cover
Contact Name
Heppy Yohanes
Contact Email
heppyyohaneslim@gmail.com
Phone
+6287878968652
Journal Mail Official
info@pspindonesia.org
Editorial Address
Perum Puri Bengawan Indah Jl. Karandan Rt.007 Rw.005, Joyontakan, Serengan, Surakarta
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
ISSN : 2797717X     EISSN : 27977676     DOI : https://doi.org/10.54403/rjtpi
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia merupakan wadah untuk memublikasi hasil penelitian ilmiah para dosen / peneliti pada bidang Teologi. Fokus dan Scope pada Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia adalah: Sejarah pada Teologi Kajian Teologi Pentakosta Tokoh gereja Liturgi Musik Gereja Misiologi Kepemimpinan Kristen Pastoral Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia is a forum for publishing the scientific of lecturers / researchers in the field of Theology. Focus and scope on Jurnal Pentakosta Indonesia are: History of Theology The Pentacostal Analysis Theology Church Figure Liturgy Church Music Missiology Christian Leadership Pastoral
Articles 91 Documents
Pemahaman Makna Misi dan Penginjilan Serta Implikasinya Bagi Orang Percaya perangin angin, yakub hendrawan; Yeniretnowati, Tri Astuti
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 3 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i3.56

Abstract

Banyak orang Kristen masih belum memahami arti misi dan penginjilan dengan baik dan benar, bahkan lebih parahnya tidak memahami sama sekali hakikat dari misi dan penginjilan. Untuk itu penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan pencerahan dan implikasi yang benar terkait makna misi dan penginjilan bagi orang percaya. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif pendekatan riset pustaka. Hasil penelitian ini membawa implikasi bagi orang Kristen, yaitu: Pertama, Menjadi gereja dan orang Kristen bermisi. Kedua, Pekerjaan sebagai pelayanan misi dan penginjilan. Ketiga, Berperan sebagai mediator dalam memberitakan Injil. Keempat, Mengizinkan diri diubah oleh Injil. Kelima, Menyampaikan berita yang berasal dari Alkitab. Keenam, Misi gereja sebagai komunitas orang percaya kepada kaum miskin. Ketujuh, Terlibat aktif dalam misi sosial gereja. Kedelapan, Komitmen pada visi dan iisi Yesus. Many Christians still don't understand the meaning of mission and evangelism properly and correctly, even worse, they don't fully understand the essence of mission and evangelism. For this reason, this research was conducted in order to provide enlightenment and correct implications regarding the meaning of mission and evangelism for believers. This research was conducted using a qualitative method of library research approach. The results of this study have implications for Christians, namely: First, Being a church and a Christian with a mission. Second, work as a ministry of mission and evangelism. Third, play a role as a mediator in preaching the Gospel. Fourth, Allow yourself to be changed by the Gospel. Fifth, Delivering news that comes from the Bible. Sixth, the mission of the church as a community of believers to the poor. Seventh, Actively involved in the social mission of the church. Eighth, Commitment to the vision and content of Jesus.
Kajian Teologis Pemberitaan Injil Berdasarkan Surat Paulus dalam 2 Timotius 1:8-10 bagi Misi Masa kini Arifianto, Yonatan Alex; Fernando, Andreas; Baskoro, Paulus Kunto
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Teologi dan Pentakosta Indonesia - April 2023
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i1.58

Abstract

The Great Commission delivered by the Lord Jesus delegated and gave a mandate for Christians to go and be witnesses and of course make all nations, disciples of Jesus. This legality is a mandate to preach the good news and salvation or an evangelistic mandate. But it is undeniable, many of God's churches or believers are unable to actualize in earnest in carrying out the mission mandate which is God's will to bring people to know and believe in the Savior. Using a qualitative method with a descriptive approach, it can be concluded that, the theological study of Gospel Preaching Based on Paul's Epistle in 2 Timothy 1:8-10 For Today's Missions is to understand believers as God's church that grows spiritually and is not shy in actualizing evangelism, because true mission It is based on God's mercy for humans. And of course this mission brings the congregation not only to serve in the local church, but also to have the heart and spirit of evangelizing by making mission a way of life.AbstrakAmanat Agung yang disampaikan oleh Tuhan Yesus mendelegasikan dan memberi mandat bagi orang Kristen untuk pergi dan menjadi saksi dan tentunya menjadikan semua bangsa, murid-murid Yesus. Legalitas ini merupakan mandat untuk memberitakan kabar baik dan keselamtan atau mandat penginjilan. Namun tidak bisa dipungkiri, banyak gereja Tuhan atau orang percaya tidak mampu mengaktualisasi dengan sungguh-sungguh dalam melaksanakan mandat misi yang merupakan kehendak Tuhan untuk membawa manusia dalam mengenal dan percaya kepada Juruselamat. Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dapat disimpulkan bahwa, kajian Teologis Pemberitaan Injil  Berdasarkan Suratan Paulus dalam 2 Timotius 1:8-10 Bagi Misi Masa kini adalah memahami orang percaya sebagai gereja Tuhan yang bertumbuh secara spritualitas dan tidak malu dalam mengaktualisasikan penginjilan, karena sejatinya misi tersebut berdasarkan belas kasihan Tuhan bagi  manusia. Dan tentunya misi tersebut membawa jemaat tidak hanya melayani di gereja lokal saja, namun memiliki hati dan semangat menginjil dengan menjadikan misi sebagai gaya hidup.
Radikalisme dan Gereja berbasis Primodial: Sikap dan Peran Gereja Terhadap Radikalisme dan Primodial di Era Disrupsi Santoso, Anton; Utomo, Karyo
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Teologi dan Pentakosta Indonesia - April 2023
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i1.59

Abstract

Radicalism is like a shock wave that has shocked and awakened the world from its beautiful dream, this nation is no exception. Radicalism in Indonesia is a real threat, almost all parts of Indonesia have this potential. Radicalism is a problem that must be resolved by all children of the nation, not only certain entities but all components of the nation, including the church in particular. The church as a representative of heaven must be able to embody the message of Jesus the head of the church for the motherland of Indonesia, and be able to produce solutions for the life of the nation and state as the implementation of the vision of heaven in the midst of a pluralistic nation, without giving up its primordial identity in the midst of an era of disruption. This is a challenge for the church that was born in the middle of the unitary territory of the Indonesian republic. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that in this research everyone is aware that radicalism can appear not only outside the church but also within the church, not only as a victim but also as a perpetrator so it is hoped that church leaders sensitive to see the social phenomena around him and take part in realizing tolerance, participating in fighting radicalism as the responsibility of fellow children of the nation. Where the true church must be able to be light and salt in all layers of a pluralistic society both in reality and in the digital era or disruption as it is today. So the primordial church that triggers disputes between churches and believers must be removed by looking back at the message from Jesus' teachings to be a light for others.AbstrakRadikalisme seperti gelombang kejut yang telah menghentakan dan membangunkan dunia dari mimpi indahnya tak kecuali bangsa ini, Radikalisme di Indonesia merupakan ancaman nyata hampir di seluruh bagian wilayah di Indonesia memiliki potensi tersebut, radikalisme merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh semua anak bangsa tidak hanya etentitas tertentu tetapi semua komponen bangsa tak terkecuali gereja secara khusus.  Gereja sebagai represntatif sorga harus mampu mengejawantakankan pesan Yesus kepala gereja bagi bumi pertiwi Indonesia, serta mampu melahirkan solusi bagi kehidupan bangsa dan negara sebagai implementasi visi sorga di tengah tengah bangsa yang majemuk.tanpa melepaskan identitas primodialimesnya di tengah era disrupsi. Ini merupakan tantangan bagi gereja yang lahir di tengah tengah  wilayah kesatuan republik Indonesia. Mengunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literatur maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini supaya setiap orang sadar bahwa radikalisme dapat muncul bukan hanya terjadi di luar gereja saja namun juga dalam gereja, bukan hanya sebagi korban namun dapat pula sebagai pelaku sehingga di harapkan pemimpin pemimpin gereja peka untuk melihat gejala sosial disekitarnya dan mengambil bagian  mewujudkan toleransi, turut serta memerangi radikalisme sebagai tanggung sesama anak bangsa. Dimana sejatinya gereja harus bisa menjadi terang dan garam di semua lapisan masyarakat majemuk baik secara nyata maupun era digital atau disrupsi seperti sekarang ini. Maka primodial gereja yang memicu perselisihan antar gereja dan orang percaya harus dihilangkan dengan melihat kembali pesan dari ajaran Yesus untuk menjadi terang bagi sesama.
Gembala dalam Pelayanan Pelepasan Okultisme Mangoli, Yefta Yan
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Teologi dan Pentakosta Indonesia - April 2023
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i1.60

Abstract

Occult release ministry is very important in pastoral ministry. However, the problem is that many pastors do not have sufficient ability and skills to solve the problems faced by the congregation, so that not a few members of the congregation prefer to go to psychics, even to traditional healers to find a way out of their problems. Lack of sense of responsibility of a pastor in ministry. Meanwhile, the church members really need the presence and role of a pastor in accompanying the church members in solving the problems they face. Servants of God or pastors do not take a personal approach to understand how to help church members get out of the struggles they are experiencing. This can cause congregation members to get involved in occultism. Using descriptive qualitative methods it can be concluded that in accordance with the results of studies conducted both through the Bible and books related to the topic of discussion that the ministry of releasing occultism is very important to be carried out by every pastor as a manifestation of responsibility in maintaining the life of the church members who are shepherded.AbstrakPelayanan pelepasan okultisme sangat penting dalam pelayanan penggembalaan. Namun yang menjadi persoalan adalah banyak gembala yang kurang memiliki kemampuan dan keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi jemaat sehingga tidak sedikit dari warga jemaat yang lebih memilih pergi ke paranormal, bahkan ke dukun untuk mencari jalan keluar dari permasalahannya. Kurangnya rasa tanggung jawab dari seorang gembala dalam pelayanan. Sementara warga jemaat sangat membutuhkan kehadiran dan peran seorang gembala dalam mendampingi warga jemaat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hamba Tuhan atau gembala kurang melakukan pendekatan secara pribadi untuk mengerti cara menolong warga jemaat keluar dari pergumulan yang dialami. Hal ini dapat menyebabkan warga jemaat untuk terlibat okultisme.Mengunakan metode kualitatif deskritif dapat disimpulkan bahwa Sesuai dengan hasil dari kajian yang dilakukan baik melaui Alkitab maupun buku-buku yang berkaitan dengan topik pembahasan bahwa pelayanan pelepasan okultisme sangat penting untuk dilakukan oleh setiap gembala sebagai wujud dari tanggung jawab dalam memelihara kehidupan warga jemaat yang digembalakan.
Studi Teologis Pentingnya Pemberitaan Firman Berdasarkan Kitab 2 Timotius 4:2-3 Sariyanto, Sariyanto
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Teologi dan Pentakosta Indonesia - April 2023
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i1.61

Abstract

In the midst of the times, the church is faced with the emergence of various heresies or false teachings. Where false teaching leads to heresy and can damage the Christian faith. Similarly, false teaching is feared to lead to a decline in faith, and spiritual difficulty growing. The role of the preacher of the word is very important and determines the growth of faith, if the preacher does not prepare himself, and does not understand the truth of God will be very detrimental to the spirituality of the church. The purpose of this study is to find a theological basis for the importance of preaching the word to build up Christians, and maintain the faith of the church. The method used in this study is a qualitative method with a hermenutic-exegesis approach. The conclusion of this study is this: the teaching of God's Word is the responsibility of God's servants, and must be preached correctly. God's Word has the power to convict sin, purify humanity, lead to new birth, and to grow the Christian faith. God's Word that is preached truly can grow the spirituality of the church, and can counter heresy.AbstrakDi tengah perkembangan zaman, gereja diperhadapkan dengan munculnya berbagai ajaran sesat atau ajaran palsu. Dimana pengajaran palsu tersebut menuju kesesatan dan dapat merusak iman Kristen. Demikian pula pengajaran palsu dikhawatirkan akan mengakibatkan kemunduran iman, dan rohani sulit bertumbuh. Peran pemberita firman sangatlah penting dan menentukan pertumbuhan iman, bila pemberita tidak mempersiapkan diri, dan tidak memahami kebenaran Allah akan sangat merugikan kerohanian jemaat. Tujuan dari penelitian ini untuk menemukan dasar teologis mengenai pentingnya pemberitaan firman untuk membangun orang Kristen, dan memelihara iman jemaat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan hermenutik-eksegesis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: pengajaran Firman Allah menjadi tanggung jawab para hamba Tuhan, dan harus diberitakan dengan benar. Firman Allah memiliki kuasa untuk menginsafkan akan dosa, menyucikan manuisa, membawa kepada kelahiran baru, menumbuhkan iman orang Kristen. Firman Allah yang diberitakan secara sungguh dapat menumbuhkan kerohanian jemaat, dan dapat melawan ajaran sesat.
Fenomena Perceraian Yang Terjadi Bagi Pasangan Yang Bekerja Sebagai TKI: Sebuah Kajian Teologis Rusmiyanto, Andreas Danang
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Teologi dan Pentakosta Indonesia - April 2023
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i1.57

Abstract

Having a high income while working as a TKI is a dream for every family who works as a hero of the country's foreign exchange, even when overseas working as a TKI as a Household Assistant. However, then one of the negative impacts emerged, namely the destruction of the household that was built because one of the couples decided to divorce. What could be the cause? Why do families where one partner or both work as migrant workers easily decide to divorce? What is the perspective of the family who decides to divorce Biblically? What made the divorce inevitable? The fact that happened is, there are Christian couples who are forced to make the decision to divorce, what is the attitude of the church or the pastor of the congregation? This paper uses a qualitative method with case studies that occur in the field and from various sources of literature from previous researchers. This paper will provide information and contributions for families who work as migrant workers to better consider the decision to separate from their spouse to work as migrant workers with a biblical view.AbstrakMempunyai penghasilan tinggi ketika bekerja sebagai TKI adalah suatu impian bagi setiap keluarga yang bekerja sebagai pahlawan devisa negara, walaupun ketika di luar negeri mejadi TKI sebagai Asisten Rumah Tangga.  Akan tetapi kemudian muncul salah satu dampak negatif yaitu hancurnya rumah tangga yang dibangun karena salah satu pasangan memutuskan untuk bercerai. Apa yang menjadi penyebabnya? Mengapa keluarga yang salah satu pasangan atau keduanya sebagai TKI mudah memutuskan untuk bercerai? Bagaiman cara pandang keluarga yang memutuskan bercerai tersebut secara Alkitabiah? Apa yang menyebabkan perceraian tersebut tidak terhindarkan? Fakta yang terjadi adalah, ada pasangan Kristen yang terpaksa mengambil keputusan untuk bercarai, bagaimana sikap gereja atau gembala sidang? Paper ini menggunakan metode secara kualitatif dengan studi kasus yang terjadi di lapangan dan dari berbagai sumber literatur dari penenliti sebelumnya. Paper ini akan memberikan informasi dan sumbangsih untuk keluarga yang bekerja sebagai TKI untuk lebih baik lagi dalam mempertimbangkan keputusan untuk berpisah dengan pasangan untuk bekerja sebagai TKI dengan pandnagan secara alkitabiah.
Politik Popularitas Menurut Etika Kristen dwi pramonojai, gilrandi aristya
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i2.68

Abstract

Popularity politics cannot be separated from a democratic political system. Technological advances provide very wide space for political popularity. As a result, Christians often experience difficulties in responding to the political dynamics that occur. This study uses a literature review method with a descriptive qualitative approach. As a result, populist politics is incompatible with Christian ethics if it is not based on integrity. Christian ethics places truth and justice as the basis of ethics, which can result in someone becoming unpopular.Keywords: politics, integrity, ethicsPolitik popularitas tidak dapat dipisahkan dari system politik demokrasi. Kemajuan teknologi memberi ruang yang sangat luas bagi politik popularitas. Akibatnya orang Kristen sering mangalami kebingungan dalam meresponi dinamika politik yang terjadi. Studi ini menggunakan menggunakan metode kajian pustaka dengan pendekatan kualitatif dekriptif. Hasilnya politik popularitas tidak sesuai dengan etika Kristen jika tidak didasari dengan integritas. Etika Kristen menempatkan kebenaran dan keadilan sebagai etika dasar, yang dapat berdampak seseorang menjadi tidak populer.Kata Kunci : politik popularitas, integritas, etika
Membingkai Prinsip Kepemimpinan Kristen Bagi Generasi Milenial : Studi Analisis 1 Timotius 4:12 Nazara, Elfriday Riang Sari; Yermianto, Sumbut; Baskoro, Paulus Kunto
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i2.66

Abstract

Christian leadership has become a crucial aspect in shaping the direction and development of society, including among the millennial generation who have a strategic role in today’s world transformation. That research aims to find Christian leadership principles that are relevant and can be applied specifically to the millennial generation, using 1 Timothy 4:12 as the main foundation. Research using qualitative methods with analysis of the text of the Bible 1 Timothy 4:12 as a frame of reference to explore the principles of Christian leadership. The data is obtained through text analysis, text criticism, and historical context analysis to understand of the research show that 1 Timothy 4:12 provides relevant and valuable leadership principles for the millennial generation. These principles include positive influence through speech, conduct, in love, loyalty and chastity. The principles of millennial generation leaders include five things being able to be role models, havinh a sense responsibililty, daring to take risks, having a sense of belonging and creating good collaboration. This research can be a basis for further research regarding the application of Christian leadership principles in the ever-evoling millennial era. Keywords: Prinsiciples, Christian Leadership, Millenial Generation, 1 Timothy 4:12.Kepemimpinan Kristen telah menjadi aspek krusial dalam membentuk arah dan perkembangan masyarakat, termasuk di kalangan generasi milenial yang memiliki peran strategis dalam transformasi dunia saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip kepemimpinan Kristen yang relevan dan dapat diaplikasikan secara khusus bagi generasi milenial, dengan menggunakan 1 Timotius 4:12 sebagai landasan utama. Penelitian dengan metode kualitatif dengan studi analisis teks Alkitab 1 Timotius 4:12 sebagai kerangka acuan untuk menggali prinsip-prinsip kepemimpinan Kristen. Data diperoleh melalui analisis teks, kritik teks, dan analisis konteks historis untuk memahami makna sejati dari ayat tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Timotius 4:12 memberikan prinsip-prinsip kepemimpinan yang relevan dan berharga bagi generasi milenial. Prinsip-prinsip tersebut mencakup pengaruh positif melalui perkataan, tingkah laku, dalam kasih, kesetiaan dan kesucian. Prinsip pemimpin generasi milenial mencakup lima hal mampu menjadi teladan, memiliki rasa tanggung jawab, berani mengambil resiko, mempunyai sense of belonging, dan menciptakan kerjasama yang baik. Penelitian ini dapat menjadi pijakan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penerapan prinsip-prinsip kepemimpinan Kristen dalam era milenial yang terus berkembang. Kata kunci: Prinsip, Kepemimpinan Kristen, Generasi Milenial, 1 Timotius 4:12
Sitz Im Leben dalam 1 Timotius 2:11-12: Latar Belakang Instruksi kepada Wanita untuk tidak Mengajar dan Memerintah Pria Stella, Yunita
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i2.69

Abstract

The debate regarding the text of 1 Timothy 2:11-12 concerning the role of women in teaching and leadership within the church has become an exceedingly controversial issue. Some have employed this text as a tool to marginalize and oppress women in the church. The purpose of this research is to uncover the Sitz Im Leben that underlies the writing of 1 Timothy 2:11-12 in relation to the instructions given to women not to teach and have authority over men. The method employed is historical analysis, involving the study of the background of the book and its content related to the passage, encompassing various considerations including the meanings of people, places, and events. The results of this research indicate that the presence of the Artemis cult and the "new Roman women" movement provide a backdrop for understanding the attitudes and behaviors of women within the Ephesian congregation. Paul does not universally prohibit all women, across all times and places, from teaching and leading in the congregation, but rather certain women are intended within a specific context.Keywords: Sitz Im Leben, Instruction, WomenPerdebatan mengenai teks 1 Timotius 2:11-12 terkait pelayanan wanita untuk mengajar dan memimpin dalam gereja telah menjadi masalah yang sangat kontroversial. Sebagian orang telah menggunakan teks ini sebagai teks teror untuk meminggirkan dan menindas wanita di gereja. Tujuan penelitian ini adalah menemukan Sitz Im Leben yang melatarbelakangi penulisan 1 Timotius 2:11-12 terkait instruksi yang diberikan kepada wanita untuk tidak mengajar dan memerintah pria. Metode yang digunakan adalah analisis historikal, dengan melakukan penelitian terhadap latar belakang kitab dan isi kitab yang berhubungan dengan nats, melibatkan berbagai perhatian mencakup makna dari orang-orang, tempat-tempat, peristiwa-peristiwa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan kultus Artemis dan gerakan “wanita Romawi baru” memberi latar belakang mengenai sikap dan perilaku wanita dalam jemaat Efesus. Paulus tidak melarang semua wanita di sepanjang waktu dan tempat, untuk mengajar dan memimpin dalam jemaat, melainkan hanya wanita tertentu yang dimaksudkan dalam konteks.Kata kunci: Sitz Im Leben, Instruksi, Wanita
Peran Gembala Sidang dalam Mewujudkan Pendidikan Politik bagi warga Gereja Arifianto, Yonatan Alex
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 3, No 2 (2023): RITORNERA - JURNAL TEOLOGI PENTAKOSTA INDONESIA
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v3i2.63

Abstract

In Christianity which is practiced by believers, its existence cannot be separated from political agendas and practical politics. Because politics is something that aims to build the nation, but sometimes politicians also use various ways beyond reason to seize power. So politics in the church must be separated within the scope of church ministry where the church is a spiritual institution that aims to educate church members to live according to Biblical truths. But politics is also a means for spirituality to educate so that congregation members can understand political paradigms and goals. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded, firstly, the role of the pastor in realizing political education for church members is a priority and important. Second, the pastor of the congregation can facilitate workshops and training in teaching in the political education curriculum, provide political teaching and political enlightenment, and guide his people in Christian life according to the Bible. Third, the Church and the pastoral leadership can also play a role in politics by setting a moral example for their people and defending truth and justice in politics. Because political education aims to increase public awareness of their rights and obligations in the life of the nation and state. Keywords: Pastor; Practical Politics; Political Education, Church citizens. Abstrak: Kekristenan sebagai bagian kehidupan orang percaya memang keberadaannya tidak lepas dari agenda politik dan politik praktis. Sebab politik merupakan sesuatu yang bertujuan membangun bangsa, namun kadang kala para politisi juga melakukan berbagai cara diluar nalar untuk merebut kekuasaan. Maka politik dalam gereja harus dipisahkan dalam ruang lingkup pelayanan gereja dimana gereja adalah lembaga kerohanian yang bertujuan mendidik warga gereja untuk hidup sesuai dengan kebenaran Alkitabiah. Namun politik juga menjadi sarana bagi kerohanian untuk mendidik supaya warga jemaat dapat memahami paradigma dan tujuan politik. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka maka dapat disimpulkan, pertama peran gembala sidang dalam mewujudkan pendidikan politik bagi warga gereja sangat menjadi prioritas dan penting. Kedua, gembala sidang dapat memfasilitasi workshop maupun pelatihan dalam pengajaran di kurikulum pendidikan politik, memberikan pengajaran politik dan pencerahan politik, serta membimbing umatnya dalam hidup Kristen sesuai dengan Alkitabiah. Ketiga, Gereja dan kepemimpinan gembala sidang juga dapat berperan dalam politik dengan menjadi teladan moral bagi umatnya dan membela kebenaran dan keadilan dalam politik. Sebab pendidikan politik bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta membawa kerohanian yang terus dewasa. Kata kunci:Gembala Sidang; Politik Praktis; Pendidikan Politik, warga Gereja

Page 5 of 10 | Total Record : 91