cover
Contact Name
Benny
Contact Email
benny1@binus.edu
Phone
+6221-5345830
Journal Mail Official
IC.Journal@binus.edu
Editorial Address
Jl. Raya Kb. Jeruk No.27, RT.1/RW.9, Kemanggisan, Kec. Palmerah, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11530
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Indonesian Character Journal
ISSN : -     EISSN : 30324173     DOI : -
Indonesian Character Journal (ICJ) provides a forum for lecturers, academicians, researchers, practitioners, and postgraduate students to publish empirical multidiscipline research in Pancasila values & implementation, civic education, religion & interfaith studies, language & culture, Sustainable Development Goals (SDGs), philosophies. All empirical methods including, but not limited to, qualitative, quantitative, field, laboratory, meta-analytic, and mixed methods are welcome.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 20 Documents
Analisis Manfaat Buku Ajar dalam Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa pada Mata Kuliah Pendidikan Pancasila di Universitas Mega Buana Palopo Sunaryo, Seriyanti
Indonesian Character Journal Vol. 1 No. 1 (2024): Indonesian Character Journal
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/icj.v1i1.10235

Abstract

This research aims to find out whether Pancasila Education textbooks prepared by lecturers can help students increase students' understanding of Pancasila Education courses amidst the ease of access to knowledge via internet sources and students' interest in reading (books) is currently relatively low. Considering that this course is a General Compulsory Subject (MKWU) which is important to be taught in tertiary institutions, Mega Buana Palopo University is no exception. To support the learning process of Pancasila Education, learning media and textbooks are needed as one of them. The type of research used is empirical juridical, which emphasizes one variable, namely the benefits of textbooks as an effort to increase students' level of understanding in this course. This study used a qualitative descriptive method and approach to obtain results which can be concluded that the existence of Pancasila Education textbooks really helps students in completing the assignments given because the textbooks provided by lecturers are equipped with Competency Test sheets so that they can increase student understanding in Education courses Pancasila. Mata kuliah Pendidikan Pancasila yang merupakan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yang wajib diberikan kepada mahasiswa di perguruan tinggi, tidak terkecuali di Universitas Mega Buana Palopo. Keberadaan mata kuliah ini sangat penting untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dan membangkitkan kesadaran mahasiswa akan pentingnya nilai-nilai Pancasila yang diajarkan. Untuk menunjang proses pembelajaran Pendidikan Pancasila, diperlukan media pembelajaran. Buku Ajar sebagai media pembelajaran Pendidikan Pancasila diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam mengkaji materi demi materi yang disajikan selama proses pembelajaran. Keberadaan buku ajar pendidikan pancasila bertujuan untuk peningkatan tingkat pemahaman mahasiswa pada mata kuliah pendidikan pancasila di Universitas Mega Buana. Dalam mempelajari matakuliah pendidikan pancasila tingkat pemahaman mahasiswa tentunya berbeda-beda. Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris, yang menekankan pada satu variable yaitu manfaat buku ajar pendidikan pancasila dalam upaya peningkatan tingkat pemahaman mahasiswa pada mata kuliah pendidikan Pancasila. Buku Ajar pendidikan pancasila sangat dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menunjang proses pembelajaran karena buku ajar yang disiapkan merupakan kumpulan materi pendidikan pancasila yang diambil dari beberapa sumber relevan yang sesuai dengan bahan kajian yang diberikan oleh prodi masing-masing.
Model Budaya Pembentukan Karakter Dalam Sistem Pendidikan Di Jerman, Australia: Kajian Komparatif dan Aplikatif Terhadap Model Pendidikan Karakter di Indonesia Balok, Servasius
Indonesian Character Journal Vol. 1 No. 1 (2024): Indonesian Character Journal
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/icj.v1i1.10246

Abstract

Each country has its own strategy for making character development as priority topic in human resource development. At different levels of education, each country makes efforts to implement character education both in the curriculum and in educational practice. So it is very possible that there will be differences in the results and quality of education from one institution to another or one country to another. This difference is what encourages researchers to conduct open studies on the German and Australian cultural models of character formation for the advancement of Indonesian character education. The aim of this research is to describe a comparison of character education in the curricula of three countries, Germany, Australia and Indonesia. This type of research is documentary research and qualitative descriptive methods. And based on analysis of different articles, it was found that these three countries have implemented character education both in their curriculum and in their educational activities. There are similarities and differences in the formation of the personalities of these three nations. These similarities and differences can be seen from three aspects, namely character education in a cultural model, curriculum and character education implementation strategies. Setiap negara memiliki strategi tersendiri untuk menjadikan pembangunan karakter sebagai topik prioritas dalam pengembangan sumber daya manusia. Pada tingkat pendidikan yang berbeda, setiap negara melakukan upaya untuk menerapkan pendidikan karakter baik dalam kurikulum maupun dalam praktik pendidikan. Sehingga sangat mungkin sekali terjadi perbedaan hasil dan kualitas pendidikan satu lembaga dengan lembaga yang lain atau satu negara dengan negara yang lain. Perbedaan inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan kajian secara terbuka terhadap model budaya pembentukan karakter Jerman dan Australia untuk kemajuan pendidikan karakter Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbandingan pendidikan karakter dalam kurikulum tiga (3) negara, Jerman, Australia dan Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian dokumenter dan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan analisis artikel yang berbeda, ditemukan bahwa ketiga negara tersebut telah menerapkan pendidikan karakter baik dalam kurikulumnya maupun dalam kegiatan pendidikannya. Terdapat persamaan dan perbedaan dalam pembentukan kepribadian ketiga negara tersebut. Persamaan dan perbedaan tersebut dilihat dari tiga aspek, yaitu pendidikan karakter dalam model budaya, kurikulum dan strategi implementasi pendidikan karakter.
Good Inspiring The Strength of Enterpreneurship Character Balok, Servasius
Indonesian Character Journal Vol. 1 No. 1 (2024): Indonesian Character Journal
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/icj.v1i1.10247

Abstract

The inspiration for the strength of entrepreneurial character is the breath or encouragement to continue to think creatively from someone in creating something new and different. Inspiration for entrepreneurial character can occur within the framework of cultural interactions that flow naturally and informally with people's lives. This research aims to map the inspiration of entrepreneurial power and analyze the factors that underlie the process of cultural interaction. The research was designed in a qualitative design with data collection methods in the form of observation, in-depth interviews. Data analysis was carried out by manual reduction, display and interpretation of data. The results of the study show that inspiration runs in the entrepreneurial process which is characterized by the strength of social interaction that is increasingly attractive and gives interest so that the business is progressing and growing every year. The inspiration for the power of entrepreneurship cannot be separated from the role of cultural interaction presented by the entrepreneur personally, both formally and informally. The limitation of this study is that the scope of the study is limited to one community group. It is possible to find comparisons by studying in a wider space.
Praktik Kuasa Platform Media Sosial Di Balik Kecanduan Media Sosial Bagi Remaja Koli, Nicodemus
Indonesian Character Journal Vol. 1 No. 1 (2024): Indonesian Character Journal
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/icj.v1i1.10273

Abstract

In the present time, browsing through social media via smartphones is one of the top reasons for using the internet. Through social media, everyone has a space to express their thoughts, feelings, actions, and attitudes easily and quickly. The personality traits, interests, and preferences of every individual are readable, peeked into, and monitored. Every symbol, advertisement, information, and product promotion that aligns with the user's desires and character is continuously presented by social media platforms. Experts who have careers and strategic positions, as well as being the creators of various captivating control features in companies like Google and Facebook, along with scientists, discuss this issue clearly in a series of interviews that are later presented in the documentary film "The Social Dilemma." The analysis of this documentary film is conducted using a discourse analysis approach within the framework of Michel Foucault's thinking on power relations. From this, it can be understood that companies with platforms such as Google, Facebook, Twitter, Silicon Valley, Snap-chat, Instagram, and YouTube practice power as strategic relations. The development of technology in the control systems owned by companies and social media platforms can manipulate psychological aspects, thus conditioning social media users to appear active. Within the framework of power discourse as a strategic relation, social media users are conditioned within the surveillance capitalism. As a result, changes in habits, ways of thinking, and user behavior are controlled. Di zaman sekarang, menjelajahi media sosial melalui ponsel pintar adalah salah satu alasan utama penggunaan internet. Melalui media sosial, setiap orang memiliki ruang untuk mengungkapkan pemikiran, perasaan, tindakan, dan sikap mereka dengan mudah dan cepat. Sifat kepribadian, minat, dan preferensi setiap individu dapat dibaca, diselidiki, dan dimonitor. Setiap simbol, iklan, informasi, dan promosi produk yang sejalan dengan keinginan dan karakter pengguna terus-menerus disajikan oleh platform media sosial. Para ahli yang memiliki karier dan posisi strategis, serta menjadi pencipta berbagai fitur pengendalian yang menarik dalam perusahaan seperti Google dan Facebook, bersama dengan para ilmuwan, membahas isu ini secara jelas dalam serangkaian wawancara yang kemudian disajikan dalam film dokumenter "The Social Dilemma." Analisis film dokumenter ini dilakukan dengan pendekatan analisis wacana dalam kerangka pemikiran Michel Foucault tentang hubungan kekuasaan. Dari ini, dapat dipahami bahwa perusahaan dengan platform seperti Google, Facebook, Twitter, Silicon Valley, Snapchat, Instagram, dan YouTube menjalankan kekuasaan sebagai hubungan strategis. Perkembangan teknologi dalam sistem pengendalian yang dimiliki oleh perusahaan dan platform media sosial dapat memanipulasi aspek psikologis, sehingga mengkondisikan pengguna media sosial untuk tampil aktif. Dalam kerangka wacana kekuasaan sebagai hubungan strategis, pengguna media sosial dikondisikan dalam kapitalisme surveilans. Akibatnya, perubahan dalam kebiasaan, cara berpikir, dan perilaku pengguna dikendalikan.
Pengaruh Pendidikan Keuangan di Keluarga, Uang Saku dan Gaya Hidup Terhadap Pembentukan Karakter Mahasiswa: (Studi Kasus Mahasiswa Bina Nusantara Kemanggisan Semester 1) Witono, Petrus Hepi
Indonesian Character Journal Vol. 1 No. 1 (2024): Indonesian Character Journal
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/icj.v1i1.10306

Abstract

Gaya hidup menabung menjadi salah satu faktor awal tumbuhnya ekonomi dalam sebuah masyarakat karena memiliki manfaat secara sosial. Budaya menabung sudah ada pada masa Majapahit di situs Trowulan antara abad ke-13 dan 15. Kini, Generasi milenial di Indonesia menjadi perbincangan di era teknologi yang pesat. Dalam statistik pasar modal Indonesia, generasi Milenial banyak menjadi investor saham dan aset berharga lainnya. Namun, perilaku generasi milenial terkait literasi keuangan kurang mendapatkan perhatian. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif pemikiran dalam memahami pendidikan karakter keuangan di keluarga dan gaya hidup generasi muda. Data penelitian diperoleh dengan pendekatan metode kualitatif melalui wawancara dan pertanyaan terbuka kepada 10 responden yang dipilih dari 100 mahasiswa Universitas Bina Nusantara semester 1 dari mata kuliah Character Building Pancasila. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan keuangan di keluarga, besaran uang saku, dan gaya hidup memiliki pengaruh signifikan terhadap pembentukan karakter mahasiswa di Binus Kemanggisan Jakarta. Pendidikan keuangan di keluarga berperan sebagai fondasi awal dalam membentuk sikap dan perilaku keuangan mahasiswa. Selain itu, besaran uang saku dan gaya hidup juga mempengaruhi pembentukan karakter mahasiswa. Peningkatan pemahaman dan implementasi pendidikan keuangan yang baik dapat membantu mahasiswa dalam membangun karakter yang kuat dan bertanggung jawab secara finansial.
Eksplorasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Memerangi Bullying di Lingkungan Perguruan Tinggi Harahap, Sahrona
Indonesian Character Journal Vol. 1 No. 2 (2024): Indonesian Character Journal
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/icj.v1i2.10694

Abstract

This study explores the implementation of Pancasila values, specifically justice, tolerance, equitable humanity, mutual cooperation, and wise leadership, in the Pancasila Education course at the higher education level to address bullying cases. The research employs a qualitative method with a phenomenological approach to deeply understand students' comprehension of Pancasila values in this context. The results indicate that the incorporation of these values in the coursework significantly enhances students' understanding, attitudes, and commitment to preventing and addressing bullying on campus. By involving students in learning activities that include discussions, projects, field practices, awareness campaigns, and reflections, character education grounded in Pancasila can serve as a crucial foundation in shaping students with strong social consciousness, preparing them to face future challenges.   Penelitian ini mengeksplorasi pelaksanaan nilai-nilai Pancasila, khususnya nilai keadilan, toleransi, kemanusiaan yang adil, gotong royong, dan kepemimpinan bijaksana, dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila pada tingkat perguruan tinggi untuk menanggulangi kasus bullying. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk mendalami pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai Pancasila dalam konteks ini. Hasilnya menunjukkan bahwa pelaksanaan nilai-nilai tersebut dalam perkuliahan secara signifikan meningkatkan pemahaman, sikap, dan komitmen mahasiswa dalam mencegah dan mengatasi bullying di lingkungan kampus. Dengan melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran yang mencakup diskusi, proyek, praktik lapangan, kampanye kesadaran, dan refleksi, pendidikan karakter yang kuat didukung oleh Pancasila dapat menjadi landasan penting dalam membentuk mahasiswa yang memiliki jiwa sosial yang kuat dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Edukasi Publik dalam Lomba Desain Poster Simbolik: Studi Kasus Lomba Poster Simbolik Tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Armayuda, Erik
Indonesian Character Journal Vol. 1 No. 2 (2024): Indonesian Character Journal
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/icj.v1i2.11405

Abstract

Sexual violence in educational settings deprives students of the freedom to develop their potential in a healthy, safe, and optimal environment. Various forms of sexual violence harm students, educators, and staff, potentially hindering or eliminating their opportunities to learn and teach. In alignment with Sustainable Development Goal 16: Peace, Justice, and Strong Institutions, the Ministry of Education, Culture, Research, and Technology issued Regulation No. 30 of 2021 for higher education institutions. Initiatives under the Prevention and Handling of Sexual Violence (PPKS) program have shown promising results. One example is the Symbolic Poster Design Competition as Public Education, where 391 participants showed great enthusiasm. The research aimed to describe the competition process and raise awareness about the importance of PPKS. The competition was organized using Erick Karjaluoto's design method. This paper focuses on two main discussions: how to design criteria and schemes for a competition that educates the younger generation, and the participants' responses to the competition. The study concluded that the symbolic poster competition encouraged participants to show sympathy towards victims, avoiding traumatic elements in their designs. While solution-oriented posters are useful for potential users, designs with constructive purposes are meaningful for organizers, users, and designers. Keywords: Poster Design Competition, Design Method, Symbolic Poster, Design Competition Mechanism, SDG Goal 16   Kekerasan seksual dalam konteks pendidikan merampas kebebasan siswa untuk mengembangkan potensi mereka dengan kondisi yang sehat, aman, nyaman, dan optimal. Berbagai bentuk kekerasan seksual mengakibatkan kerugian bagi mahasiswa dan para pendidik serta staf kependidikan, yang dapat menghambat atau bahkan menghilangkan kesempatan mereka untuk belajar dan mengajar. Sebagai perwujudan SDG Goals 17 yaitu Peace, Justice and Strong Institutions, maka dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) No. 30 Tahun 2021 di lingkungan perguruan tinggi. Kegiatan dalam rangka PPKS menunjukkan hasilnya. Salah satu contohnya adalah penelitian dengan Lomba Desain Poster Simbolik Sebagai Edukasi Publik.  Sebanyak 391 peserta menunjukkkan atusianisme yang besar untuk mengikuti lomba poster simbolik tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses kegiatan lomba dan awareness tentang pentingnya PPKS. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Permasalahan dalam penelitian ini ada dua yaitu: 1. Bagaimana proses lomba desain  dalam mengedukasi para generasi muda? 2. Bagaimana respons peserta lomba? Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui lomba poster simbolik ini mengangkat isu pelecehan seksual dan menaruh simpati kepada korban untuk tidak memberikan unsur traumatis. Desain poster yang solutif akan berguna bagi calon pengguna, namun desain yang memiliki tujuan konstruktif akan bermakna bagi penyelenggara, pengguna, dan desainernya itu sendiri.
Pendapat Generasi Muda terhadap Pelestarian Budaya Feng Shui Secara Berkelanjutan Yap, Julina
Indonesian Character Journal Vol. 1 No. 2 (2024): Indonesian Character Journal
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/icj.v1i2.11414

Abstract

The importance of preserving traditional Chinese culture in Indonesia and the declining understanding of traditional Chinese culture among young Chinese Indonesians in the modern era have prompted the author to investigate the perspectives of young Chinese Indonesians towards one aspect of traditional Chinese culture, namely Feng Shui. The respondents of this study comprised 35 individuals of Chinese descent. Data collection was conducted using questionnaires distributed through Google Forms. The respondents were members of Generation Z, aged between 12 and 27 years. The conclusion of this study indicates that one of the dominant factors influencing young Chinese Indonesians to believe in and practice Feng Shui is family tradition. Conversely, the factors that lead young Chinese Indonesians to disbelieve in and not practice Feng Shui are its perceived inconsistency with logical reasoning and the influence of religion. A recommendation for future research is to include a more diverse range of respondents from Generation X and the millennial generation, in order to map out the differences in perspectives across generations and their underlying causes. Keywords: Feng shui, generation z, family tradition, religion   Pentingnya pelestarian kebudayaan tradisional Tionghoa di Indonesia, dan semakin rendahnya pemahaman generasi muda Tionghoa Indonesia tentang kebudayaan tradisional Tionghoa di era modern ini, mendorong penulis untuk meneliti tentang pandangan generasi muda Tionghoa Indonesia terhadap salah satu budaya tradisional Tionghoa, yaitu Feng Shui. Responden dari penelitan ini adalah sebanyak 35 orang keturunan Tionghoa. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan hasil pengisian kuesioner dalam bentuk Google Form. Responden penelitian adalah generasi Z yang berusia 12 sampai 27 tahun. Kesimpulan dari penelitan ini adalah salah satu faktor dominan yang mempengaruhi generasi muda Tionghoa Indonesia untuk percaya dan menerapkan budaya Feng Shui adalah karena tradisi keluarga. Sedangkan factor yang mempengaruhi generasi muda Tionghoa Indonesia untuk tidak percaya dan tidak menerapkan budaya Feng Shui adalah karena dinilai tidak sesuai dengan logika berpikir dan pengaruh agama. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah responden penelitian lebih bervariasi dari generasi X dan generasi milenial, sehingga dapat dipetakan perbedaan pandangan dari setiap generasi dan faktor penyebabnya. Kata kunci:Feng Shui, Generasi Z, tradisi keluarga, agama
Urgensi "Rasionalitas Hati" Blaise Pascal di Tengah Maraknya Intoleransi Antar Umat Beragama di Indonesia Maku, Hendrikus
Indonesian Character Journal Vol. 1 No. 2 (2024): Indonesian Character Journal
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/icj.v1i2.11572

Abstract

This paper aims to examine the concept of rationality of the heart” proposed by Blaise Pascal as a foundation for fostering interfaith tolerance in Indonesia. The method used in this study is qualitative-descriptive, with literature review serving as the data collection instrument. Through this methodology, researchers have found that Pascal's concept of the “rationality of the heart” provides an alternative yet crucial idea in responding to the widespread phenomenon of interfaith intolerance. Pascal's thought becomes relevant in countering intolerant practices not only at the grassroots level but also those perpetuated by the state through various discriminatory policies. Moreover, issues of intolerance are also fueled by an exclusive understanding of religion, characterized by the belief that one's own religion is the sole bearer of truth (truth claim). Pascal proposes that religious issues, which often revolve around dogmas—the products of mere intellectual contemplation and sources of conflict between right and wrong—should be transformed by placing the heart as the new foundation. In Pascal's perspective, the “heart” is one filled with compassion, capable of transcending religious boundaries by experiencing the tangible presence of God in a diverse national and societal life. Keywords: Attitude of Intolerance, Religion, Rationality of the Heart, Blaise Pascal   Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji konsep “rasionalitas hati” yang digagas oleh Blaise Pascal sebagai dasar dari sikap toleransi antarumat beragama di Indonesia. Metode yang digunakan dalam studi ini ialah metode kualitatif-deskriptif, dengan studi literatur sebagai instrumen pengumpulan data. Dengan metodologi tersebut, para peneliti menemukan bahwa konsep dari Pascal tentang “rasionalitas hati” menjadi suatu gagasan alternatif tetapi sangat urgen dalam merespons fenomena maraknya sikap intoleran antarumat beragama. Pemikiran Pascal menjadi relevan, juga untuk menangkal praktek-praktek intoleran,  yang tidak hanya dilakukan oleh masyarakat akar rumput, tetapi juga oleh negara  melalui aneka kebijakan yang diskrimitaif. Selain itu, persoalan intoleransi juga dipicu oleh tingkat pemahaman agama yang ekslusif, bahwa hanya agamanya sendiri yang benar (truth claim). Pascal memproposalkan agar persoalan seputar agama yang hanya berkutat pada dogma-dogma, yang adalah hasil permenungan akal budi semata dan menimbulkan pertentangan antara yang benar dan salah, mesti diubah dengan menempatkan hati sebagai dasar yang baru. “Hati’ dalam perspektif Pascal adalah ‘hati’ yang penuh cinta kasih, ‘hati’ yang mampu menembus batas-batas ruang agama dengan merasakan kehadiran Tuhan yang konkret dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang majemuk.
Peran Teresa Magbanua dalam Revolusi Filipina 1898 Prameswari, Dita Putri
Indonesian Character Journal Vol. 1 No. 2 (2024): Indonesian Character Journal
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/icj.v1i2.11623

Abstract

This paper will discuss the role of Teresa Magbanua during the Philippine Revolution against Spain in the provinces of Capiz and Iloilo in the Western Visayas region from November to December 1898. Teresa Magbanua, who had a background as a schoolteacher in Iloilo, obtained her teaching certificate from Colegio de Dona Cecilia and completed her postgraduate education at the University of Santo Tomas in Manila. Magbanua led Filipino troops under the Katipunan organization, which was established in 1892 with the aim of opposing Spanish colonial rule. During the conflict with Spanish forces, Magbanua and her troops employed guerrilla warfare strategies. Her struggle concluded in December 1898 with the signing of the Treaty of Paris between Spain and the United States. Furthermore, this paper will explore Magbanua's role in organizing military strategies and combat tactics during the Philippine Revolution. Following the end of the war, Philippine revolutionary leader Emilio Aguinaldo declared independence, marking the end of Spanish rule and the beginning of Philippine independence. This study will employ historical methods consisting of four stages: heuristics, criticism, interpretation, and historiography, utilizing both primary sources such as archives and secondary sources such as books, journals, and dissertations. The findings of this research will highlight the impact of Teresa Magbanua's role after the Philippine Revolution and identify best practices that can be learned from her contributions to the revolution. Keywords: Teresa Magbanua; Philippine Revolution; colonialism   Makalah ini akan membahas peran Teresa Magbanua di masa Revolusi Filipina ketika menghadapi Spanyol di Provinsi Capiz dan Iloilo di wilayah Visayas Barat pada November hingga Desember 1898. Teresa memiliki latar belakang sebagai guru sekolah di Iloilo. Ia meraih sertifikat guru di Colegio de Dona Cecilia dan berhasil menyelesaikan pendidikan pascasarjana di Universitas Santo Tomas, Manila. Teresa Magbanua memimpin pasukan tentara Filipina yang berada di bawah organisasi Katipunan. Katipunan adalah organisasi yang dibentuk pada 1892 yang bertujuan melawan kekuasaan kolonialisme Spanyol. Selama bertempur melawan kekuasaan Spanyol, Teresa Magbanua bersama pasukannya menggunakan strategi perang gerilya. Perjuangan Magbanua berakhir pada Desember 1898 dengan ditandatanganinya Perjanjian Paris antara Spanyol dengan Amerika Serikat. Lebih jauh, tulisan ini akan mengeksplorasi peran Magbanua dalam mengatur strategi perang dan taktik pertempuran di masa revolusi Filipina. Dengan berakhirnya perang, pemimpin revolusi Filipina yaitu Emilio Aguinaldo mendeklarasikan kemerdekaan yang menandai kemerdekaan Filipina dan berakhirnya kekuasaan Spanyol. Penelitian ini akan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi, serta menggunakan baik sumber primer seperti arsip maupun sumber-sumber sekunder berupa literatur dalam bentuk buku, jurnal, dan disertasi. Hasil dari penelitian ini adalah munculnya dampak dari peran Teresa Magbanua setelah Revolusi Filipina berlangsung dan adanya praktik baik yang dapat dipelajari dari peran Teresa Magbanua dalam revolusi.

Page 1 of 2 | Total Record : 20