cover
Contact Name
Dwi Nurwulan Pravitasari
Contact Email
saintika_medika@umm.ac.id
Phone
+628123086679
Journal Mail Official
saintika_medika@umm.ac.id
Editorial Address
Editorial Office: Faculty of Medicine University of Muhammadiyah Malang Jl. Bendungan Sutami No 188A Malang, East Java
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga.
ISSN : 0216759X     EISSN : 2614476     DOI : https://doi.org/10.22219/
Core Subject : Health,
Journal of Saintika Medika is a peer-reviewed and open access journal that focuses on promoting medical sciences generated from basic sciences, clinical, and community or public health research to integrate researches in all aspects of human health. This journal publishes original articles, reviews, and also interesting case reports. Brief communications containing short features of medicine, latest developments in diagnostic procedures, treatment, or other health issues that is important for the development of health care system are also acceptable. Letters and commentaries of our published articles are welcome.
Articles 564 Documents
PERBANDINGAN PENGGUNAAN FIKSASI HAIR SPRAY DENGAN FIKSASI RUTIN PADA PAP SMEAR DENGAN METODE BETHESDA Yuliartha Lestari, Dian
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 11, No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v11i2.4198

Abstract

Latar belakang. PAP smear merupakan metode deteksi dini yang rutin digunakan untuk lesi peradangan serta kankerserviks di seluruh dunia. Metode fiksasi basah untuk PAP smear saat ini selain menggunakan alkohol, juga menggunakan Hair spray. Tujuan. Untuk membandingkan kualitas fiksasi menggunakan alkohol dan hair spray. Metode. Merupakan penelitian observasional analitik, dengan total sampling dari bulan September-Desember 2014. Variabel yang dinilai adalah adekuat spesimen, kualitas staining, ada tidaknya artefak, serta ada tidaknya sel yang degenerasi. Uji statistik menggunakan Uji Kesesuaian Kappa, dikatakan sesuai jika koefisien kappa >0,6 (p<0,05). Hasil. Didapatkan jumlah sampel sebanyak122 sampel. Hasil koefisien kappa untuk adekuat spesimen sebesar 0,792. Hasil koefisien kappa untuk kualitas staining sebesar 0,627. Hasil koefisien kappa untuk ada tidaknya artefak sebesar 0,196. Hasil koefisien kappa untuk ada tidaknya sel yang degenerasi sebesar 1,000. Kesimpulan. Terdapat kesesuaian antara penggunaan fiksasi menggunakan alkohol maupun hairspray, dalam hal adekuat sel, kualitas staining, maupun ada tidaknya sel yang degenerasi.Keyword : PAP smear, alkohol, hairspray
PRE-DIABETES DAN PERAN HBA1C DALAM SKRINING DAN DIAGNOSIS AWAL DIABETES MELITUS Setiawan, Meddy
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 7, No 1 (2011): Januari 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v7i1.1087

Abstract

Diabetes Mellitus (DM), khususnya DM tipe 2 (DMT2) kini menjadi ancaman yang serius bagi umat manusia di dunia. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2008, menunjukkan prevalensi DM di Indonesia saat ini sebesar 5,7%. Menurut WHO pasien diabetes di Indonesia akan mengalami kenaikan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 dan menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Tanpa upaya pencegahan dan program pengendalian yang efektif prevalensi tersebut akan terus meningkat.             Glukosa darah merupakan rentang yang berkelanjutan (continuous spectrum). Batas kadar glukosa darah normal, prediabetes dan diabetes ditetapkan berdasar kesepakatan (arbitrary). Saat ini, diagnosis DM ditetapkan bila kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl atau 2 jam paska beban glukosa > 200 mg/dl. Prediabetes adalah kadar glukosa darah di atas normal tetapi masih di bawah kadar glukosa darah untuk diabetes. Diagnosis prediabetes ditegakkan bila didapatkan kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl (Glukosa Puasa Terganggu = GPT),  atau 2 jam paska beban glukosa 140-199 mg/dl (Toleransi Glukosa Terganggu = TGT), atau keduanya (Homeostasis Glukosa Terganggu = HGT).             Mekanisme patofisiologi  TGT dan GPT berbeda, meskipun TGT dan GPT didasari oleh resistensi insulin, tetapi keduanya menunjukkan perbedaan tempat dimana resistensi insulin terjadi. Resistensi insulin pada penderita GPT terutama  pada jaringan hati, sedangkan sensitifitas insulin pada jaringan otot masih tetap normal. Pada TGT, sensitifitas insulin di jaringan hati tetap normal atau sedikit menurun sedangkan pada jaringan otot telah terjadi resistensi insulin.             Prediabetes meningkatkan resiko absolut menjadi DM sebesar 2-10 kali lipat, resiko terjadinya penyakit kardiovaskular pada prediabetes sama besarnya dengan DM. Berbagai keadaan tersebut lebih meyakinkan bahwa Tindakan-tindakan dan program pencegahan dini DM sangat diperlukan, antara lain melalui penanganan prediabetes. Identifikasi dan penatalaksanaan awal bagi pasien prediabetes dapat menurunkan insiden DM serta komplikasinya.              Diabetes merupakan salah satu penyakit underdiagnosed. Saat diagnosis ditegakkan sekitar 25% sudah terjadi komplikasi mikrovaskular. Manfaat HbA1c selama ini lebih banyak dikenal dalam menilai kualitas pengendalian glikemik jangka panjang dan menilai efektivitas suatu terapi, namun beberapa studi terbaru mendukung manfaat HbA1c yang semakin luas,  bukan hanya untuk pemantauan, tetapi juga bermanfaat dalam mendiagnosis ataupun skrining Diabetes Mellitus tipe-2.             Pasien DM berpotensi menderita berbagai komplikasi, meliputi penyakit makrovaskular (penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah tepi) dan penyakit mikrovaskular (retinopati, neuropati dan nefropati). Komplikasi DM sudah dimulai sejak dini sebelum diagnosis DM ditegakkan.   Kata kunci : prediabetes, HbA1c, DM tipe 2
STRATEGI PENANGGULANGAN MASALAH KESEHATAN PADA INDUSTRI ACCU Budi S., Febri Endra
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 5, No 1 (2009): Januari 2009
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v5i1.1033

Abstract

image hosting
PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN BERENERGI SUBAKUT TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR Prasetyaning, Utari; Andari, Desy; Agustini, SM
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 9, No 1 (2013): Juni 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v9i1.4125

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh pemberian minuman berenergi subakut terhadap gambaran histologi ginjal tikus putih strain wistar. Metode : Eksperimen laboratoris dengan rancangan the post test only control group design. Sampel dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok I (K) tanpa pemberian minuman berenergi,kelompok II. III dan IV (P1, P2, P3) diberikan minuman berenergi 72 mg, 216 mg dan 360 mg. Analisis data menggunakan One Way Anova, uji Tukey, uji korelasi dan uji regresi. Hasil : Hasil uji One Way Anova dan uji Tukey didapatkan nilai sig=0,000 (p<0,05) artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara perlakuan dengan jumlah sel nekrosis dan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok. Hasil uji korelasi dan regresi didapatkan r=0,988 dan R2=0,976 artinya semakin tinggi dosis akan diikuti oleh peningkatan jumlah sel nekrosis. Kesimpulan : Minuman berenergi dapat meningkatkan jumlah sel nekrosis pada sel epitel tubulus proksimal ginjal.Kata kunci : Minuman berenergi, kafein, histologi ginjal, nekrosis sel epitel tubulus proksimal ginjal
NUTRISI KEDELAI PADA OBESITAS DAN DISMETABOLIK SINDROM Setiawan, Meddy
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 6, No 2 (2010): Desember 2010
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v6i2.940

Abstract

Obesitas tidak hanya menjadi masalah estetika semata tetapi juga telah menjadi masalah kesehatan utama saat ini, hal ini disebabkan karena obesitas merupakan faktor resiko terjadinya dismetabolik sindrome seperti diabetes, hipertensi, hiperlipidemi dan penyakit jantung koroner. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Indonesia, menunjukan bahwa prevalensi obesitas pada wanita berusia lebih dari 15 tahun yaitu 23,8% dan pada laki-laki berusia lebih dari 15 tahun yaitu 13,9%. Sedangkan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, 41%-50% obesitas pada wanita terjadi pada usia lebih dari 55 tahun (usia menopause) (Depkes, 2007). Obesitas terjadi karena adanya asupan energi yang lebih besar daripada energi yang digunakan sehingga terjadi penimbunan energi dalam sel adiposit dalam bentuk sel adiposit yang hipertrofi dan hiperplasi. Salah satu regulator utama yang penting dalam regulasi metabolisme dan deposisi lemak dalam sel adiposit adalah hormon estrogen (Cooke, 2004).  Sel adiposit terbukti memiliki reseptor estrogen α (ERα) dan reseptor estrogen β (ERβ) (Wook, 2008).  Efek reseptor estrogen pada sel adiposit adalah meregulasi jaringan adiposit dengan meningkatkan lipolisis dan memodulasi ekspresi gen yang meregulasi deposisi lemak di sel adiposity. Tingginya prevalensi obesitas pada wanita menopause dan pentingnya peranan estrogen dalam regulasi dan deposisi lemak pada sel adiposit viscera maupun subcutan, mendorong para peneliti melakukan berbagai percobaan untuk mencari sumber estrogen eksogen. Beberapa senyawa yang berasal dari tumbuhan yang dikenal dengan fitoestrogen, mempunyai aktifitas serupa dengan aktifitas hormon estrogen karena mempunyai struktur yang mirip dengan hormon estrogen, senyawa tersebut adalah flavon, isoflavon dan derivat comestans. Isoflavon banyak terdapat pada tanaman kacang-kacangan, terutama kedelai dan produk olahannya (Tanu 2005). Fitoestrogen dari kedelai mampu berikatan dengan reseptor estrogen, walaupun afinitasnya terhadap reseptor estrogen sangat rendah dibandingkan dengan estrogen endogen sehingga diperlukan jumlah fitoestrogen yang besar untuk memperoleh efek yang memadai seperti estrogen. (Hidayati 2003).  Pada keadaan tidak terdapatnya estrogen endogen, seperti pada hewan yang diovariektomi, isoflavon dapat bekerja melalui jalur alternatif, seperti jalur tirosin kinase, jalur mitogen-activated protein kinase, atau jalur epidermal growth factor. Isoflavon dapat mencegah penimbunan lemak dengan meghambat kerja enzim lipogenik lipoprotein lipase (Jr J.A. ford, 2006). Kedelai adalah salah satu bahan makanan sehari-hari penduduk di Asia. Rata-rata konsumsi kedelai masyarakat Indonesia menempati urutan kedua di dunia setelah Jepang, yaitu 200 gram produk kedelai atau olahannya per hari. Tingginya kandungan gizi dalam kedelai menjadikan produk kedelai dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu kandungan gizi dalam kedelai adalah isoflavon. Adanya kandungan isoflavon pada kedelai, memungkinkan konsumsi kedelai dalam jumlah tertentu dapat memberikan efek serupa dengan efek hormon estrogen endogen. (Koswara, 2006).   Key word : kedelai – isoflavon – obesitas – dismetabolik syndrome
EFEK MUTAGENIK PERASAN BUAH MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA L.) PADA BAKTERI SALMONELLA TYPHIMURIUM TA 1535 DENGAN METODE MUTASI BALIK Rofida, Siti
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 5, No 1 (2009): Januari 2009
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v5i1.1024

Abstract

EFEK ISOFLAVON FITOESTROGEN DARI EKSTRAK Pueraria lobata TERHADAP MEMORI DAN AKTIVITAS KOLINERGIK DI HIPPOKAMPUS CA1 PADA TIKUS HIPOESTROGEN Safithri, Fathiyah; Ali, Mulyohadi
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 6, No 2 (2010): Desember 2010
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v6i2.1020

Abstract

Data from retrospective and case-conttrole showed that estrogen replacement therapy (ERT) could prevent ang delayed againstAlzheimer Disease (AD). The using of ERT is still controversial because of their long-term side effect. Isoflavon as a part of phytoestrogenhas potential effect as an alternative substitute for ERT. The aim of this study is to examine the effect of phytoestrogen from Pueraria lobataextract in increasing memory’s function and whether it occur by the increased of cholinergic activity in CA1 hippocampus. Exploration studyperformed by three step. First, determined genistein and daidzein concentration in Pueraria lobata extract, as basic of dose determining.Second, oophorectomy performed to made a hypoestrogenic rat’s model; and third, determined method memory’s function in rats. This studyused twenty five female Rattus novergicus strain Wistar, 10 -11 weeks of age, five rats were normal rats (N) as first group and twenty ratswere hypoestrogenic rats for 2nd, 3rd, 4th, and 5th groups. All of the hypoestrogenic rat were devided into 4 groups, each 5 rats. Hypoestrogenicrats group without Isoflavon Genistein Daidzein supplement (OVX), hypoestrogenic rats group with Isoflavon Genistein Daidzeinsupplement (OVX+IGD) dosage of 15, 30, and 60 mg/kgweight/day each. The IGD was given for 21 days. The Morris Water Morris(MWM) test was performed in 17th, 18th, 19th, 20th, and 21st day. On 22nd day rats were killed. Frozen section of the brain was performedimmediately. Cholinergic activities on CA1 hippocampus were examined with AChE staining. A significant difference was found onmemory’s function and cholinergic activities on CA1 hippocampus between OVX and OVX+IGD groups at all doses (p value = 0,000 ofeach). No significant difference on IGD effect toward brain weight (p=0,936) and pyramidal cell number on CA1 hippocampus (p=0,961).It was suggest that increased memory’s function on OVX+IGD groups were caused by the increased of cholinergic activities on CA1hippocampus.Key word : Isoflavones; phytoestrogen; Genistein; Daidzein; Pueraria lobata; Memory; cholinergic.
PERBEDAAN PANJANG TUNGKAI (LEG LENGTH DISCREPANCY) DALAM ORTHOPAEDI Widiwanto, Bambang
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 10, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v10i1.4143

Abstract

Masalah leg length discrepancy dalam orthopaedi bukan hanya permasalahan kosmetik, tetapi juga permasalahan fungsional. Ada empat jenis terapi yang memungkinkan untuk menyeimbangkan panjang tungkai : (1) sepatu tambahan atau konversi dengan prostetik (2) epiphysiodesis pada sisi tungkai yang panjang (3) pemendekan pada sisi tungkai yang panjang (4) pemanjangan pada sisi tungkai yang pendek. Kombinasi antara pemanjangan pada ipsilateral dan epiphysiodesis pada kontralateral dapat digunakan pada ketidaksamaan yang bermakna untuk mengurangi jumlah pemanjangan yang dibutuhkan. (Champbell,2007) Semua tipe alat dan teknik pemanjangan tungkai memiliki komplikasi. (1) Pin Track Infection (2) berhubungan dengan otot, terjadi Flexion contracture (3) Subluksasi/ dislokasi sendi (4) infeksi, pseudoarthrosis, plate patah dan malunion. (Stanitski ,1999) Keywords : Leg length discrepancy, terapi, komplikasi.
PERSEPSI KELUARGA TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF Hermayanti, Diah
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 6, No 1 (2010): Januari 2010
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v6i1.1007

Abstract

Latar belakang : Gizi buruk berkaitan dengan  tingginya kematian bayi dan balita. UNICEF melaporkan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian Air Sus u Ibu (ASI) secara eksklusif. Namun, kesadaran ibu untuk untuk me mberikan ASI eksklusif di Indonesia baru sebesar 14 persen.  Tujuan penelitian : (1) mengetahui persepsi suami, istri, nenek dan ka kek terhadap pemberian ASI eksklusif; (2) mengetahui penerapan pemberian ASI eksklusif pada bayi; (3) merumuskan pemberdayaan masyarakat berbasis gender untuk mengantisipasi kasus gizi buruk. Metode penelitian : penelitian deskriptif, dengan tehnik pengambilan data purposive random sampling .  Hasil penelitian dan diskusi : (1) Ibu yang  mengetahui manfaat Asi eksklusif dengan benar adalah 8,5 % di antara 95 % ibu yang mengatakan mengetahui manfaat Asi eksklusif, sedangkan ayah  5 % di antara 78 %,  tidak ada seorangpun dari nenek dan kakek di antara 38 % nenek dan 60 % kakek yang  mengatakan mengetahui manfaat Asi eksklusif. Data-data in i menunjukkan bahwa persepsi tentang Asi eksklusif oleh perempuan dan laki-laki sama-sama masi h rendah; (2) Pemberian Asi eksklusif dilaksanakan oleh 66 % ibu; (3) Perumusan pemberdayaan masyarakat berbasis gender untuk  mengantisipasi  kasus gizi  buruk adalah dengan upaya-upaya meningkatkan persepsi wanita itu sendiri  dan keluarganya tentang manfaat Asi  eksklu sif untuk kepentingan  status kesehatan bayinya. Kesimpulan :  persepsi keluarga tentang manfaat Asi eksklusif masih rendah , sehingga pemberdayaan untuk mengantisipasi  kasus gizi buruk adalah dengan meningkatkan persepsi baik wanita itu sendiri maupun keluarganya.  Kata kunci : Asi eksklusif, pemberdayaan masyarakat, gender
Pencegahan Kejadian Kardiovaskuler pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Serinurani Effendi, Indah
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 7, No 2 (2011): Desember 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v7i2.4074

Abstract

WHO memprediksi adanya peningkatan angka insiden dan prevalensi Diabetes Mellitus (DM) tipe2 diberbagai penjuru dunia . Untuk Indonesia ,WHO meprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Suatu jumlah yang sangat besar dan merupakan beban yang sangat berat untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis/ sub spesialis, maka perlu strategi pelayanan kesehatan primer sebagai ujung tombak menjadi sangat penting untuk lebih berperan dalam penanganan DM sederhana dan mencegah terjadinya penyulit DM, antara lain risiko penyakit kardiovaskuler. Perlu penangan terpadu pada penyakit tidak menular dan berkesinambungan. Dibutuhkan kontrol rutin antara lain gula darah puasa <130 mg/dl , gula darah 2jpp <200 mg/dl, HbA1c <7, Tensi 130/80 mm Hg , Total cholesterol < 200 mg/dl, Kholesterol LDL < 160 mg/dl, Kholesterol HDL > 50mg/dl . Disamping itu perlu menilai risiko Kardiovaskuler dengan Framingham Risk Score (FRS).Kata kunci : Diabetes Mellitus, Risiko Kardiovaskuler, Framingham Risk Score.

Filter by Year

2009 2024


Filter By Issues
All Issue Vol. 20 No. 2 (2024): December 2024 Vol. 20 No. 1 (2024): June 2024 Vol. 19 No. 2 (2023): December 2023 Vol. 19 No. 1 (2023): June 2023 Vol. 18 No. 2 (2022): December 2022 Vol. 18 No. 1 (2022): June 2022 Vol. 17 No. 2 (2021): December 2021 Vol. 17 No. 1 (2021): June 2021 Vol. 16 No. 2 (2020): December 2020 Vol 16, No 1 (2020): June 2020 (on progress) Vol 16, No 1 (2020): June 2020 Vol. 16 No. 1 (2020): June 2020 Vol. 15 No. 2 (2019): December 2019 Vol 15, No 2 (2019): December 2019 Vol 15, No 1 (2019): JUNI 2019 Vol. 15 No. 1 (2019): JUNI 2019 Vol. 14 No. 2 (2018): DESEMBER 2018 Vol 14, No 2 (2018): DESEMBER 2018 Vol. 14 No. 1 (2018): JUNI 2018 Vol 14, No 1 (2018): JUNI 2018 Vol 13, No 2 (2017): DESEMBER 2017 Vol. 13 No. 2 (2017): DESEMBER 2017 Vol 13, No 1 (2017): JUNI 2017 Vol. 13 No. 1 (2017): JUNI 2017 Vol 12, No 2 (2016): DESEMBER 2016 Vol. 12 No. 2 (2016): DESEMBER 2016 Vol. 12 No. 1 (2016): JUNI 2016 Vol 12, No 1 (2016): JUNI 2016 Vol 11, No 2 (2015): Desember 2015 Vol. 11 No. 2 (2015): Desember 2015 Vol 11, No 1 (2015): Juni 2015 Vol. 11 No. 1 (2015): Juni 2015 Vol. 10 No. 2 (2014): Desember 2014 Vol 10, No 2 (2014): Desember 2014 Vol 10, No 1 (2014): Juni 2014 Vol. 10 No. 1 (2014): Juni 2014 Vol. 9 No. 2 (2013): Desember 2013 Vol 9, No 2 (2013): Desember 2013 Vol 9, No 1 (2013): Juni 2013 Vol. 9 No. 1 (2013): Juni 2013 Vol 8, No 2 (2012): Desember 2012 Vol. 8 No. 2 (2012): Desember 2012 Vol. 8 No. 1 (2012): Juni 2012 Vol 8, No 1 (2012): Juni 2012 Vol. 5 No. 2 (2009): Juli 2009 Vol. 7 No. 2 (2011): Desember 2011 Vol 7, No 2 (2011): Desember 2011 Vol 7, No 1 (2011): Januari 2011 Vol. 7 No. 1 (2011): Januari 2011 Vol. 6 No. 2 (2010): Desember 2010 Vol 6, No 2 (2010): Desember 2010 Vol. 6 No. 1 (2010): Januari 2010 Vol 6, No 1 (2010): Januari 2010 Vol 5, No 2 (2009): Juli 2009 Vol. 5 No. 1 (2009): Januari 2009 Vol 5, No 1 (2009): Januari 2009 More Issue