cover
Contact Name
Ahmad Mustaniruddin
Contact Email
ahmad_mustanirruddin@uinjambi.ac.id
Phone
+6285369694000
Journal Mail Official
tajdid@uinjambi.ac.id
Editorial Address
Jl. Jambi-Ma.Bulian Km. 16 Muara Jambi Jambi 36361
Location
Kota jambi,
Jambi
INDONESIA
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin
ISSN : 25023063     EISSN : 25415018     DOI : -
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin is an academic journal focusing on the sciences of the ushuluddin (principles of religion), published twice a year (June and December) by the Faculty of Ushuluddin and religious studies, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. It is a shared space to disseminate and publish the scholarly papers of those whose concern is the sciences of ushuluddin, such as, Islamic Philosophy, Tasawuf, Qur’anic and Hadith Studies, Comparative Religion, Islamic Thoughts and Political Islam.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 182 Documents
FRAGMEN PERADABAN ISLAM DALAM POTRET HISTORIS PERIODESASI TEOLOGI ISLAM abdul latif
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 17 No. 2 (2018): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.639 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v17i2.70

Abstract

The following article understands theology in the pragmen of the history of Islamic civilization by mapping the periodization of the systematic development of Islamic theology from time to time. The discussion of this paper is therefore carried out in a simplistic picture of the history of Islamic theology within the limits of the period, which was carried out to avoid a long historical discussion. This paper then maps the period of development of Islamic theology in three major periods, namely: the classical period, the medieval period, and the modern period. All periods will be systematically elaborated in a systematic and regular nature of historical decisions. This work should be judged by prioritizing the discussion of Islamic theology in the perspective of historical thought which is full of social, political and cultural implications. Tulisan berikut memahami teologi dalam pragmen sejarah peradaban Islam dengan memetakan periodesasi perkembangan sistematis teologi Islam dari masa ke masa. Pembahasan tulisan ini karenanya dilakukan dalam gambaran simplistis terhadap sejarah teologi Islam dalam batasan periode, yang dilakukan untuk menghindari pembahasan sejarah yang panjang. Tulisan ini selanjutnya memetakan periodesasi perkembangan teologi Islam dalam tiga periode besar, yaitu: periode klasik, periode abad pertengahan, dan periode modern. Semua periode akan dijabarkan secara sistematis dalam kekhasan penutusan sejarah yang bersifat sistematis dan teratur. Karya ini kiranya patut ditilik dengan mengedepankan bahasan teologi Islam dalam perspektif pemikiran sejarah yang sarat dengan iplikasi sosial, politik dan budaya.
KOMPARASI PENAFSIRAN AYAT-AYAT PERNIKAHAN BEDA AGAMA Faisal Haitoni
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 17 No. 2 (2018): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1145.721 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v17i2.71

Abstract

Muhammad Abduh and Ahmad Mustafa al-Maraghi are teachers and students. As a student of Muhammad Abduh, of course Mustafa al-Maraghi has many similarities. Uniquely, even though the similarities are more prominent, the interpretation of al Maraghi seems more acceptable, considered to be more straightforward, rather than the interpretation produced by Rashid Ridho and his teacher. Regarding the verse above, their interpretation tends to be different. Based on this fact, the authors are interested in examining further how the interpretations of Muhammad Abduh and Mustafa al-Maraghi as modern Mufassir are related to the legal verses in the Qur'an regarding the issue of interfaith marriage. Then the author will do a comparative analysis of their opinions or the results of the methods they use in their interpretation. the author only focuses on the interpretation of interfaith marriage verses in surah al Baqarah 221 and al Maidah 05 according to the interpretation of al-Manar and the interpretation of al-Maraghi. But these two verses are supported by verse 10 of Surat al Mumtahanah. Muhammad Abduh dan Ahmad Mustafa al-Maraghi adalah seorang guru dan murid. Sebagai seorang murid Muhammad Abduh, tentu saja Mustafa al-Maraghi mempunyai banyak persamaan. Uniknya, meski persamaannya lebih menonjol, namun tafsir al Maraghi tampaknya lebih dapat diterima, dianggap lebih lurus, daripada tafsir yang dihasilkan Rasyid Ridho dan gurunya. Terkait ayat di atas, penafsiran mereka cenderung berbeda. Berdasarkan fakta ini, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh bagaimana penafsiran Muhammad Abduh dan Mustafa al-Maraghi selaku Mufassir modern terkait ayat-ayat hukum dalam al-Qur’an terkait masalah pernikahan beda agama. Kemudian penulis akan melakukan analisis komparasi terhadap pendapat mereka atau hasil dari metode yang mereka pakai dalam penafsiran mereka. penulis hanya memfokuskan penelitian terhadap penafsiran tentang ayat-ayat nikah beda agama dalam surah al Baqarah 221 dan al Maidah 05 menurut tafsir al-Manar dan tafsir al-Maraghi. Tetapi dua ayat tersebut didukung oleh ayat 10 surat al Mumtahanah.
PEREMPUAN SEBAGAI MAYORITAS PENGHUNI NERAKA DAN KELEMAHANNYA DARI SISI AKAL DAN AGAMA: Sanggahan atas Gugatan Kaum Feminis terhadap Hadis ‘Misoginis’ Asep Setiawan
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 18 No. 1 (2019): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1069.156 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v18i1.76

Abstract

Abstract This article examines one of the Saheeh hadith about women as the majority of the inhabitants of Hell and its weakness from the side of reason and religion. The hadith is judged by feminists as a misogynistic hadith. In this paper, the author examines the hadith from its takhreej, then analyses the isnaad and matan and exposes the sharh of the scholars.In each discussion the author also sought to relate it to the contemporary context while giving a critical notes of the feminists ' understanding of the hadith. Through this brief study, it can be concluded that what feminists accused that this hadith is misogynistic is not true. Their judgment is that the hadith is of questionable quality, unreasonable, and irrelevant to the context of the present because it discredits women, as well as improper assumptions. After the study carefully, it can be concluded that from the quality, this hadith should not be questioned again his validity because he narrated by Bukhari and Muslim and other scholars in al- Kutub al-Tis'ah. It is also from the side of matan. There is no representation of this hadith that women are imperfect or inferior beings. This understanding can be achieved, when the hadith is well understood, comprehensive, holistic and neither partial nor atomistic, nor seasoned with the spirit of humanism or Western feminism that is absolutely not essentially in Islam. Islam is a religion that is very upholding the degree and dignity of women. There is no verse found in the Qur'an or hadith which degrading or discredits women as accused by feminists.
TELAAH TAFSIR EKOLOGI Q.S AL-BAQARAH AYAT 30: Mengungkap Sikap Antroposentris Manusia Pada Kawasan Ake Jira Halmahera Muhammad Sakti Garwan
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 18 No. 1 (2019): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1189.433 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v18i1.77

Abstract

Tulisan ini akan mendeskripsikan perihal pegelolaan kawasan Ake Jira, salah satu kawasan hutan yang ada di pulau Halmahera, penulis meninjau persoalan tersebut dengan tinjauan tafsir ekologi, salah satu corak tafsir kontemporer dengan merujuk pada Q.S al-Baqarah (2): 30, yang membincang seputar eksistensi manusia sebagai khalifah di muka bumi. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, juga model critical discourse analysis (CDA) untuk mengungkap sikap antroposentris pada manusia, yakni suatu sikap yang menganggap manusialah makhluk yang istimewa dengan akal pikiran yang dimikili, hingga dapat mengolah alam dengan bebas. Hasil dari tulisan ini, penulis menemukan bahwa dalam perspektif tafsir ekologi pada Q.S al-Baqarah (2): 30, manusia sebagai manusia yang diberi pengetahuan oleh Allah SWT, seharusnya menggunakannya untuk mengelolah alam, dikarenakan keduanya adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Jika saja tidak dikelolah dengan baik maka, manusia hanya akan menunjukan sikap antroposentris, seperti yang tergambar pada pengelolan perusahaan PT. IWIP di kawasan Ake Jira, yang membuat sumber air dan beberapa sistem ekologi lain pada kawasan tersebut menjadi terganggu, padahal sistem ekologi itu juga merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat adat Tobelo Dalam juga beberapa wilayah sekitar.
EPISTEMOLOGI KEILMUAN INTEGRATIF-INTERKONEKTIF M. AMIN ABDULLAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEILMUAN ISLAM Atika - Yulanda
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 18 No. 1 (2019): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.869 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v18i1.87

Abstract

Semakin berkembangnya kehidupan manusia maka berkembang pula keilmuan yang ada. Antara satu ilmu dengan keilmuan lainnya saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain. Namun dewasa ini, telah terjadi dikotomi keilmuan antara ilmu-ilmu agama dengan keilmuan sains. Masing-masing keilmuan saling memisahkan diri dan tidak saling terkait. Ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan Islam itu sendiri yang menganggap bahwa keilmuan yang berasal dari Barat bisa membawa kepada kekafiran. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menyatukan kedua keilmuan itu agar tidak terjadi dikotomi antara keduanya. Upaya ini banyak dilakukan oleh beberapa tokoh. Salah satu tokoh yang berupaya untuk menggabungkan kedua keilmuan itu adalah Amin Abdullah. Ia adalah salah seorang intelektual Islam Indonesia. Penyatuan kedua keilmuan di atas dilakukan dengan mencetus sebuah gagasan yaitu integratif interkonektif yang diaplikasikan langsung di UIN Sunan Kalijaga. Integratif-interkonektif ini berusaha untuk menggabungkan antara keilmuan agama dengan ilmu sains serta filsafat. Upaya yang dilakukan oleh seorang tokoh pemikir sekaligus intelektual Islam ini berupa bangunan fisik maupun dalam hal keilmuan di UIN Sunan Kalijaga. Misalnya pengintegrasian antara Gedung keilmuan Islam dengan sains yang dahulunya tidak pernah dilakukan. Sedangkan dalam hal keilmuan yaitu memasukkan mata kuliah yang bersifat umum ke dalam studi keislaman begitupun sebaliknya agar tidak terjadi pemisahan atau dikotomi antara kedua ilmu tersebut.
HUBUNGAN SAINS DENGAN AGAMA PERSPEKTIF PEMIKIRAN IAN G BARBOUR jendri jen
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 18 No. 1 (2019): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.819 KB)

Abstract

The discussion between science and religion is a very interesting study to be studied in depth. It aims to strengthen science and religion, with the hope of contributing to the realm of education. This study uses a descriptive analysis of the relationship between science and religion according to Ian G Barbour's perspective. From the author's analysis of Ian G. Barbour's relationship between science and religion, it can be concluded that, Barbour made four typologies of the relationship between science and religion including the first, conflict typology, this typology involved materialism scientific scientificand literalism religious. Second, the typology of independence, this typology distinguishes the two types into different regions. Third, the typology of dialogue, this typology considers assumptions in scientific endeavors or parallels science and religion. To four typologies of integration, which is where this typology consisting of natural theology, theolgy of nature and systematic synthesis. Science and religion make a huge contribution to inclusive metaphysics. This research is a library research (library research). The source of research data consists of two forms, primary data (primary data), and secondary data (secondary data). To analyze this research, the method (content analysis) is used. Whereas in drawing conclusions using the deductive method in which the collected data is processed selectively and systematically then special conclusions are drawn which are the results of deductive research. The results of this study offer that if there is a conflict between science and religion, Ian G Barbaour offers an offer to science with religion is conflict, independence, dialogue and integrity. Keyword: Science, Religion, Ian G Barbour
AL-QURAN DALAM DISKURSUS TOLERANSI BERAGAMA DI INDONESIA: Analisis Kritis terhadap Tafsir Audiovisual QS al Kafirun dalam Akun Hijab Alila Wiwi Fauziah; Miski Miski
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 18 No. 2 (2019): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.916 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v18i2.94

Abstract

Tulisan ini mencoba menganalisa postingan akun instagram Hijab Alila terkait QS. al-Kafirun yang ditengarai sebagai tuntunan bertoleransi bagi umat Islam dalam beragama. Dalam hal ini, terdapat dua pertanyaan utama yang menjadi objek kajian, yaitu bagaimana penafsiran Hijab Alila terkait QS. al-Kafiruan dan bagaimana posisi penafsiran tersebut di tengah penafsiran para ahli. Dengan menggunakan pendekatan analisis wacana dan model analisis konten, tulisan ini menemukan bahwa dalam menafsirkan QS. al-Kafirun, konstruk toleransi yang ditawarkan Hijab Alila justru eksklusif tetapi akun ini mampu menarasikan model tafsir yang terkesan kontekstual meski sebenarnya tekstual. Hijab Alila terkesan abai dengan konteks yang melatarbelakangi turunnya surat tersebut. Namun, pada kenyataannya, model penafsiran yang demikian, justru mampu menggeser penafsiran yang diakui otoritatif karena media yang digunakan lebih banyak diminati, terutama oleh para warganet. This article tries to analyze the posts of the Hijab Alila Instagram account related to QS. Al-Kafirun which is considered as a tolerance guide for Muslims in religion. In this case, two primary questions become the object of the study: first, How the Hijab Alila interpretation is related to QS. Al-Kafiruan; Second, how the interpretation is centered on the interpretation of experts. By using a discourse analysis approach and a content analysis model, this article found that in interpreting the QS. Al-Kafirun, the tolerances offered by Hijab Alila, are thus exclusive, but the account can put the interpretation model that feels contextual even though it is textual. Hijab Alila is impressed by the context of the decline of the letter. However, such an interpretation model is precisely able to shift the authoritative interpretation that is recognized because the media used more in demand, especially by the netizen.
INTEGRASI KEILMUAN DALAM KRITIK MATAN HADIS Muhammad Taufiq Firdaus; Muhammad Alfatih Suryadilaga
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 18 No. 2 (2019): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.494 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v18i2.96

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang kritik matan yang terjadi di kalangan ulama hadis dan pengembangannya dalam konteks kekinian. Metode kritik matan hadis dapat dilakukan dengan meintegrasikan suatu keilmuan. Integrasi keilmuan menjadi penting dalam menyelesaikan hadis-hadis terutama terkait erat dengan sains seperti kadungan air kemih unta sebagai penyembuh penyakit. Dengan perkembangan zaman yang sangat pesat, ilmu sains yang juga sangat berkembang menjadikan hasil-hasil penelitian yang dilakukan dengan keilmuan sains tidak diragukan lagi kebenarannya secara ilmiah. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis kajian pustaka, data diperoleh dari berbagai literatur buku, artikel jurnal, tesis, dan berbagai hasil penelitian lainnya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Ulama muhaditsin kontemporer melakukan kritik matan hadis dengan mengunakan ilmu sains, salah satunya melakukan kritik matan yang ada didalam kitab bukhari (2855) dan muslim (1671) hadis tentang air kemih unta, yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. penelitian tersebut menunjukan benar bahwa air kemih unta bisa mencegah tumbuhnya sel-sel kanker. Ini lah integrasi keilmuan dalam kritik matan hadis yang bisa membuat hasil hasil dari kritik matan itu benar-benar menyakinkan bahwa hadis itu shahih, walaupun umat Islam tidak diragukan lagi dalam menyakini kebenaran-kebenaran dari hadis nabi tersebut, tetapi disini untuk mengetahui tingkat keotentisitas dan keshahihan sebuah matan hadis.
SPEKTRUM HISTORIS TAFSIR AL-QUR’AN DI INDONESIA abdul latif
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 18 No. 1 (2019): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.108 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v18i1.97

Abstract

Karya ini menelisik tentang spektrum historis tafsir al-Qur’an yang ada di Indonesia, yang diawali dengan pembahasan tentang konteks sosial-budaya kajian tafsir di Indonesia, yang sajikan sebagai pembahaan pembuka untuk memahami landasan atau basis sosial-budaya tafsir yang dihasilkan di bumi Nusantara Indonesia. Selanjutnya penulis menulis tentang embrio tafsir di Indonesia yang sesunggiuhnya telah dimulai seiring degan peryebaran dan pertumbuhan Islan di Nusantara. Akhirnya penulis menutup pembahasan tentang perkembangan tafsir di Indonesia yang penulis bingkai dalam tiga periodesasi, yaitu periode klasik, modern, dan kontemporer. Periode klasik diawali sejak awal abad ke-17 hingga akhir abad ke19; periode modern diawali sejak peruh pertama atau pertengahan abad ke-20 hingga akhir tahun 1980-an, dan periode kontemporer terjadi sejak awal tahun 1990-an hingga sekarang.
PEMAHAMAN HADIS NAHDLATUL ULAMA TENTANG HUKUM SALAM LINTAS AGAMA abdul haris
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 18 No. 2 (2019): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.91 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v18i2.98

Abstract

In the Indonesian context, the understanding of hadith is also carried out by various Muslim communities in Indonesia which in this case are the Nahdlatul Ulama community or abbreviated as NU. In connection with this, lately there was a polemic about the practice of greeting from various religious traditions carried out by officials. Along with the diversity of society, the pros and cons are inevitable. Discussions in the public room were increasingly busy responding to the issue. In this condition, the East Java Nahdlatul Ulama (PWNU) Regional Board was called to attend to study it scientifically as part of his sermon to the people, nation and state. The author tries to reveal about how the general understanding of the hadith? And how is the understanding of the hadith among the Nahdlatul Ulama religious community. In this case the hadith about greetings across religions in the context of national and state life. Dalam konteks Indonesia, pemahaman terhadap hadis juga dilakukan oleh berbagai komunitas muslim di Indonesia yang dalam hal ini adalah komunitas Nahdlatul Ulama atau disingkat NU. Bekaitan dengan hal itu, belakangan terjadi polemik praktek pengucapan salam dari berbagai tradisi agama yang dilakukan oleh para pejabat. Seiring kemajemukan masyarakat, pro kontra pun tidak terhindarkan. Diskusi diruang publik pun semakin ramai merespon isu tersebut. Dalam kondisi demikian Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur terpanggil hadir untuk mengkajinya secara ilmiah sebagai bagian khidmahnya kepada masyarakat, bangsa dan negara. Penulis berusaha mengungkap tentang bagaimanakah pemahaman hadis secara umum? Serta bagaimana pemahaman hadis dikalangan komunitas keagamaan Nahdlatul Ulama. Dalam hal ini hadis tentang salam lintas agama dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

Page 7 of 19 | Total Record : 182