Suseno, Aji
Unknown Affiliation

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pandangan Teologis Live Streaming Atau Zoom Sebagai Sarana Ibadah Bersama Di Masa Pandemi Covid 19 Surna, Suriawan; Suseno, Aji
Jurnal Teologi Praktika Vol 1, No 2 (2020): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v1i2.18

Abstract

Covid 19 menyentuh natur dasar dari gereja yaitu persekutuan dan ibadah bersama yang dilaksanakan di bangunan gereja. Tidak dapat dipungkiri di Indonesia gereja identik dengan bangunan gereja dalam kehidupan beragama umat Kristen, namun di masa pandemi Covid 19 pertemuan ibadah bersama di bangunan gereja tidak dapat dilaksanakan khususnya di daerah zona merah Covid 19. Tujuan penelitian ini yang adalah mengetahui padangan teologis penggunaan media komunikasi sebagai sarana ibadah bersama sebagai pengganti sementara penggunaan bangunan gereja guna menghindari penularan Covid 19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode penelitian survey yang melibatkan 110 orang Kristen termasuk Katolik yang tersebar di wilayah DKI Jakarta dan di luar DKI Jakarta selama 31 Agustus sampai 5 September 2020.  AbstractCovid 19 touches the basic nature of the church, namely fellowship and collective worship held in church buildings. It is undeniable that in Indonesia, churches are identical to church buildings in Christian religious life, but during the Covid 19 pandemic, group worship meetings in church buildings could not be held, especially in the red zone of Covid 19. The purpose of this study is to find out the theological view of the use of communication media as a means of shared worship as a temporary substitute for the use of church buildings to avoid the spread of Covid 19. This study used qualitative methods and survey research methods involving 110 Christians including Catholics who were spread across the DKI Jakarta and outside DKI Jakarta from 31 August to 5 September 2020 
Deskripsi Teologis Kejadian 1 sebagai Dasar dan Strategi Penginjilan di Era Pluralisme Prakoso, Christian Bayu; Kristiyono, Paul; Suseno, Aji
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.084 KB) | DOI: 10.59177/veritas.v3i2.124

Abstract

The existence of a pluralistic and pluralistic society makes most people look for ways to be appreciated and recognized. Religious pluralism emerged as the answer to this problem. However, the wrong approach and interpretation of the Bible makes it a threat to Christianity. The truth about everything was created to be the basis for answering the challenge of religious pluralism. By using a qualitative method with a literature study approach, several evangelistic strategies were produced in the Pluralism era based on the concept of creation in Genesis Article 1. Those strategies include the existence of a person who creates everything, a call from darkness to light, and salvation is present on God's own initiative.AbstrakKeberadaan masyarakat yang mejemuk dan plural membuat sebagian besar orang mencari cara untuk dihargai dan diakui. Pluralisme agama muncul sebagai jawaban akan masalah ini. Namun, pendekatan dan penafsiran yang salah terhadap Alkitab membuat hal ini menjadi sebuah ancaman bagi Kekristenan. Kebenaran tentang segala sesuatu diciptakan menjadi landasan untuk menjawab tantangan pluralisme agama. Dengan menggunakan metode kualitatif pendekatan studi literatur maka dihasilkan beberapa strategi penginjilan di era Pluralisme berdasarkan konsep penciptaan dalam Kejadian Pasal 1. Startegi itu diantaranya adalah adanya pribadi yang menciptakan segala sesautu, panggilan dari gelap menuju terang, dan keselamatan hadir atas inisiatif Allah sendiri. 
Studi Trend Ibadah Dalam Nyanyian dan Musik Kontemporer di Gereja-gereja Baptis Masa Kini Lumbantobing, Tomson Saut Parulian; Suseno, Aji
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.008 KB) | DOI: 10.59177/veritas.v4i1.139

Abstract

The decision of several Baptist churches to start using contemporary singing and music in the early 2000s has caused controversy and has become a polemic in the Association of Indonesian Baptist Churches (GGBI). However, the trend of worship using contemporary songs and music is getting more widespread in Indonesian Baptist churches. This is the background of this research, which is to comprehensively investigate the factors behind the widespread trend of worship using contemporary songs and music in Indonesian Baptist churches. Thus, the formulation of the research problem is a study of the factors behind the widespread trend of worship using contemporary songs and music in Indonesian Baptist churches. This type of research is classified as a descriptive qualitative variety with a literature study. Data were obtained from various document sources such as books, magazines, articles, and scientific journals about worship, spiritual songs, and music. The results of the research found that the congregational government system, church planting, seminars and writings on worship and music, Baptist youth worship, and technological developments are factors behind the increasingly widespread trend of worship with contemporary singing and music in Indonesian Baptist churches.AbstrakKeputusan beberapa gereja Baptis yang mulai menggunakan nyanyian dan musik kontemporer di awal tahun 2000an telah menimbulkan kontroversi dan menjadi polemik di Gabungan Gereja-Gereja Baptis Indonesia (GGBI). Meskipun demikian, trend ibadah menggunakan nyanyian dan musik kontemporer justru semakin meluas di gereja-gereja Baptis Indonesia. Hal inlah yang melatarbelakangi dilakukannya riset ini, yaitu hendak menyelidiki secara komprehensif faktor-faktor yang melatarbelakangi semakin meluasnya trend ibadah menggunakan nyanyian dan musik kontemporer di gereja-gereja Baptis Indonesia. Dengan demikian, rumusan masalah riset ini adalah kajian tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi semakin meluasnya trend ibadah menggunakan nyanyian dan musik kontemporer di gereja-gereja Baptis Indonesia. Jenis riset tergolong dalam ragam kualitatif deskriptif dengan studi literatur. Data diperoleh dari berbagai sumber dokumen seperti seperti buku, majalah, artikel dan jurnal-jurnal ilmiah tentang ibadah, nyanyian dan musik rohani. Hasil riset menemukan bahwa sistem pemerintahan kongregasional, perintisan jemaat, seminar dan karya tulisan tentang ibadah dan musik, ibadah kaum muda Baptis, serta perkembangan teknologi merupakan faktor-faktor yang melatarbelakangi semakin meluasnya trend ibadah dengan nyanyian dan musik kontemporer di gereja-gereja Baptis Indonesia.
Rancang Bangun Pewartaan Injil pada Suku Nias melalui Sanggar Tari Mendrofa, Eriyani; Suseno, Aji; Anjaya, Carolina Etnasari
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8, No 2: Juni 2022
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v8i2.67

Abstract

Evangelism in Nias is something that is rarely done considering that Christianity has become the religion of the majority of the community. This religious status was obtained from birth because he followed the religion of his parents. However, this does not guarantee that someone has accepted Jesus as Lord and Savior, there are still churches that have not experienced being born again. That is why evangelism is still done in order to experience the new birth and become a true Christian. From the perspective of the Great Commission, preaching the gospel is a task that must be carried out by every believer. How evangelism is carried out in Nias, how dance culture studios serve as doors for evangelism, as well as the application of the Great Commission through culture are the main topics of discussion in this paper. The method used is a literature study with qualitative analysis, using books and research results on Nias. There are three stages of evangelism carried out, namely: introductions based on friendship (Fahuwusa), associations packaged in the form of dance studio exercises (angowuloa), and gospel preaching (Foturiaigo). The dance studio is an attraction for young Nias people to be willing to spend time together. The meeting will be accompanied by a prayer meeting and spiritual guidance. The purpose of this research can be used as a basis for preaching the gospel to the Nias people with a cultural approach.  AbstrakPewartaan Injil di Nias merupakan suatu hal yang jarang dilakukan mengingat agama Kristen telah menjadi agama mayoritas masyarakat.  Status agama tersebut diperoleh sejak lahir karena mengikuti agama orangtua. Namun, hal itu tidak menjamin seseorang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, masih juga terdapat jemaat yang belum mengalami lahir baru.  Itulah sebabnya penginjilan tetap dilakukan agar mengalami kelahiran baru dan menjadi Kristen sejati. Dalam perspektif Amanat Agung, pemberitaan Injil merupakan suatu tugas yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya. Bagaimana penginjilan dilakukan di Nias, dan seperti apa sanggar budaya tari menjadi pintu penginjilan, serta penerapan Amanat Agung melalui budaya merupakan pokok pembahasan dalam tulisan ini.  Metode yang dipakai adalah studi pustaka dengan analisis kualitatif, menggunakan buku-buku dan hasil penelitian tentang Nias. Ada tiga tahap penginjilan yang dilakukan yaitu: perkenalan yang dilandasi dengan dasar persahabatan (fahuwusa), perkumpulan yang dikemas dalam bentuk latihan sanggar tari (angowuloa), dan pemberitaan Injil (Foturiaigo).  Sanggar tari merupakan daya tarik bagi anak muda Nias agar bersedia meluangkan waktu berkumpul.  Dalam pertemuan tersebut akan disertai dengan persekutuan doa dan bimbingan rohani. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar untuk memberitakan Injil pada suku Nias dengan pendekatan budaya. 
Peran Amanat Agung Terhadap Penyembah Watu Pinawetengan Taogan, Frischo Ridhoi; Suseno, Aji; Arifianto, Yonatan Alex
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 2, No 1 (2022): Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v2i1.36

Abstract

Minahasa is one of the ethnic groups in North Sulawesi. Christians are the majority in the area. Along with the development of Christianity in Minahasa, it did not make the indigenous religious culture erased. One of the concerns is the ritual carried out at Watu Pinawetengan called "Kampetan". The ritual has a high appeal, because the ceremony is carried out by means of prayer, reading the Bible, there is a dance and the climax is where the ritual leader or ritual participant is possessed by ancestral spirits and speaks in the original Minahasa language, and someone else translates. The purpose of this ritual is the preservation of local culture, but the other purpose of the participants is to respect/worship and ask for protection to the ancestors. So in the ritual they wait for instructions from their ancestors to be obeyed and hope for healing in the ritual. Therefore, the church must be responsible for designing the structure of evangelism to them. The role of the church through the great mandate of Jesus Christ must be seen in this case. Therefore, the author uses a theological research method with a literature study model and examines Bible verses with the Hermeneutic Word Study model in Matthew 28:19-20 so that research results are obtained based on an analysis of existing data that the church must play a role through the role of the Great Commission in ministry to worshipers at Watu Pinawetengan yang inclined towards animism and syncretism. Worshiping ancestors is an act that violates God's law. Minahasa merupakan salah satu etnis di Sulawesi utara.  Pemeluk agama Kristen merupakan kaum mayoritas di daerah tersebut.  Seiring dengan perkembangan kekristenan di Minahasa, ternyata tidak membuat budaya agama pribumi terhapus.  Salah satu yang menjadi perhatian adalah ritual yang dilaksanakan di Watu Pinawetengan yang disebut “Kampetan”.  Ritual tersebut mempunyai daya tarik yang tinggi, karena upacara yang dilakukan dilaksanakan dengan cara berdoa, membaca alkitab, ada tarian dan puncaknya adalah dimana pemimpin ritual atau peserta ritual ada yang dirasuki roh leluhur dan berbicara dalam bahasa asli Minahasa, serta seorang yang lain menerjemahkan.  Tujuan ritual ini adalah pelestarian budaya lokal, tetapi tujuan lainnya dari para peserta adalah sebagai penghormatan/ penyembahan serta memohon perlindungan kepada leluhur.  Sehingga dalam ritual tersebut mereka menantikan instruksi-instruksi dari leluhur untuk ditaati dan berharap kesembuhan dalam ritual tersebut.  Oleh sebab itu, gereja harus bertanggung jawab untuk merancang bangun pewartaan injil kepada mereka.  Peran gereja melalui mandat agung Yesus Kristus harus terlihat dalam kasus ini.  Oleh sebab itu, penulis menggunakan metode penelitian teologis dengan model studi pustaka dan mengkaji ayat Alkitab dengan model Hermeneutika Studi Kata dalam nats Matius 28:19-20 sehingga diperolehlah hasil riset berdasarkan Analisa data yang ada bahwasannya gereja harus berperan melalui peran Amanat Agung dalam pelayanan terhadap penyembah di Watu Pinawetengan yang cenderung ke animisme dan sinkritisme.  Penyembahan kepada leluhur merupakan tindakan yang menyalahi hukum Allah.
Perspektif Filsafat Matematika Dalam Alkitab Di Era Disrupsi Dian Juli Adisaputra; Suseno, Aji
Manna Rafflesia Vol. 8 No. 2 (2022): April
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (898.827 KB) | DOI: 10.38091/man_raf.v8i2.231

Abstract

Mathematics is an absolute truth that has a definite value, and mathematics is a science that studies numbers, numbers, formulas, and calculation analyses. While the Bible is the living Word of God as a guide for Christian beliefs. One of the results of the development of mathematical philosophy of thought in the current era of disruption is that humans can experience the Bible in digital form. This writing uses the Literature Study method, and the results of this study show that the perspective of the philosophy of mathematics in the Bible shows the perfection of God in every calculation. It should be understood together that without realizing the results of the proof of every mathematical calculation in this paper is the result of the formulation of God's mathematical philosophy which has been applied to an object of Bible texts related to mathematics.
RANCANG BANGUN TEOLOGI LOKAL SANGKAN PARAN BAGI PEWARTAAN INJIL DI PAGUYUBAN NGESTI TUNGGAL CARUBAN Sugito, Yehudha Andrew; Suseno, Aji
Manna Rafflesia Vol. 10 No. 1 (2023): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38091/man_raf.v10i1.359

Abstract

The encounter between the Gospel and culture often creates tensions. Some of these tensions can be found in some issues of evangelization in the midst of Indonesia's diverse ethnicities and cultures. Local theology is both a strategy and a way out of this problem. Designing and building local theology must be connected to local cultural values. One of the local cultural values raised in this research is sangkan paran found in the Javanese community in Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). Through qualitative research methods using interviews, documents and desk research, the values of sangkan paran are explored and assessed from a biblical perspective, resulting in several findings. The findings show many points of convergence as well as points of difference between Pangestu's concept of sangkan paran and that of the Bible. All of these findings become material for the design of local theology that is actualized in the proclamation of the Gospel to the Javanese community in Pangestu Caruban.
Gerakan Doa One Cry Indonesia, Upaya Membangun Semangat Doa bagi Gereja-gereja Baptis Indonesia Wibowo, Adi; Suseno, Aji
Teokristi: Jurnal Teologi Kontekstual dan Pelayanan Kristiani Vol 2 No 1 (2022): Mei 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtk.v2i1.251

Abstract

Tulisan ini dibuat sebagai kepedulian penulis bagi kehidupan doa umat Kristen yang ada digereja-gereja baptis Indonesia, yang belum memiliki semangat kuat untuk berdoa. Kecenderungan yang sudah menjadi hal umum dikalangan gereja baptis Indonesia yang menggambarkan kecilnya semangat dalam doa adalah bahwa jemaat yang ikut dalam ibadah jam doa setiap hari Rabu biasanya hanya sepersepuluh dari kehadiran rata-rata ibadah kebaktian hari Minggu. Penelitian ini akan menggambarkan adanya Gerakan Doa One Cry Indonesia yang mulai dijalankan bagi gereja-gereja baptis untuk membangkitkan semangat doa mereka. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan materi penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga pada akhirnya didapatkan bahwa Gerakan Doa One Cry Indonesia bisa menjadi upaya yang nyata untuk membangun semangat doa bagi gereja-gereja baptis Indonesia.
Merajut Kerukunan di Era Digital: Peran Gembala dalam Mengelola Pluralisme Agama di Society 4.0 Terok, Djonny. N.; Suseno, Aji
Teokristi: Jurnal Teologi Kontekstual dan Pelayanan Kristiani Vol 4 No 2 (2024): November 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtk.v4i2.885

Abstract

In the era of Society 4.0, advances in digital technology bring changes in human culture including the way humans interact, in the context of religious life. The growing religious pluralism demands a more adaptive role of pastors in knitting inter and interfaith harmony. Although digital advances facilitate interfaith dialogue, challenges remain in maintaining the values of spirituality and harmony in the midst of increasingly complex diversity. This research aims to build the role of pastors in managing religious pluralism in the digital era, and can build and strengthen interfaith harmony. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that the role of pastors in facing the challenges of religious pluralism in the era of Society 4.0 is an important need in socialising. And pastors have an important role in guiding people to maintain harmony in religious diversity. Even the existence of digital technology can be used as a means to strengthen interfaith dialogue, but requires caution in approach and communication. So the role of pastors in the digital era is needed to create a deep understanding and reduce the potential for conflict between religious communities.  Di era Society 4.0, kemajuan teknologi digital membawa perubahan dalam budaya manusia termasuk cara manusia berinteraksi, dalam konteks kehidupan beragama. Pluralisme agama yang semakin berkembang menuntut peran gembala yang lebih adaptif dalam merajut kerukunan inter dan antar umat beragama. Meskipun kemajuan digital memfasilitasi dialog lintas agama, tantangan tetap ada dalam menjaga nilai-nilai spiritualitas dan kerukunan di tengah keberagaman yang semakin kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk membangun peran gembala dalam mengelola pluralisme agama di era digital, serta dapat membangun dan memperkuat kerukunan antar umat beragama. Menggunakan metode yang kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka maka dapat disimpulkan bahwa peran gembala dalam menghadapi tantangan pluralisme agama di era Society 4.0 manjadi kebutuhan penting dalam bersosial. Dan gembala memiliki peran penting dalam membimbing umat untuk menjaga kerukunan dalam keberagaman agama. Bahkan adanya teknologi digital dapat digunakan sebagai sarana untuk memperkuat dialog antar agama, namun memerlukan kehati-hatian dalam pendekatan dan komunikasi.  Sehingga peran gembala dalam era digital sangat dibutuhkan untuk menciptakan pemahaman yang mendalam dan mengurangi potensi konflik antar umat beragama.
TITIK TEMU MAKNA BAPTISAN MENURUT ROMA 6:3-6 DAN KONSEP MANUNGGALING KAWULO GUSTI BAGI PEMURIDAN KONTEKSTUAL MASYARAKAT JAWA Suseno, Aji; Sugito, Yehudha Andrew; Suryaningsih, Eko Wahyu
Manna Rafflesia Vol. 11 No. 1 (2024): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38091/man_raf.v11i1.498

Abstract

Baptism and discipleship are two things that cannot be separated. In the Great Commission of the Lord Jesus, they are intertwined. One of the concepts contained in baptism is union with Christ found in Romans 6:3-6. This is an important theme that believers must understand, especially through discipleship. On the other hand, the author sees the dominance of the Javanese tribe among the Indonesian population. This dominance occurs in the government, economic sectors, and church life. This fact drives this research to actualize contextual discipleship carried out by the Church towards Javanese congregations. One of the concepts of Javanese thought with a common theme of human unity with God is the concept of manunggaling kawulo gusti. Through the literature research method, this concept is explored in depth. This exploration will be seen and interpreted from the baptism perspective in Romans 6:3-6. As a result, there are points of convergence as well as points of difference. The findings obtained will then become material for the actualization of contextual discipleship in Javanese society.