cover
Contact Name
Abdul Wachid BS
Contact Email
abdulwachid@uinsaizu.ac.id
Phone
+62811303136
Journal Mail Official
ibda@uinsaizu.ac.id
Editorial Address
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto Jl. Jend. A. Yani No. 40A Purwokerto 53126 Jawa Tengah - Indonesia
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
ISSN : 16936736     EISSN : 24775517     DOI : https://doi.org/10.24090/ibda
IBDA`: Jurnal Kajian Islam dan Budaya focuses on the study of Islamic culture that developed in society, as well as the culture that developed in Muslim societies. The scope of the study includes: a) Beliefs system in Islam, b) Ideas of Muslim scholars, c) Ritual system in Islam, d) Islamic institutions and organizations, e) Traditions or customs in Islamic society, and f) Literature and Islamic arts. IBDA`: Jurnal Kajian Islam dan Budaya aims to build a comprehensive understanding of Islamic norms in religious texts and their realization in social life. If the author comes from Indonesia, please submit articles in Indonesian. After the article has accepted to publish by the Ibda Journal Editorial Board, the writer of the article must be willing to follow the rules for translating the article into English with the translator specified by the Ibda Journal.
Articles 290 Documents
SASTRA DALAM TRADISI PENDIDIKAN ISLAM Sunhaji Sunhaji
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.415 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v13i1.490

Abstract

This article stands on the idea that the spread and progress of Islam along the Indonesian Archipelago is influenced by literary works. They have become an important learning in Islamic boarding schools (Pesantren), which is intended to drive students (santri) not only to memorize al-Qur’an and hadits, but also implement them in their real life. This condition can be seen in in the story telling method, which can develop certain characters through appreciating every aspect of life and learning to reproduce the good sides and avoid the bad ones. In such a condition, literary works can be used as a media, a method, even a strategy of learning. Tulisan ini diasumsikan dari pola pikir bahwa Islam Nusantaradipengaruhi oleh karya sastra. Karya sastra menjadi pembelajaran penting di pondok pesantren. Kondisi ini dapat dilihat dalam metode pembelajaran kisah yang dapat membentuk karakter melalui penghayataan setiap sisikehidupan sehingga orang bisa belajar untuk meniru tokoh tersebut apabila baik, juga dapat untuk tidak mengulangi kejadian-kejadian buruk yang ada dalam kisah. Dalam hal ini, karya sastra dapat menjadi media pembelajaran, metode, bahkan strategi pembelajaran.
NASIONALISME DAN KEISLAMAN UNIVERSAL DALAM NOVEL MAWAKK IB AL-AHRR ARR KARYA NAJIB KYLANI Yulia Nasrul Latifi
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.958 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v13i1.493

Abstract

This article discusses an Egypt modern novel of Najib al-Kylani,Mawakib al-Ahrar, which tells about the struggle of Egyptians to get their independence from French colonization. One interesting point of this novel is the idea of critical and progressive nationalism. In contrast, postcolonial theory is focused on the aspects of nationalism using deconstruction methods. This theory is based on Edward Said argument on ‘East’ discourse through its orientalism as a product of science that has ideological basis and colonial interests. Their political and economic colonialism is accompanied by cultural colonialism through representing the East as ‘The Other’. Said developed his theory by using Foucault’s power concept and developed Derrida’s binary opposition. The progressive idea of this novel has a closed relationship with the universal values of Islam, characterized by inclusivity, egalitarianism, and democracy. Theologically and historically, Islam has taught the unity of human being and the need of plurality and differences of human beings, cultures, and nations to compete in good manner. Dialogical and mutual understanding of cultures is really important, not the exception between the West and the East cultures. Tulisan ini membahas novel modern Mesir yang berjudul Mawakib al-Ahrar karya Najib al-Kylani. Novel ini mengisahkan tentang perjuangan rakyat Mesir untuk mendapatkan kemerdekaan selama dalam penjajahanPerancis. Yang menarik dari novel ini adalah gagasan nasionalisme yang sangat kritis dan progresif. Sementara itu, teori poskolonial yang difokuskan pada aspek nasionalisme dengan memakai metode dekonstuksi. Teori ini didasarkan pada gugatan Edward Said tentang wacana ‘Timur’ melalui orientalismenya sebagai produksi ilmu pengetahuan yang memiliki landasan-landasan ideologis dan kepentingan-kepentingan kolonial. Penjajahan politik dan ekonomi mereka disertai pula penjajahan kultural berupa representasi Timur sebagai ‘Sang Lain’. Said mengembangkan teorinya dengan memakai konsep kekuasaan Foucault dan mengembangkangagasan oposisi biner Derrida. Gagasan novel yang progresif inimemiliki keterkaitan erat dengan nilai-nilai keislaman universal yang bercirikan inklusif, egaliter, dan demokratis. Secara teologis ataupun historis, Islam telah mengajarkan kesatuan manusia dan pentingnya pluralitas dan perbedaan manusia, budaya, dan bangsa untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Pemahaman budaya secara dialogis dan mutualistik sangat penting, termasuk budaya yang dialogis antara Barat dan Timur.
KEKUASAAN DAN KEIMANAN DALAM KELUARGA PERMANA KARYA RAMADHAN K.H. Langgeng Prima Anggradinata
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.129 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v13i1.495

Abstract

A religion-nuanced literary work has a meaning that is more thanjust the understanding of whether a religious teaching is right or wrong. It is really meaningful and presents various problems that can give a discourse to its readers. One of such literary works is a novel written by Ramadhan K.H., entitled Keluarga Permana. This novel attracts its audience when it is approached with Foucault’s theory of power and James Fowler’s faith development theory. These two theories allow readers to uncover many things contained in the novel. Using Foucault’s theory of power, powerrelations can be seen. In addition, through this approach, it can also be seen the occurrence of a new character named society, which takes a role of supervising the power system and giving motivation to the other characters. Meanwhile, through James Fowler’s faith development theory, the faith of Farida – one character in the novel – can be easily analyzed and shown the problems. Karya sastra bercorak agama memiliki makna yang tidak hanyaterbatas pada pemahaman benar dan yang salah seperti sebuah ajaran agama, namun lebih dari itu. Karya sastra bercorak agama menunjukkan kekayaan makna dan keberagaman persoalan yang lebih sering memberikan diskursus kepada pembacanya. Novel Keluarga Permana karya Ramadhan K.H. menjadi salah satu karya sastra bercorak agama yang memiliki itu. Novel ini menjadi menarik apabila didekati melalui teori kekuasaan Michel Foucault dan teori perkembangan keimanan James Fowler. Melalui dua pendekatan tersebut, dapat dilihat apa-apa yang terdapat dalam novel Keluarga Permana secara lebih mendalam. Melalui pendekatan kekuasaan Foucault, relasi-relasi kuasa akan nampak. Selain itu, pendekatan kekuasaan akan muncul tokoh baru yang bernama masyarakat yang menjadipengawas sistem kuasa dan memberi motivasi tindakan terhadap tokohtokoh lainnya. Sementara itu, melalui teori perkembangan keimanan James Fowler, keimanan tokoh Farida akan dengan mudah diuraikan dan ditemukanproblematikanya.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM SERAT SASTRA GENDHING Nasri Kurnialoh
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.555 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v13i1.496

Abstract

Education in the broadest sense, plays an important role in everysociety and culture. Where each community has a regularity that is bound by a value system which lives in its culture. Culture as education proceeds, may be embodied in various forms, so it is interesting to observe and study more deeply the views of a wide range of viewpoints, so that we can understand the meaning contained in an event. Sultan Agung Hanyakrakusuma as king, poet, and artist who have made a great contribution to the Islamic Mataram kingdom. He figures that have a high sensitivityto the problems of the nation and religion One contribution is theessay book entitled Literature Gendhing teaches about inner and outer harmony and the beginning of the end. Harmony between the universe Gumelar with gumulung universe, in terms of the sharpness of this spirtitual, Sultan Agung a degree commensurate with the trustee. Spiritualism Sultan Agung which will be investigated in this study are the values of Islamic religious education in the works, Literature Gendhing. Pendidikan dalam arti yang luas, memegang peranan sangat penting dalam setiap masyarakat dan kebudayaannya. Dimana setiap masyarakat mempunyai keteraturan yang diikat oleh sistem nilai yang hidup dalam kebudayaan yang dimilikinya. Kebudayaan sebagai pendidikan yang berproses, dapat diwujudkan dalam beragam bentuk, sehingga sangatlah menarik untuk dicermati dan diteliti lebih mendalam dengan dilihat dari berbagai macam sudut pandang, sehingga kita dapat memahami makna yang terkandung dalam sebuah peristiwa. Sultan Agung Hanyakrakusuma sebagai raja, sastrawan, dan seniman yang telah memberikan kontribusi yang besar pada kerajaan Mataram Islam. Ia tokoh yang memiliki kepekaanyang tinggi terhadap masalah bangsa dan agamanya. Salah satu sumbangsihnya adalah kitab karangannya yang berjudul Sastra Gendhing mengajarkan tentang keselarasan lahir batin dan awal akhir. Keserasian antara jagad gumelar dengan jagad gumulung, ditinjau dari ketajaman spirtitual ini, Sultan Agung mendapat gelar yang sepadan dengan wali. Spiritualisme Sultan Agung yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam karya, Sastra Gendhing.
AJARAN-AJARAN TASAWUF DALAM SASTRA KITAB RIAYAH AL-HIMMAH KARYA SYEKH AHMAD RIFAI Nasrudin Nasrudin
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 13 No. 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.079 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v13i1.497

Abstract

Literary works of classical (religious) books are works of literature covering many disciplines, such as theology, fiqh (jurisprudence), hadis, and mysticism (tasawuf). Mysticism takes an important part since there are many of its experts or Sufi who are able to deliver Islamic teaching in accordance to the different levels of understanding of the society. Many of their works were written in Arabic alphabetical system, but the languages are Javanese, Sundanese, and Malay. The presence of Syekh Ahmad Rifai has influenced the works of classical literature. One of his works is Riayah al-Himmah, which is written in Javanese language with Arabic alphabetical system and in the form of nazam. In the middle of reform of Islamic world, Syekh Ahmad Rifai gave a good contribution in the reform of tasawuf. His spirit to harmonize the teaching of tasawuf in order not in contrast with Islamic law (syariat) is obvious. He taught zuhud, ikhlas, sabar, tawakal, ridlo as good attitude of Sufi/Salik to have spiritful, progressive, and optimistic life, not a fatalistic and pessimistic one. Sastra kitab merupakan jenis sastra yang mencakup berbagai bidang seperti ilmu kalam, fiqh, hadis dan tasawuf. Tasawuf menjadi bagian penting karena banyak para ahli tasawuf atau sufi yang mampu menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang disesuaikan dengan tingkat pemahaman masyarakat. Karya-karya yang mereka tulis banyak yang berhuruf arab sedangkan bahasanya adalah bahasa jawa, sunda dan melayu. Kehadiran Syekh Ahmad Rifai telah mewarnai hazanah karya sastra kitab di Jawa. Salah satu karyanya adalah Riayah al-Himmah. Kitab ini ditulis dengan bahasa jawa dan menggunakan huruf arab dan diuntai dalam bentuk nazam. Ditengah-tengah munculnya pembaharuan dalam dunia Islam Syekh Ahmad Rifai telah memberikan andil yang baik dalam kaitannya dengan pembaharuan di bidang tasawuf. Semangat beliau untuk menselaraskan ajaran-ajaran tasawuf agar tidak bertentangan dengan syariat Islam sangatlah jelas. Ia mengajarkan zuhud, ikhkas, sabar, tawakkal, ridho sebagai sifat terpuji bagi para sufi/salik agar mempunyai semangat hidup yang progresif dan optimis bukan fatalis dan pesimis.
MEMBACA PANCASILA: PERSPEKTIF KEARIFAN SUFI JALALL AL-DINN RUMMI Sulaiman Sulaiman
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.897 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v13i1.498

Abstract

Pancasila plays an important role in unifying the various backgrounds in Indonesia. Although it must be noted that today there is a group of Indonesian citizens who still reject Pancasila with reasons not in accordance with Islam. This rejection seems to be caused by a paradigm and a different perspective. Islam is a religion, and Pancasila is an ideology. As an ideology, Pancasila is the objectification of Islam, the religion objective elements exist in Pancasila. Universal values of Islam explicitlyanimating principle of Pancasila which has principles of divinity, humanity, unity, deliberation, and justice. This article will elaborate on these principles from the perspective of wisdom Sufi Jalal al-Din Rumi (1207- 1273). Sufism thought of Rumi will be used as an analysis tool in “reading” the principles of Pancasila, particularly the principle “Belief in God Almighty” (“Ketuhanan Yang Maha Esa”). The focus of the first principleis due to the historical fact on serious debate between the nationalist Muslims and secular Muslims on the one hand, and other religious groups, on the other hand, so that led to the compromise. Pancasila memegang peranan penting dalam mempersatukanberbagai macam latar belakang di Indonesia. Meskipun harus diakui bahwa hingga saat ini ada saja sekelompok warga negara Indonesia yang masih menolak Pancasila dengan alasan tidak sesuai dengan Islam. Penolakan ini tampaknya disebabkan oleh paradigma dan cara pandang yang berbeda. Islam adalah agama, dan Pancasila adalah sebuah ideologi. Sebagai ideologi, Pancasila merupakan objektivikasi dari Islam, yakni unsur-unsurobjektif agama ada dalam Pancasila. Nilai-nilai universal Islam secara eksplisit menjiwai muatan Pancasila yang berprinsip ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan keadilan. Artikel ini akan mengelaborasi prinsip-prinsip tersebut dari perspektif kearifan (wisdom) sufi agung Jalal al-Din Rumi (1207-1273). Pemikiran tasawuf Rumi akan dijadikan sebagai pisau analisis dalam “membaca” (“reading”) prinsipprinsip Pancasila, khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Fokus terhadap sila pertama ini disebabkan oleh fakta sejarah adanya perdebatan yang serius antara Muslim-Nasionalis dan Muslim sekuler di satu sisi, dan kelompok agama lain, di sisi yang lain, sehingga berujung pada kompromi.
LITERASI MAULID NABI DI KALANGAN ULAMA MINANGKABAU: PEMERIAN NASKAH DAN ANALISIS DINAMIKA WACANANYA Pramono Pramono
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.271 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v13i1.499

Abstract

The article is focused on the dynamics of Maulid Nabi (MN / Birthof the Prophet Muhammad) discourses in Minangkabau manuscripts (kitabs) written by local Muslim scholars. In the context of local Islamic discourses, the MN discourse is one of the controversial polemics that encourage some scholars to conduct researches on it. However, the studies on the manuscripts written by the Minangkabau Muslim scholars arestill very rare to find. Therefore, one of the objectives of this thesis is to fill in “the blank” on the related literatures of MN discourse analysis in Minangkabau by studying the manuscripts of local Muslim scholars. This study use Critical Discourse Analysis (CDA) by combining the CDA model of Norman Fariclough and Ruth Wodak. In CDA perspectives, the MN discourses are not only analysed at the texts level only but also preceded at the historical and socio-cultural contexts of the texts. Generally, this study explains how the manuscripts of the local Muslim scholars describe the discourse dynamic of MN in Minangkabau. To arrive at the conclusion, the MN discourses are analysed starting from the discourses production, distribution, and consumption. From the analysis, the study shows some facts that the works discursively related to MN had become ideologicaldiscourses which shape and strengthen the identity of elderMinangkabau Muslim scholars (Kaum Tua). At the same time, the practices of MN discourses become the strong values protecting them from the discursive attack of the younger Muslim scholars (Kaum Muda). Discourses war in writing and public debate in the reformation of Islam in Minangkabau had given positive impacts on the intellectual traditions in Minangkabau scholars for both the elder and younger Muslim scholars. Artikel ini memfokuskan kajiannya terhadap dinamika wacanaMaulid Nabi (MN) di Minangkabau melalui naskah-naskah karya para ulama lokal. Dalam konteks dinamika Islam tempatan, wacana MN merupakan salah satu isu polemik keislaman di Minangkabau yang cukup kontroversial dan memancing beberapa sarjana untuk melakukan penelitian terhadapnya. Akan tetapi, kajian yang menggunakan naskhahnaskhah karya ulama tempatan sebagai sumber utamanya masih sedikitdilakukan. Kajian ini menggunakan teori Analisis Wacana Kritis (AWK) dengan menggabungkan model CDA Norman Fairclough dan Ruth Wodak. Dalam perspektif AWK, wacana MN tidak hanya dianalisis pada peringkat teks saja, namun diteruskan pada aspek konteks sejarah dan sosial budayanya. Secara umum, kajian ini menjelaskan sejauh mana naskhahnaskhah karya para ulama tempatan menggambarkan dinamika wacanaMN di Minangkabau. Untuk sampai pada tujuan kajian, wacana MN dianalisis mulai dari proses produksi, distribusi hingga konsumsi wacana. Dari analisis yang dilakukan, kajian ini menampilkan fakta bahwa karya sastra berkenaan dengan MN secara diskursif telah menjadi wacana yang berideologi, sehingga mampu membentuk dan memperkuat identitasKaum Tua di Minangkabau. Pada saat yang bersamaan, praktik wacana tersebut menjadi kekuatan yang tangguh untuk menyangkal serangan secara diskursif yang dilancarkan oleh kalangan ulama Kaum Muda. Perang wacana—baik melalui tulisan dan debat terbuka—pada era transmisi pembaharuan Islam di Minangkabau telah memberi kesan positif terhadaptradisi intelektual dalam kalangan ulama Minangkabau.
PUISI SUFI A. MUSTOFA BISRI Abdul Wachid Bambang Suharto
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.005 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v13i1.500

Abstract

This article reveals A. Mustofa Bisri’s thoughts implicitly found inhis poems. As a scholar in Nahdlatul Ulama, he has an attractive thought; he is a scholar who writes literary works. To interpret his poems needs attention to the referential meaning as a means to get into the dimension of language and reality. At symbolic level, poems are understood as a part of life expression referred to the root of knowledge. From such a method, it can be revealed some important points: first, the poems written by A. Mustofa Bisri are expressed in simple language as self-manifestation of the writer and his works. The simplicity of language needs deeper understanding to know the writer’s perspective and dimension. Second, there is a similarity betweem A. Mustofa Bisri’s and Sufism poems themed love and yearning to Allah. Tulisan ini berusaha mengungkap pemikiran penting A. MustofaBisri yang tersirat di dalam puisi-puisinya. Ia sebagai ulama di kalangan Nahdlatul Ulama memiliki pemikiran yang menarik, yakni sebagai kiai yang menulis karya sastra. Untuk memaknakan puisi-puisi yang ditulis oleh A. Mustofa Bisri, dibutuhkan perhatian pada arti referensial sebagai jalan untuk memasuki ranah bahasa dan realitas. Pada tataran simbolik, berusaha memahami puisi sebagai bagian dari ekspresi kehidupan yang dirujuk sampai pada akar pengetahuan. Dari metode seperti itu, dapat ditemukan beberapa hal penting; pertama, puisi yang ditulis oleh A. Mustofa Bisri diungkapkan dengan bahasa sederhana sebagai manifestasi diri dan ciptaanya. Kesederhanaan bahasa tersebut membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam terkait dengan wawasan dan dimensi dari penyair. Kedua, ada kesamaan tematik puisi A. Mustofa Bisri dengan puisi tradisi sufi yang bertema cinta dan kerinduan kepada Allah.
Agama dan Politik dalam Tradisi Perayaan Rebo Wekasan Abdul Chalik
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.832 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.521

Abstract

Perayaan Rebo Wekasan merupakan ritual keagamaan dalam bentuk sholat, mandi, membaca sholawat dan kegiatan keruhanian yang lain. Ritual ini dilakukan pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Perayaan Rebo Wekasan bertujuan untuk mensyukuri nikmat Allah serta untuk menolak berbagai musibah. Ritual tersebut dilaksanakan sejak kedatangan Tumenggung Jamaludin Malik untuk menyiarkan agama Islam atas perintah Sunan Giri. Perayaan Rebo Wekasan terbentuk dari proses konstruksi sosial melalui proses eksternalisasi, obyektifikasi dan internalisasi. Sheikh Jamaludin Malik datang ke Suci untuk menyebarkan agama Islam dengan berbagai kesulitan, setelah dapat meretas kesulitan kemudian masyarakat merayakannya dalam bentuk ritual, selanjutnya masyarakat menganggap bahwa ritual tersebut merupakan tradisi yang harus dipertahankan meskipun mereka bertindak di luar kesadarannya. Momen Rebo wekasan yang asalnya ritual keagamaan mulai berbegeser ke momen politik. Kepentingan banyak pihak, terutama pihak desa dan Pemerintah Daerah menjadikan momen Rebo Wekasan sebagai ajang sosialisasi, agitasi dan kegiatan politik yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan ritual keagamaan. Hal tersebut dapat terjadi karena banyaknya pengunjung dan jamaah yang ikut merayakan kegiatan tersebut dari berbagai penjuru Gresik maupun luar Gresik.
RESISTENSI KOMUNITAS BONOKELING TERHADAP ISLAM PURITAN DI DESA PEKUNCEN KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS nawawi nawai; Lasiyo Lasiyo; Sugeng Bayu Wahyono
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.899 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v14i1.522

Abstract

Desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang merupakan desa yang menyimpan penuh keunikan. Secara sosial mereka tampak hidup rukun, saling bekerjasama dan saling menghormati antara  warga yang satu dengan yang lain. Sekilas bila dipandang secara lahiriyah tampak demikian, seakan tidak ada masalah dalam kehidupan mereka. Namun, bila dicermati dan diamati secara mendalam, ternyata warga Pekuncen menyimpan permasalahan dan ketegangan di antara mereka. Hal itu dipicu oleh pemahaman keyakinan yang berbeda yaitu penganut Islam adat dan penganut Islam Puritan atau Islam yang murni berdasarkan al Qur’an dan Hadits. Kedua corak keislaman tersebut sangat berbeda bahkan kontradiktif. Komunitas Bonokeling sebagai penganut Islam Adat menduduki posisi subordinat dan selalu mendapat tekanan dari Islam Puritan. Oleh karena itu, mereka berusaha melakukan resistensi dan negosiasi terhadap pengaruh-pengaruh Islam Puritan agar kehidupan mereka tetap eksis. Mereka melakukan perlawanan dengan cara mimikri, plesetan, storytelling dan involusi kebudayaan.

Page 9 of 29 | Total Record : 290


Filter by Year

2011 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 23 No. 2 (2025): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 23 No. 1 (2025): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 22 No. 2 (2024): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 22 No. 1 (2024): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 21 No. 2 (2023): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 21 No. 1 (2023): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 20 No. 2 (2022): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 20 No 1 (2022): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 20 No. 1 (2022): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 19 No 2 (2021): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 19 No 1 (2021): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 2 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 18 No 1 (2020): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 17 No 2 (2019): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 17 No 1 (2019): IBDA: Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 16 No 2 (2018): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 16 No 1 (2018): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 15 No 2 (2017): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 15 No 1 (2017): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 2 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 14 No 1 (2016): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 2 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 13 No 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol. 13 No. 1 (2015): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 12 No 2 (2014): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 12 No 1 (2014): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 11 No 2 (2013): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 11 No 1 (2013): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 10 No 2 (2012): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 10 No 1 (2012): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 9 No 2 (2011): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 9 No 1 (2011): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya More Issue