cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Solah
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Arjuna Subject : -
Articles 234 Documents
VISUALISASI ADAT PENERIMAAN TAMU DI DESA ARGOSARI MELALUI KARYA TARI “GEGENI” DALAM BENTUK DRAMATIK YULIAN BASKORO, PRAMEISWARA
Solah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Suku Tengger merupakan salah satu suku yang mendiami lereng gunung Bromo-Semeru. Suku Tengger memiliki sebuah kebiasaan yang menjadi sebuah adat diwilayah mereka. Adat tersebut adalah tata cara penerimaantamu yang disebut dengan Gegeni, Adat Gegeni adalah sebuah kebiasan masyarakat suku Tengger dalam menyambut tamu di rumahnya. Masyarakat Suku Tengger dalam melakukan penyambutan tamu di dapur (pawon) dengan menyalakan perapian, biasanya disajikan beberapa makanan khas mereka seperti hasil bumi seperti singkong, kentang dan lain-lain. Berdasarkan fenomena tersebut penulis mencoba untuk mengangkatnya dalam sebuah karya tari yang berisi tentang sebuah rasa saling menghagai sesame dan merupakan upaya menghangatkan diri dari hawa dingin bumi Tengger melalui karya tari tipe dramatic yang telah dikembangkan dengan tenik gerak tradisional. Kajian teori koreografi dari berbagai ahli dijadikan pijakan penulis dalam menciptakan karyanya, meliputi metode konstruksi I oleh Jacqueline Smith, koreografi kelompok oleh Sumandiyo Hadi dan teori ungkapan. Hasil karya tari yang relevan juga turut menjadi sumber atau refrensi mengenai konsep, teknik, dan gaya untuk memperlihatkan perbedaan orisinalitas masing-masing karya tari. Karya tari yang memberikan kontribusi diantaranya Karya Dramatari Kidung Tengger tahun 2017 oleh Herry Lentho. Pendekatan penciptaan pada proses karya ini meliputi metode konstruksi I, sebagai petunjuk penyusunan berbagai elemen untuk keberhasilan sehinggga koreografer menggunakan teori kostruuks 1 oleh Jacqueline Smith. Konsep dalam karya tari ini terdiri dari tema yaitu kehangatan dengan judul Gegeni. Penata tari menggunakan tipe dramatic dengan mode penyajian representative dan simbolis, dalam penerapannya koreografer memunculkan penguatan suasana yang dapat mendukung karya tari Gegeni. Karya tari ini memilki elemen utama yaitu gerak, menggunaka pengembangan gerak jawatimuran pandhalungan dan rasa religious hindu tengger. Elemen pendukung meliputi iringan, tata cahaya, tata rias dan busana, tata pentas. Proses penciptaan karya tari ini dimulai dari rangsang, kerja studio, improvisasi,evaluasi, seleksi dan penghalusan dengan teknik penyampaian karya demostrasi,drill dan evaluasi sehingga terbentuk karya tari dengan judul Gegeni. Karya tari Gegeni berdasarkan tema yang diambil yaitu kehangatan yang menggambarkan kebersamaan dalam menerima tamu di desa Argosari yang disajikan dalam koreografi kelompok empat penari putri dan dua penari putra. Karya tari ini terdiri bdari liam bagian, introduksi, adegan pertama penggambaran masyarakat suku Tengger, adegan pertama siklus kehidupan,adegan kedua tamu berkunjung, adegan ketiga konflik, adegan keempat berbahagia. Simpulan yang didapat dari deskripsi dan hasil pembahasan fokus isi dan bentuk pada karya tari ini yaitu dengan durasi sajian 13 menit, koreografer membuat sebuah komposisi ungkapan kehangatan dalam menerima tamu masyarkat suku tengger di desa Argosari. Koreografer menemukan gaya yaitu gerak jawatimuran pandhalungan dengan religious tengger, menggunakan enam penari diharapkan mampu menyampaikan isi dari tema yang digunakan dengan harapan dapat menjadi karya yang inspiratif, menjadi infomasi kebudayaan dan kearifalan lokal kabupaten Lumajang. Kata kunci: Visualisasi, PenerimaanTamu, Gegeni, Dramatik
GANDRUNG JAJANG SEBUAH KONSTRUKSI RITUAL MERAS GANDRUNG MELALUI KOREOGRAFI LINGKUNGAN WIDYANA KARTIKA, RIZKA
Solah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Gandrung Profesional menjalani proses nyantrik sebagai bekal ilmu pengetahuan dan nilai peradaban untuk kemudian menjalani ritual meras, selametan, dan pentas Gandrung yang digelar semalam suntuk. Secara filosofis, proses kehidupan Gandrung diilhami dari ilmu bambu, fondasi akar yang kuat sangat diperlukan untuk menjadi Gandrung Profesional melalui cara ritual. Gandrung, dulunya berkaitan erat dengan kepercayaan dan ritual yang sakral. Kini mulai menjadi suatu arena kontestasi berbagai kepentingan yang terus mengalami perubahan. Fenomena tersebut menjadi rangsang awal koreografer mengkonstruksikan ritual meras Gandrung dalam bentuk koreografi lingkungan melalui karya tari Gandrung Jajang. Koreografi lingkungan merupakan revitalisasi metode penciptaan tari tradisional yang diperbarui dengan pemikiran berdasarkan kehidupan kekinian. Mode penyajian yang digunakan adalah simbolis representatif, karya ini menggunakan gerak Gandrung klasik dan gerak murni yang distilisasi dengan memvisualkan makna filosofis bambu yang terlukis pada gerak penari. Metode penyampaian materi berbeda dengan karya koreografi panggung pada umumnya, dalam karya ini koreografer banyak menemukan materi gerak melalui eksplorasi langsung bersama penari di lokasi jajangan, menghasilkan bentuk-bentuk lebih dekat dan sesuai dengan tubuh penari. Gandrung Jajang merupakan karya tari yang mengkonstruksikan ritual meras Gandrung menggunakan koreografi lingkungan. Lingkungan jajangan semakin estetis dengan dibangun pondok dan setting tempat pertunjukan berbahan bambu sebagai penguat konsep pertunjukan. Alat musik gamelan Gandrung modifikasi berbahan bambu menjadi bahan eksplorasi dan improvisasi menarik untuk disajikan. Ide ini digagas oleh koreografer sebagai gubahan bentuk pertunjukan ritual meras Gandrung yang baru. Melihat potensi budaya masyarakat Banyuwangi yang kaya akan berbagai prosesi, sehingga berbekal observasi pada narasumber koreografer mendalami tatanan proses ritual untuk kepentingan research tentang keadaan faktual di lapangan. Karya ini diharapkan dapat dijadikan studi pendidikan karakter pemuda tentang proses kreatif mulai dari gagasan idesional, proses, hingga management pertunjukan. Proses penciptaan karya ini juga akan melatih multi kecerdasan seniman atau koreografer muda dalam segi kecerdasan spiritual, kinestetik, emosional, dan idesional, sehingga seniman Banyuwangi tergerak untuk membuat karya yang dekat dengan lingkungan. Kata Kunci: Gandrung Jajang, Ritual Meras Gandrung, Koreografi Lingkungan
KARYA TARI KOREOGRAFI PENDIDIKAN KEBO CEMENG DENGAN JENIS GARAP DOLANAN ANAK ANISSA, PUTRI
Solah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebudayaan merupakan cerminan perubahan sosial pada masyarakatnya. Seni sebagai cabang kebudayaan merupakan ekspresi estetika yang disampaikan melalui gerak. Pengembangan kreativitas dapat dikembangkan dan dilakukan pada anak usia dini untuk perkembangan kecerdasan anak usia dini. Kosentrasi ini dapat melalui aktivitas dan kemampuan menyampaikan aktualisasi diri. Didalam pembelajaran tari terdapat unsur-unsur gerak, tenaga, ruang dan waktu. Dalam hal ini koreografer melakukan penciptaan karya tari ?Kebo Cemeng? dengan menggunakan metode rangsang awal, eksplorasi dan forming dalam penciptaanya. Gerak yang dihasilkan melalui gerak yang dihasilkan melalui eksplorasi dan konstruksi sehingga gerak yang dihasilkan merupakan distilasi dan imrpovisasi. Tari Kebo Cemeng merupakan gambaran pemahaman tradisional anak yang berisikan gambaran keceriaan gadis-gadis dan kebersamaan dalam bermain di sore hari. Bentuk karya tari berisi tarian atau anak yang disertai dialog dan menyanyi untuk memberikan gambaran plot dan cerita keceriaan seperti wajarnya dunia anak. Selain untuk memberikan konsep bermain dan belajar. Kata Kunci : Dolanan, Konstruksi
DAMPAK MUSIK DANGDUT DALAM PENYAJIAN SENI JARANANPUTRA TUNJUNG BIRU DI DESA MOJOARUM KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG MUSTIKANINGRUM, HAPSARI
Solah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh musik dangdut dalam penyajian seni Jaranan Putra Tunjung Biru di Desa Mojoarum Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung. Kesenian jaranan Putra Tunjung Biru ini termasuk salah satu jenis kesenian rakyat yaitu jaranan yang berada di Desa Mojoarum Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung, penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah seniman kesenian Jaranan Putra Tunjung Biru, dan tokoh masyarakat Mojoarum. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, pengamatan serta wawancara dan dokumentasi. Pembahasan yang telah dilakukan, maka penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut; 1) Kesenian jaranan Putra Tanjung Biru di desa Mojoarum merupakan salah satu kesenian rakyat yang berbentuk jaranan tetapi dikolaborasikan dengan musik dangdut. Bentuk penyajiannya menyerupai kesenian jaranan pada umumnya tetapi dalam pementasanya berkolaborasi dengan musik dangdut yang dimainkan ketika penari ndadi. 2) Dengan adanya kolaborasi dengan musik dangdut dalam penyajian jaranan ini menimbulkan dampak positif dan negatif bagi paguyuban kesenian ini maupun masyarakat sekitar. 3) Dampak positifnya yaitu : meningkatkan taraf ekonomi bagi pelaku seni karena adanya banyak permintaan pentas, memberikan kepuasan batin bagi pelaku karena dalam pementasannya selalu dihadiri banyak penonton, masyarakat menjadi lebih apresiatif terhadap kesenian jaranan ini, dan eksistensi kedepan jaranan ini sangatlah bagus. 4) Dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya kolaborasi musik dangdut yaitu : prestasi belajar penari jaranan anak-anak menurun karena dengan seringnya pentas sampai larut malam, berpengaruh buruk terhadap pribadi penari anak karena dalam penampilannya anak tersebut juga mengalami trance, minat masyarakat untuk menonton lebih disebabkan karena ingin melihat pertunjukan dangdutnya bukan karena tarian jarananya, kostum penyanyi dangdut kurang pantas jika dilihat penonton yang masih dibawah umur pada umumnya. Kunci : Kesenian, Jaranan Putra Tunjung Biru, Tulungagung, dampak, musik
MUSIK ANGKLUNG PAGLAK DESA KEMIREN BANYUWANGI NAZMEI SARI, NINDIA
Solah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Angklung Paglak merupakan salah satu budaya masyarakat Using yang masih dilestarikan sampai saat ini. Alat musik Angklung yang tercipta disajikan diatas Paglak atau gubug kecil di pinggir sawah, hal ini kemudian menjadi nama yang melekat untuk jenis kesenian ini, yaitu Musik Etnis Angklung Paglak. Penelitian ini bertujuan untuk mendriskripsikan Fungsi Angklung Paglak di dalam kehidupan Masyarakat Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori fungsi yang dikemukakan oleh R. M Soedarsono. Teori tersebut dibagi menjadi fungsi primer dan fungsi sekunder.. Adapun objek dalam penelitian ini adalah Musik Etnis Angklung Paglakdi Desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian data ? data tersebut melewati validasi dan dan analisis data. Fungsi seni pertunjukan yang sesuai dengan fungsi Musik Etnis Angklung Paglakyaitu Musik Etnis Angklung Paglaksebagai sarana hiburan, Musik Etnis Angklung Paglaksebagai presentesi estetis, Musik Etnis Angklung Paglaksebagai pengikat solidaritas masyarakat, Musik Etnis Angklung Paglaksebagai media komunikasi, dan Musik Etnis Angklung Paglaksebagai media propaganda program Pemerintah Banyuwangi. Kata Kunci : MusikAngklungPaglak.
KARYA TARI DOLANAN SEBAGAI MEDIA BERMAIN ANAK PADA MATA KULIAH KOREOGRAFER PENDIDIKAN SUGESTIYO, WITYANING
Solah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seni Tari sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak terlebih lagi pada saat berusia dini. anak dapat mengembangkan potensi anak baik dari keterampilan, pengetahuan, sikap serta kepribadian anak. Pada usia 0-6 tahun merupakan masa golden age bagi anak, Karya Tari Dolanan mengambil fenomena kurangnya masa indah anak-anak dalam bermain permainan tradisional. Dalam permainan tersebut anak-anak dapat menambah pertemanan sekaligus merasakan rasa gembira mereka. Kurangnya masa anak-anak tersebut kini telah tergantikan dengan permainan gadjet. Kecanduan permainan gadjet akan membuat anak kurang dalam bersosialisasi di lingkungan. Fokus garap karya tari Dolanan yaitu permainan tradisional anak yang mulai dilupakan dan tergantikan oleh permainan gadjet. Pemilihan gerak dalam garapan karya tari Dolanan berfokus pada gerak dan lagu. Karakteristik dalam penyajian karya tari disesuaikan dengan karakter anak-anak usia dini (TK) yang aktif, lincah, bersemangat dan gembira. Pada usia tersebut, anak dapat mengekspresikan perasaannya. Anak dapat mengutarakan imajinasinya serta kekreatifitasannya melalui permainan Tradisional dalam karya tari Dolanan. Tipe tari yang digunakan adalah studi, yaitu tari yang dalam proses penggarapanya bermula dari tema sederhana. Seni dan teknologi saling berhubungan serta saling membutuhkan. Dalam perkembangannya, seni sering ditemukan dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi..ilmu pengetahuan yang tidak dipoles oleh seni akan terasa hambar. Umsur pokok seni tari adalah segala poensi gerak yang ada pada tubuh manusia. Sejak manusia lahir, potensi seni pada tubuh manusia adalah gerak dan suara. Potensi gerak dan suara nilah yang dapat dikembangkan oleh manusia. Untuk mempelajari seni tari dan seni suara/music. Gerak ritmis atau gerak berirama adalah gerak-gerak yang memiliki keteraturan atau keselarasan dengan gerak-gerak yang memiliki keteraturan atau keselarasan dengan ketukan atau irama. Anak-anak balita sudah bisa mengekspresikan diri dengan gerakan-gerakan kepala, tangan atau gerakan badan naik turun yang bertumpu pada kedua kakinya. Kata Kunci: Karya Tari Dolanan, focus garap, seni dan teknologi
TRANSFORMASI GERAK MENYERANG DAN MENGHINDAR PADA PENCAK SILAT PAMUR MELALUI BENTUK KOREOGRAFI TARI RUSDI, MOHAMMAD
Solah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Madura memiliki keragaman budaya yang didasari oleh konteks masyarakat pesisir dan Agraris.Karakteristik masyarakat Madura dibentuk dari kondisi geografis sehingga hal itu pula yang menentukan bentuk kesenian yang berkembang di sana. Pencak Silat menjadi kesenian yang tumbuh dan berkembang dan erat hubungannya dengan Tari. Pencak Silat memiliki karakteristik ketubuhan yang hampir dapat disamakan dengan karakteristik tubuh penari. Hal ini yang kemudian mendasari penulis untuk mencipta karya yaang berangkat dari eksplorasi gerak Pencak Silat.Karya ini akan diberi judul ?One Second? yang berarti satu detik. ?One Second?dimaknai sebagai kecermatan, kecepatan, ketepatan dan reflektivitaas yang diintrepretasi ke dalam pertunjukan tari. Penciptaan karya ini bertujuan untuk melatih kepekaan koreografer dalam menemukan gagasan, menyusun kerangka berfikir, melakukan kerja studio sehingga karya tersebut dapat diterima masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.Melalui beberapa teori koreografi ?One Second? diciptakan dalam proses kreatifnya anatara lain teori tranformasi budaya, desain, bahkan arsitektur dimasukan untuk mematangkan konsep serta tahapan yang dingunakan. Tidak lepas dari teori komposisi tari, koreografi ini tidak akan menjadi sesuatu yang baik apabila tidak dibekali dengan ilmu-ilmu komposisi dan koreografi.Penguatan interprestasi yang kemudian dikemas menjadi susunan rancangan melalui penerapan-penerapan ide gagasan ataupun konsep dalam bentuk tema, judul sinopsis, iringan, serta unsur-unsur pendukung lainya yang mempermudah koreografer untuk memvisualisasikan kedalam bentuk pertunjukan. Kata Kunci:Tranformasi, Menyerang dan Menghindar, Pencak Silat
MUSIK HADRAH UNTUK ANAK AUTIS DI SLB NEGERI CERME GRESIK. ZULFAH, INDANA
Solah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sekolah luar biasa Negeri Cerme Gresik merupakan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus di kabupaten Gresik yang menyelenggarakan permainan musik hadrah untuk anak autis. Pelaksanaan permainan musik hadrah untuk anak autis di Sekolah luar biasa negeri cerme jelas berbeda dengan sekolah sekolah normal pada umumnya. Hal inilah yang mendasari penelitian ini. Tujuan penelitian: 1) mendeskripsikan perencanaan pada permainan musik hadrah di SLB Negeri Cerme, 2) mendeskripsikan hasil belajar yang diperoleh dari permainan musik hadrah di SLB Negeri Cerme, 3) mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi pada permainan musik hadrah di SLB Negeri Cerme. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan objek penelitian permainan musik hadrah di Sekolah luar biasa negeri cerme gresik, yang berlokasi di jl. Jurit, Cerme, Gresik. Sumber data yang digunakan adalah manusia dan non manusia, tekhnik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, analisis data, validitas data menggunakan triangulasi sumber, triangulasi waktu dan triangulasi metode. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan yang ada di lapangan sudah sesuai dengan metode yang digunakan oleh pelatih yaitu dengan cara menerapkan metode drill. Hasil dari penerapan metode drill pada permainan musik hadrah untuk anak autis di SLB Negeri Cerme Gresik adalah tercapainya tujuan permainan musik hadrah untuk anak autis yang sesuai dengan apa yang di inginkan pelatih yaitu siswa-siswi SLB mampu mengikuti dan menyerap materi yang diberikan dengan baik, seperti anak normal pada lainnya. Dan siswa SLB mampu menjadi pribadi yang berkarakter dan lebih antusias dalam mengikuti permainan musik hadrah di SLB Negeri Cerme Gresik.
BENTUK MUSIK PADA KARYA MUSIK “WALL OF PAIN” UTAMI, TRI
Solah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

?Wall of Pain? adalah sebuah karya musik yang meceritakan tentang emosi yang pernah dirasakan oleh penulis. Emosi tersebut kemudian dicurahkan dalam bentuk nada-nada sederhana lalu dikembangkan. Metode penyampaian materi kekaryaan dilakukan dengan metode deskripstif kualitatif. Karya musik ini merupakan musik programatik yang dimainkan dalam bentuk ansamble campuran. Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa karya musik ini memiliki bentuk lagu tiga bagian yaitu A B A?. Bagian A menceritakan tentang amarah yang meledak-ledak. Bagian B menceritakan tentang amarahnya yang berubah menjadi penyesalan, dan yang terakhir bagian A? menceritakan tentang amarah yang mulai mereda. Rangsangan awal dalam membuat karya yang berjudul ?Wall of Pain? adalah dengan banyak mendengar musik-musik dengan format orkestra dan ansamble campuran dengan tema kesedihan dan mengingat pengalaman pribadi penulis hingga muncul imajinasi nada-nada yang kemudian ditulis oleh penulis. Durasi karya ?Wall of Pain? adalah 5 menit 3 detik dengan total birama 114 birama dan dimainkan pada tangga nada C dengan sukat 4/4. Terdapat dua tempo pada karya musik ini yaitu lento dan moderato.
IRINGAN KESENIAN TAYUB DI DESA SUMBERGEDE KECAMATAN KEPOHBARU KABUPATEN BOJONEGORO BIDIN NAIM, AROHMAN
Solah Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Solah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesenian Tayub di Desa Sumbergede Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro memiliki ciri khas tersendiri, terletak pada iringan, gerakan, bentuk kostum, atau pun pertunjukannya. Kesenian Tayub di Bojonegoro memiliki perkembangan dan perubahan dari tradisional ke modern kemudian menjadi pola baku tersendiri pertunjukannya sebagai ciri khas. Hal ini yang melatarbelakangi peneliti bertujuan untuk mengetahui perubahan dan perkembangan yang dilakukan oleh Lingkung Seni ini, sehingga dapat diketahui berbagai unsur yang berada didalamnya meliputi perkembangan, perubahan, pergeseran serta pengaruh tayub terhadap masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini dilakukan untuk melaporkan kejadian yang ada dilapangan atau mendeskripsikan kejadian sebenarnya sesuai dengan fakta dilapangan dan kemudian data yang sudah terkumpul diolah melalui proses analisis. bentuk pertunjukan Tayub di Lingkung Seni ini terdiri dari segi struktur pertunjukan yang digunakan, adanya pembuka, isi, dan penutup. Hingga saat ini kesenian Tayub di Bojonegoro tetap bisa mempertahankan eksistensinya dalam acara yang di selenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat seperti hajatan. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Perkembangan tayub melibatkan beberapa factor yaitu melalui proses dalam berkesenian serta alur dalam pertunjukan (2) Penyebab terjadinya pergeseran melibatkan dua factor yaitu internal dan eksternal. Tayub mulai berkembang tahun 2013 seiring dengan masuknya musik campursari dan dangdut yakni mengakulturasikan gamelan dengan alat musik gendang ketimpung dan tamborin. Proses akulturasi turut mengurangi alat musik rebab dan suling. (3) Pengaruh pada kesenian tayub membuat masyarakat semakin mengerti bahwa Bojonegoro mempunyai budaya khas yang semakin berkembang, melibatkan beberapa factor yang mempengaruhi yaitu, factor Ekonomi, social dan budaya. Simpulan dari hasil penelitian bahwa dengan adanya penambahan alat music gendang ketimpung sangat berpengaruh bagi masyarakat di Desa Sumbergede hal ini membuat masyarakat semakin menggemari tayub dari kalangan muda sampai kalangan orang tua.

Page 1 of 24 | Total Record : 234