cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
APRON
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Arjuna Subject : -
Articles 110 Documents
EKSISTENSI MUSIK GONDANG BATAK DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT BATAK DI SURABAYA SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN WARISAN BUDAYA William Simanjuntak, Joshua
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Musik Gondang Batak merupakan kesenian tradisional suku Batak yang terus bertahan dalam kehidupan masyarakat suku Batak. kesenian ini pun tetap dipertahankan, bahkan bagi masyarakat suku Batak yang berdomisili diluar tanah Batak atau merantau. Namun, akibat kemajuan teknologi, Namun, karena kemajuan jaman, penggunaan musik Gondang Batak mulai berubah. Dari latar belakang inilah peneliti mengkaji bagaimana eksistensi musik Gondang Batak dalam upacara adat pernikahan di Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk musik Gondang Batak, menjelaskan fungsi musik Gondang Batak, menjelaskan makna musik Gondang Batak dan usaha kreatif musik Gondang Batak dalam upacara pernikahan sebagai upaya pelestarian warisan budaya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah musik Gondang Batak dalam tinjauan bentuk, fungsi dan makna dalam upacara pernikahan adat suku Batak yang berlangsung di Gedung Bumi Moro Perak Surabaya. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui observasi, wawancara dengan parhata atau pembicara adat dalam acara upacara pernikahan adat suku Batak di Surabaya, serta dokumentasi berupa foto-foto dan video pertunjukan music Gondang Batak dalam upacara pernikahan. Data dianalisis dengan menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan Dari hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa terdapat bentuk, fungsi dan makna dalam penggunaan musik Gondang Batak dalam upacara pernikahan adat suku Batak. Bentuk musik Gondang Batak adalah ansambel dengan menggunakan alat musik tatagading, hasapi, saxophone, keyboard, dan sulim., Musik Gondang Batak dalam pernikahan adat Batak memiliki enam fungsi yaitu sebagai alat komunikasi, ritual keagamaan, rekreasi, respon fisik, pengungkap emosional, dan kesinambungan budaya. Makna musik Gondang Batak ada empat yaitu penyambutan tamu, makan bersama, pemberian kain ulos, dan martupak. Sedangkan usaha kreatif musik Gondang Batak dilakukan dengan membangun kerjasama atau partisipasi aktif dari seluruh personil grup musik gondang Batak dan pembaharuan lagu untuk melestarikan musik gondang Batak. Kata Kunci: Musik Gondang, Upacara Adat, Bentuk, Fungsi, Makna, Usaha Kreatif Abstract (PERBAIKI SESUAI ABSTRAK DI ATAS) Gondang Batak is a traditional culture of Batak Tribe. It is preserve by the batak society that lives outside of Batak land. Since globalisation spread world wide, everythings, including technology and culture, has been developed with massive growth, makes people?s live easier. But because of that, the use of gondang Batak become less than it should be and its function began to changed.The purpose of this research is to describing what is gondang Batak music, the music form of gondang Batak, its function in society, and purpose that it has in wedding tradition of Batak tribe that held in Gedung R Mulyadi Perak Surabaya, and all the effort in attempt to preserve cultural treasure. In this research, the researcher is using the descriptive qualitative method with gondang Music with study of form, function, and purpose on wedding tradition of Batak tribe at Surabaya, as the object of this research. The research data are collected through direct observation at wedding tradition of Batak tribe at Gedung Bumi Moro Perak Surabaya, and interview with parhata or the wedding tradition speaker, and photos and videos of the wedding tradition process. The data that has been collected are analyzed with collecting data method, data reduction method, presenting data method, and deducing method From the research, researcher found out that there are form, function, purpose, and effort of gondang Batak and how to preserve it. Researcher found out that gondang Batak music form is ansamble. On the other hand, there are six function that dwell inside gondang Batak, which is ; comunication,entertainment,evoke emotion, physical respond,sacred ceremony, and culture appropriation. There are four purpose in each of four wedding ceremony process, and there are three effort on how to preserve gondang Batak Keywords: Gondang Music, Culture Ceremony, Form, Function, Purpose, Creative Effort
PENERAPAN BEGRIP DALAM PEMENTASAN LUDRUK KARYA BUDAYA MOJOKERTO NISA AMANATILLAH, DWI; ABDILLAH, AUTAR
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menjelaskan mengenai proses penerapan begrip menjadi sebuah pementasan ludruk. Begrip adalah sebuah pengejawantahan cerita yang digunakan sebagai pedoman sebelum pementasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang tertulis dalam rumusan masalah diantaranya: 1) Bagaimana Sutradara dalam menerapkan begrip dalam sebuah pementasan ludruk?, 2) Apa kendala yang dihadapi oleh Sutradara ketika proses penerapan begrip menjadi sebuah pementasan ludruk? Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang mana penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek Penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahan, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa sejarah lahirnya begrip sendiri belum ada yang mengetahui siapakah dan dimanakah pertama kali begrip ditemukan. Ada beberapa keunikan dari begrip yang tidak ditemukan pada naskah modern saat ini, baik dari segi bahasa, tujuan yang ingin disampaikan, sampai pada improvisasi aktor. Selanjutnya pembahasan mengenai bagian-bagian dari begrip yang secara terperinci dijelaskan mulai dari Remo, Bedhayan, lawakan dan lakon, barulah pembahasan selanjutnya pada proses kreativ Sutradara yakni dimulai dengan menentukan lakon, ngewosno cerita, persiapan pentas, spellan antar aktor, Sutradara sebagai korektor hingga akhirnya pentas. Kendala yang sering dihadapi adalah ketiadaan actor secara mendadak. Untuk yang terakhir yakni pada proses penerapan begrip dalam lakon ?Sarip Tambak Oso?.Kata Kunci: Begrip, Ludruk, Lakon Sarip Tambak Oso
BENTUK PERTUNJUKAN TEATER TRADISIONAL KETOPRAK LUDRUK RUKUN FAMILI DI DESA TANJUNG KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP HASANAH, IRADATUL; ABDILLAH, AUTAR
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini terfokus pada bentuk pertunjukan teater tradisional ketoprak Madura yaitu Ketoprak Rukun Famili. Bentuk pertunjukan yang menjadi tanda tanya bagi masyarakat yang memahami pakem Ketoprak sendiri, karena di dalam pertunjukan Ketoprak Madura Rukun Famili memiliki kekhasan tersendiri. Bentuk yang digunakan oleh kelompok tersebut dikombinasikan dengan disentuh sedikit dengan ludruk, hal ini menjadi salah satu ciri khas untuk kesenian tradisional ketoprak Madura. Hal yang membeda tidak menjadikan kelompok ini tidak diterima di tengah-tengah masyarakat, kelompok tersebut dijadikan salah satu pertunjukan yang sering diminati oleh masyarakat khususnya masyarakat Madura. Bentuk pertunjukan dengan menyajikan hal-hal yang baru dengan cerita-cerita kerajaan atau keraton bertujuan untuk mengingatkan masyarakat pada sejarah yang ada. Penelitian di lakukan menggunakan metode kualitatif untuk dapat mendeskripsikan perubahan bentuk yang ada pada Ketoprak Rukun Famili. Beberapa wawancara dengan beberapa narasumber dan penggagas Ketoprak Rukun Famili yang sangat berpengaruh di dalamnya membuat penulis mampu menemukan beberapa informasi yang menarik dari Ketoprak Rukun Famili. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa bentuk pertunjukan Kelompok Rukun Famili adalah Ketoprak, hasil tersebut diperoleh dari beberapa wawancara bersama narasumber dan beberapa pertunjukan yang ditonton oleh peneliti. Beberapa wawancara bersama sutradara kelompok Ketoprak yang ada di Madura memiliki keunikan tersendiri dengan adanya kolaborasi anatara pertunjukan Ketoprak dan Ludruk, hal tersebut dilakukan untuk menghibur para penikmat Ketoprak. Keunikan yang disajikan oleh kelompok Rukun Famili tidak kemudian menjadikan masyarakat menjadi lari atau tidak menyukai pertunjukan yang disajikan, akan tetapi masyarakat masih sangat antusias dan percaya kepada kelompok Ketoprak Rukun Famili. Bentuk yang disajikan dalam kolaborasi ini antara lain adalah; kending-kendingan, tari-tarian, lawakan, kidungan (kejhungan), cerita.Kata kunci: Bentuk, Teater tradisional, Ketoprak
TEKNIK PELATIHAN PANTOMIM UNTUK ANAK TUNARUNGU OLEH KOMUNITAS DEAF MIME EKSPRESIF BOJONEGORO , DARTI
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Komunitas Deaf Mime Ekspresif merupakan sebuah komunitas pantomim yang anggotanya merupakan anak anak yang berkebutuhan khusus penyandang tunarungu dan tunawicara. Teknik pelatihan pantomim untuk anak Tunarungu menjadi menarik untuk diteliti ketika beberapa anak tunarungu bisa berkarya dengan baik. Terdapat beberapa teknik pelatihan khusus untuk anak tunarungu dalam berpantomim. Teknik yang diajarkannya pun berbeda dengan mengajar teknik pantomime untuk anak yang normal. Letak perbedaan yang nampak pada pelatihan untuk anak anak tunarungu ialah terletak pada komunikasi. Teknik pelatihan pantomim untuk anak tunarungu deaf mime ekspresif dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat dan bahasa kode. Bahasa kode dilakukan dengan memberikan pilihan nomor pada setiap percontohan gerak yang disampaikan.Teknik pelatihan diawali dengan teknik pelatihan dasar yang didalamnya mencakup pemanasan tubuh, olah tubuh, kemudian dilanjutkan ke olah gerak tubuh pantomim. Teknik pelatihan yang dilakukan untuk anak tunarungu ialah teknik percontohan gerak atau demonstrasi gerak. Karena anak anak tunarungu tidak bisa mendengar, maka teknik yang paling tepat untuk mengajarkan pantomim kepada anak tunarungu ialah dengan mencontohkan gerakannya secara langsung. Keberhasilan teknik yang diajarkan dapat terlihat dari pentas yang sering dilakukan oleh anak anak Tunarungu. Kemampuan anak tunarungu dalam berpantomim membutuhkan proses yang sangat lama, karena dalam pembelajarannya anak tunarungu terhambat oleh kekurangannya dalam hal berkomunikasi. Melalui teknik pelatihan pantomim, anak anak tunarungu mengembangkan kecerdasan kinestetik atau psikomotorik. Pantomim melatih anak anak tunarungu untuk memaksimalkan anggota gerak mereka menjadi sebuah bakat. Selain mampu meningkatkan kemampuan Psikomotorik anak tunarungu, pantomim juga mendorong anak tunarungu untuk berimajinasi. Pantomim menyampaikan imajinasi anak melalui seni gerak, sehingga seringnya anak anak tunarungu menjalani latihan pantomim, maka semakin meningkat daya imajinasi anak tersebut. Interaksi yang terjadi ketika anak anak tunarungu dan anak normal berlatih bersama juga mempengaruhi perkembangan emosional anak tunarungu.Kata kunci: Teknik pantomim, Pantomim, Tunarungu
INTERAKSI SIMBOLIK PADA PERTUNJUKAN TEATER TRADISIONAL SOTO MADHUREH DALAM ORKES NUSA INDAH DI KABUPATEN SAMPANG HASAN, MOH
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat Kabupaten Sampang berminat menonton pertunjukan teater tradisional soto Madhureh karena isi cerita yang disampaikan sangat menarik. Masayarakat Madura memandang pertunjukan teater tradisional soto Madhureh sangat penting karena masyarakat Madura khususnya wilayah Sampang sangat haus pertunjukan teater disebabkan oleh minimnya kesenian di daerah Sampang. Permasalahan yang dikaji adalah 1) Bentuk interaksi simbolis pemain dengan pemain, pemain dengan pemusik, dan pemain dengan penonton. 2) Bagaimana Interaksi simbolik pertunjukan teater tradisional soto Madhureh dalam orkes Nusa Indah di Kabupaten Sampang. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif. Objek dari tentang penelitian interaksi simbolik pada pertunjukan teater tradisional soto Madhureh dalam orkes Nusa Indah di Kabupaten Sampang, pengumpulan data di lakukan dengan wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dan dokumentasi, serta menggunakan teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan Hasil analisis yang didapat penelitian ini, yaitu interaksi simbolik pertunjukan teater tradisional soto Madhureh dalam Orkes Nusa Indah di Kabupaten Sampang menyajikan bahasa banyolan yang menggelitik dan sering menggunakan kata-kata kasar, memukul pantat wanita sering terjadi ditengah-tengah pertunjukan. Gaya lelucon seringkali berlebihan karena mengikuti keinginan penonton, gaya seperti ini terdapat pada pertunjukan teater tradisional soto Madhureh, hampir sepanjang jalan ceritanya didominasi dialog yang dilontarkan pemain menggunakan bahasa verbal seperti pokeh (alat kelamin wanita), sosoh (payudara), patek (Anjing), tang-mlatang (genit), sennok (perempuan malam) dan gerak tubuh menimbulkan simbolik non verbal seperti simbol tangan, gerakan ? gerakan bahasa tubuh yang lucu membuat penonton tertawa, akan tetapi gaya leluconan akan menimbulkan sisi negatif pada kalangan anak remaja yang belum cukup menerima gaya lelucon tersebut. Sistem dan jaringan interaksi simbolik terbentuk dan saling mempengaruhi. Sistem dan jaringan interaksi terbentuk ketika masing-masing aktor mulai bertemu, saling memainkan peranan, membawa makna, dan menentukan pola interaksi. Kata Kunci: Teater Tradisional, Soto Madhureh, Orkes Nusa Indah
KREATIVITAS PENULISAN LAKON KOMUNITAS MASYARAKAT LUMPUR DI KOTA BANGKALAN , RISNA
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Komunitas Masyarakat Lumpur adalah sebuah kelompok atau organisasi yang bergerak dibidang sastra, seni dan kebudayaan, khususnya seni teater. Awal tercetusnya Kommunitas Masyarakat Lumpur dengan mengadakan pentas keliling Madura, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep dengan membawakan 2 (dua) naskah lakon karya dari Komunitas Masyarakat Lumpur. Pada bulan Maret 2007, mengikuti fragmen Budi Pekerti dan mampu meraih juara umum, selain itu juga, meraih nominasi naskah terbaik, penulis naskah, dan aktor terbaik. Komunitas Masyarakat Lumpur terkenal dengan kreativitas anggotanya dalam menciptakan suatu karya. Kreativitas adalah kemampuan seoseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru. Salah satu kreativitas yang dikembangkan oleh Komunitas Masyarakat Lumpur ialah menulis naskah lakon. Komunitas ini memiliki anggota-anggota yang sangat kreatif dalam menulis lakon. Sehingga karya-karya tersebut diterbitkan oleh Komunitas Masyarakat Lumpur, Balai Bahasa Jatim, bahkan ada yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta.Penelitian ini memiliki rumusan masalah Bagaimana latar belakang Komunitas Masyarakat Lumpur di Kabupaten Bangkalan? dan Bagaimana proses kreativitas penulisan lakon Komunitas Masyarakat Lumpur di Kabupaten Bangkalan? Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif. Objek dari penelitian tentang kreativitas menulis lakon Komunitas Masyarakat Lumpur yang berlokasi di Kabupaten Bangkalan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dan dokumentasi, serta menggunakan teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas berkarya anggota Komunitas Masyarakat Lumpur dalam menciptakan lakon mampu menghasilkan lakon dengan bentuk dan isi yang disajikan berbeda dari lakon yang lain, dengan memanfaatkan kreativitas para penulis lakon dalam menciptakan sebuah karya lakon mampu menambah karya lakon baru yang akhir-akhir ini susah didapatkan. Kata kunci : kreativitas, penulisan lakon.
BENTUK PERTUNJUKAN PANTOMIM NGILO GITHOK KARYA JEMEK SUPARDI SESESETHO, RASEKI
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pantomim merupakan salah satu cabang seni dari teater. Bentuk gerak dan mimik wajah yang menjadi suatu cerita serta dimengerti oleh penonton disebut pantomim. Kata Pantomim di Yogyakarta, tidak asing lagi untuk didengar. Salah satunya Pantomimer yang dijuluki sebagai maestro pantomim Yogyakarta yaitu Jemek Supardi.Jemek Supardi lahir pada tanggal 22 Mei 1953 di desa Kembangan Pakem Sleman Yogyakarta. Dari tahun ketahun, Jemek Supardi konsisten dalam menggeluti seni pantomim. Walaupun pantomim mengalami pasang surut tetapi beliau tetap semangat dalam berkesenian di pantomim. Berpuluh-puluh tahun Jemek Supardi mementaskan bentuk pertunjukan pantomim dengan ide maupun cerita yang selalu menarik hati penikmatnya. Salah satu bentuk pertunjukan tersebut berjudul Ngilo Githok. Penelitian ini membahas bagaimana latar belakang Jemek Supardi dan bagaimana bentuk pertunjukan pantomim Ngilo Githok karya Jemek Supardi. Pendekatan metode penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Objek material adalah Jemek Supardi yang menjadi maskot tersendiri di Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jemek Supardi dalam membuat karya pantomim berhubungan dengan pengalaman hidup beliau, kehidupan masyarakarat di sekitarnya, kehidupan keluarga, ide jalanan, dan kenakalan-kenakalan yang dilakukan di kehidupan nyata beliau dan bentuk pertunjukan pantomim Ngilo Githok karya Jemek Supardi adalah pantomim kelompok. Bentuk Pertunjukan Ngilo Githok ini merupakan karya pantomim yang merefleksikan kehidupan keadaan di zaman sekarang. Dimana orang sekarang merasa sok mengagungkan dirinya sok suci sok mengemukakan dirinya. Pementasan tersebut mempunyai sesuatu keunikan dan originalitas cerita serta pesan moral didalamnya.Kata kunci : Jemek Supardi, Bentuk pertunjukan, Ngilo Githok
UPAYA LABORATORIUM REMO SURABAYA (LRS) DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI TARI REMO ADI SURYANTI, AIWA; WAHYUNI RAHAYU, EKO
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tari Remo adalah tarian tradisional Jawa Timur yang menggambarkan keberanian seorang pahlawan yang berjuang melawan penjajah. Tarian ini sering ditampilkan dalam pergelaran kesenian ludruk sebagai pengantar pertunjukan. Setelah itu tari remo mengalami perkembangan dengan bertambahnya komunitas ludruk. Seiring berjalannya waktu seorang seniman remo bernama Munali Fattah menata ulang struktur gerak dan bentuk penyajiannya sehingga remo menjadi tarian lepas, hal tersebut tidak serta merta berkembang dan dikenal oleh generasi muda. Penelitian ini mengambil obyek upaya Laboratorium Remo Surabaya (LRS) dalam mempertahankan eksistensi tari remo. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang upaya Laboratorium Remo Surabaya (LRS) dalam mempertahankan eksistensi tari remo. Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi menggunakan pendekatan trianggulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh LRS adalah membangun mitra kerjasama dengan berbagai pihak. Selain itu tari remo sebagai salah satu tari tradisional Jawa Timur difungsikan sebagai tari untuk penyambutan para tamu, sehingga tari remo sering dipertunjukkan dalam event-event penting yang diadakan oleh instansi pemerintah maupun non instasi pemerintah.Kata Kunci: Upaya, eksistensi, tari remo.
SRUKTUR LAKON SAYEMBORO SODO LANANG DALAM PERTUNJUKAN WAYANG TOPENG MALANG DI PADEPOKAN ASMOROBANGUN MALLA HAYATI, NUNUN
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui dan mendeskripsikan struktur lakon dalam pertunjukan ?Sayemboro Sodo Lanang? yang dipentaskan oleh kelompok seniman wayang topeng Malang di padepokan Asmorobangun. Sebagai salah satu pertunjukan tradisional, wayang topeng Malang selalu dipentaskan dengan cara tidak menggunakan naskah tertulis, melainkan secara lisan dan mengandalkan kemampuan ingatan dari seorang Dalang. Analisis struktur lakon secara otomatis mendorong peneliti melakukan transkip naskah lakon, diharapkan mampu memperjelas pemahaman tentang lakon wayang Topeng.Rumusan masalah pertunjukan ?Sayemboro Sodo Lanang? ialah bagaimana struktur lakon tersebut. Untuk dapat menganalisis permasalahan tersebut maka diperlukan adanya metode atau suatu cara yang nantinya diharapkan bisa memberikan hasil yang lebih baik. Pada ?Struktur Lakon Sayemboro Sodo Lanang? metode yang digunakan merupakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. Dalam metode penelitian kualitatif tersebut maka didapat data-data yang sifatnya deskriptif. Data-data tersebut dikumpulkan dengan beberapa cara yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka.Hasil dari pencapaian penelitian ini adalah mengenai tema, alur, dan penokohan. Di lihat dari pertunjukannya, lakon ?Sayemboro Sodo Lanang? mengandung unsur tema kepemimpinan atau nilai-nilai leluhur. Alur lakon ini memiliki alur linier, alur tersebut dapat dilihat dari urutan-urutan adegan dan cerita yang ditampilkan dalam lakon yang dimulai dari tahap eksposisi, komplikasi, klimaks dan resolusi. Untuk penokohan lakon ini mempunyai tiga jenis yang meliputi tokoh protagonis, antagonis, dan tritagonis.Kata kunci: Struktur lakon, Wayang Topeng Malang, Sayemboro Sodo lanang.
KONTRIBUSI PELEM FESTIVAL TERHADAP MASYARAKAT DESA PELEM KECAMATAN PRINGKUKU KABUPATEN PACITAN DWI RAHAYU, OKTAVIA
APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 2, No 12 (2018)
Publisher : APRON Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelem Festival merupakan salah satu festival berskala internasional yang diselenggarakan oleh SACPA (Sampang Agung Center for Performing Art) yang bertempat di Desa Pelem yaitu desa terpencil berada di ujung barat Kabupaten Pacitan. Festival tersebut pertama kali diselenggarakan pada tahun 2016 dan setelah 2 tahun dapat terselenggara lagi di tahun 2018. Pelem Festival dalam penyelenggaraannya dipimpin oleh seorang Direktur yaitu Agung Gunawan. Agung menggagas Pelem Festival bertujuan untuk membuka jaringan yang lebih luas dan sebagai ruang silaturahmi antar seniman dalam negeri maupun luar negeri juga sebagai ruang silaturahmi bagi masyarakat Desa Pelem. Pelem Festival menarik untuk diteliti karena merupakan festival berskala internasional, yang ternyata banyak peminatnya baik kalangan para seniman pendukung maupun masyarakat penonton. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode observasi menggunakan pendekatan partisipan observer yaitu pengamatan terlibat. Penyelenggaraan Pelem Festival memiliki kontribusi terhadap masyarakat yaitu, bagi seniman, bagi penonton, dan bagi masyarakat Desa Pelem itu sendiri. Salah satu kontribusinya adalah masyarakat Desa Pelem dapat mempelajari bahasa asing secara tidak langsung. Masyarakat Desa Pelem memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dengan seniman luar negeri tetapi masyarakat terus melakukan komunikasi dengan bahasa tubuh yang mudah dimengerti. Melalui bahasa tubuh, perlahan Masyarakat Desa Pelem juga mempelajari bahasa Inggris yang diucapkan para seniman luar negeri setelah memahami maksud dari bahasa tubuh masyarakat setempat saat berkomunikasi. Kata kunci: Pelem Festival, Kontribusi, Masyarakat

Page 9 of 11 | Total Record : 110