingan diri sendiri. Dan fokus karakter Gembala Sidang akan dibahas dalam konteks Markus 10:45 yang bersentral kepada Yesus Kristus. Penulisan ini menggunakan metode deskritif literatur. Tujuannya supaya lewat penulisan yaitu Prinsip-Prinsip Pribadi Tuhan Yesus Menurut Markus 10:45 yaitu, Pertama, datang bukan untuk dilayani. Kedua, datang untuk melayani. Ketiga, datang untuk memberikan nyawa-Nya. Keempat, datang untuk memberikan tebusan bagi banyak orang. Pribadi Tuhan Yesus ini harus menjadi sebuah jawaban terhadap relevansi karakter gembala sidang masa kini dalam kepemimpinan jemaat yaitu : Pertama, gembala sidang harus hadir untuk bukan dilayani. Kedua, gembala sidang hadir untuk melayani. Ketiga, gembala sidang selalu siap untuk berkorban. Keempat, gembala sidang hadir untuk selalu memberi teladan. Kelima, gembala sidang hadir untuk memberikan semangat. Dengan memiliki karakter seperti ini pasti kepemimpinan gembala sidang akan menjadi berkat bagi seluruh jemaat dan nama Tuhan Yesus dipermuliakan.
Kajian Epistemologi Pendidikan Kristen Pentakostal Dan Implikasi Pada Gereja Pentakostal-Karismatik Di Indonesia Rokot, Ridwan Arke
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 1 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i1.34

Abstract

The church or place of worship is not only a locus of activity for the educational function but can also be said to be a nursery for the formation of a community which has an impact as the historical roots of the formation of the current epistemology of education. Using a qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that: The implications of Pentecostal Christian Education practiced in Pentecostal churches, namely; First, the Life of Praying and Reading the Bible; Second, Utilization of Teaching Media; and Third, Teaching Strategies and Methods. The meaning and praxis of education that forms the order of life for charismatic Pentecostals in the values of a militant spirit, never give up.AbstrakGereja atau tempat ibadah bukan hanya menjadi lokus aktivitas fungsi pendidikan tetapi juga dapat dikatakan sebagai tempat persemaian terbentuknya komunitas  yang mana hal itu berdampak sebagai akar-akar historis dari pembentukan epistemologi Pendidikan yang ada saat ini. Mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur maka dapat disimpulkan bahwa: Implikasi Pendidikan Kristen Pentakostal yang dipraktikan dalam gereja-gereja pentakostal, yaitu; Pertama, Kehidupan Berdoa dan membaca Alkitab; Kedua, Pemanfaatan Media Pengajaran; dan Ketiga, Strategi dan Metode Pengajaran. Makna dan praksis Pendidikan yang membentuk tatanan hidup orang pentakosta karismatik dalam nilai-nilai semangat militan, pantang menyerah.
Peran Amanat Agung Terhadap Penyembah Watu Pinawetengan Taogan, Frischo Ridhoi; Suseno, Aji; Arifianto, Yonatan Alex
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 1 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i1.36

Abstract

Minahasa is one of the ethnic groups in North Sulawesi. Christians are the majority in the area. Along with the development of Christianity in Minahasa, it did not make the indigenous religious culture erased. One of the concerns is the ritual carried out at Watu Pinawetengan called "Kampetan". The ritual has a high appeal, because the ceremony is carried out by means of prayer, reading the Bible, there is a dance and the climax is where the ritual leader or ritual participant is possessed by ancestral spirits and speaks in the original Minahasa language, and someone else translates. The purpose of this ritual is the preservation of local culture, but the other purpose of the participants is to respect/worship and ask for protection to the ancestors. So in the ritual they wait for instructions from their ancestors to be obeyed and hope for healing in the ritual. Therefore, the church must be responsible for designing the structure of evangelism to them. The role of the church through the great mandate of Jesus Christ must be seen in this case. Therefore, the author uses a theological research method with a literature study model and examines Bible verses with the Hermeneutic Word Study model in Matthew 28:19-20 so that research results are obtained based on an analysis of existing data that the church must play a role through the role of the Great Commission in ministry to worshipers at Watu Pinawetengan yang inclined towards animism and syncretism. Worshiping ancestors is an act that violates God's law. Minahasa merupakan salah satu etnis di Sulawesi utara.  Pemeluk agama Kristen merupakan kaum mayoritas di daerah tersebut.  Seiring dengan perkembangan kekristenan di Minahasa, ternyata tidak membuat budaya agama pribumi terhapus.  Salah satu yang menjadi perhatian adalah ritual yang dilaksanakan di Watu Pinawetengan yang disebut “Kampetan”.  Ritual tersebut mempunyai daya tarik yang tinggi, karena upacara yang dilakukan dilaksanakan dengan cara berdoa, membaca alkitab, ada tarian dan puncaknya adalah dimana pemimpin ritual atau peserta ritual ada yang dirasuki roh leluhur dan berbicara dalam bahasa asli Minahasa, serta seorang yang lain menerjemahkan.  Tujuan ritual ini adalah pelestarian budaya lokal, tetapi tujuan lainnya dari para peserta adalah sebagai penghormatan/ penyembahan serta memohon perlindungan kepada leluhur.  Sehingga dalam ritual tersebut mereka menantikan instruksi-instruksi dari leluhur untuk ditaati dan berharap kesembuhan dalam ritual tersebut.  Oleh sebab itu, gereja harus bertanggung jawab untuk merancang bangun pewartaan injil kepada mereka.  Peran gereja melalui mandat agung Yesus Kristus harus terlihat dalam kasus ini.  Oleh sebab itu, penulis menggunakan metode penelitian teologis dengan model studi pustaka dan mengkaji ayat Alkitab dengan model Hermeneutika Studi Kata dalam nats Matius 28:19-20 sehingga diperolehlah hasil riset berdasarkan Analisa data yang ada bahwasannya gereja harus berperan melalui peran Amanat Agung dalam pelayanan terhadap penyembah di Watu Pinawetengan yang cenderung ke animisme dan sinkritisme.  Penyembahan kepada leluhur merupakan tindakan yang menyalahi hukum Allah.
Studi Tentang Keadaan Setelah Kematian Dalam Perspektif Perjanjian Baru Mangoli, Yefta Yan
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 1 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i1.33

Abstract

Death is part of the journey of human life. Everyone will experience death. Life after death is often a hot debate in the Christian world to this day. Therefore, through this paper, the author tries to find answers to the views on the concept of death and resurrection in the Bible. Discussion of the concept of the state after death. This study uses a qualitative research method with a descriptive approach, taking the main sources from the Old and New Testaments as well as literature that supports the topic of discussion. Based on the results of research conducted through Bible studies and literacy related to the topic of discussion, it can be explained that there are several concepts about the afterlife. However, based on biblical studies, it can be understood that in the New Testament times it was stated that the spirits and souls of the dead in Christ will live for eternity, while those who die outside of Christ will fall into destruction.AbstrakKematian merupakan bagian dari perjalanan hidup manusia. Setiap orang pasti akan mengalami kematian. Kehidupan setelah kematian sering menjadi perdebatan hangat di dunia Kristen hingga saat ini. Oleh karena itu, melalui tulisan ini, penulis mencoba mencari jawaban atas pandangan tentang konsep kematian dan kebangkitan dalam Alkitab. Pembahasan Konsep keadaan setelah kematian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, mengambil sumber utama dari Perjanjian Lama dan Baru serta literatur yang mendukung topik pembahasan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui studi Alkitab dan literasi terkait topik pembahasan, dapat dijelaskan bahwa ada beberapa konsep tentang akhirat. Namun, berdasarkan studi Alkitab dapat dipahami bahwa pada zaman Perjanjian baru menyatakan bahwa roh dan jiwa orang mati di dalam Kristus akan hidup dalam kekekalan, sedangkan mereka yang mati di luar Kristus akan masuk dalam kebinasaan.
Etika Kristen dalam Perspektif Roma 12: 10 terhadap Peran komunikasi Bermedia Sosial di Era Digital Suyadi, Suyadi; Simorangkir, Sri Lina BL; Basuki, Yoel Tri; Hutabarat, Manahan
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 1 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i1.37

Abstract

Kebebasan yang dimiliki oleh setiap orang dalam memanfaatkan media sosial di era digital ini seringkali justru menimbulkan efek-efek yang kurang baik. Hal itu dikarenakan kurangnya tanggung jawab dalam penggunaan media sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana etika kristen sebagaimana yang tertulis dalam Roma 12:10 dapat menjadi acuan dalam dalam bermedia sosial, sehingga tidak menghasilkan efek negatif, tetapi justru mampu memberikan manfaat yang besar bagi semua yang terlibat dalam penggunaan media sosial. Penelitian menggunakan metode kualitatif, khususnya studi pustaka dan eksegesis terhadap Roma 12:10. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan dengan temuan bahwa orang-orang kristen harus mempergunakan kasih dan sikap saling mendahului dalam memberi hormat sebagai dasar nilai-nilai etis yang harus dipraktikkan dalam bermedia sosial. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut, maka akan dihasilkan penggunaan media sosial yang sehat, yang tidak menimbulkan dampak negatif, tetapi justru menghasilkan sesuatu yang positif.
Happiness King, John Henry
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 1 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i1.35

Abstract

A Christian is called to live in a consumer oriented world that is governed more by greed and pleasure than principle. Since the end of World War 1 civilized individuals have wanted the return of the “golden twenties” because any trust in God has culturally been replaced with a sense that no one can rely on anyone except themselves. This is a search for happiness that leads nowhere. Christians must be awake and alert to avoid being sidetracked (one word for sin means to fall from the path) into carnal thinking and carnal interests. This article was written in the hopes that believers will take serious their social surroundings and the world they are called to witness in and take steps to keep their witness pure, not alloyed with what at first seems like innocent fun, the amusements of the time. Too many believers have no real understanding of carnality, the deceiver that Eve knew in the garden continues to this day to spin evil into golden strands of fun. We need the Holy Spirit to teach us the difference between righteousness and sin which is what He came to do. Seek the Lord, let Him refill you daily with His Spirit so that your discernment will be sharp and you can enjoy true happiness in Him. Seorang Kristen dipanggil untuk hidup dalam dunia yang berorientasi pada konsumen yang lebih diatur oleh keserakahan dan kesenangan daripada prinsip. Sejak akhir Perang Dunia 1, orang-orang beradab menginginkan kembalinya "masa 20-an emas" karena kepercayaan apa pun kepada Tuhan secara budaya telah digantikan dengan perasaan bahwa tidak ada yang bisa mengandalkan siapa pun kecuali diri mereka sendiri. Ini adalah pencarian kebahagiaan yang tidak mengarah ke mana-mana. Orang Kristen harus terjaga dan waspada agar tidak teralihkan (satu kata untuk dosa berarti jatuh dari jalan) ke dalam pemikiran duniawi dan kepentingan duniawi. Artikel ini ditulis dengan harapan bahwa orang percaya akan menganggap serius lingkungan sosial mereka dan dunia tempat mereka dipanggil untuk bersaksi dan mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesaksian mereka murni, tidak dicampur dengan apa yang pada awalnya tampak seperti kesenangan yang tidak bersalah, hiburan saat itu. Terlalu banyak orang percaya yang tidak memiliki pemahaman yang nyata tentang kedagingan, penipu yang Hawa kenal di taman terus memutar kejahatan menjadi untaian emas kesenangan hingga hari ini. Kita membutuhkan Roh Kudus untuk mengajar kita perbedaan antara kebenaran dan dosa untuk apa Dia datang. Carilah Tuhan, biarkan Dia mengisi Anda setiap hari dengan Roh-Nya sehingga ketajaman Anda akan tajam dan Anda dapat menikmati kebahagiaan sejati di dalam Dia.
Resensi Buku 2084 Pandangan Kristen Tentang Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) dan Masa Depan Umat Manusia Yohanes, Heppy
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 1 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i1.32

Abstract

The development of science and technology is very significant and can even be said to be a realization of the shadows of the past that are shown in novels or films or cartoons. Humans certainly want to know what the future will be like. Artificial intelligence can help humans to improve their lives. Every thing has advantages and disadvantages, as well as various sources that can be fictional or real, and can have a significant impact in life. This book explains the development of artificial intelligence technology, the human condition, and the truth of God's WordPerkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah signifikan dan bahkan dapat dikatakan merupakan realisasi dari bayangan masa lalu yang ditampilkan pada novel atau film atau kartun. Manusia pastinya ingin mengetahui bagaimana masa depan nantinya. Kecerdasan buatan dapat menolong manusia untuk mengingkatkan kehidupannya. Setiap hal pastinya ada kelebihan dan kekurangan, serta berbagai sumber yang dapat berupa fiksi ataupun sebenarnya, serta dapat memberikan sebuah dampak yang signifikan di dalam kehidupan. Buku ini menjelaskan mengenai perkembagan teknologi kecerdasan buatan, kondisi manusia, dan kebenaran Firman Tuhan
Tinjauan Biblika Pelayanan Profetik Bagi Masa Kini Yohanes, Heppy
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 2 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i2.45

Abstract

The prophetic ministry is still a hotly discussed issue. The form of prophetic ministry still raises various questions, debates, and contradictions. Prophetic training for Christians with Pentecostal or Charismatic denominations has sprung up in various countries with the aim of awakening people to prophetic ministry. Various questions regarding this matter also arise, such as what is prophetic ministry and how is prophetic ministry? To obtain information about biblical prophetic services and to answer these two questions, this research was conducted qualitatively descriptively with literature study. This study describes aspects of prophetic service and also the form of prophetic service. Prophetic ministers are certainly people who receive a special call and are given special gifts in prophetic ministry. The most important prophetic ministry is to convey the voice of God that is edifying, exhorting, and comforting. The voice of God can also take the form of a vision. The voice of God in prophetic ministry can also be a prediction of what will happen in the future. The gift that God gave to accompany the prophetic ministry can be seen from the ministry for healing and miracles. Prophetic ministry has the main goal of making a person walk and live according to God's Word.Pelayanan profetik masih merupakan sebuah isu yang hangat dibahas. Bentuk pelayanan profetik masih menimbulkan berbagai pertanyaan, perdebatan, dan pertentangan. Pelatihan profetik pada kalangan Kristen berdenominasi Pentakosta atau Kharismatik bermunculan di berbagai negara dengan tujuan untuk membangkitkan orang terhadap pelayanan profetik. Berbagai pertanyaan mengenai hal ini pun timbul, seperti apakah pelayanan profetik itu dan bagaimanakah pelayanan profetik itu? Untuk mendapatkan informasi mengenai pelayanan profetik yang alkitabiah dan untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, maka penelitian ini dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan studi kepustakaan. Penelitian ini memaparkan aspek dalam pelayanan profetik dan juga bentuk dari pelayanan profetik. Para pelayan profetik pastinya merupakan orang yang menerima panggilan secara khusus dan diberikan karunia khusus dalam melayani profetik. Pelayanan profetik yang paling utama adalah menyampaikan suara Tuhan yang bersifat membangun, menasihati, dan menghibur. Suara Tuhan tersebut juga dapat berbentuk penglihatan. Suara Tuhan pada pelayanan profetik juga bisa berupa ramalan tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Karunia yang Tuhan berikan untuk menyertai pelayanan profetik terlihat dari pelayanan untuk kesembuhan dan mujizat. Pelayanan profetik memiliki tujuan utama untuk membuat seseorang dapat berjalan dan hidup sesuai dengan Firman Tuhan.
Implikasi Kemerdekaan dalam Roh terhadap Kebebasan Asasi Kristiani di Era Digital Yuhananik, Yuhananik
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 2 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i2.42

Abstract

Freedom means not being bound or not subject to anything and anyone and independence also has the connotation of freedom. Christians already who believe Jesus is a person have been set free in the Spirit through rebirth. With an incorrect understanding, Christians are often trapped in the behavior of living freely as a basic principle to act as a 'free' person. The purpose of this research is to guide Christian life as the image of God or imago dei must recognize and respect God's human rights within himself, as a human obedience to God, so that the actualization of Christianity does not experience disruption in this digital era and to transform Christ for this world. . This study uses a descriptive analysis method of literature, and the Bible as the main basis. The conclusion of this study is Freedom in the Spirit means: freedom from punishment, freedom from slavery to sin and death, freedom from the demands of the Law, as the most basic form of Christian human freedom to do God's will, in the midst of the scope of adaptive digitalization practices to realize prophetic communication that express himself well, in word and deed.Merdeka berarti tidak terikat atau tidak tunduk pada apapun dan kepada siapapun dan kemerdekaan juga memiliki konotasi kebebasan. Orang Kristen sudah yang percaya Yesus adalah orang sudah dimerdekakan dalam Roh melalui kalahiran kembali. Dengan pemahaman yang tidak tepat, orang Kristenpun sering terjebak pada perilaku hidup bebas sebagai asasi dasar untuk bertindak sebagai orang ‘bebas’.  Tujuan dari penelitian ini adalah memberi petunjuk hidup Kristen sebagai citra Allah atau imago dei harus mengakui dan menghargai hak asasi Allah di dalam dirinya, sebagai sebuah ketaatan manusia kepada Allah, supaya aktualisasi kekristenan tidak mengalami disrupsi di era digital ini dan untuk mentransformasi Kristus bagi dunia ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan literatur pustaka, dan Alkitab sebagai dasar yang terutama. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kemerdekaan dalam Roh berarti: merdeka dari penghukuman, merdeka dari perbudakan dosa dan maut, merdeka dari tuntutan Hukum Taurat, sebagai bentuk kebebasan asasi Kristiani yang paling mendasar untuk melakukan kehendak Allah, ditengah lingkup praktik adaptif digitalisasi untuk merealisasikan komunikasi profetik yang menyatakan dirinya baik, dalam perkataan maupun perbuatan.

Page 3 of 10 | Total Record : 91