cover
Contact Name
Nathanail Sitepu
Contact Email
psnail21@gmail.com
Phone
+6281321151320
Journal Mail Official
psnail21@gmail.com
Editorial Address
Rukan Mutiara Marina No.40 Semarang - Jawa Tengah
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Harvester: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen
ISSN : 23029498     EISSN : 26850834     DOI : 10.52104
Aim dan Scope HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen mencakup sbb: 1. Teologi Biblikal 2. Teologi Sistematika 3. Teologi Praktika 4. Kepemimpinan Kristen
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 2 (2023): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2023" : 5 Documents clear
Manajemen Konflik Bagi Gereja Masa Kini Menurut Kisah Para Rasul 6:1-7 Igir, Syeny Yullyana; Sitepu, Nathanail
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 8, No 2 (2023): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2023
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v8i2.135

Abstract

Conflict is a reality that occurs in God's church. Conflict can cause division if not handled seriously and correctly, but conflict can also be a means of growth and maturation in the church as the body of Christ. Therefore, to overcome conflict in today's church, conflict management skills are needed. This article will discuss the dynamics of conflict that occurred in Acts 6: 1-7 and examine the conflict management patterns carried out by the Apostles. The method used in this article is a qualitative method with an interpretative approach (interpretative design) to the biblical text in the context of conflict management. In conducting the analysis, the author will highlight the text in the frame of conflict management thinking and find that there was indeed a conflict between the Greek-speaking Jews and the Hebrews regarding the distribution of their widows in daily service. The finding in this article is that the Apostles applied a conflict management pattern by listening to the grievances that arose due to conflict, conducting self-efficiency, and conducting mediation and delegation as conflict resolution. AbstrakKonflik merupakan realita yang terjadi di dalam gereja Tuhan. Konflik dapat menyebabkan perpecahan bila tidak ditangani secara serius dan benar, namun konflik juga dapat menjadi sarana pertumbuhan dan pendewasaan dalam gereja sebagai tubuh Kristus. Oleh sebab itu, untuk mengatasi konflik dalam gereja masa kini dibutuhkan kemampuan manajemen konflik. Artikel ini akan membahas dinamika konflik yang terjadi dalam Kisah Para Rasul 6:1-7 dan mengkaji pola manajemen konflik yang dilakukan oleh para Rasul. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan interpretatif (interpretative design) terhadap teks Alkitab dalam konteks manajemen konflik. Di dalam melakukan analisis, penulis akan menyoroti teks dalam bingkai berpikir manajamen konflik dan menemukan bahwa memang terjadi konflik antara orang-orang Yahudi berbahasa Yunani dengan orang-orang Ibrani terkait pembagian kepada janda-janda mereka dalam pelayanan sehari-hari. Temuan dalam artikel ini adalah para rasul menerapkan pola manajemen konflik dengan mendengarkan keluhan-keluhan yang muncul karena konflik, melakukan efisiasi diri, dan mengadakan mediasi dan pendelegasian sebagai penyelesaian konflik.
Makna Teologis Frasa “Waktunya Sudah Dekat” Dalam Wahyu 22:10 Dan Implikasinya Wesley, Jhon; Yakob, Yakob
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 8, No 2 (2023): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2023
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v8i2.125

Abstract

The phrase “the time is near” is one of the passages that has become familiar among Christians in understanding the second coming of Christ to earth. However, there are many Christians who do not understand the theological meaning of this word precisely. No wonder the coming of Christ becomes meaningless for some believers. Some think it's just a fictional story. However, some people try to interpret the coming of the Lord Jesus with calendar dates. Actually, what is the theological meaning and urgency of the phrase above? This article aims to discuss the meaning of the phrase "the time is near" according to the Book of Revelation 22:10. The method used is qualitative with a literature study approach. The findings show that first, the theological meaning of the phrase "The Time Is Near" states a good opportunity from God to fulfill the second coming of Christ to rule as King, defeat Satan and his army, Judgment Day, and provide deliverance from suffering for His people. Second, it refers to the event of Christ's return to this world which is unexpected (sudden) and happened quickly, and not known by anyone except the Father in Heaven. The implications of the second coming of Christ about the phrase "The time is near" are, First, every believer must have the certainty that Christ's second coming will give His people deliverance from suffering in this world. Second, the second coming of Christ cannot be known by anyone, except for the Father in Heaven. Third, believers must persevere in faith, be faithful in preaching the Gospel, and be ready at all times waiting for Christ to return and reign as King.AbstrakFrasa kata “waktunya sudah dekat” merupakan salah satu bagian yang menjadi familiar di kalangan orang Kristen dalam memahami kedatangan Kristus kedua kali ke bumi. Namun, ada banyak orang Kristen kurang memahami dengan tepat makna teologis dari kata tersebut. Tidak heran kedatangan Kristus menjadi tidak berarti bagi sebagian orang percaya. Ada yang beranggapan itu cerita fiksi belaka. Namun, ada juga orang yang mencoba menafsirkan kedatangan Tuhan Yesus dengan penanggalan kalender. Sebenarnya, apa makna teologis dan urgensi dari frasa tersebut di atas?  Artikel ini bertujuan untuk membahas makna frasa ‘waktunya sudajt dekat” sesuai Kitab Wahyu 22:10. Metode yang digunakan adalah Kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Hasil temuan menunjukkan bahwa pertama, makna teologis frasa “Waktunya Sudah Dekat” menyatakan kesempatan yang baik dari Allah menggenapi kedatangan Kristus kedua kali memerintah sebagai Raja, mengalahkan Iblis dan pasukannya, Hari Penghakiman, serta memberikan kelepasan dari penderitaan bagi umat-Nya.  Kedua, mengacu kepada peristiwa kedatangan Kristus kembali ke dunia ini yang tidak terduga (tiba-tiba) dan terjadi dengan cepat, serta tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Bapa di Surga. Implikasi kedatangan  Kristus kedua dalam kaitan dengan frasa “Waktunya sudah dekat’ adalah, Pertama, setiap orang percaya harus memiliki kepastian akan kedatangan Kristus kedua kali memberikan umat-Nya kelepasan dari penderitaan di dunia ini. Kedua, kedatangan Kristus kedua kali tidak bisa diketahui siapun, kecuali Bapa di Surga. Ketiga, orang percaya harus bertekun dalam iman, setia mengabarkan Injil dan siap sedia setiap saat menantikan Kristus datang kembali dan memerintah sebagai Raja.
Pandangan Teologi Mengenai Hedonisme Di Era Revolusi Industri 4.0 Samarenna, Desti
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 8, No 2 (2023): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2023
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v8i2.155

Abstract

The article entitled Theological Review of Hedonism in the Industrial Revolution 4.0 aims to prove the existence of the view of hedonism itself. Human achievement to the point of unlimited knowledge and freedom of life using Artificial Intelligence technology causes a shift in society and the concept of thinking about pleasure and the value of life. There are three parts that the author explains about the history of hedonism, hedonism in the church, and the teachings of the Lord Jesus regarding Hedonism. The theological view of hedonism in the 4.0 era emphasizes, first, the greatest achievements can be made by humans and enjoy freedom in it but knowledge is limited therefore humans have space and are only filled by God so that humans understand the real pleasure under the sun. Second, technology can develop quickly but cannot shift the value that exists in mankind as the noblest creation. Third, as great as human achievement is, pleasure can only be fully fulfilled in the context of the Kingdom of God and fulfilled by God Himself. AbstrakArtikel yang berjudul tinjauan teologi mengenai Hedonisme di era revolusi industri 4.0 bertujuan untuk membuktikan keberadaan pandangan hedonisme itu sendiri. Pecapaian manusia kepada titik pengetahuan yang tak terbatas dan kebebasan hidup dengan menggunakan teknologi Kecerdasan Buatan menyebabkan pergeseran masyarakat dan konsep berpikir tentang kesenangan dan nilai hidup. Ada tiga bagian yang penulis jelaskan mengenai sejarah hedonism, hedonisme dalam gereja, ajaran Tuhan Yesus mengenai Hedonisme. Pandangan teologi mengenai hedonisme di era 4.0 menekankan, pertama, pencapaian terhebat bisa dilakukan manusia dan menikmati kebebasan di dalamnya tetapi pengetahuan itu terbatas oleh karena itu manusia mempunyai ruang kosong dan hanya diisi oleh Allah sehingga manusia memahami kesenangan sesungguhnya di bawah matahari. Kedua, teknologi dapat berkembang cepat tetapi tidak dapat menggeser nilai yang ada dalam diri mansuai sebagai ciptaan yang termulia. Ketiga, begitu hebat pencapaian manusia, kesenangan itu hanya dapat sepenuhnya dipenuhkan dalam konteks Kerajaan Allah dan dipenuhkan oleh Allah sendiri.
Pemahaman Pebisnis Kristen Tentang Karakter Kristiani Terhadap Kinerja Pegawai Reynaldi, Samuel; Stevanus, Kalis; Yulia, Tantri; Luhur, Chandra Kirana
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 8, No 2 (2023): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2023
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v8i2.124

Abstract

The world of work or business has theological implications. Christian entrepreneurs must base their business activities on the word of God as the standard of faith and conduct so that they are not merely pursuing material gain but also serving as witnesses of Christ. This research aims to determine the extent of the influence of Christian businesspersons' understanding of Christian character on employee performance, particularly those who are members of the GBT Maranatha Bandung congregation. The chosen research method is quantitative-correlational. The research findings indicate that the influence of Christian businesspersons' understanding of Christian character on the performance of employees who are members of the GBT Maranatha Bandung congregation is 0.446, which falls into the moderate category. Based on this, Christian businesspersons' understanding of Christian character needs continual improvement, so that employee performance can enhance and ultimately impact the outcomes of a business. Christian businesspersons should distance themselves from all business practices that are ethically unholy and unfair while applying Christian character as the identity of a Christian individual within their business endeavors.AbstrakDunia kerja atau bisnis memiliki implikasi teologis. Bagi pebisnis Kristen perlu mendasarkan kegiatan usahanya pada firman Allah sebagai standar iman dan perilakunya sehingga tidak sekedar mengejar keuntungan materi melainkan sekaligus menjadi saksi Kristus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemahaman pebisnis Kristen tentang karakter kristiani terhadap kinerja pegawai khususnya bagi yang berjemaat di GBT Maranatha Bandung. Metode penelitian yang dipilih adalah metode kuantitatif-korelasional. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh pemahaman pebisnis Kristen tentang karakter kristiani terhadap kinerja pegawai yang berjemaat di GBT Maranatha Bandung adalah sebesar 0,446 yaitu berada dalam kategori sedang. Berdasarkan hal tersebut maka pemahaman pebisnis Kristen tentang karakter kristiani harus terus ditingkatkan, sehingga kinerja pegawai dapat semakin baik dan dapat memengaruhi hasil dari suatu bisnis. Para pebisnis Kristen harus memisahkan diri dari semua praktik bisnis yang secara etis tidak kudus, dan bertindak adil dengan menerapkan karakter kristiani sebagai identitas orang Kristen.
Model Manajemen Konflik TKI (Thomas-Kilmann Conflict Mode Instrument) Dan Aplikasinya Dalam Kepemimpinan Pastoral Sitepu, Nathanail; Hasugian, Johanes Waldes
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 8, No 2 (2023): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2023
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v8i2.136

Abstract

The authors observed that pastoral leaders are inseparable or free from conflict, thus requiring conflict management to manage conflicts in the church. Pastoral leaders play a vital role in resolving conflicts in the church. This study analyzes the TKI conflict management model (Thomas-Kilmann Conflict Mode Instrument) commonly used by corporations as a relevant model for pastoral leaders. This model provides five instruments of conflict resolution styles: competition, collaboration, compromise, adjustment, and avoidance. Using a literature study, the study found that pastoral leaders can apply the TKI management model (Thomas-Kilman Conflict Mode Instrument) by adjusting to the needs and situations of conflict. Pastoral leaders must also pay attention to the local church's government or organizational structure to choose from the five conflict resolution styles of the TKI conflict management model (Thomas-Kilman Conflict Mode Instrument). AbstrakPenulis mengamati bahwa pemimpin pastoral tidak terlepas atau bebas dari konflik, sehingga membutuhkan manajemen konflik untuk mengelola konflik yang terjadi di dalam gereja. Pemimpin pastoral memegang peranan yang sangat penting dalam penyelesaian konflik di dalam gereja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model manajemen konflik TKI (Thomas-Kilmann Conflict Mode Instrument) yang biasa digunakan oleh korporat sebagai model yang relevan untuk digunakan oleh pemimpin pastoral. Model ini memberikan lima instrumen gaya penyelesaian konflik yaitu, kompetisi, kolaborasi, kompromi, penyesuaian, dan menghindar. Dengan menggunakan studi literatur atau pustaka, penelitian menemukan bahwa pemimpin pastoral dapat menerapkan model manajemen TKI (Thomas-Kilman Conflict Mode Instrument) dengan menyesuaikan pada kebutuhan dan situasi konflik yang terjadi. Pemimpin pastoral juga perlu memperhatikan pemerintahan atau struktur organisasi gereja setempat untuk dapat memilih dari kelima gaya penyelesaian konflik dari model manajemen konflik TKI (Thomas-Kilman Conflict Mode Instrument).

Page 1 of 1 | Total Record : 5