Claim Missing Document
Check
Articles

KEMAMPUAN IMMUNOGLOBULIN Y (IGY) KUNING TELUR AYAM YANG TELAH MEMPEROLEH SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN MENCEGAH KELAINAN YANG DIAKIBATKAN OLEH TOKSIN TETANUS Silitonga, Pasar Maulim; Silitonga, Melva
JURNAL PENELITIAN SAINTIKA VOL 15, NO 2 (2014): JURNAL PENELITIAN SAINTIKA
Publisher : JURNAL PENELITIAN SAINTIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menemukan metode meningkatkan produksi IgY kuning telur dengan cara suplementasi piridoksin,secara khusus untuk menguji kemampuan IgY antitetanus dalam kuning telur ayam yang telah memperoleh suplementasi piridoksin dalam mencegah kelainan yang diakibatkan oleh toksin tetanus. Produksi IgY spesifik anti tetanus dilakukan pada ayam petelur dengan memberikan suplementasi piridoksin dosis 3 mg/kg. Pada uji kemanjuran IgY, digunakan 12 ekor tikus putih dewasa umur 2-3 bulan berat badan 140-200 gram. Penelitian dirancang dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan setiap perlakuan diberi tiga ulangan. Tikus dibagi menjadi empat kelompok yaitu K1,K2, K3 dan K4 dan ditempatkan dalam kandang, selama percobaan semua tikus putih diberi ransum berupa pelet standar sebanyak 6 gram/ ekor/hari, air minum diberikan secara ad libitum. Tikus putih diberi kuning telur ayam yang telah memperoleh suplementasi piridoksin per oral sebanyak 1 mL/ekor/hari untuk K1,K2, K3 berturut-turut selama dua, empat dan enam hari, kenudian disuntik dengan toksin tetanus 0,2 IU/0,5mL/ekor. Kelompok K4 (kontrol) tidak diberi kuning telur tetapi disuntik dengan toksin tetanus 0,2 IU/mL/ekor. Peubah yang diamati adalah gejala klinis khas tetanus yang muncul dan gangguan terhadap metabolisme protein yang diukur dari kadar hemoglobin darah, kadar albumin dan globulin serum tikus putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi piridoksin pada ayam petelur dapat diaplikasikan sebagai suatu metode praktis,murah dan efektip untuk meningkatkan produksi IgY spesifik dalam kuning telur ayam. IgY antitetanus yang terkandung dalam kuning telur ayam yang diproduksi dengan suplementasi piridoksin, cukup efektif mencegah kelainan yang diakibatkan oleh toksin tetanus dan mampu mempertahankan kadar hemoglobin darah dan globulin serum sebagaimana pada kondisi normal. Pemberian kuning telur produk ayam yang telah memperoleh suplementasi piridoksin pada tikus putih selama 2 ; 4 ; dan 6 hari memberikan rataan kadar hemoglobin darah berturut-turut sebesar 12,20 ± 0, 316 ; 13,30 ± 0,255 dan 13,96 ± 0,122 g/dL dan rataan kadar globulin serum berturut-turut 3,31 ± 0,0933 ; 4,06 ± 0,7286 ; 4,01 ± 0,6018 g/dL. Tikus putih yang tidak diberi kuning telur ayam memberikan rataan kadar hemoglobin sebesar 9,56 ± 0,404 g/dL dan kadar globulin serum sebesar 6,11 ± 0,2052 g/dL.
KEMANJURAN IMMUNOGLOBULIN Y (IGY) KUNING TELUR AYAM YANG TELAH MEMPEROLEH SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN MENCEGAH KELAINAN OLEH TOKSIN TETANUS Melva Silitonga, Pasar Maulim Silitonga,
SEMIRATA 2015 Prosiding Bidang Kimia
Publisher : SEMIRATA 2015

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.213 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk menguji kemanjuran IgY kuning telur ayam yang telah memperoleh suplementasi piridoksin dalam mencegah kelainan yang diakibatkan oleh toksin tetanus.  Produksi IgY spesifik anti tetanus dilakukan pada ayam petelur dengan memberi suplementasi piridoksin dosis 3 mg/kg. Untuk uji kemanjuran IgY digunakan 12 ekor tikus putih dewasa yang dibagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari tiga ekor setiap kelompok. Kelompok K1, K2, dan K3 diberi kuning telur per oral sebanyak 1 mL/ekor/hari selama dua hari (K1), empat hari (K2) dan enam hari (K3).  Kelompok K4 merupakan kelompok kontrol yang  tidak diberi kuning telur. Setelah perlakuan kuning telur selesai, semua tikus putih disuntik dengan toksin tetanus 0,2 IU/0,5mL/ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IgY antitetanus yang terkandung dalam kuning telur ayam yang telah memperoleh suplementasi piridoksin, cukup efektif mempertahankan kadar hemoglobin darah dan globulin serum sebagaimana pada kondisi normal. Pemberian kuning telur produk ayam yang telah memperoleh suplementasi piridoksin pada tikus putih selama 2 ; 4 ; dan 6 hari memberikan rataan kadar hemoglobin darah berturut-turut sebesar 12,20 ± 0, 316  ; 13,30 ± 0,255 dan 13,96 ± 0,122 g/dL dan rataan kadar globulin serum berturut-turut 3,31 ± 0,0933 ; 4,06 ± 0,7286 ; 4,01 ± 0,6018 g/dL. Tikus putih yang tidak diberi kuning telur ayam memberikan rataan kadar hemoglobin sebesar 9,56 ± 0,404 g/dL dan kadar globulin serum sebesar 6,11 ± 0,2052 g/dL.   Kata Kunci : Piridoksin, IgY, Immunoglobulin
KAJIAN AKTIFITAS IMMUNOMODULATOR EKSTRAK DAUN BANGUN BANGUN (Coleus amboinicus L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergivus L.) Silitonga, Melva; Silitonga, Pasar Maulim
JURNAL PENELITIAN SAINTIKA Vol 14, No 2 (2013): SEPTEMBER 2013
Publisher : JURNAL PENELITIAN SAINTIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana keterlibatan ekstrak air daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) dalam menstimulir tubuh untuk meningkatkan imunitas terhadap antigen spesifik. Penelitian ini mengkaji tentang jumlah total leukosit IgG dan gambaran Histologi limpa. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dosis ekstrak air daun bangunbangun ( EADB) terdiri dari 3 taraf yaitu 0.0, 19.0, dan 31,5 gr /kg BB. Digunakan dua puluh empat ekor tikus putih (Rattus norvegicus) umur 2,5 - 3 bulan dengan berat badan rata-rata 140-200 gram. Kelompok A sebagai plasebo diberi aquadest 19,0 g/Kg BB per oral tiap hari. Kelompok B dan C diberi ekstrak air daun bangun-bangun 15% dengan dosis 19,0 dan 31,5g/kg BB , kelompok D dan E diberi ekstrak air daun bangun-bangun 15% dengan dosis 19,0 dan 31,5g/kg BB ditambah DPT, sedang kelompok F diberi aquadest 19,0 g/Kg BB tiap hari dan DPT. Masa pemberian perlakuan adalah 30 hari. Selama pemeliharaan dan perlakuan diberi makan dan minum ad libitum. Pada hari ke 31, dilakukan dekapitasi leher untuk mengambil darah bagi analisis TLC, IgG, dan histopatologi limfa. Analisis TLC, dilakukan dengan menggunakan alat ABX 70, uji spesifitas IgG secara kuantitatif dengan metode enzym liked immunosorbent assay ( ELISA) menggunakan IgG Kit ( Sigma), sedang preparat histologi dilakukan dengan pewarnaan hematoksilin-eosin. Antigen yang diberikan adalah vaksin DPT. Suntikan DPT ini dilakukan satu dan dua minggu sebelum pengambilan darah. Hasil penelitian menunjukkan Ekstrak air daun bangunbangun meningkatkan jumlah total leukosit pada tikus secara sangat signifikan (α < 0.01). Kadar IgG pada tikus yang diberi Ekstrak air daun bangunbangun lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (α < 0.05). Gambaran histologi organ limfa pada tikus yang diberi ekstrak daun bangunbangun semuanya dalam keadaan normal, akan tetapi limpa tikus yang diberi DPT tanpa ekstrak mengalami pelebaran dalam ukuran follikel.
KEMAMPUAN IMMUNOGLOBULIN Y (IGY) KUNING TELUR AYAM YANG TELAH MEMPEROLEH SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN MENCEGAH KELAINAN YANG DIAKIBATKAN OLEH TOKSIN TETANUS Silitonga, Pasar Maulim; Silitonga, Melva
JURNAL PENELITIAN SAINTIKA Vol 14, No 2 (2014): SEPTEMBER 2014
Publisher : JURNAL PENELITIAN SAINTIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan umum penelitian ini adalah untukmenemukan metode meningkatkan produksi IgY kuningtelur dengan cara suplementasi piridoksin,secara khususuntuk menguji kemampuan IgY antitetanus dalam kuningtelur ayam yang telah memperoleh suplementasi piridoksindalam mencegah kelainan yang diakibatkan oleh toksintetanus. Produksi IgY spesifik anti tetanus dilakukan padaayam petelur dengan memberikan suplementasi piridoksindosis 3 mg/kg. Pada uji kemanjuran IgY, digunakan 12 ekortikus putih dewasa umur 2-3 bulan berat badan 140-200gram. Penelitian dirancang dengan rancangan acak lengkap(RAL) dengan empat perlakuan dan setiap perlakuan diberitiga ulangan. Tikus dibagi menjadi empat kelompok yaituK1,K2, K3 dan K4 dan ditempatkan dalam kandang, selamapercobaan semua tikus putih diberi ransum berupa peletstandar sebanyak 6 gram/ ekor/hari, air minum diberikansecara ad libitum. Tikus putih diberi kuning telur ayam yangtelah memperoleh suplementasi piridoksin per oralsebanyak 1 mL/ekor/hari untuk K1,K2, K3 berturut-turutselama dua, empat dan enam hari, kenudian disuntikdengan toksin tetanus 0,2 IU/0,5mL/ekor. Kelompok K4(kontrol) tidak diberi kuning telur tetapi disuntik dengantoksin tetanus 0,2 IU/mL/ekor. Peubah yang diamati adalahgejala klinis khas tetanus yang muncul dan gangguanterhadap metabolisme protein yang diukur dari kadarhemoglobin darah, kadar albumin dan globulin serum tikusputih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasipiridoksin pada ayam petelur dapat diaplikasikan sebagaisuatu metode praktis,murah dan efektip untukmeningkatkan produksi IgY spesifik dalam kuning telur ayam. IgY antitetanus yang terkandung dalam kuning telurayam yang diproduksi dengan suplementasi piridoksin,cukup efektif mencegah kelainan yang diakibatkan olehtoksin tetanus dan mampu mempertahankan kadarhemoglobin darah dan globulin serum sebagaimana padakondisi normal. Pemberian kuning telur produk ayam yangtelah memperoleh suplementasi piridoksin pada tikus putihselama 2 ; 4 ; dan 6 hari memberikan rataan kadarhemoglobin darah berturut-turut sebesar 12,20 ± 0, 316 ;13,30 ± 0,255 dan 13,96 ± 0,122 g/dL dan rataan kadarglobulin serum berturut-turut 3,31 ± 0,0933 ; 4,06 ± 0,7286 ;4,01 ± 0,6018 g/dL. Tikus putih yang tidak diberi kuningtelur ayam memberikan rataan kadar hemoglobin sebesar9,56 ± 0,404 g/dL dan kadar globulin serum sebesar 6,11 ±0,2052 g/dL.
KAJIAN AKTIFITAS IMMUNOMODULATOR EKSTRAK DAUN BANGUN BANGUN (Coleus amboinicus L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergivus L.) Silitonga, Melva; Silitonga, Pasar Maulim
JURNAL PENELITIAN SAINTIKA Vol 13, No 1 (2013): MARET 2013
Publisher : JURNAL PENELITIAN SAINTIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana keterlibatanelestrak air daun bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) dalammenstimulir tubuh untuk meningkatkan imunitas terhadap antigen spesifik.Penelitian ini mengkaji tentang jumlah total leukosit IgG dan gambaranHistologi limpa. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakanRancangan Acak Lengkap (RAL). Dosis ekstrak air daun bangunbangun (EADB) terdiri dari 3 taraf yaitu 0.0, 19.0, dan 31,5 gr /kg BB. Digunakan duapuluh empat ekor tikus putih (Rattus norvegicus) umur 2,5 - 3 bulan denganberat badan rata-rata 140-200 gram. Kelompok A sebagai plasebo diberiaquadest 19,0 g/Kg BB per oral tiap hari. Kelompok B dan C diberi ekstrak air daun bangun-bangun 15% dengan dosis 19,0 dan 31,5g/kg BB, kelornpokD dan E diberi ekstrak air daun bangun-bangun 15% dengan dosis 19,0 dan 31,5g/kg BB ditambah DPT, sedang kelompok F diberi aquadest 19,0 g/KgBB tiap hari dan DPT. Masa pemberian perlakuan adalah 30 hari. Selama pemeliharaan dan perlakuan diberi makan dan minum ad libitum. Pada harike 31, dilakukan dekapitasi leher untuk mengambil darah bagi analisis TLC,IgG, dan histopatologi limfa. Analisis TLC, dilakukan dengan menggunakanalat ABX 70, uji spesifitas IgG secara kuantitatif dengan metode enzym liked immunosorbent assay ( ELISA) menggunakan IgG Kit ( Sigma), sedangpreparat histologi dilakukan dengan pewarnaan hematoksilin-eosin.Antigen yang diberikan adalah vaksin DPT. Suntikan DPT ini dilakukansatu dan dua minggu sebelum pengambilan darah. Hasil penelitianmenunjukkan Ekstrak air daun bangunbangun meningkatkan jumlah totalleukosit pada tikus secara sangat signifikan (a< 0.01). Kadar IgG pada tikusyang diberi Ekstrak air daun bangunbangun lebih tinggi dibandingkandengan kontrol (a < 0.05). Gambaran histologi organ limfa pada tikus yang diberi ekstrak daun bangunbangun semuanya dalam keadaan normal, akantetapi limpa tikus yang diberi DPT tanpa ekstrak mengalami pelebarandalam ukuran follikel.
Extraction And Phytochemical Screening of Ethanol Extract And Simplicia of Moringa Leaf (Moringa Oleifera Lam.) From Sidikalang, North Sumatera Ricky Andi Syahputra; Ani Sutiani; Pasar Maulim Silitonga; Zulmai Rani; Amelia Kudadiri
International Journal of Science, Technology & Management Vol. 2 No. 6 (2021): November 2021
Publisher : Publisher Cv. Inara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46729/ijstm.v2i6.381

Abstract

Moringa leaf is a plant that has many uses that comes from the family Moringaceae and it is a tropical plant that is familiar to Indonesian people. Pharmacologically, this plant extract is reported to have antimicrobial and fungicide and it is rich in antioxidants. This metabolite compound contained in Moringa leaves has the potential as an antioxidant, antibacterial, functional and others. This study aims to determine the simplicia characterization of Moringa leaves and to determine the secondary metabolites contained in Moringa leaves, both Moringa leaf powder and Moringa leaf extract. The method of this research is experimental including the simplicia making and ethanol extract of Moringa leaves by maceration method, simplicia characterization and phytochemical screening. The results of the simplicia characterization of Moringa leaves for ethanol soluble extract content was 10,9% and water-soluble extract content was 15,8%, ash content was 9,6% and acid insoluble ash content was 0,6% and water content was 8%. The results of this study also showed that the simplicia powder and ethanol extract of Moringa leaves contained flavonoid, tannin, alkaloid, steroid and saponin.
KEMANJURAN IgY KUNING TELUR AYAM YANG TELAH MEMPEROLEH SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN MENCEGAH KELAINAN OLEH Salmonella enteritidis Pasar Maulim Silitonga; Melva Silitonga; Meida Nugrahalia
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 5, No 3 (2019): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v5i3.14563

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk menguji kemanjuran IgY kuning telur ayam yang telah memperoleh suplementasi piridoksin dalam mencegah kelainan yang diakibatkan oleh infeksi bakteri S.Enteritidis. Telur dikoleksi dari ayam petelur yang telah diberi suplementasi piridoksin dosis 3 mg/kg dan diinjeksi dengan S. Enteritidis sebanyak 1,0 ml  (109sel/ml).  Pada uji kemanjuran IgY digunakan 10 ekor tikus putih dewasa yang dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari lima ekor setiap kelompok. Kelompok P diberi kuning telur selama 31 hari , kelompok K  (control)  tidak diberi kuning telur. Setelah perlakuan kuning telur selesai, semua tikus putih disuntik dengan S.Enteritidis 1,0 ml  (109sel/ml). Hasil penelitian menunjukkan bahwa IgY antidiare yang terkandung dalam kuning telur ayam yang telah memperoleh suplementasi piridoksin, cukup efektif mempertahankan kadar kalium dan albumin serum sebagaimana pada kondisi normal. 
EFEKTIFITAS BERBAGAI METODE SUPLEMENTASI PIRIDOKSIN MENGOPTIMALISASI PRODUKSI IMMUNOGLOBULIN Y (IgY) KUNING TELUR AYAM Pasar Maulim Silitonga; Melva Silitonga; Meida Nugrahalia
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v4i2.10417

Abstract

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengoptimalkan produksi immunoglobulin Y (IgY) kuning telur dengan metode suplementasi piridoksin.  Digunakan 12 ekor ayam betina dewasa (jenis Isa brown) siap bertelur, antigen yang digunakan toksoid tetanus.  Pemeliharaan dilakukan dalam kandang baterai selama 10 minggu. Selama percobaan, semua ayam diberi air minum secara ad libitum dan ransum komersil standar. Setelah 12 hari masa adaptasi, ayam diberi perlakuan suplementasi piridoksin dosis 3 mg/kg ransum dengan metode yang bervariasi yaitu via air minum (S1), mencampurkannya dalam ransum (S2) dan melalui suntikan intramuscular (S3). Semua ayam disuntik dengan antigen toksoid tetanus dosis 100 Lf yang diemulsikan dalam Freund’s adjuvant complete  yang diberikan secara intramuscular. Immunisasi ulang dilakukan dengan menggunakan freund’s adjuvant incomplete setelah dua, tiga dan empat minggu pemberian perlakuan suplementasi piridoksin.  Sampel telur diambil setelah 2 minggu injeksi antigen toksoid terakhir. Ekstraksi IgY kuning telur dilakukan dengan Metode PEG–Khloroform, Uji spesifitas IgY dengan uji AGP, Purifikasi IgY dengan FPLC, kadar IgY kuning telur ditentukan dengan metode Bradford. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kadar IgY kuning telur ayam yang diberi suplementasi piridoksin via air minum, dicampur dalam ransum maupun via suntikan intravena. Suplementasi piridoksin pada ayam petelur memberikan rataan kadar antibodi / immunoglobulin yolk (IgY) kuning telur untuk ketiga jenis metode yang diaplikasikan sebesar 106,6 - 109,0 mg/ butir telur.
PENGARUH EKSTRAK ETANOL Plectranthus amboinicus Lour Spreng TERHADAP BERAT BADAN DAN BERAT RELATIF ORGAN TIKUS YANG DINDUKSI KANKER KULIT DENGAN DMBA Melva Silitonga; Erlintan Sinaga; Pasar Maulim Silitonga
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i3.23288

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun Plectranthus amboinicus terhadap  berat dan berat relatif organ dan berat badan tikus yang diinduksi kanker kulit dengan DMBA. Digunakan 24 ekor tikus dan dibagi menjadi empat kelompok yaitu K-, K+, T1 dan T2. K- yaitu kelompok kontrol diberi CMC 0.5%. K+  diberi DMBA 175 µg, T1 dan T2 diberi DMBA 175 µg dan EEP sebanyak 250 dan 500 mg/kg berat badan. Induksi DMBA diterapkan secara topical dibagian sisi posterior punggung dengan luas 3×3cm. DMBA dilarutkan dalam 0.1 ml aceton dioleskan. seminggu dua kali selama delapan minggu. Pada minggu ke sembilan, diberikan EEP setiap hari selama empat minggu pada kelompok T1 dan T2. Selama penelitian semua tikus diberi pakan dan minum secara ad libitum. Pada minggu ke 13 tikus dibunuh lalu dibedah untuk memperoleh organ ginjal, paru, hati dan limpa. Data yang diperoleh dianalisis dengan Anova. Hasil penelitian menunjukkan induksi kanker kulit dengan DMBA meningkatkan berat jantung, paru dan ginjal. Pemberian EEP menurunkan berat organ tersebut  menjadi sama dengan kontrol. DMBA meningkatkan berat relatif organ jantung, ginjal, paru-paru dan hati. EEP menurunkan berat relatif organ.  Pemberian DMBA menurunkan berat  badan mingguan pada tikus perlakuak K+, T1 dan T2. Pemberian EEP meningkatkan berat badan tikus yang diinduksi kanker kulit dengan DMBA
Hubungan Kemampuan Matematika dan Kemampuan Fisika Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Termokimia Pasar Maulim Silitonga; Rudnia Yanita Sitepu
Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education) Vol 4, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.998 KB) | DOI: 10.24114/jipk.v4i1.32620

Abstract

This research was conducted to determine whether there is a significant relationship between mathematical skills, physics skills on students' chemistry learning outcomes, as well as the relationship between mathematical skills and physics skills on chemistry learning outcomes. The sample in this study consisted of one class which was taken using a random sampling technique (lottery). The instrument used was a test instrument which consisted of 3 types, namely a math skills test, a physics skills test and a chemistry learning outcome test. Data analysis was performed using simple regression and multiple regression, as well as the correlation test and the coefficient of determination at the significant level α = 0.05. The results showed that there was a significant relationship between mathematical skills and students' chemistry learning outcomes, there was a significant relationship between physics skills and students' chemistry learning outcomes, then it was examined that there was a significant relationship between mathematical skills  and physics skills on students' chemistry learning outcomes. The contribution of mathematical skills and physics skills to student learning outcomes was 74.30%, meaning that 25.70% was the contribution of other factors.