cover
Contact Name
Ahmad Mustaniruddin
Contact Email
ahmad_mustanirruddin@uinjambi.ac.id
Phone
+6285369694000
Journal Mail Official
tajdid@uinjambi.ac.id
Editorial Address
Jl. Jambi-Ma.Bulian Km. 16 Muara Jambi Jambi 36361
Location
Kota jambi,
Jambi
INDONESIA
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin
ISSN : 25023063     EISSN : 25415018     DOI : -
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin is an academic journal focusing on the sciences of the ushuluddin (principles of religion), published twice a year (June and December) by the Faculty of Ushuluddin and religious studies, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. It is a shared space to disseminate and publish the scholarly papers of those whose concern is the sciences of ushuluddin, such as, Islamic Philosophy, Tasawuf, Qur’anic and Hadith Studies, Comparative Religion, Islamic Thoughts and Political Islam.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 182 Documents
INDIKATOR TERCIPTANYA MASYARAKAT MADANI PERSPEKTIF AL-QUR’AN Ahmad Mustaniruddin; Hery Afriyadi; Jamilah Abu Bakar
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 19 No. 2 (2020): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.989 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v19i2.127

Abstract

Creating an ideal life for society is not solely the responsibility of society itself, but it requires collaboration between society and the state in creating a peaceful, prosperous, open, advanced, and modern society or better known as civil society. The role of the Koran as a guideline for human life should also talk about this. Therefore, it is necessary to reveal the indicators of civil society in the Koran so that the idealized term of civil society can be realized. By using the content analysis method, this article describes and reveals what indicators must be met to realize civil society in Indonesia as contained in the al-Qur'an. This article finds that in order to realize what is called civil society in Indonesia, the state needs to carry out its obligations and fulfill the rights of its people as well as uphold the principles of faith, humanity, unity, deliberation, and justice, and the society becomes a civilized society, upholds it. Human values, as well as divine values, highlight the material dimension as well as the spiritual dimension built on the pillars of religion and advance in the mastery of science and technology. Menciptakan kehidupan yang ideal bagi masyarakat bukan semata tanggung jawab masyarakat itu sendiri, namun diperlukan kolaborasi antara masyarakat dan negara dalam menciptakan masyarakat yang damai, sejahtera, terbuka, maju, dan modern atau yang lebih dikenal sebagai masyarakat madani. Peranan al-Qur‘an sebagai pedoman hidup manusia semestinya juga membicarakan tentang hal tersebut. Oleh karenanya, perlu mengungkap indikator masyarakat madani dalam alQur‘an agar term masyarakat madani yang diidam-idamkan dapat terwujud. Dengan menggunakan metode analisis isi, artikel ini menjelaskan dan mengungkap apa saja indikator yang wajib dipenuhi untuk mewujudkan masyarakat madani di Indonesia yang terdapat dalam al-Qur‘an. Artikel ini menemukan bahwa untuk mewujudkan apa yang disebut dengan masyarakat madani di Indonesia, negara perlu menjalankan kewajibannya dan menunaikan hak-hak rakyatnya serta menjunjung tinggi prinsip-prinsip keimanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan, dan masyarakatnya menjadi masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sekaligus nilainilai ketuhanan, menonjolkan dimensi material sekaligus dimensi spiritual yang dibangun di atas pilar agama serta maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
POLA KONFLIK AGAMA DI WILAYAH PLURAL: STUDI KASUS PENDIRIAN RUMAH IBADAH DI KOTA JAMBI Abdul Halim; Zaki Mubarak
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 19 No. 1 (2020): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.271 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v19i1.128

Abstract

Kota Jambi memiliki potensi konflik sosial, khususnya konflik agama terkait pendirian rumah ibadah. Sejarah konflik agama di Indonesia mencatat bahwa rumah ibadah menjadi salah satu sumber konflik potensial yang seringkali berujung pada perusakan dan pembakaran. Terkait hal tersebut, perlu dilakukan upaya agar konflik ini tidak berkepanjangan, salah satunya dengan revitalisasi kearifan budaya lokal yang tumbuh di masing-masing daerah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif dengan mengambil objek lokasi di Telanaipura, Alam Barajo, dan Kotabaru Kota Jambi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagai kawasan majemuk, Kota Jambi juga tak luput dari konflik pendirian rumah ibadah yang terjadi di tiga wilayah, namun tidak berkepanjangan. Pola konflik diawali dengan aksi damai masyarakat muslim terhadap pendirian gereja di pemukiman mayoritas muslim. Konflik tersebut tidak berlanjut menjadi anarkis karena kearifan lokal masyarakat Kota Jambi menyelesaikan perkara melalui mufakat bersama tuo-tuo tengganai, tokoh adat, dan tokoh agama sehingga dapat diselesaikan oleh tokoh adat, tokoh agama dan pemerintah daerah di Kota Jambi. Jambi City has the potential for social conflict, especially religious conflict related to the establishment of houses of worship. The history of religious conflict in Indonesia notes that houses of worship have become a source of potential conflict which often leads to destruction and burning. Related to this, it is necessary to make efforts to prevent this conflict is not prolonged, one option is by revitalizing of the local cultural wisdom that grows in each region. This study was conducted using a qualitative research approach. This research was conducted in Telanaipura, Alam Barajo, and Kotabaru in Jambi City. The results of this study found that as a pluralistic area, Jambi City was also not spared from the conflict of the establishment of places of worship that occurred in three regions, but was not prolonged. The pattern of conflict began with peaceful actions by Muslim communities against the construction of churches in Muslim-majority settlements. The conflict did not continue to be anarchic because the local wisdom of the people of Jambi City resolved cases through consensus with tuo-tuo tengganai, traditional leaders, and religious leaders so that it could be resolved by traditional leaders, religious leaders and local governments Jambi City.
MAKNA HIDUP PERSPEKTIF VICTOR FRANKL: KAJIAN DIMENSI SPIRITUAL DALAM LOGOTERAPI Mukharom, Rohmah Akhirul; Arroisi, Jarman
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 20 No. 1 (2021): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.195 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v20i1.139

Abstract

This article aims to reveal the concept of logotherapy of Victor Frankl. This study uses descriptive analysis. First, the concept of logotherapy has three pillars in its philosophical foundation, the freedom of will, in this context every human being free to make choices to determine his own choice and destiny. The will to meaning, which every human being has the desire to have meaning in life. The meaning of life is an awareness of the possibility to realize what is being done at that time which then if successfully fulfilled will produce happiness. Second, in logotherapy, there is a noetic dimension which equivalent to the spiritual dimension, which tends toward the anthropological dimension rather than the theological dimension and does not contain religion. Third, the spiritual logotherapy dimension is different from Sufism. If Sufism spiritual affirms the sharia, then logotherapy departs from human existence. The implications of these differences give to a variety of happiness, both spiritual and physical. Artikel ini bertujuan mengungkap konsep logoterapi yang diformulasikan oleh Victor Frankl. Dengan menggunakan metode deskriptif analitis kajian ini menghasilkan beberapa kesimpulan: pertama, konsep logoterapi memiliki tiga landasan filosofis yaitu, kebebasan berkeinginan (the freedom of will). Dalam konteks ini setiap manusia bebas menentukan pilihan dan nasibnya sendiri. Keinginan akan makna (the will to meaning), yaitu manusia memiliki hasrat untuk memiliki makna hidup. Makna hidup adalah sebuah kesadaran untuk mengetahui apa yang dilakukan saat itu hingga menghasilkan kebahagiaan. Kedua, di dalam logoterapi terdapat dimensi spiritual yang cenderung ke arah antropologis daripada kearah teologis serta tidak mengandung konotasi agama. Ketiga, dimensi spiritual logoterapi berbeda dengan dimenssi dalam tasawuf. Jika para sufi mengafirmasi spiritual pada syariat maka logoterapi berangkat dari human exsistence. Implikasi dari kedua perbedaan tersebut melahirkan ragam kebahagiaan baik kebahagiaan ruhani dan ragawi.
TRADISI FILSAFAT ILUMINASIONISME DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAJIAN FILSAFAT ISLAM Maulana, Muhammad Iqbal; Arsyi, Syahuri
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 20 No. 1 (2021): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.795 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v20i1.140

Abstract

After al-Ghazali attack to the tradition of Islamic philosophy with Tahafutul al-Falasifah, tradition of Islamic philosophy in area of Muslims that decline and stagnation. In Persian world, tradition of Islamic philosophy, have development with new perspective. Tradition of Islamic philosophy in the Persian rise up with Muslim philosopher Suhrawardi by philosophy of illumination with al-Hikmah al-Isyraqiyyah, as an sinthesis to philosophy peripatetic which has long dominated in the tradition of Islamic philosophy studies. This article to the explore development of the tradition and influence Suhrawardi School of illumination to the tradition of Islamic philosophy. Suhrawardi’s school of illumination philosophy has an influence to the next generation, especially in Islamic philosophy in Isfahan, Iraq and in the Islamic world. Pasca serangan al-Ghazali melalui Tahafutul al-Falasifah tradisi kajian filsafat Islam di kalangan umat Islam mengalami kemunduran dan kemandekan. Di Persia tradisi tradisi kajian filsafat Islam justru mengalami perkembangan dengan sudut pandang baru. Tradisi kajian filsafat Islam di Persia memunculkan filosof Muslim bernama Suhrawardi dengan mazhab iluminasi dengan al-Hikmah al-Isyraqiyyah, sebagai sintesis dari filsafat peripatetik yang telah lama mendominasi tradisi kajian filsafat Islam. Artikel ini akan mengulas perkembangan tradisi dan pengaruh mazhab iluminasi Suhrawardi terhadap tradisi kajian filsafat Islam. Mazhab iluminasi Suhrawardi, telah memberikan pengaruh terhadap generasi sesudahnya, terutama dalam kajian filsafat Islam di Isfahan Iraq dan dunia Islam.
HERMENEUTIKA HADIS MUHAMMAD SYAHRUR Anwar, Latifah
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 20 No. 1 (2021): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (851.606 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v20i1.141

Abstract

Muhammad Syahrur’s point of view about hadith and sunnah was very different from hadith preacher expert. Syahrur declared that hadith was Prophet Muhammad’s life as a prophet (messenger) and hadith was the result of his interaction with the certain events in the different situation when he was alive. Muhammad Syahrur positioned hadith and sunnah as the result of history product which happened in Prophet Muhammad’s life and did not accommodate law legitimation. Further, he mentioned some rejected hadith practices, although it was identified as hadith shahih, or written in Shahihain. In understanding hadith, Syahrur equalized hermeneutics to ta’wil. He also referred to linguistic method proposed by Abu ‘Ali al-Farisi, which was presented by Ibn Jinni and Abd al-Qahir al-Jurjani, then inserted linguistic hermeneutics elements. Linguistic hermeneutics is the affirmation that every human language does not have synonym element. Then, every word might be disappeared throughout the history development, until create new utterance with the new meaning. Pandangan Muhammad Syahrur tentang hadis dan sunnah sangat berbeda dengan ulama hadis. Syahrur menyatakan bahwa hadis adalah kehidupan Nabi Muhammad Saw. sebagai seorang nabi (pembawa berita) dan hadis merupakan hasil interaksi beliau dengan kejadian-kejadian tertentu dalam situasi tertentu pula ketika beliau masih hidup. Muhammad Syahrur memosisikan hadis atau sunnah sebagai hasil dari produk sejarah yang terjadi dalam kehidupan Nabi Saw. dan tidak memuat legitimasi hukum. Bahkan ia memaparkan beberapa bentuk hadis yang ditolak meskipun hadis tersebut dikenal sahih, atau tertera di dalam kitab Shahihain. Dalam memahami hadis, Syahrur menyamakan hermeneutik dengan ta’wil dan ta’wil adalah hermeneutik. Ia juga berpegang kepada metode lingusitik Abu ‘Ali al-Farisi, yang direpresentasikan oleh Ibn Jinni dan ‘Abd al-Qahir al-Jurjani kemudian menambahnya dengan unsur-unsur hermeneutika lingustik. Hermeneutika linguistik adalah penegasan bahwa setiap bahasa manusia tidak memiliki unsur sinonimitas. Kemudian, setiap kata bisa saja lenyap sesuai dengan perkembangan sejarah, hingga mendatangkan ungkapan baru yang bermakna baru.
KRITIK ATAS KRITIK MATAN JONATHAN A.C. BROWN Kholis, Nur
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 20 No. 1 (2021): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (721.544 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v20i1.152

Abstract

This paper examines the thesis of Jonathan A.C. Brown in his article, entitled The Rules of Matn Criticism: There Are No Rules. One of the critical issues highlighted by Jonathan A.C. Brown in this paper that deserves to be investigated is the potential for subjectivity in the practice of matn criticism. The matn criticism referred to here is more directed to the criticism of the substance of matn; that the content of a hadith must be in line with or not contradict several arguments (dalil) such as verses of the Koran, more authentic hadiths, historical facts, reason and senses or science. Up to now, scholars have not agreed on what can be used as indicators of matn criticism. The potential for subjectivity can also occur in determining the coherence of the content of a hadith with the arguments mentioned earlier (dalil). Using an analytical approach and the perspective of hadith sciences as an analytical tool, the author assesses what Jonathan A.C. Brown has discussed in his article as a scientific finding that deserves to be examined in depth. In addition, this paper provides a scientific argument as to why scholars place more emphasis on sanad criticism as the initial and primary step in the hadith validation process rather than matn criticism. The author also finds that the authoritative subjective theory proposed by Jonathan A.C. Brown to tackle the element of subjectivity is an idea that scientifically deserves to be used as a standard of reference and further discussion. Tulisan ini menelaah ulang pemikiran Jonathan A.C. Brown dalam karyanya The Rules Matn Criticism: There Are No Rules. Salah satu problem penting yang diangkat oleh Jonathan Brown dalam tulisan ini yang layak untuk dikaji adalah adanya potensi subjektifitas dalam praktek kerja kritik matan. Kritik matan yang dimaksud di sini lebih mengarah kepada kritik substansi matan bahwa kandungan sebuah hadis haruslah sejalan atau tidak bertentangan dengan sejumlah dalil seperti ayat al-Quran, hadis yang lebih sahih, fakta sejarah, akal dan indera atau ilmu pengetahuan. Para ulama hingga kini belum bersepakat atas apa saja yang dapat dijadikan indikator yang harus koheren, potensi subjektifitas tersebut juga dapat terjadi pada praktek menentukan koherensi kandungan sebuah hadis dengan dalil yang telah disebutkan tadi. Dengan menggunakan pendekatan analitis dan cara pandang ilmu hadis sebagai payung besar, penulis menilai apa yang diangkat oleh Jonathan A.C. Brown merupakan temuan ilmiah yang layak untuk dikaji secara mendalam. Selain itu pula, tulisan ini memberikan argumentasi ilmiah kenapa para ulama lebih menitik beratkan kritik sanad sebagai langkah awal dan pokok dalam proses validasi hadis dibanding kritik matan. Penulis juga menemukan teori subjektif otoritatif yang diajukan oleh Jonathan Brown untuk menanggulangi unsur subjektifitas merupakan sebuah gagasan yang secara ilmiah layak untuk dijadikan bahan acuan dan penelitian lebih lanjut.
MUHKAM DAN MUTASYABIH DALAM AL-QUR’AN: REFLEKSI KEYAKINAN DAN IMPLIKASI TERHADAP CORAK TEOLOGI ISLAM Effendi, Rahmat
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 20 No. 1 (2021): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829.694 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v20i1.153

Abstract

Research on muhkam and mutasyabih verses in the Qur’an has been widely carried out. However, no research looks at the theological aspects historically on the implications of understanding the two forms of the verse. The muhkam verse which is qath‘i dalalah implies the birth of the basic aqidah. While the mutasyabih verse which is zhanni dalalah has implications for the birth of a branch aqidah. Based on the different understandings and interpretations of the two, the historical facts of Muslims have given birth to various opinions and schools of thought. Inevitably also cause a crisis because of cross opinion. The verse mutasyabih is misinterpreted with a narrow understanding and one interpretation. While the muhkam verse is the basis for its legitimacy. There needs to be a broad perspective in dealing with this problem. Muslims who are plural and have different intellectual capacities must be able to cultivate an attitude of tolerance for different views. The paradigm of fanatical thinking must be abandoned over branch issues. Unity must be prioritized as a starting point in building the people in pluralism. This article will examine these issues. This research is library research by looking at the historical facts that exist and using clear literature. The method used in this research is descriptive-analytical and comparative so that it can reveal the mistakes that occur among the people and see the actual comparison. The goal is to create a sense of tolerance for differences and uphold the values ​​of equality and unity among the people. Penelitian atas ayat muhkam dan mutasyabih dalam al-Qur’an telah banyak dilakukan. Akan tetapi belum ada penelitian yang melihat dari aspek teologis secara historis akan implikasi dari pemahaman kedua bentuk ayat tersebut. Dari ayat muhkam yang bersifat qath‘i dalalah berimplikasi lahirnya aqidah pokok. Sedangkan ayat mutasyabih yang bersifat zhanni dalalah berimplikasi lahirnya aqidah cabang. Atas pemahaman dan interpretasi yang berbeda terhadap keduanya, pada fakta historis umat Islam telah melahirkan berbagai pendapat dan madzhab. Tidak pelak pula menimbulkan krisis karena silang pendapat. Ayat mutasyabih disalahartikan dengan pemahaman yang sempit dan satu tafsir. Sedangkan ayat muhkam menjadi landasan legitimasinya. Perlu adanya perspektif yang luas dalam menghadapi problem tersebut. Umat Islam yang majemuk dan memiliki kapasitas intelektual yang berbeda haruslah dapat menumbuhkan sikap toleransi atas perbedaan pandang. Paradigma berpikir fanatis harus ditinggalkan atas persoalan cabang. Persatuan harus diutamakan sebagai titik tolak dalam membangun umat di tengah kemajemukan. Artikel ini akan mengkaji permasalahan tersebut. Penelitian ini adalah studi kepustakan (library research) dengan melihat fakta-fakta historis yang ada dan menggunakan literatur-literatur yang jelas. Metode yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif-analitis dan komparatif, sehingga dapat mengungkapkan dengan sebenarnya kekeliruan yang terjadi di tengah umat dan melihat perbandingan yang sebenarnya. Tujuannya adalah menimbulkan rasa toleransi atas perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai persamaan dan persatuan di tengah umat.
PRESS DISPUTE RESOLUTION: METODOLOGI RESOLUSI KONFLIK BERBASIS MEDIA: (Studi Pro-Kontra Wacana Islam Nusantara pada Media Online Indonesia) Wiwaha, Kurnia Sari; Hamsah, Ustadi
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 20 No. 1 (2021): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (731.167 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v20i1.156

Abstract

Islam has been known as a religion of Rahmatn lil’alamiin which guarantees inclusion and maintains a treatise on all humanity. However, the interpretation of universality of Islam does not meet a common understanding even though within Muslim community itself. Those diverse interpretations have resulted in how the universality of Islam has been expressed. One of those quarrels toward interpretation is the discussion of Islam Nusantara. West Sumatera is one of the regions in Indonesia which implements Islamic law as its customary law in which rejection against Islam Nusantara has been echoed across the borders. The rejection caused reactions from various parties since West Sumatera strongly stated the rejection as a way for preserving it. Those dispute has been sharpened by the online news in several Indonesian media that began to raise the phenomenon up. This research aim to find out how those medias frame the news and whether online media contribute on minimizing public tensions. This research used descriptive method with qualitative approach. The source of the data focused on Indonesian online media news on 2018 and was analyzed with framing analysis from Robert N. Entman and also using the concept of treatment recommendation as an analyzes of dispute resolution. The results discovered that media with its framing analysis technique has their own moral judgement and treatment recommendation as a form of dispute resolution towards discourses in the media. This moral judgment can show the tendency and alignment of a media regarding an issue. In addition, the media also has an important role in developing the audience’s mindset in the midst of dispute it can be analyzed from the treatment recommendation that can be used as a media based dispute resolution. Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamiin dan bersifat universal serta hadir sebagai sebuah risalah seluruh umat manusia. Akan tetapi, pemaknaan terhadap universalitas Islam tidak seragam terlebih pemaknaannya bagi kalangan umat Islam itu sendiri. Hal ini menimbulkan banyak interpetasi yang bermacam-macam untuk mengekspresikan universalitas Islam ini. Salah satu bentuk interpretasi ini adalah munculnya istilah Islam Nusantara yang kembali menuai perdebatan. Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan hukum Islam dan adatnya yang sangat kuat menolak pengistilahan ini. Penolakan ini menimbulkan banyak reaksi dari beberbagai pihak. Hal ini dikarenakan, Sumatera Barat yang sangat menjaga kelestarian budayanya menolak wacana ini yang memiliki visi samaseperti yang dimiliki Sumatera Barat. Arena pertarungan ini diperluas oleh adanya pemberitaan di media-media online Indonesia yang mulai mengangkat fenomena ini. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan bagaimana media membingkai pemberitaan dan apakah media juga memiliki peran untuk meminimalisasi ketegangan yang terjadi antara pihak yang bertikai. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang diperoleh mengacu pada pemberitaan media online mainstream Indonesia pada tahun 2018 dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis framing media model Robert N. Entman dan treatment recommendation sebagai bentuk dispute resolution wacana di media. Hasil dari penelitan ini mengungkapkan bahwa dalam pembingkaian sebuah berita, media memiliki moral judgement-nya masing-masing. Moral Judgement ini yang dapat memperlihatkan arah atau keberpihakan suatu media terhadap suatu isu. Selain itu, media juga memiliki peranan penting dalam mendewasakan khalayak di tengah konflik. Hal ini terlihat dari adanya treatment recommendation yang dapat digunakan sebagai dispute resolution berbasis media.
THE PARTICE OF THE ISRA’ MI’RAJ VALUE OF THE MANDAILING NATAL COMMUNITY Putra, Dedisyah; Hamid, Asrul
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 20 No. 2 (2021): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (825.34 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v20i2.159

Abstract

Isra' Mi'raj is a very important historical event for Muslims around the world. In Islam, the commemoration of Isra' and Mi'raj is a momentum to upgrade faith, add insight and motivation to worship, especially in maintaining the five daily prayers. The journey of Isra' Mi'raj is believed to be the most sacred prophetic spiritual journey, so it is natural that many Quraysh residents of Mecca at that time doubted its truth. Commemorating Isra' and Mi'raj including the realm of ikhtilaf al-fuqaha from the past until now. But the most mu'tabar opinion states the ability (al-Jawaz) in commemorating Isra' Mi'raj to achieve benefit for the religious community. This opinion is believed by the Muslim community in Mandailing Natal Regency. This paper presents a portrait of the habits of Muslims in Mandailing Natal Regency in commemorating Isra' and Mi'raj as one of the efforts to foster religious spirit to make Mandailing Natal Regency a civilized one. This research is a field research with a qualitative method with a religious approach to explain the practice of religious spirit that should bring every Muslim in Mandailing Natal Regency to practice Islamic teachings in accordance with the spirit contained in the Isra' and Mi'raj events. In addition, the custom of the Mandailing Natal community in commemorating Isra' and Mi'raj needs to be maintained and preserved as a form of local wisdom in order to realize Mandailing Natal which has the slogan of a traditional country, obedient to worship.Isra’ Mi’raj adalah peristiwa bersejarah yang sangat penting bagi umat Islam seluruh dunia. Dalam Islam, peringatan Isra’ dan Mi’raj merupakan momentum untuk mengupgrade keimanan, menambah wawasan dan motivasi beribadah terutama dalam menjaga salat lima waktu. Perjalanan Isra’ Mi’raj diyakini sebagai perjalanan rohani kenabian yang paling sakral sehingga wajar bila penduduk kafir Quraisy Kota Makkah saat itu banyak yang meragukan akan kebenarannya. Memperingati Isra’ dan Mi’raj termasuk ranah ikhtilaf al-fuqaha dari dahulu sampai sekarang. Namun pendapat yang paling mu’tabar menyatakan kebolehan (al-jawaz) dalam memperingati Isra’ Mi’raj untuk mencapai maslahat bagi masyarakat beragama. Pendapat inilah yang diyakini oleh masyarakat muslim di Kabupaten Mandailing Natal. Tulisan ini menyajikan potret kebiasaan umat Islam di Kabupaten Mandailing Natal dalam memperingati Isra’ dan Mi’raj sebagai salah satu upaya memupuk semangat beragama menjadikan Kabupaten Mandailing Natal yang madani. Penelitian ini merupakan field research dengan metode kualitiatif dengan pendekatan keagamaan guna menjelaskan praktik semangat keagamaan yang seharusnya membawa setiap umat Islam di Kabupaten Mandailing Natal mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan spirit yang terkandung pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Selain itu, kebiasaan masyarakat Mandailing Natal dalam memperingati Isra’ dan Mi’raj ini perlu dijaga dan dilestarikan sebagai bentuk kearifan lokal guna mewujudkan Mandailing Natal yang memiliki slogan negeri beradat, taat berbibadat.
MERAWAT RUHANI JEMAAH: STUDI DAKWAH MAJELIS TAKLIM DI DESA PANGEDARAN, KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI As'ad, As'ad; Rafii, Muhammad; Syayuthi, Abdurahman; Rohim, Fahmi
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 20 No. 2 (2021): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.458 KB) | DOI: 10.30631/tjd.v20i2.160

Abstract

Religious expressions in rural areas is no longer a problem with the diversity it has. The social reality in Pangedaran Village is very concerning, various problems such as the education rate is very low, knowledge support activities are very minimal, even the drugs abuse is common in the village. the social setting accompanies the da'wah activities of the taklim, which demands that the recitation can fill Islamic knowledge and religious experience and the congregation's spiritual care. Thus, it is important to reveal the da'wah activities in the recitation in caring for the congregation's spirituality to pacify the human ego as spiritual beings. The purpose of this study is to explain the rituals, experiences of members in carrying out the routines of the taklim assembly to care for the spirituality of the congregation. Qualitative methods and descriptive analysis were used to complete and obtain relevant research results. Utilizing observation, in-depth interviews and documentation to support the data to answer the main questions of this research. The findings of this study, explained that the activities of the taklim assembly in caring for the congregation's spirituality were carried out by implementing dhikr, eradicating illiteracy, filling in religious knowledge, recitation rituals, reading prayers, it were done consistently.. it provide opportunities for social interaction and support the spiritual care of the congregation with social activities that form social capital so that they enter the gemeinschaft of mind group that has the same drive and motive, namely the spiritual instability of the congregation.   Melihat ekspresi keagamaan di pedesaan sudah tidak menjadi persoalan dengan keberagaman yang dimilikinya. Realitas sosial di Desa Pangedaran sangat memprihatinkan, berbagai persoalan seperti angka pendidikan sangat rendah, aktivitas pendukung pengetahuan sangat minim, bahkan maraknya narkoba sudah menjadi rahasia umum di Desa tersebut. Setting sosial demikian mengiringi aktivitas dakwah majelis taklim, yang menuntut pengajian dapat mengisi pengetahuan keislaman dan pengalaman keagamaan dan perawat ruhani jemaah. Dengan demikian penting untuk mengungkap aktivitas dakwah dalam pengajian tersebut dalam merawat ruhani jemaah dapat menentramkan ego manusia sebagai makhluk spiritual dan landasan aritkel ini. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan ritual, pengalaman anggota dalam menjalankan rutinitas majelis taklim untuk merawat kerohanian jemaah. Metode kualitatif dan menganalisis secara deskriptif digunakan untuk menyelesaikan dan memperoleh hasil penelitian yang relevan. Memanfaatkan observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi dalam mendukung informasi atau data akurat untuk menjawab pertanyaan utama dari penelitian ini. Hasil dan diskusi pada temuan penelitian ini, menjelaskan bahwa aktivitas majelis taklim dalam merawat ruhani jemaah dilakukan dengan pelaksanaan zikir, pengentasan buta aksara, mengisi pengetahuan keagamaan, ritual-ritual pengajian, pembacaan do’a, amalan-amalan dan selawat dilakukan secara konsisten. Rutinitas jemaah memberi peluang interaksi sosial dan mendukung perawatan ruhani jemaah dengan kegiatan sosial yang membentuk modal sosial sehingga mereka masuk ke dalam kelompok gemeinschaft of mind yang memiliki dorongan dan motif sama, yaitu ketidakstabilan spiritual atau ruhani jemaah.

Page 9 of 19 | Total Record : 182