cover
Contact Name
Ahmad Shafwan S. Pulungan
Contact Email
pulungan.shafwan@gmail.com
Phone
+6281370329288
Journal Mail Official
biosains@unimed.ac.id
Editorial Address
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate, Sumatera Utara
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences)
ISSN : 24431230     EISSN : 24606804     DOI : https://doi.org/10.24114/jbio.v6i1
Jurnal Biosains (JBIO) features works of exceptional significance, originality, and relevance in all areas of biological science, from molecules to ecosystems, (ie genetic, microbiology, ecology, biosystematic, biostatistic) including works at the interface of other disciplines, such as chemistry, medicine,physic and mathematics. We also welcome data-driven meta-research articles that evaluate and aim to improve the standards of research in the life sciences and beyond. Our audience is the international scientific community as well as educators, policy makers, patient advocacy groups, and interested members of the public around the world.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains" : 8 Documents clear
ANTIBACTERIAL ACTIVITIES OF RUKAM LEAVES (Flacourtia rukam Zoll. & Moritzi) AGAINST Staphylococcus aureus AND Escherichia coli Henri Henri; Rahmad Lingga
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i3.21595

Abstract

Traditional herbal medicines are now attracted significant attention used as the basis for modern medicines, including the plant of rukam (Flacourtia rukam) from the Flacourtiaceae family which is known by the public as medicine. This research aimed to explore the potential antibacterial activity for the plant of rukam (F.rukam) against bacterial Staphylococcus aureus and Escherichia coli. This research method was to first test the secondary metabolite content of F. rukam by using four solvents. The antibacterial activity extract from leaves of F. rukam was examined against S. aureus and E. coli. The antibacterial activity was assessed in the concentration include 20%, 40%, 60%, 80%, and 100% by disc diffusion method. Phytochemical test results such as phenolics, flavonoids, saponins, steroids, and alkaloids are secondary metabolites of the F. rukam plant. The highest zone of inhibition is at a concentration of 60% using methanol solvent, which is an average of 8.95 ± 1.84 in S. aures isolates, while the E. coli bacterial isolates have an average of 9.03 ± 0.95 . This result was different from using ethanol solvent where the highest inhibition zone was at a concentration of 20%, respectively 7.73 ± 2.79 in S. aureus isolates and 6.61 ± 2.18 in E. coli bacteria isolates. Antibacterial efficacy shown by this plant F. rukam provides a scientific basis and thus validates traditional use.
KEANEKARAGAMAN ANGGREK TERSTRIAL DI SEPANJANG JALUR PENDAKIAN KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SIBUATAN KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA Wina Dyah Puspitasari; Sri Wahyuni Siregar; Yusran Efendi; Hary Prakasa; Lazuardi Lazuardi
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i3.23804

Abstract

Gunung Sibuatan adalah gunung yang paling tinggi di Sumatera Utara yang dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata para pendaki. Banyaknya pendakian yang dilakukan ke Gunung sibuatan membuat keberadaan hutan terancam. Salah satunya adalah keberadaan anggrek terestrial yang tumbuh di jalur pendakian sehingga sangat perlu dilakukan pendataan. Penelitian ini  bertujuan untuk mengetahuai keanekargaman anggrek terestrial di kawasan hutan lindung gunung Sibuatan. Metode penelitian ini adalah eksplorasi, waktu penelitian dilakukan pada Juli-Agustus 2020. Penelitian dilakukan di Kawasan Hutan Lindung Gunung Sibuatan Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara sesuai habitat anggrek terestrial. Berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan terdapat 12 jenis anggrek terestrial. Adapun jenis anggrek terestrial yang ditemukan di Kawasan Hutan Lindung Gunung Sibuatan Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara adalah Anoectochilus longicalcaratus, Gastrodia siamensis, Calanthe chrysoglossoides, Erythrodes blumei, Cymbidium hartinahianum, Platanthera angustata, Dendrochilum lepidum, Eria crassipes, Coelogyne longifolia, Eria sp., Trichotosia ferox dan  Cymbidium lancifolium.  
PENGARUH EKSTRAK ETANOL Plectranthus amboinicus Lour Spreng TERHADAP BERAT BADAN DAN BERAT RELATIF ORGAN TIKUS YANG DINDUKSI KANKER KULIT DENGAN DMBA Melva Silitonga; Erlintan Sinaga; Pasar Maulim Silitonga
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i3.23288

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun Plectranthus amboinicus terhadap  berat dan berat relatif organ dan berat badan tikus yang diinduksi kanker kulit dengan DMBA. Digunakan 24 ekor tikus dan dibagi menjadi empat kelompok yaitu K-, K+, T1 dan T2. K- yaitu kelompok kontrol diberi CMC 0.5%. K+  diberi DMBA 175 µg, T1 dan T2 diberi DMBA 175 µg dan EEP sebanyak 250 dan 500 mg/kg berat badan. Induksi DMBA diterapkan secara topical dibagian sisi posterior punggung dengan luas 3×3cm. DMBA dilarutkan dalam 0.1 ml aceton dioleskan. seminggu dua kali selama delapan minggu. Pada minggu ke sembilan, diberikan EEP setiap hari selama empat minggu pada kelompok T1 dan T2. Selama penelitian semua tikus diberi pakan dan minum secara ad libitum. Pada minggu ke 13 tikus dibunuh lalu dibedah untuk memperoleh organ ginjal, paru, hati dan limpa. Data yang diperoleh dianalisis dengan Anova. Hasil penelitian menunjukkan induksi kanker kulit dengan DMBA meningkatkan berat jantung, paru dan ginjal. Pemberian EEP menurunkan berat organ tersebut  menjadi sama dengan kontrol. DMBA meningkatkan berat relatif organ jantung, ginjal, paru-paru dan hati. EEP menurunkan berat relatif organ.  Pemberian DMBA menurunkan berat  badan mingguan pada tikus perlakuak K+, T1 dan T2. Pemberian EEP meningkatkan berat badan tikus yang diinduksi kanker kulit dengan DMBA
TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI DESA TANAP KABUPATEN SANGGAU DAN PEMANFAATANNYA UNTUK PERAWATAN BAYI DAN PEREMPUAN PASCA PERSALINAN Yeni Mariani; Evy Wardenaar; Fathul Yusro
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i3.24876

Abstract

Tumbuhan obat memiliki beragam manfaat, satu diantaranya yaitu untuk perawatan bayi dan perempuan pasca persalinan. Tujuan penelitian yaitu menganalisis jenis-jenis tumbuhan obat yang ada di Desa Tanap dan pemanfaatannya oleh masyarakat untuk perawatan bayi dan perempuan pasca persalinan. Penelitian ini menggunakan metode survey berupa wawancara terhadap masyarakat dan hasil wawancara dibuktikan dengan identifikasi jenis tumbuhan dilapangan. Responden dipilih secara purposive dan dalam penelitian ini jumlah responden terpilih sebanyak 96 orang. Data hasil wawancara dianalisis berupa use value/UV, informant concensus factor/ICF dan fidelity level/FL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 32 jenis tumbuhan digunakan untuk perawatan bayi dan perempuan pasca persalinan. Tanaman dengan UV tertinggi antara lain sirih (1), kumis kucing (0,9) temulawak (0,75), cocor bebek (0,75), kembang sepatu (0,74), dan sahang (0,72). ICF tertinggi terdapat pada kategori menghentikan pendarahan (1), diikuti oleh kategori batuk pilek pada bayi, luka pusar pada bayi, melancarkan ASI dan mengobati keputihan dengan masing-masing nilai ICF 0,99. Tanaman dengan nilai FL tertinggi (100%) antara lain manjakani, asam gandis, dan perenggi (ibu pasca bersalin); perawas (tapal bayi), keminting (batuk pilek bayi), nangka (luka pusar bayi), cocor bebek, kumis kucing, kelapa, kelor, tekabu, meniran, dan kembang sepatu (demam pada bayi), mengkudu dan among-among (sakit perut dan kembung bayi), jantung pisang dan cangkok (melancarkan ASI), cina guri (melancarkan haid), sagu dan nanas (menunda kehamilan) dan simpur (menghentikan pendarahan).
ISOLATION AND CHARACTERISATION OF Pb RESISTANT BACTERIA FROM MARINE SEDIMENT AFFECTED BY INCONVENTIONAL TIN MINING AT SAMPUR BEACH, BANGKA TENGAH DISTRICT Ina Miranti; Rahmad Lingga; Verry Andre Fabiani
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i3.24600

Abstract

Offshore tin mining can causes heavy metal contamination, one of which is lead (Pb) metal. Lead pollution can causes environmental damage and  toxic  to living organisms. One of the methods to reduce lead pollution was by bioremediation techniques. Resistant bacteria were potential to be used as bioremediation agent. This research aimed to determine the lead level in Sampur coastal waters and to obtain bacteria that have resistance to lead (Pb). The research method was purposive sampling to take a sample of water and sediment. The AAS test results indicated that the Pb level in seawater is higher than sediment. A normal sea water pH can caused the Pb solubility in the water to be stable. The Pb level in seawater was passed the established quality standards, so that potentially cause toxicity for the aquatic biota. The highest Pb levels in sediment was found in vicinity of tin mining activities area. The isolation results showed that the number of bacteria ranged from 11,105 – 34,105 CFU/g. The higher Pb levels in sediment causing the number of bacteria will be lower. There were 7 isolates that resistant of Pb 100 ppm and constitute bacteria from the genus Alcaligens, Meniscus, Neisseria, Erythrobacter, and Alteromonas.
DETEKSI DAN PREVALENSI JENIS TELUR CACING FESES KUCING DI KOTA SURABAYA Hana Cipka Pramuda Wardhani; Indra Rahmawati; Marek Yohana Kurniabudhi
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i3.23777

Abstract

Salah satu pemicu infeksi parasit pada kucing adalah cara hidup dan sistem pemeliharaan yang kurang baik disamping faktor lain sebagai pendukung gangguan penyakit tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk Mengetahui jenis-jenis telur cacing apa saja yang terdapat pada feses kucing liar dan kucing peliharaan di kota Surabaya serta mengetahui tingkat kejadian infeksi cacing yang terdapat pada feses kucing liar dan kucing peliharaan di kota Surabaya. Jenis penelitian ini adalah observasional. Metode yang digunakan adalah pemeriksaan metode natif, pemeriksaan metode sedimentasi dan pemeriksaan metode apung. Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 100 sampel feses, dengan ditambahkan pencatatan Historytical data. Dari jumlah sampel tersebut angka kejadian positif tertinggi ditemukan pada kucing liar sebanyak 26 (52%) dan kucing peliharaan sebanyak 4 (8%). Data ini menunjukkan bahwa prevalensi cacing pada kucing liar masih cukup tinggi dibandingkan dengan kucing peliharaan di kota Surabaya. Jenis telur cacing yang paling banyak ditemukan pada kasus kucing positif pada kucing liar adalah Toxocara cati sebanyak 18 sampel (83,4%) dan Ancylostoma sp sebanyak 12 sampel (91,7%). Hasil total pemeriksaan 100 sampel feses kucing didapatkan sebanyak 30 (30%) sampel positif ditemukan adanya telur cacing, dan sebanyak 70 (70%) sampel negative. Sehingga prevalensi kejadian kasus infeksi cacing pada kucing di kota Surabaya sebanyak 30%.
SPECIES OF FLIES LARVAE IN MICE (Mus musculus L.) WITH DISLOCATION, POISONED, AND BEHEADED TREATMENT IN BEDOYO, PONJONG, GUNUNGKIDUL Ichsan Luqmana Indra Putra; Nuri Dwi Astuti
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i3.23942

Abstract

Flies are insects that are often used in the field of forensic entomology as an indicator for determining the length of time of death (Post Mortem Interval). This study aims to determine the types and abundance of flies that come to the carcass of mice (Mus musculus L.) in several outdoor treatments. The research was conducted in an open area of 21 x 24 m in Bedoyo Village, Ponjong District, Gunung Kidul. There were 3 treatment groups, namely neck dislocation, poisoning and decapitation. Neck dislocation was performed by pulling the neck of the mice to death. Poisoned by using a sonde filled with 1 mL of liquid mosquito repellent and put into the digestive system of the mice. Beheading was done by cutting the neck of the mice. Place each carcass 2.5 meters apart. The collection of fly larvae was carried out every 2 days for 8 days. The fly larvae obtained were then identified up to the species level morphologically. The data obtained will be analyzed by inferential descriptive analysis. There are 3 species found on the carcass, namely Chrysomya megacephala, Chrysomya rufifacies, and Sarcophaga haemorrhoidalis. The highest abundance waslarvae with S. haemorrhoidalis 139 tails and the lowest C. rufifacies with 14 tails. The conclusion of this study is that each treatment given will bring fly larvae with different species and abundances.
FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN PERONA PIPI (Blush on) DARI EKSTRAK ETANOL BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.)DALAM BENTUK CREAM Modesta Harmoni Tarigan; vivi Asfianti; Grace Anastasia Ginting
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i2.26604

Abstract

Bunga kecombrang terdapat senyawa yang berperan penting dalam memberikan warna yaitu antosianin. Senyawa ini termasuk dalam golongan flavonoid. Oleh karena itu, ekstrak etanol bunga kecombrang ini digunakan sebagai pewarna alami dalam sediaan perona pipi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pewarna alami dari ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.)pada sediaan kosmetik dan untuk mengetahui ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.) dapat digunakan sebagai pewarna alami pada formulasi sediaan perona pipi dalam bentuk cream. Metode Penelitian yang dilakukan secara eksperimental yang meliputi pembuatan ekstrak, formulasi sediaan menggunakan ekstrak bunga kecombrang dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10%. Pemeriksaan mutu fisik sediaan seperti uji organoleptis, uji homogenitas, uji stabilitas, uji daya lekat, uji oles, uji pH, uji iritasi, dan uji kesukaan terhadap sediaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji kesukaan sediaan yang paling disukai adalah pewarna dengan konsentrasi zat warna ekstrak bunga kecombrang dengan konsentrasi 7,5% dan 10%. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa zat warna ekstrak etanol bunga kecombrang dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi sediaan perona pipi. Semakin bertambah konsentrasi ekstrak bunga kecombrang yang digunakan dalam formula maka semakin bertambah pekat warna sediaan perona pipi yang dihasilkan. Perona pipi dengan konsentrasi 5% berwarna peach, perona pipi dengan konsentrasi 7,5% berwarna merah jambu, dan perona pipi dengan konsentrasi 10% berwarna merah jambu terang. 

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2021 2021


Filter By Issues
All Issue Vol. 11 No. 2 (2025): JURNAL BIOSAINS Vol. 11 No. 1 (2025): JURNAL BIOSAINS Vol. 10 No. 3 (2024): JBIO : JURNAL BIOSAINS (THE JOURNAL OF BIOSCIENCES) Vol. 10 No. 2 (2024): JBIO : JURNAL BIOSAINS (THE JOURNAL OF BIOSCIENCES) Vol 10, No 2 (2024): JBIO : JURNAL BIOSAINS (THE JOURNAL OF BIOSCIENCES) Vol 10, No 1 (2024): JBIO : JURNAL BIOSAINS (THE JOURNAL OF BIOSCIENCES) Vol. 10 No. 1 (2024): JBIO : JURNAL BIOSAINS (THE JOURNAL OF BIOSCIENCES) Vol. 9 No. 3 (2023): JBIO : Jurnal Biosains (The Journal of Biosciences) Vol 9, No 3 (2023): JBIO : Jurnal Biosains (The Journal of Biosciences) Vol 9, No 2 (2023): JBIO : Jurnal Biosains (The Journal of Biosciences) Vol 9, No 1 (2023): JBIO : Jurnal Biosains (The Journal of Biosciences) Vol 8, No 3 (2022): JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 8, No 2 (2022): JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 8, No 1 (2022): JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 3 (2021): Jurnal Biosains Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Biosains Vol 6, No 3 (2020): Jurnal Biosains Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Biosains Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Biosains Vol 5, No 3 (2019): Jurnal Biosains Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Biosains Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Biosains Vol 4, No 3 (2018): Jurnal Biosains Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Biosains Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Biosains Vol 3, No 3 (2017): Jurnal Biosains Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Biosains Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Biosains Vol 2, No 3 (2016): Jurnal Biosains Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Biosains Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Biosains Vol 1, No 3 (2015): Jurnal Biosains Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Biosains Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Biosains Vol 1, No 2 (2013): Bio Hasil Review Fauziyah Harahap More Issue