Articles
20 Documents
Search results for
, issue
"Vol 2, No 3 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas"
:
20 Documents
clear
Perbedaan Makna Gender dan Jenis Kelamin di Dalam Al-Quran Menurut Nasaruddin Umar
Faizal Zaeni
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 2, No 3 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v2i3.18852
Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang memuat pesan-pesan keadilan dan kesetaraan bagi manusia. Sejak zaman dahulu hingga sekarang, Al-Qur'an telah membawa revolusi kemanusiaan, salah satunya memanusiakan wanita. Hal ini tercermin dari ayat-ayat Al-Qur'an yang sarat akan nilai-nilai menghormati perempuan, mengembalikan hak-haknya yaitu sebagai manusia, dan juga memuliakan mereka. Diskusi tentang gender menjadi semakin populer, terutama di kalangan akademisi. Kajian ini secara jelas membedakan antara gender dan jenis kelamin (sex) yang semula dianggap serupa. Banyak yang mengira bahwa perbedaan antara kedua istilah ini pertama kali muncul di Barat, tetapi menurut Nasaruddin Umar, Al-Qur'an sudah melakukannya terlebih dahulu.
Argumentasi Eksistensial Tafsir Sufi
Eni Zulaiha;
Muhammad Yahya;
Muhammad Ihsan
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 2, No 3 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v2i3.18317
Artikel ini bertujuan untuk membahas tafsir sufi secara ringkas dengan menelisik sejarah kemunculannya lalu membahas batasan-batasannya dan juga perdebatan yang mengiringinya. Penelitian dalam artikel ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan menggunakan pendekatan studi pustaka. Penelitian dalam artikel ini mengantarkan pembaca dalam memahami istilah tafsir sufi (tafsir Isyari). Diantara pembahasannya yakni sejarah kemunculan tafsir sufi, dimana gerakannya yang secara massif baru lahir pasca wafatnya Nabi Muhammad. Kemudian batasan-batasan tafsir sufi dan juga perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam memandang tafsir sufi. Yang pada akhirnya dapat disimpulkan secara umum terbagi menjadi dua pandangan dalam menyikapi hadirnya tafsir sufi sebagai bagian dari literatur tafsir yang disebabkan perbedaan perspektif dan dalil (alasan) masing-masing, yaitu kelompok yang menerima dan juga yang menolak.
Kritik atas Tafsir Al-Qur’an dengan Sunnah Nabi
Deswanti Nabilah Putri
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 2, No 3 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v2i3.18917
Penelitian ini bertujuan membahas tafsir al-Qur’an dengan sunnah Nabi SAW. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah bersifat kualitatif dengan metode kepustakaan atau library research yaitu mencari sumber dari bahan-bahan tertulis dengan pendekatan sejarah. Hasil dari pembahasan penelitian ini meliputi fungsi sunnah nabi sebagai sumber rujukan tafsir setelah al-Qur’an itu sendiri karena risalah al-Qur’an turun kepada Nabi Muhammad SAW. Terdapat dua fungsi utama sunnah nabi yang tidak diperselisihkan, yaitu istilah ulama menyebutnya dengan bayan ta’kid dan bayan tafsir. Bayan ta’kid memiliki fungsi untuk menguatkan dan menggarisbawahi kembali apa yang terdapat di dalam al-Quran. Sedangkan bayan tafsir memiliki fungsi untuk memperjelas, merinci bahkan membatasi makna dari suatu ayat al-Qur’an. Diantara bentuk tafsir al-Qur’an dengan sunnah nabi ialah memberikan penjelasan ayat atau kata, Rasul menjelaskan kepada para sahabat agar mereka memaham sebuah ayat, menyebutkan apa-apa yang sesuai menjadi tafsiran bagi suatu ayat, dan mentakwilkan al-Qur’an kemudian mengerjakan apa yang diperintah dan meninggalkan apa yang dilarang.
Telaah Penafsiran Maqasidi Badiuzzaman Said Nursi terhadap Tema Eskatologi dalam al-Qur’an
Nida Amalia Kamal;
Wildan Taufiq
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 2, No 3 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v2i3.18615
Tulisan ini ini bertujuan konsep Maqasid al-Qur’an dan penerapannya terhadap penafsirannya di dalam Rasail Nur. Selain itu, penelitian ini juga secara khusus akan memperdalam epistemologi penafsiran Badiuzzaman Said Nursi terhadap tema-tema eskatologi dalam al-Qur’an berdasarkan konsep Maqasid al-Qur’annya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode library research serta menerapkan content analisis untuk mengkaji tafsir Nursi yang terkumpul dalam Rasail Nur. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Nursi mengkategorikan Rasail Nur sebagai tafsir ma’nawi, yaitu tafsir yang menjelaskan dan membuktikan hakikat-hakikat iman dalam al-Qur’an dengan menggunakan argumentasi yang kuat. Menurut Nursi Maqasid al-Qur’an meliputi empat aspek, yaitu tauhid, nubuwwah, hashr, dan ‘adalah, dimana keempat Maqasid ini mengarah pada satu tujuan umum Al-Qur'an yang sekaligus merupakan tujuan umum Islam, yaitu pembebanan Allah kepada manusia dengan mengikuti jalan Rasulullah untuk meng-esakan-Nya dan menegakkan keadilan dalam segala urusannya, sehingga ia termasuk salah satu pemenang di hari kiamat. Adapun penafsiran Nursi terhadap tema eskatologi dalam al-Qur’an adalah dengan metode mana-I harfi dan mana-I ismi, serta pemaparan manifestasi asmaul husna yang kemudian penjelasan Maqasid al-Qur’an dan keterkaitan antar bagian-bagiannya.
Aktualisasi Peran Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Risma Sri Nurani
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 2, No 3 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v2i3.19654
Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap peran dari Institusi Negara khususnya penegak hukum dalam menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia. Tulisan ini berfokus pada lembaga Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang merupakan lembaga negara dimana tugas dan wewenangnya penuh dalam menyelidiki, mengkaji, memantau dan memberikan penyuluhan terkait isu HAM di Indonesia. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui proses pengumpulan data secara kepustakaan (library research). Tulisan ini berargumentasi bahwa akibat adanya pelanggaran HAM berat di Indonesia di masa lampau dan dengan tanpa adanya penyelesaian yang pasti menyebabkan tuntutan terhadap pemerintah untuk segera menyelesaikan persoalan tersebut. Meskipun, sejalan dengan kewenangan dan tugas dari Komnas HAM dalam menyelidiki dan mengkaji berbagai macam kasus pelanggaran HAM berat yang pada faktanya komnas HAM telah melakukan tugas dan wewenangnya dengan baik dan prosedural melimpahkan perkara tersebut kepada Kejaksaan Agung untuk selanjutnya dilakukan penyidikan. Akan tetapi, hingga kini permasalahan pelanggaran HAM berat tersebut masih belum terselesaikan hal tersebut juga dipengaruhi oleh sulitnya mendapatkan barang bukti yang kuat oleh penyidik di institusi Kejaksaan Agung serta besarnya pengaruh politk pemerintah. Hal tersebut juga telah mendapat perhatian dari berbagai pihak dan banyak penulis yang beranggapan karena kurangnya wewenang yang diberikan kepada Komnas HAM dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat tersebut maka kasus pelanggaran HAM berat hanya sampai pada Kejaksaan Agung tanpa sampai pada tahap pelimpahan ke Peradilan HAM. Oleh karena itu penulis beranggapan bahwasannya perlu adanya sebuah regulasi setara dengan undang-undang yang memberikan amanat berupa kewenangan penuh dan independen dari negara kepada Komnas HAM dalam melakukan tugas dan wewenangnya dalam menyelidiki, mengkaji dan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia sebagai cerminan dari negara yang berdaulat, berprikemanusiaan dan berkeadilan.
Kritik Frans Wijsen atas Metodologi Pengkajian Masyarakat Adat
Fajriatun Nisa Islami;
Fikri Gusti Adenansyah;
Ikhli Mahtin Nisha;
Denden Matin Dayyin
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 2, No 3 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v2i3.18893
Dominasi kebudayaan Barat terhadap kebudayaan Timur tidak hanya terkait politik, ilmu pengetahuan yang dikaji dan diwariskan oleh orang-orang Barat pun tidak lepas dari upaya untuk mendominasi. Salah satunya pemikiran orientalis Frans Wijsen yang mengkaji tentang studi agama. Teori evolusionime pada kajian antropologi ternyata berdampak pada munculnya cara pandang yang diskriminitaif terhadap masyarakat adat beserta agamanya. Dengan menggunakan metodologi studi pustaka untuk mencari solusi bagi masalah tersebut ditemukanlah gagasan tentang Studi Agama yang Terlibat. Berdasar pada hal tersebut, Studi Agama mesti merekonstruksi metodologinya agar lebih berkeadilan dan terlibat secara emansipatif.
Hamka dan Jihad dalam Pendekatan Hermeneutika
Sonny Permana;
Badruzzaman M. Yunus
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 2, No 3 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v2i3.18566
Penafsiran jihad mengalami deradikalisasi makna. Hamka melakukan upaya penafsiran jihad jauh melampaui zamanya. Sehingga penafsiran jihad yang selama ini telah terkontaminasi dengan framing radikal. Kini mendapatkan porsi yang lebih menyeluruh dan lebih mengena di hati masyarakat Indonesia. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelisik upaya penafsiran Hamka mengenai jihad secara historis menggunakan kaca mata hermeneutika, sehingga dihasilkan reasoning (alasan ilmiah) cara berfikir Hamka dalam menafsirkan jihad. Penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutika dalam merangkai kerangka pembahasan. Metode penelitian pada pembahasan ini menggunakan metode tematik konseptual untuk untuk melakukan pelacakan seluruh konsep jihad dalam al-Qur’an yang tidak secara jelas disebutkan atau dijelaskan, akan tetapi secara substansi maknanya terdapat dalam al-Qur’an. Sedangkan metode khusus pada penelitian ini menggunakan metode hermeneutika William Dilthey yang berfungsi juga sebagai pisau analisis penulis dalam mengestrak penafsiran Hamka mengenai jihad.Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa Penafsiran jihad Hamka merupakan bentuk upaya Hamka untuk menangkal ideologi imperialisme, komunisme, kristenisasi dan liberalisme dari tanah Indonesia dengan membentuk strategi penafsiran jihad pada tiga aspek, yakni aspek ekonomi, pendidikan dan sosial politik.
Peranan Perempuan dalam Melestarikan Kesenian Tari Topeng Cirebon Gaya Slangit
Faqih Alfarisi
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 2, No 3 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v2i3.18854
Peranan perempuan dalam pelestarian tari topeng Cirebon gaya Slangit sangat penting, di tengah arus kebudayaan pada era globalisasi ancaman kepunahan menjadi nyata bagi keberlangsungan eksistensi tari topeng cirebon gaya slangit. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peranan perempuan dalam melestarikan kesenian tari topeng cirebon gaya slangit pada saat pandangan streotip, marginalisasi dan diskriminasi terhadap perempuan terkonstruk di masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui observasi secara langsung dan interview atau wawancara secara mendalam kepada pihat terkait seperti, ketua organisasi keperempuanan yang ada di desa Slangit, kepala desa, pemilik sanggar dan masyarakat sekitar. Peranan perempuan dalam upaya pelestarian tari topeng Cirebon gaya slangit harus diapresiasi oleh masyarakat dengan melalui kesadaran kolektif bahwa perempuan merupakan bagian dari struktur masyarakat yang sama pentingnya dengan laki-laki, sehingga konstruk sosial yang menjadikan perempuan sebagai makhluk kelas dua setelah laki-laki hilang dalam mindset masyarakat secara luas.
Sebuah Perspektif Nawal El Saadawi: Khitan Perempuan Antara Syariat dan Adat
Taufan Januardi
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 2, No 3 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v2i3.18649
Persoalan khitan terhadap perempuan hingga saat ini masih menjadi isu yang menarik untuk dibahas, tidak hanya menjadi perhatian di kalangan ulama islam, tapi juga menjadi perhatian bagi para ahli medis, aktivis sosial, hingga tokoh feminis. Tulisan ini membahas mengenai praktik khitan perempuan dari sudut pandang Nawal El Saadawi, ia merupakan seorang feminis Mesir, yang aktif memperjuangkan hak-hak dan kebebasan perempuan, serta bagaimana praktik khitan itu terjadi dan dilatarbelakangi syariat atau berupa adat yang turun temurun dilaksanakan. Selain menggunakan studi pustaka sebagai metodologi kajian, sebagai pendukung tulisan ini juga disertai hasil interview dengan seorang responden Mesir yang mengalami khitan sewaktu kecil. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa Lembaga Fatwa Mesir menyatakan bahwa tidak ada dalil yang kuat mengenai khitan terhadap perempuan, ditinjau dari segi medis kerugian bagi perempuan lebih besar. Nawal El Saadawi berpandangan bahwa khitan terhadap perempuan merupakan sebuah tradisi yang turun menurun dan bukan berasal dari ajaran agama Islam, serta dari segi kebermanfaatan menurutnya khitan terhadap perempuan tidak memiliki manfaat apa pun bagi kesehatan, bahkan merugikan kaum perempuan seperti halnya, mengurangi gairah seksual, trauma psikologis, hingga dapat menyebabkan kematian. Diharapkan dengan adanya kajian ini bisa memberi khazanah dalam keilmuan baik mengenai feminitas, adat ataupun syariat.
Seawaves in the Qur’anic Perspective
Busaeri Busaeri;
Nurwadjah Ahmad;
Harmain Ajiwibowo
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 2, No 3 (2022): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v2i3.18604
The development of science contains an invitation to humankind to think, read the universe, and contemplate all the secrets contained in His creation. Scientific cues in the Qur'an show evidence of Allah's oneness and infinite power. There is not a single creation of Allah that is not useful or useless, including the phenomenon of wave terms in the Qur'an. This term in the Qur'an is intended as a negative connotation, a wave that causes extraordinary and frightening destructive power. The research is on the waves from the Qur’anic perspective with thematic approaches. The results of this study show that: first, the sea waves in the Qur'an are called the word al-mauj (الْمَوْجُ) and their derivation is repeated 7 times in Surah Yunus [10]:22, Hud [11]:43, Al-Kahf[18]:99, Hud[11]:42, Lukman [31]:32 and Al-Nur[24]:40 which means اج البحر (moving sea water) which means water the sea up and down, then used in the word اج القوم (group movement) which means they are in dispute over their affairs and problems, then the word اج الحق (movement from the right). The Qur'an refers to two meanings: the movement of seawater in the letters Lukman [31]:32 and Al-Nur[24]:40, the second refers to the movement carried out by a group in the letter. Al-Kahf[18]:99, which refers to Gog and Magog. Second, sea waves in the Qur'an can be proven in scientific studies, including that waves are vibrations that propagate in seawater with several layers that cause waves, the influence of the wind as the driving force of the waves, the presence of internal (deep sea) waves.