cover
Contact Name
Alfian Rokhmansyah
Contact Email
alfian.rokhmansyah@gmail.com
Phone
+62541-7809033
Journal Mail Official
fib@unmul.ac.id
Editorial Address
Jalan Ki Hajar Dewantara, Kampus Gunung Kelua, Kec. Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia 75123
Location
Kota samarinda,
Kalimantan timur
INDONESIA
Prosiding Seminar Nasional Sastra, Bahasa, dan Seni (Sesanti)
Published by Universitas Mulawarman
ISSN : 26852756     EISSN : 27769992     DOI : -
Seminar Nasional Sastra, Bahasa, dan Seni (Sesanti) merupakan seminar nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman. Seminar ini dimulai pada tahun 2019 dan dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Ruang lingkup seminar ini khususnya kajian-kajian bidang kebudayaan, seperti kajian bahasa, kajian sastra, dan kajian seni.
Articles 42 Documents
Search results for , issue "Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019" : 42 Documents clear
SENI BUDAYA SEBAGAI JEMBATAN INTEGRASI ANTARBANGSA DAN TANTANGANNYADALAM MASYARAKAT GLOBAL A. Lili Evita; Magriet Moka Lappia
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Budaya merupakan komoditi pikiran yang sifatnya mencair. Hal ini berarti budaya tidak bisa diikat oleh kondisi geografis atau dibatasi oleh ruang waktu. Pada perkembangan masyarakat modern selanjutnya, kebudayaan menjadi komoditas pengembangan pariwisata di daerah. Tidak jarang kemudian jika terjadi sengketa akibat klaim kebudayaan. Beberapa sengketa diantaranya klaim batik oleh Cina, tarian reog Ponorogo dan keris oleh Malaysia. Padahal dalam perkembangan sejarah kebudayaan bisa menjai alat integrasi antara bangsa dan media pesebaran ideologi. Misalnya dalam perjumpaan kebudayaan Hindu-Budha dan Islam, seni menjadi alat pesebaran yang mudah diterima dan melebur dalam masyarakat. Demikian pula dengan perkembangan kuliner di nusantara, dijumpai perpaduan budaya kuliner antara Melayu, Cina dan Bugis pada makanan coto dan barongko. Tulisan ini akan menelisik perkembangan kebudayaan di Nusantara, melalui pendekatan studi literatur. Dalam penelitian ini diperoleh bahwa keanekaragaman budaya merupakan sebuah peluang untuk menjalin sebuah diplomasi kebudayaan. Persamaan budaya yang ditemukan di berbagai Negara, seperti Malaysia, Cina maupun Jepang dikarenakan interaksi antara manusia. Olehnya seni budaya yang tercipta dari inteaksi masyarakat tidak seharusnya bersifat monopolistik. Klaim budaya terjadi diakibatkan karena adanya faktor politik yang dilatari oleh kepentingan ekonomi.
ASPEK RELIGI DAN MAKNA DALAM TARI BEDHAYA KETAWANG DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA Sawitri; Bani Sudardi; Wakit Abdullah; Nyoman Chaya
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penari bedhaya ketawang dianggab sebagai bedhaya yang tertua dan tari ini dijadikan kiblat dari tari bedhaya yang lain yang lebih muda. Tari bedhaya ketawang menceritakan Panembahan Senapati raja pertama dari Dinasti Mataram dengan Kanjeng Ratu Kencana Sari atau Kanjeng Ratu Kidul.Tari bedhaya k etawang merupakan tari yang sarat makna simbolis serta erat kaitannya dengan upacara adat sehingga kesakralan dan religi selalu dijaga. Penari bedhaya memiliki aturan yang mengharuskan berjumlah sembilan, pola lantai mengelilingi raja di sisi kanan dan kiri, ada peraturanbahwa menguasai pakem joged Hasta Sawandha,serta ketentuan disaat menari dalam upacara jumenengan, tinggalan dhalem dengan keadaan susi, bersih, serta ritual yang sebelumnya dilaksanakan adalah mandi kembang tujuh rupa, puasa mutih, senin dan kamis dan semedi yang sekarang meditasi.Diskursus memiliki argumen serta historis sehingga bahasa berkembang membentuk makna pada kondisi material dan historis yang spesifik. Kondisi mengekplorasi secara historis dan di tata untuk membentuk dan mendefinisikan bidang pengetahuan /obyek spesifik yang memerlukan perangkat konsep untuk dibongkar yang di pandang sebuah kebenaran. Pada penari bedhaya ketawang setelah diungkap ternyata mengandung nilai pada pendidikan keagamaanyaitu religius, mengenalkan manusia darimana asalnya dan nanti kembali lagi kemana serta memberikan pendidikan religius untuk menjadi seorang wanita yang beretika baik, berhati bersih dan baik, dekat dengan Sang Pencipta, Laku Prehatin dengan mengolah jiwa dengan puasa senin-kamis, puasa mutih dan menanamkan pendidikan untuk dapat menghargai dirinya , mengharumkan nama baik dirinya, keluarga, bangsa dan negara.
LOCAL WISDOM TEMBANG DALAM WEDHATAMA:MENYOSIALISASIKAN SASTRA LISAN DI ERA DIGITAL Esti Ismawati; Warsito
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi nilai-nilai kearifan lokal dalam tembang Wedhatama di era digital. Permasalahan yang akan dijawab adalah, (1) nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang terdapat dalam tembang Wedhatama? (2) bagaimana menerjemahkan tembang dalam Wedhatama dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia? (3) bagaimana menyosialisasikan tembang macapatan sebagai sastra lisan di era digital? Metode penelitian adalah deskriptif. Data berupa naskah tembang berbahasa Jawa dalam kitab Wedhatama. Cara meneliti dengan menggali nilai-nilai local wisdom dan menerjemahkan data dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia oleh tim peneliti kemudian ditriangulasi oleh tim pakar budaya Jawa dan informan dari perpustakaan Mangkunegaran Surakarta lalu direkam. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai local wisdom dalam sastra lisan Wedhatama di era digital dapat dieksplorasi dan disosialisasikan dengan cara menerjemahkan dan merekam dari cara sederhana sampai cara berteknologi tinggi dengan melibatkan native speaker pengguna bahasa lisan yang diterjemahkan.
BORNEO AS A GOLDEN CHARIOT TO LOVE NATURE IN DIALECTICAL PERSPECTIVE Sumardjo; Rosmiati
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Borneo as a Golden Chariot is created to be the medium for dialectics about a wealthy heritage in the plane of humanity full with Dayak life’s story that offers attractiveness to be scientifically investigated. This land is used to be the vehicle of a spiritual journey to unfold the milestone of Dayak tribes in the literary frame. The journey is expected to meet the horizon of expectation to love wisdom in the air of refreshment of mind namely a theatrical logics. Karrie Rayun Lampan as a Dayak poet sculpts the tree of Dayak’s life within a poetic rhetoric in the garden of a social art. He propounds his poetic rhetoric with the theme ‘Dayak spreads over in many places but retains nowhere’ in the word of this paper ‘somewhere between home and land, not home and water.’ For the poet, Borneo is as the homelandofaliterarygardenenabletopenetrateahumansensibility. This issue is directed to investigate dialectical perspective to the substitution of master tropes such as metaphor, metonymy, synechdoche, and irony onto a practical act, symbolic art, attitude and externalization of attitude, and dialectics respectively. This inve stigation concludes that the dialectics as probable argument to launch the opinions in the rational reasoning among the a practical act of daily activity of Dayak and its creation can be used as the formation of idea on the sensibility toward a literary world and the attitude and externalization of attitude should be brought to the higher order of thinking, those are analysis, evaluation, and creation instead of being in the state of being in the low order thinking as in remembrance, understanding and practicing only. And in order to fulfill the love of wisdom, the symbolic action is committed to promote for the happiness for all and continuously holds to the refreshment of mind.
MEMBUMIKAN PUISI MELALUI INSTAGRAM: ANALISIS DIKSI DALAM PUISI SEORANG INSTAPOET RUPI KAUR I Gusti Agung Sri Rwa Jayantini; Lanny Karoh; Ronald Umbas
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dunia puisi di era revolusi industri 4.0 ini mengalami perkembangan signifikan. Media sosial menjadi salah satu sarana mengenalkan karya yang dibuat oleh para penulis, termasuk pensyair yang digemari generasi milenial saat ini, Rupi Kaur. Penulis puisi berdarah India ini telah membumikan puisi melalui akun instagramnya yang memiliki jutaan pengikut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diksi dalam puisi Rupi Kaur yang dikenal dengan sebutan “instapoet” karena berhasil menyampaikan pesan-pesan humanisme dan feminisme dengan cara sederhana dan mudah dimengerti. Analisis didasarkan pada teori interpretasi puisi dari Griffith (2010) yang dipadukan dengan diksi dan gaya bahasa dalam karya sastra dari Keraf (2006). Metode yang diterapkan adalah dekriptif kualitatif berfokus pada analisis isi (content analysis) dengan pengamatan dan pencatatan pilihan kata yang digunakan pensyair Rupi Kaur. Melalui langkah penelitian yang telah ditetapkan, penelitian ini menemukan hasil yang terkait dengan diksi dari pensyair Rupi Kaur, yaitu (1) diksinya mengeksplorasi persoalan perempuan dan nilai kemanusiaan, (2) diksi yang digunakan membuat pembaca berempati melalui majas pertentangan yang digunakan. Melalui kedua ciri diksi ini, pembaca dapat terlibat secara mendalam dan seolah mengalami peristiwa yang dicitrakan dalam puisi Rupi Kaur. Dengan cara ini puisi dapat terkesan membumi. Pilihan diksi yang tidak rumit membuat puisi Rupi Kaur cepat viral dan membuat keberadaan seorang “instapoet” makin terkenal.
MULTIMODAL BOOKS AS A BRIDGE FOR THE NET GENERATIONS Theresia Enny Anggraini
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

For those who were born in the seventies and after, electronic gadgets might have become their first playing tools. These generations had been so used to using these electronic gadgets that a lot of them forgot or did not know how to use manual tools and equipment. There was a story about a young boy who was given a book for the first time, while usually reading on a tablet. He was trying to swipe the page instead of turning it over. For these generations, reading a traditional book might not be their first choice since they spend a lot of time on their gadgets. However, reading is still a very important habit that needs to be taught to the young. To get their interests to read a book, a bridge needs to be made so that a smooth transition from reading in a gadget to reading a book can be achieved. In this presentation, I would like to discuss some multimodal books that consist of not only texts but also other types of mode representing internet or cellphone page. In books like ttyl, ttfn, i-Drakula, and An Order of Amelie, Hold the Fries, the authors are using IM (Instant messaging), text messages, emails, web browsers, and even memos. Thus, the net generation will read books that will feel like a gadget page as a bridge to read regular books and textbooks later on.
MITE SANGBIDANG: RASIONALISASI MITE DALAM SASTRA LISAN TORAJA Mustafa
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji kearifan-kearifan lokal yang terdapat dalam mite Sangbidang. Mite Sangbidang adalah salah satu bentuk sastra lisan Toraja yang hingga kini masih dihayati oleh masyarakat berlatar belakang bahasa dan budaya Toraja. Mite Sangbidang berfungsi sebagai alat perekat hubungan antarindividu dan sumber hukum serta peraturan yang mampu mengetuk hati, pikiran, dan memerintahkan orang untuk berlaku jujur, berperilaku sopan santun, tahu adat istiadat, dan tata krama dalam hidup bermasyarakat. Tulisan ini menggambarkan kearifan lokal budaya Toraja yang hingga kini masih terpelihara dan masih terjaga dengan baik dalam masyarakat Toraja. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Metode dan teknik yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif, yaitu memaparkan sebagaimana adanya. Pengumpula n data, digunaka n teknik pencatatan, wawancara, perekaman, dan stud i pustaka. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa mite Sangbidang mengandung kearifan lokal tentang kejujuran. Rasionalisasi mite Sangbidang berisi landasan pokok dalam menjalin hubunga n antarsesama, keteguhan, memberika n gambaran dari tingkah lak u sehari-hari seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi, tegas, tangguh, setia pada keyakinan, dan taat asas.
IDENTITAS DAERAH DALAM CERITA PENDEK KARYA MUHAMMAD YUSUF Siti Akbari
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan identitas kedaerahan sebagai penguatan ide dan nilai estetika cerita pendek karya M. Yusuf. M. Yusuf merupakan penulis yang berasal dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Cerpen-cerpennya dimuat di beberapa media massa. Lebih dari tiga puluh cerpen telah dihasilkannya. Tulisan ini akan menyoroti pemanfaatan identitas kedaerahan pada dua belas cerpen yang dihasilkan M. Yusuf. Kedua belas cerpen tersebut diterbitkan pada berbagai media massa, yakni surat kabar harian. Sebuah tulisan fiksi biasanya hadir sebagai refleksi pengarang dari kehidupan nyata, begitu juga dalam cerpen karya M. Yusuf. Karya-karyanya tak lepas sebagai inspirasi pengalaman pribadinya. Nuansa kedaerahan yang muncul dalam cerpen M. Yusuf sangat kental dengan latar peristiwa dan penamaan tokoh yang bernuansa lokal. Teori dalam penelitian ini stilistika dan heuristik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
PENARI DARI RINDING KARYA KORRIE LAYUN RAMPAN: POSISI MANUSIA DALAM IDENTITAS KULTURAL Diyan Kurniawati
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tradisi merupakan pewarisan adat istiadat yang dilakukan secara turun- temurun dalam suatu kebudayaan. Penelitian ini membahas proses manusia memosisikan diri di tengah-tengah tradisi dalam antologi cerpen Penari dari Rinding karya Korrie Layun Rampan. Dengan menggunakan teori sosiologi sastra dan identitas, penelitian ini menganalisis kontestasi tradisi dan modernitas dalam diri manusia. Manusia yang mengalami urbanisasi secara fisik mempunyai pandangan berbeda atas identitas kultural di lingkumgan sosialnya. Manusia mempertanyakan tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Analisis dilakukan dengan membahas sebab dan akibat manusia mempertanyakan kembali tradisi yang sudah ada secara turun-temurun. Ikon yang mempertahankan tradisi juga akan dianalisis lebih lanjut. Hasil analisis menunjukkan bahwa manusia melakukan penolakan atas tradisi yang ada. Selain itu, penolakan atas identitas kultural tidak menimbulkan benturan frontal dengan lingkungan sosialnya. Penari dari Rinding menunjukkan pemahaman ulang manusia terhadap tradisi di lingkungan sosialnya.
ANALISIS NEW HISTORICISM NOVEL SENOPATI AWANG LONG KARYA HERMAN SALAM Kiftiawati; Nasrullah
Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni (Sesanti) 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menganalisis novel Senopati Awang Long karya Herman Salam. Rumusan masalah yang diteliti adalah dengan rumusan masalah bagaimana posisi diskursif novel Senopati Awang Long terhadap diskursus tentang Awang Long itu sendiri. Teori dan pendekatan yang digunakan untuk menganalisis adalah Hero’s Journey oleh Joseph Campbell dan New Historicism. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan metode penelitian sastra new historicism dalam analisis. Penelitian pustaka dan wawancara adalah cara peneliti dalam mengambil data. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa novel Senopati Awang Long merupakan sebuah praktik diskursif diantara teks- teks lainnya tentang Awang Long dan cerita tentang Kutai Kertanegara di masa lampau.