cover
Contact Name
Dwi Nurwulan Pravitasari
Contact Email
saintika_medika@umm.ac.id
Phone
+628123086679
Journal Mail Official
saintika_medika@umm.ac.id
Editorial Address
Editorial Office: Faculty of Medicine University of Muhammadiyah Malang Jl. Bendungan Sutami No 188A Malang, East Java
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga.
ISSN : 0216759X     EISSN : 2614476     DOI : https://doi.org/10.22219/
Core Subject : Health,
Journal of Saintika Medika is a peer-reviewed and open access journal that focuses on promoting medical sciences generated from basic sciences, clinical, and community or public health research to integrate researches in all aspects of human health. This journal publishes original articles, reviews, and also interesting case reports. Brief communications containing short features of medicine, latest developments in diagnostic procedures, treatment, or other health issues that is important for the development of health care system are also acceptable. Letters and commentaries of our published articles are welcome.
Articles 564 Documents
Validity Of Congo Red Agar And Modified Congo Red Agar To Detect Biofilm Of Enterococcus Faecalis Normanita, Rina
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 16, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.912 KB) | DOI: 10.22219/sm.Vol16.SMUMM1.11064

Abstract

Purpose: Enterococcus faecalis causes nosocomial infections such as bacteremia, urinary tract infections, intra-abdominal infections, and endocarditis. These infection is associated with biofilm and intrinsically resistant to many antibiotics. This study aims to determine the validity of the CRA and MCRA for detecting biofilms of Enterococcus faecalis  Method: This is a laboratory observational study with 30 sample of Enterococcus faecalis. We performed biofilm examination for Enterococcus faecalis by using Congo red Agar, Modified Congo red Agar and Microtitter Plate Assay as gold standard. Result: Both MCRA and CRA were compared MPA as a gold standard was obtained p value is 0.309 (p> 0.05), with a Kappa agreement coefficient is 0.067, which indicates there is no significant agreement to detect biofilm of Enterococcus faecalis. MCRA and CRA have almost no compatibility with MPA for biofilm forming of Enterococcus faecalis. Conclusion: Both MCRA and CRA has a very high sensitivity (100%), but the specificity is very low 6.67% for detecting the biofilms of Enterococcus faecalis. MCRA and CRA can not determine negativity well and it have a high false positive rate, so to increase specificity of biofilm forming, we must combine these method with the others. Keywords: Biofilm, Enterococcus faecalis, CRA, MCRA, MPA.
Diagnosis TB Dewasa dan Anak Berdasarkan ISTC (International Srandard for TB Care) Safithri, Fathiyah
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 7, No 2 (2011): Desember 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v7i2.4078

Abstract

Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia pada posisi kelima di dunia dengan perkiraan jumlah penderita TB sebesar 429.000 orang atau 5,8% dari total jumlah pasien TB di dunia. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran atas lainnya. TB sebagai penyakit infeksi menular juga membawadampak ekonomi karena kelompok usia terbanyak yang tertular adalah usia 15-45 tahun. Prinsip diagnosis dan penatalaksanaan di berbagai belahan dunia adalah sama, yaitu mulai dari diagnosis yang akurat, pengobatan yang sesuai standart, monitoring, dan evaluasi pengobatan serta tanggung jawab kesehatan masyarakat. Ketepatan diagnosis sangat menentukan keberhasilan tahap pelaksanaan TB berikutnya.International Standarts of Tuberculosis Care (ISTC)( yang dikembangkan oleh organisasi profesi internasional, telah diadopsi oleh Program Penanggulangan Tuberculosis Nasional dan Ikatan Dokter Indonesia termasuk Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp). ISCT disepakati digunakan di Indonesia dalam penanggulangan pasien TB.
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Sekar Prihanti1, Gita; ., Sulistiyawati; Rahmawati, Ina
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 11, No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v11i2.4207

Abstract

Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah utama kesehatan secara global di dunia dan menyebabkan tingkat morbiditas pada jutaan orang setiap tahunnya. Provinsi Jawa Timur memiliki kasus TB terbanyak kedua pada tahun 2011 dengan kasus mencapai 41.404.Peningkatan infeksi TB tidak luput dari berbagai faktor, yaitu usia, jenis kelamin, status gizi, tingkat kebersihan, ventilasi, suhu, pencahayaan, kepadatan penghuni dan pendidikanTujuan:Mengetahui pengaruh faktor-faktor resiko tehadap kejadian tuberkulosis paru di wilayah Puskesmas Pesantren II Kota Kediri Metode: Menggunakan metode campuran antara kualitatif melalui Focused Group Discussion (FGD) dan kuantitatif,secara observasional analitik dengan desain studi case control. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Jumlah sampel kasus 33 orang dan sampel kontrol 33 orang.Hasil Penelitian: Hasil uji regresi logistik biner menunjukkan bahwa terdapat delapan variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kejadian TB paru, yaitu BMI (p = 0,002; OR = 8,785; CI = 1,153-66,93), tingkat pendidikan (p = 0,0026 OR = 2,944; CI = 0,183-47,29 ), riwayat imunisasi BCG (p = 0,001; OR = 0,048; CI =0,002-1,308), riwayat kontak dengan penderita TB (p = 0,004; OR = 13,269;CI = 0,737-238,96), ventilasi (p = 0,000; OR = 0,041; CI =0,001-1,432), kepadatan hunian (p = 0,000; OR = 0,113; CI 0,001-1,301), sumber air (p = 0,03; OR = 9,143; CI = 0,273-306,7), dan riwayat merokok (p = 0,000; OR = 11,706; CI = 0,746-183,66). Nilai adjusted R square menunjukkan bahwa faktor tersebut berpengaruh terhadap kejadian TB paru sebesar 85,9%. Sedangkan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian TB paru adalah BMI. Kesimpulan:Faktor resiko yang mempengaruhi tingkat kejadian TB meliputi BMI, tingkat pendidikan, riwayat imunisasi BCG, riwayat kontak dengan penderita TB, ventilasi, kepadatan hunian, sumber air dan riwayat merokok.Kata Kunci: TB paru, faktor resiko
PEMBERIAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK Febriana Chandrawati, Pertiwi
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 6, No 2 (2010): Desember 2010
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v6i2.1061

Abstract

Abtract   Diarrhea and nutrient deficiency in childhood period related to diminished vitamin and mineral in specific, micronutrients. This make children suffer from unbeneficial conditions. Zinc deficiencies disturbed the growth, increased the risk of diarrhea and respiratory tract infection. Zinc supplementation decrease symptoms of infection (diarrhea and cough) and increase development of child. Since 2004, WHO and UNICEF recommended zinc as supplementation in diarrhea. Zinc as diarrhea’s treatment based on Evidence that zinc has ability to protect gastrointestinal barrier and accelerate healing process. Zinc deficiencies were a big problem for children in development country. Zinc known at metallo-enzymes, polyribosomes, cell membrane, which influence cell growth and increase cell function. During diarrhea losses of zinc make body deficiency. WHO recommended zinc for diarrhea 10 mg/day for baby at 2-5 month, and 20 mg/days for 6 months child for 10 days. Keyword : Diarrhea – Zinc – micronutrient
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK ANAK DENGAN OBESITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI SDN KAUMAN 1 MALANG. Endra Budi Setiawan, Febri
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 10, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v10i1.4147

Abstract

Obesitas pada anak merupakan masalah yang kompleks dimana prevalensi di negara-negara maju maupun berkembang terus mengalami kenaikan. Prevalensi obesitas anak di Indonesia mencapai 12.2% pada tahun 2002-2005. Masalah obesitas ini dikaitkan dengan perubahan pola makan dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktivitas fisik anak dengan obesitas pada anak usia sekolah dasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan crosssectional. Penelitian dilakukan pada 44 anak penderita obesitas. Usia penderita obisitas anak paling dominan adalah usia 8 tahun (28%) dan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan (52%). Uji korelasi didapatkan (r) pola makan 0.018 dan (r) aktivitas fisik 0.024 terhadap Z-skor BB/TB < sig. korelasi 0.05. Uji regresi linier didapatkan (F) 3.910 dengan sig. 0.028 < 0.05. Dapat disimpulkan bahwa obesitas pada anak usia sekolah dasar lebih banyak dijumpai pada anak usia 8 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Faktor pola makan dan aktivitas fisik berhubungan sebagai faktor terjadinya obesitas usia anak sekolah dasar.Kata Kunci: Obesitas Anak, Pola Makan, Aktivitas Fisik.
PENGARUH VITAMIN C TERHADAP EFEK PAPARAN ASAP ROKOK PADA KONDROSIT TULANG RAWAN TRAKEA TIKUS PUTIH Sumantri, Bambang
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 6, No 1 (2010): Januari 2010
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v6i1.1011

Abstract

  Setiap hisapan asap rokok mengandung 1015 radikal bebas dan bahan yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas di dalam jaringan paru-paru.. Tulang rawan trakea adalah bagian dari sistim respirasi. Kerusakan tulang rawan trakea dapat di deteksi da ri unsur selnya yaitu kondrosit. Vitamin C sebagai anti oksidan telah terbukti mampu menetralisir efek  radikal bebas pada alveoli dan ep itel trakea. Tujuan penelitian ini untuk melihat apakah terdapat peru bahan kondrosit tulang rawan trakea akibat radikal bebas dan ap akah perubahan tersebut dapat diperkecil dengan pemberian vitamin C.   Penelitian dilakukan secara eksperimental  dengan menggunakan post test only control group design. Hewan coba dibagi dalam enam kelompok yang masing-masing terdiri dari tiga ekor tikus putih  Wistar jantan, dewasa dengan berat badan 200 – 300 gram. Perlaku an dilaksanakan selama 6 bulan dan hewan coba dibagi mejadi enam kelompok. Kelompok 1 tidak dipapr asap rokok, dan tidak diberi vitamin C, kelompok 2-6 dipapar asap rokok 1 batang setiap hari  selama enam bulan sedangkan kelompok 3-6 selain dipapar asap ro kok juga diberi vitamin C dengan dosis yang berbeda yaitu 0,05,  0,10, 0,20 dan 0,40 mg/g BB/hari. Pemaparan asap rokok dengan menggunakan smoking pump sedangkan pemberian vitamin C menggunakan sonde sampai kelambung tikus.   Trakea tikus diambil sepertiga bagian tengah, untuk pembuatan pr eparat HE. Pada preparat HE diamati kualitas kondrosit yaitu sifat pengecatan sitoplasma dan bentuk inti, diam eter kondrosit (DSK) dan rasio sel : inti (RSI).   Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pe ningkatan DSK dan penurunan RSI secara statistic tidak bermakna (p  > 0,05).    Kata kunci: radikal bebas, antioksidan, kondrosit
SIKAP MAHASISWA TINGKAT TIGA PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TENTANG PENGGUNAAN UNIVERSAL PRECAUTION (ALAT PERLINDUNGAN DIRI) Susanti, Henny Dwi
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 5, No 2 (2009): Juli 2009
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v5i2.1042

Abstract

Universal Precaution is one of way for decrease of infection with assumes that all contiguity directly with fluid of body and blood contain spreading of Universal Precaution used. This function to push trans microorganisms cause infection between patient with other, patient with medic, and medic with patient .some of way to push the spreading decease risk is Universal Precaution used. Goal of the research are to know attitude of students in nursing academy about Universal Precaution used. The research design is using descriptive analytic. Descriptive design is research for to know variable value with one variable or independent without make ratio or connecting with the other variables. Result of research that parts of respondent have favorable attitude (58 %) and almost a half (42 %) respondent have unfavorable attitude about Universal Precaution used. Researcher give suggestion to student of nursing academy for increasing knowledge about Universal Precaution used with reading or getting information via audio visual or mass media so the attitude so the attitude of student about Universal Precaution used maximal.  Key Words: The attitude of students, Universal Precaution used
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DAN III DENGAN RESIKO TERJADINYA ANEMIA DALAM KEHAMILAN DI PUSKESMAS SUKORAME KEDIRI Rachmaniar, Rabitha; Nelasari, Halida; Widiwanto, Bambang
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 9, No 2 (2013): Desember 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v9i2.4137

Abstract

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Anemia Pada Ibu Hamil Trimester II dan III dengan Resiko Terjadinya Anemia dalam Kehamilan di Puskesmas Sukorame Kediri. Latar Belakang: Tingkat pengetahuan ibu hamil yang rendah menimbulkan resiko anemia dalam kehamilan. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil dengan resiko terjadinya anemia dalam Metode: Observasional analitik dengan pendekatan CrossSectional. Hasil dan Diskusi: Hasil uji Chi – Square yang menunjukkan nilai X2 = 7,108 dengan nilai signifikansi (p=0,029)<0,05. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang anemia pada ibu hamil trimester II dan III dengan resiko terjadinya anemia dalam kehamilan di Puskesmas Sukorame Kediri.
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN NS1 ANTIGEN UNTUK DETEKSI DINI INFEKSI AKUT VIRUS DENGUE Setiawan, Meddy
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 6, No 1 (2010): Januari 2010
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v6i1.1013

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) disebabkan oleh infeksi virus dengue. Virus dengue merupakan virus RNA yang termasuk ke dalam famili flaviviridae , genus flavivirus dan ada 4 serotipe yang berbeda yaitu DEN1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Keempat serotipe terdapat di Indonesi a dengan dominasi DEN 3 dan DEN 2.   Dengue ini merupakan penyakit arbovirus endemik yang saat ini telah menjangkiti lebih dari 100 negara, baik  yang terletak di dae rah tropik maupun su btropik. WHO memperkirakan sekitar 50-100 juta ka sus infeksi virus dengue terjadi setiap tahun, menghasilkan 250.000-500.000 kasus demam berdarah dengue dan  24.000 kematian setiap tah unnya. Virus dengue ini dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyp ti dan Aedes albopictus sebagai vektornya dengan masa inkubasi ra ta-rata 4-6 hari. Infeksi virus dangue dapat menyebabkan manifestasi kilinis yang bervariasi mulai dari asimtomatik sampai manifestasi klinis  yang berat yang mengakibatka n kematian. Demam dengue atau dengue fever merupakan manifestasi klinis yang ringan, sedangkan DBD/DHF dan  Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan manifestasi klinis  yang berat.  Berbagai teori yang menjelaskan patogenesis DBD dan DSS banyak bermunculan dan saling kontroversi. Pada saat ini teori yang banyak dianut adalah teori Antibody Dependent Enhancement (ADE). Menurut teori ini, infeksi sekunder yang disebabkan oleh virus dengue dengan serotipe yang berbeda dengan infeksi primer akan menimbul kan antibodi heterologous yang dibentuk pada infeksi pertama namun tidak bisa mengeliminasi virus dengue pada infeksi sekunder (bersifat subnetralisasi) bahkan antibodi tersebut bersifat opsonis asi sehingga sel target menjadi lebih mudah di infeksi oleh virus dan  menyebabkan manifestasi klinis yang lebih berat.  Saat ini telah tersedia berbagai teknik pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi virus dengue yaitu  pemeriksaan kultur dan isolasi  virus, RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction), serologi (anti dengue lgG dan lgM) dan juga pemeriksaan hematologi rutin. Kultur virus atau PCR saat ini dianggap sebagai gold standard untuk mendeteksi virus dengue, namun memiliki keterbatasan dalam hal biaya dan teknis pengerjaannya. Pemeriksaan  serologi anti dengue lgG dan lgM yang dike rjakan secara rutin di laboratorium juga  memiliki ketrbatasan yaitu tidak dapat mendeteksi infeksi dengan lebih aw al.  Saat ini telah dikembangkan suatu pemeriksaan baru terhadap antigen non struktural-1 dengue (NS1) yang  dapat mendeteksi infeksi virus dengue dengan  lebih awal bahkan pada hari pertama ons et demam.
Malaria Serebral ., Rahayu
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 7, No 2 (2011): Desember 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v7i2.4069

Abstract

Malaria serebral (MS) merupakan injeksi parasit yang disebabkan malaria pada otak. MS salah satu bentuk malaria malignan dengan mortalitas tinggi. Plasmodium falciparum sebagai penyebab utama. Penyakit ini ditandai dengan kesadaran menurun, gejala dan tandaneurologis lain, dan gejala malaria tropika pada umumnya. Penanganan penyakit ini konservatif yang meliputi terapi spesiik, suportif dan perawatan umum. Kata kunci : malaria serebral, gejala & tanda neurologis, terapi konservatif.

Filter by Year

2009 2024


Filter By Issues
All Issue Vol. 20 No. 2 (2024): December 2024 Vol. 20 No. 1 (2024): June 2024 Vol. 19 No. 2 (2023): December 2023 Vol. 19 No. 1 (2023): June 2023 Vol. 18 No. 2 (2022): December 2022 Vol. 18 No. 1 (2022): June 2022 Vol. 17 No. 2 (2021): December 2021 Vol. 17 No. 1 (2021): June 2021 Vol. 16 No. 2 (2020): December 2020 Vol 16, No 1 (2020): June 2020 (on progress) Vol 16, No 1 (2020): June 2020 Vol. 16 No. 1 (2020): June 2020 Vol. 15 No. 2 (2019): December 2019 Vol 15, No 2 (2019): December 2019 Vol 15, No 1 (2019): JUNI 2019 Vol. 15 No. 1 (2019): JUNI 2019 Vol. 14 No. 2 (2018): DESEMBER 2018 Vol 14, No 2 (2018): DESEMBER 2018 Vol. 14 No. 1 (2018): JUNI 2018 Vol 14, No 1 (2018): JUNI 2018 Vol 13, No 2 (2017): DESEMBER 2017 Vol. 13 No. 2 (2017): DESEMBER 2017 Vol 13, No 1 (2017): JUNI 2017 Vol. 13 No. 1 (2017): JUNI 2017 Vol 12, No 2 (2016): DESEMBER 2016 Vol. 12 No. 2 (2016): DESEMBER 2016 Vol. 12 No. 1 (2016): JUNI 2016 Vol 12, No 1 (2016): JUNI 2016 Vol 11, No 2 (2015): Desember 2015 Vol. 11 No. 2 (2015): Desember 2015 Vol 11, No 1 (2015): Juni 2015 Vol. 11 No. 1 (2015): Juni 2015 Vol. 10 No. 2 (2014): Desember 2014 Vol 10, No 2 (2014): Desember 2014 Vol 10, No 1 (2014): Juni 2014 Vol. 10 No. 1 (2014): Juni 2014 Vol. 9 No. 2 (2013): Desember 2013 Vol 9, No 2 (2013): Desember 2013 Vol 9, No 1 (2013): Juni 2013 Vol. 9 No. 1 (2013): Juni 2013 Vol 8, No 2 (2012): Desember 2012 Vol. 8 No. 2 (2012): Desember 2012 Vol 8, No 1 (2012): Juni 2012 Vol. 8 No. 1 (2012): Juni 2012 Vol. 5 No. 2 (2009): Juli 2009 Vol. 7 No. 2 (2011): Desember 2011 Vol 7, No 2 (2011): Desember 2011 Vol 7, No 1 (2011): Januari 2011 Vol. 7 No. 1 (2011): Januari 2011 Vol. 6 No. 2 (2010): Desember 2010 Vol 6, No 2 (2010): Desember 2010 Vol. 6 No. 1 (2010): Januari 2010 Vol 6, No 1 (2010): Januari 2010 Vol 5, No 2 (2009): Juli 2009 Vol. 5 No. 1 (2009): Januari 2009 Vol 5, No 1 (2009): Januari 2009 More Issue