cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Inspirasi Manajemen Pendidikan
  • inspirasi-manajemen-pendidikan
  • Website
ISSN : -     EISSN : 22528253     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 381 Documents
IMPLEMENTASI BUDAYA RELIGIUS DALAM UPAYA MEMBENTUK PERILAKU DISIPLIN SISWA DI SMK SUNAN AMPEL MENGANTI GRESIK Dwi Putra, Rendiana
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IMPLEMENTASI BUDAYA RELIGIUS DALAM UPAYA MEMBENTUK PERILAKU DISIPLIN SISWA DI SMK SUNAN AMPEL MENGANTI GRESIK Rendiana Dwi Putra Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya rendiyana96@gmail.com Soejarwo Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Soedjarwo9@gmail.com   Abstrak Abstrak: Kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak hanya diartikan sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Tetapi, beberapa kegiatan seperti membiasakan seluruh warga sekolah untuk patuh terhadap peraturan yang berlaku, saling menghormati dan membiasakan hidup dislipin yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah.  Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan budaya religius dalam membentuk perilaku disiplin siswa di SMK Sunan Ampel Menganti Gresik. Mengeksplorasi peran kepala sekolah dalam implementasi budaya religius. Serta mengeksplorasi kendala dan upaya implementasi budaya religius di SMK Sunan Ampel Menganti Gresik Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi pasif, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan kondensasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan.  Pertama, penerapan kegiatan religius seperti dibiasakannya kegiatan berdoa bersama (istigosah) yang di komando dari kantor dan sholat Duha sebelum pembelajaran dimulai, membiasakan kegiatan-kegiatan yang bernuansa agama untuk membentuk perilaku disiplin siswa meliputi ziarah makam wali, kegiatan PHBI, kegiatan sosial masyarakat di SMK Sunan Ampel Menganti Gresik, dan kegiatan presensi siswa yang sudah menggunakan fingerprint dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa serta pembiasaan sholat berjamaah baik sholat wajib maupun sholat sunnah. Kedua, kepala sekolah berperan sebagai tauladan bagi semua warga sekolah dan memberikan tausiyah serta membuat tata tertib sekolah. Ketiga, kendala dan upaya dalam implementasi budaya religius antara lain adalah belm maksimalnya kedisiplinan tenaga pendidik dan juga siswa terbukti masih ada beberapa yang terlambat dan masjid kurang representatif. Kepala sekolah harus senantiasa mengawasi dan mencontohkan kesadaran atas perilaku disiplin.   Kata Kunci: budaya religius, perilaku, disiplin      IMPLEMENTATION OF RELIGIUS CULTURE IN EFFORTS FORMING BEHAVIOR STUDENT DISCIPLINE IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL SUNAN AMPEL MENGANTI GRESIK  Abstract Abstract : Teaching learning process are not only interpreted as a transfer of knowledge from teacher to student. But, some activities such as familiarizing the entire school to obey the rules that apply in school, mutual respect, familiarize the life of dislipin that must be grown in the school environment. This study aims to explore the application of religious culture in shaping student discipline behavior in SMK Sunan Ampel Menganti Gresik.explore role of principal in the implementation of religious culture. And explore the obstacles and efforts of the implementation of religious culture in Vocational High School Sunan Ampel Menganti Gresik. This research used qualitative approach with case study research design. Data collection techniques used passive participation observation, interviews and documentation. Data analysis was done by condensation data. The results of this study show the first, the implementation of religious activities such as praying activities (istigosah) in command of the office and praying Duha before learning begins, familiarize the activities of religious nuances to shape student discipline behavior include (cemetery pilgrimage Wali, the activities of PHBI , social activities) in Vocational High School Sunan Ampel Menganti Gresik, student attendance and activities that are already using fingerprint to improve student discipline and habituation to pray together either mandatory or sunnah prayers. Second, the head master  acts as a role model for all the citizens of the school and gives tausiyah as well as making the school order. Third, obstacles and efforts in the implementation of religious culture, among others, is minimum of the discipline of educators and also the students proved there are still some late and less representative of the mosque. The principal must constantly monitor and model the awareness of disciplinary behavior. Keywords: religious culture, behavior, discipline   PENDAHULUAN  Saat ini, dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi begitu pesat. Pendidikan merupakan sarana yang dibutuhkan untuk pengembangan kehidupan manusia. Maka dari itu pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka  memajukan kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan masyarakat dan bangsanya. Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” Pendidikan sebagai suatu sistem memiliki tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan Nasional pasal 3 No 20 tahun 2003, yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari tujuan tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan nasional lebih banyak didominasi oleh pengembangan peserta didik dari aspek afektif dan cenderung pada pembentukan sikap. Dalam hal ini ialah mengembangkan potensi peserta didik untuk berkepribadian dan berakhlak mulia berasaskan nilai-nilai luhur yang dianut suatu bangsa. Merebaknya isu-isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran pelajar, pornografi dan sebagainya, sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah menjurus kepada tindakan kriminal. Kondisi tersebut sangat memperhatikan masyarakat khususnya para orang tua dan guru, sebab pelaku beserta korbannya kaum remaja, terutama pelajar. Ternyata, terlepasnya ilmu dan teknologi dari ikatan-ikatan spiritual keagamaan menyebabkan kerusakan di dunia semakin parah. Kemajuan iptek yang tidak didasarkan pada moral-spiritual agama akan semakin menyesatkan manusia. Kerusakan yang terjadi tidak hanya pada kualitas manusianya tapi terjadi juga pada kualitas lingkungan hidupnya. Dengan demikian perlu adanya penerapan atau pembiasaan budaya beragama yang dilaksanakan di sekolah-sekolah supaya peserta didik mempunyai kepribadian yang baik. Di sekolah kegiatan belajar mengajar tidak hanya diartikan sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi, beberapa kegiatan seperti membiasakan seluruh warga sekolah untuk patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup dislipin yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah. Menurut Zamroni (2003:149) bahwa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah disebut budaya sekolah. Budaya sekolah dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf aministrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam transmisi kultural antar generasi. Sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anaknya, maka hal ini menjadikan orang tua lebih selektif terhadap apa saja yang dikonsumsi anak, baik bacaan, tontonan dan sebagainya, salah satu hal yang dilakukan orang tua menjadi selektif memilihkan sekolah yang tepat bagi anak-anaknya. Hal sedang marak saat  ini adalah kecenderungan orang tua memilih sekolah-sekolah yang dapat membimbing anak agar mahir dalam pengetahuan dan mengenal tentang  Tuhannya, agamanya, dan aturan-aturan dalam beragama. Di sinilah tantangan sekaligus peluang bagi pengelola lembaga pendidikan untuk mampu merealisasikan harapan orang tua dan masyarakat dengan menciptakan pendidikan yang berkarakter. Untuk mampu merealisasikan harapan tersebut tentunya setiap lembaga memiliki strategi dan budaya sekolah untuk keunggulan kualitas sekolahnya. Melihat kondisi tersebut, setiap sekolah diharapkan memiliki keunggulan sendiri dalam menciptakan budaya sekolah yang membedakannya dari sekolah-sekolah lain, Budaya sekolah menurut Sumarsono (2012:7) adalah sistem nilai, kepercayaan, dan norma yang diterima bersama dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami dan dibentuk oleh lingkungan dengan menciptakan pemahaman yang sama pada seluruh civitas sekolah. Pola pembiasaan dalam sebuah budaya sekolah dengan mengakui dan menganut sebuah nilai bisa membentuk sebuah pola prilaku disiplin peserta didiknya. Ketika suatu perilaku sudah terbiasa dilakukan, maka akan menjadi kebiasaan baik peserta didik, kemudian akan menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Oleh karena itu, peniliti lebih memfokuskan pada kultur yang dianut sekolah tepatnya budaya religius, bukan pada kultur masyarakat secara umum sebagai salah satu faktor penentu kualitas sekolah. Budaya religius sekolah pada hakikatnya adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai budaya dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh semua warga sekolah. Hal tersebut perlu dilakukan agar nilai-nilai agama Islam senantiasa tercermin dalam perilaku keseharian seluruh warga sekolah terutama siswa dan bisa menjadi tameng dalam menghadapi budaya-budaya negatif yang ada di lingkungan mereka. Untuk membudidayakan nilai-nilai keberagamaan (religius) dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui: kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas serta tradisi dan perilaku warga sekolah secara kontinyu dan konsisten sehingga tercipta religious culture tersebut di lingkungan sekolah. (Sahlan, 2010: 77). Secara estimologi (istilah), disiplin diartikan sebagai tata tertib yang di gunakan untuk menjalankan sekolah dan di jalani secara bersama sama. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia yang di amati secara langsung maupun tidang langsung. Perilaku disiplin juga dapat diartikan sama dengan tingkah laku yang baik rasa toleransi yang tinggi untuk mencapai kondisi yang baiki. Perilaku displin siswa dapat dilihat dari siswa yang menunjukan tingkah lagu yang baik seperti menunda kesenangan mengembangkan potensi diri untuk menghindari hal yang buruk, sedangkan kaitannya dengan budaya yakni budaya sebagai sarana pembentuk perilaku siswa yang sesuai norma norma untuk melihat perkembangan siswa atau perilaku disiplin pada siswa. Salah satu sekolah kejuruan di kabupaten Gresik yang menerapkan budaya religius untuk membentuk perilaku disiplin siswa yakni sekolah menengah kejuruan (SMK) Sunan Ampel tepatnya berada di Desa Bandut Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. SMK Sunan Ampel ini memiliki 3 jurusan yaitu jurusan TKJ (Teknik Komputer Jaringan), TKR (Teknik Kendaraan Ringan), MM (Multi Media). Dalam sekolah ini seluruh siswa dibiasakan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari melalui penerapan budaya religius yang di terapkan pada  tata tertib yang mana seluruh kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan untuk membentuk kedisiplinan siswa, yang berbeda penerapannya dengan sekolah kejuruan sekitarnya dan juga memiliki kegiatan sosial yang dilaksanakan pada  saat menjelang ulangan akhir semester. Hal ini senada dengan yang sudah di jelaskan oleh Kepala SMK Sunan Ampel pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan bahwa: “Kegiatan keagamaan yang ada di SMK Sunan Ampel antara  lain kegiatan di pagi hari yang berupa rutinitas yaitu (1) mengaji (membaca surat yasin, Tahlil, Istigosah), dan ditutup dengan doa bersama yang dilakukan setiap hari; (2) selanjutnya di sekolah SMK Sunan Ampel ini pada saat jam memasuki sekolah kepala sekolah dan dewan guru berbaris didepan gerbang untuk menyambut kedatangan siswa, kemudian siswa yang memasuki sekolah di biasakan untuk bersalaman; (3) Bagi siswa-siswi yang tidak disiplin peraturan akan mendapatkan punishment berupa berdiri dengan membaca surat yasin, surat pendek dan ayat ayat Al-qur’an; dan (4) di SMK Sunan Ampel ini sistem absensinya sudah menggunakan fingerprint, dimana kurang lebih terdapat tujuh buah fingerprint untuk guru dan siswa, dan sistem absensi dijadikan satu guna guru menjadi tauladan bagi siswa. (5) selain itu juga terdapat kegiatan ziarah wali yang dilaksanakan bagi siswa untuk menghadapi ualagan akhir semester” Berdasarkan cuplikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa SMK Sunan Ampel merupakan sekolah yang mempunyai keunikan atau cirikhas yaitu budaya religiusnya yang dibuktikan dengan berbagai kegiatan atau rutinitas yang diterapkan disekolah pada setiap harinya. Seperti, penerapan punishment bagi siswa yang tidak disiplin berupa berdiri dan membaca surat yasin, surat pendek dan ayat ayat Al-qur’an kemudian terdapat tujuh buah fingerprint di SMK Sunan Ampel. Adanya tujuh buah fingerprint bertujuan agar guru dan siswa dapat lebih disiplin karena sistem absensinya yang dijadikan satu harapannya guru menjadi tauladan bagi siswa. kegiatan ziarah wali yang dilaksanakan disetiap siswa akan menghadapi ulangan akhir semerter ini di harapkan mampu menjadi pembeda dari sekolah yang bernuansa islami lainnya. Serangkaian kegiatan tersebut tidak dilaksanakan pada sekolah umum maupun pada sekolah kejuruan bernuansa Islam di sekitar SMK Sunan Ampel Menganti Gresik. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian tentang budaya sekolah pada lembaga pendidikan dengan judul “Implementasi Budaya Religius Dalam Membentuk Perilaku Disiplin Siswa di SMK Sunan Ampel”. Dengan pertimbangan sebagai berikut SMK Sunan Ampel sebagai lokasi penelitian karena SMK Sunan Ampel adalah sekolah kejuruan yang memiliki budaya religius yang dapat membentuk peserta didik lebih disiplin siswa sebagai ciri khas berupa penerapan punisment, sistem fingerprint, kegiatan ziarah wali, SMK Sunan Ampel juga di naungi YPI SA (Yayasan Pendidikan Islam Sunan Ampel), faktor lain yang menguatkan peneliti untuk melakukan penelitian di SMK Sunan Ampel karena memiliki prestasi di bidang akademik dan non akademik  yang baik. dengan demikian dari keunikan tersebut peneliti dapat meneliti budaya sekolah di SMK Sunan Ampel Menganti Gresik selain itu sekolah memiliki  tujuan yaitu menjadi sekolah yang unggul dengan mewujudkan prestasi peserta didik yang disiplin dalam sekolah.   METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif  dengan rancangan penelitian studi kasus yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memperoleh secara jelas gambaran tentang budaya religius dalam upaya membentu perilaku disimpin siswa dengan mengambil lokasi diSMK Sunan Ampel, sehingga diharapkan hasil akhir dalam penelitian ini menghasilkan informasi-informasi yang bermakna mengenai implementasi budaya religius dalam upaya membentuk perilaku disiplin siswa di SMK Sunan Ampel. Subjek penelitian ini dapat diartikan sebagai informan yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2012:76) yaitu: Kepala Sekolah SMK Sunan Ampel, Waka Bidang Kesiswaan, Waka Bidang Kurikulum, Guru Mata Pelajaran, Guru Prduktif serta Peserta Didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, observasi, dan studi dokumentasi, sesuai dengan fokus penelitian. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan melakukan beberapa langkah yaitu : Pengumpulan Data, Kondensasi Data, Penyajian Data Dan Verfikasi Data. Selanjutnya, untuk menguji keabsahan data yang diperoleh di lapangan, penelitian ini menggunakan uji Kredibilitas, Tranferabilitas, Konfirmabilitas, Dan Dependabilitas. HASIL DAN PEMBAHASAN A.    Budaya Religius Dalam Upaya Membentuk Perilaku Disiplin Siswa Di SMK Sunan Ampel Menganti Gresik Dalam upaya membentuk perilaku disiplin siswa dibutuhkan adanya penerapan budaya sekolah. Seperti yang dikemukakan Sumarsono (2012:33) yang menjelaskan bahwa budaya sekolah sebagai sistem nilai, kepercayaan, dan norma yang diterima bersama dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami dan dibentuk oleh lingkungan dengan menciptakan pemahaman yang sama pada seluruh civitas sekolah. Terdapat beberapa macam budaya sekolah, salah satunya adalah budaya islami atau religius. Menurut Usfuriyah (2010:19) bahwa budaya islami adalah sebuah kondisi dimana sekolah telah menjadi bagian dalam pembentukan karakter keislaman terhadap warga sekolah baik secara fisik maupun dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang bernuansa islam. SMK Sunan Ampel telah menerapkan budaya religius diantaranya adalah bersalaman saat memasuki sekolah atau saat berpapasan dengan dewan guru seperti yang telah dipaparkan Lawani (2013:27) terdapat terdapat lima bentuk budaya sekolah secara islami. Budaya tersebut yang pertama adalah bentuk budaya salaman , bentuk salaman ini selalu di terapkan pada siswa melalui kehidupan sehari-hari baik melalui kegiatan akademik maupun non akademik, diterapkan bahwa setiap bertemu dengan orang yang lebih tua dari kita saudara, guru maupun orang tua kita ketika akan pergi kesekolah, ataupun kembali dari sekolah untuk memberikan salaman kepada mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawani (2013:27) terdapat lima bentuk dari budaya sekolah secara islami. Salah satunya yakni bentuk budaya salaman. Bentuk salaman ini selalu di terapakan pada siswa melalui kehidupan sehari-hari baik melalui kegiatan akademik maupun non akademik. Jadi setiap bertemu dengan orang yang lebih tua dari kita, baik guru maupun orang tua kita ketika kita pergi sekolah, ataupun kembali dari sekolah harus kita bersalaman dengan mencium tangan mereka. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Midya’udin (2015) bentuk kegiatan kerohanian islam dalam meningkatkan perilaku budaya islami seperti melalui pendekatan secara individual. Dalam mendekati siswa dilakukan dengan cara yang simpati, lemah lembut dan memudahkan. Ajakan yang simpatik memunculkan citra yang positif. Oleh karena itu, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW, bahwasanya pendekatan ini didasarkan pada azas tolongmenolong, nasehat-menasehati, tujuan dari pendekatan ini yakni membina agar dapat melaksanakan amalan-amalan yang baik dan memberi pengaruh pada siswa untuk berperilaku menghargai keberagamaan yang baik. Selain memberi pengaruh siswa untuk berperilaku dengan baik, seorang pemimpin atau guru juga dapat mengetahui apakah setiap siswa sudah disiplin dalam hal kerapian atribut atau sebagainya. Siswa yang berkendara apapun baik sepeda motor atau sepeda biasa harus mematikan mesin dan turun semenjak dari gerbang utama serta menuntun dengan berjalan kaki menuju parkir sepeda masing-masing dan berbudaya antri saat melakukan absensi dengan menggunkan sistem fingerprint sudah menjadi kegiatan pembiasaan bagi siswa dan melatih mereka untuk senantiasa berperilaku disiplin disetiap kegiatan sekolah dari awal masuk sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Midya’udin (2015) yaitu melalui pelatihan dan pembiasaan, dalam hal ini siswa dilatih untuk terbiasa melaksakan berbagai macam kebiasaan, seperti mematikan mesin kendaraan saat memasuki halaman sekolah, ibadah dan mu’amalah. Seperti sholat dhuha, sholat dhuhur, membaca Al-Quran, serta mengucap salam jika brtemu teman, guru, maupun jika memasuki ruangan (kantor, kelas dan lain lain). Pelatihan dan pembiasaaan merupakan cara yang cukup efektif untuk meningkatkan perilaku keagamaan siswa. karena suatu pembiasaan dalam beragama dapat menciptakan kesadaran beragama. Diperkuat oleh Lawani (2013:27) mengenai bentuk perilaku, implementasi budaya sekolah melalui dua kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah baik itu kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menguasai berbagai bidang yang berkaitan dengan perilaku yang positif sehingga siswa mampu menterjemahkan perilaku positif dalam kehidupannya. Dalam beberap kegiatan ini dapat dijadikan rujukan untuk mnegukur sejauh mana budaya religius dapat membentuk perilaku disiplin siswa di SMK Sunan Ampel. Temuan lain adalah penerapan kebiasaan membaca do’a bersama sebelum memulai pembelajaran (istigosah). Di SMK Sunan Ampel sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai ketika bel sudah memperingatkan untuk masuk dalam kelas maka seluruh siswa di kelas masing-masing langsung membaca doa sebelum memulai belajar seyelah membaca do’a sebelum belajar dilanjutan membaca yasin yang dikomando oleh siswa-siswa yang piket dari dalam kantor. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawani (2-013:27) yaitu do’a bersama, untuk melalui pembelajaran siswa di harapkan berdoa agar seluruh pelajaran yang di dapatkan dapat di pahami dengan benar. Bahwa sebelum memulai sesuatu pekerjaan harus didahului dengan doa, dengan dibiasakannya membaca alqur’an setiap hari secara istiqomah maka menjadikan siswa mendapat pahala, disamping itu pelajaran yang diajarkan oleh guru jadi mudah terserap dan menjadi lebih bermanfaat. Selanjutnya adalah kegiatan peringatan hari besar islam, di SMK Sunan Ampel selelu memperingati berbagai peringatan hari besar islam (PHBI) untuk menghargai dan menghormati moment-moment penting tersebut dengan berbagai kegiatan seperti kegiatan sosial terhadap masyarakat dan juga di SMK Sunan Ampel juga melakukan ziarah wali di berbagai kesempatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Midya’udin (2015) bahwa melalui kegiatan sosial dengan kegiatan sosial di luar sekolah misalanya ziarah wali dan juga melakukan berbagai macam kegiatan sosial ke masyarakat. Di harapkan kegiatan ini dapat meningkatkan perilaku keberagamaan siswa untuk peduli terhadap sesama dan siswa agar lebih semangat dalam menyebarkan syariat Islam. Kemudian dalam memperhatikan perkembangan perilaku disiplin siswa, dewan guru dan semua staf sekolah memberikan punishment untuk siswa yang melanggar tata tertib sekolah  dan juga reward untuk siswa yang berprestasi agar siswa yang lain termotivasi untuk meningkatakan prestasinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Prijodarminto (Tu’u 2004:31) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan. Dan diperkuat menurut Rachman ( Tu’u 2004:32) menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku baik yang muncul dari kesadaran dirinya maupun karena adanya sanksi atau hukuman. Oleh karena itu, dalam upaya membentuk perilaku disiplin siswa perlu adanya tindakan yang tegas dari semua pihak sekolah dengan memastika semua siswa menjalankan segala tata tertib yang sudah ada disekolah. Menurut pendapat peneliti dari penelitian yang sudah peneliti lakukan terkait dengan penerpan budaya religius dalam membentuk perilaku disiplin siswa di SMK Sunan Ampel sudah sesuai. Namun, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut; 1) perlu adanya koordinasi yang baik antara pemimpin sekolah dengan semua staf atau pegawai guna mewujudkan budaya religius; 2) serta mengoptimalkan penerapan kegiatan-kegiatan religius disekolah.   B.    Peran Kepala Sekolah Dalam Implementasi Budaya Religius Dalam Upaya Membentuk Perilaku Disiplin Siswa Di SMK Sunan Ampel Menganti Gresik Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin, harus dapat memberi panutan atau contoh yang baik. Di SMK Sunan Ampel, Kepala Sekolah biasanya datang lebih awal daripada siswa, itu menunjukkan contoh sikap kedisplinan dari seorang pemimpin. Kepala Sekolah beserta Guru memakai seragam dengan rapi untuk mencerminkan sikap keindahan dan kerapian. Seperti yang dinyatakan oleh Nurkolis, (2003:204) bahwa Budaya sekolah akan baik apabila kepala sekolah dapat: (a) berperan sebagai model, (b) mampu membangun tim kerja sama, (c) belajar dari guru, staf dan siswa, (d) harus memahami kebisaan untuk terus di kembangkan. Pengembangan karakter peserta didik sangat memerlukan lingkungan yang sesuai antara nilai ideal dan realitas yang dihadapi. Apa yang dilihat dan didengar lebih berpengaruh pada pengembangan perilaku daripada apa yang dilarang dan apa yang disuruh kepada peserta didik. Keteladanan ini sangat diperlukan dalam ketiga wahana pendidikan, yaitu di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah sebagai lingkungan yang harus diciptakan normatif. Pengembangan perilaku yang disiplin sesuai nilai-nilai budaya bangsa dan lebih efektif dan efisien apabila disertai keteladanan dari pimpinan. Pembentukan disiplin pada peserta didik hanya efektif apabila kepala sekolah dan gurunya menjadi teladan dalam kedisiplinan. Apabila meminta siswa datang tepat waktu maka guru harus datang lebih awal. Apabila meminta siswa berpakaian rapi maka guru harus berpakaian lebih rapi. Hal ini diterapkan secara konsisten di SMK Sunan Ampel Menganti Gresik. Dengan begitu sebagai seorang panutan diharapkan memiliki kedisplinan, ketertiban, serta mengajarkan apa saja yang baik sehingga seluruh warga yang menganut pimpinan juga ikut menyerap apa yang dilakukan pada diri seorang pemimpin, pemimpin harus menjadi suri tauladan yang baik, agar seluruh warga sekolah dapat melihat kemudian termotivasi untuk perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Kepala Sekolah memperhatikan siswa, guru, maupun masyarakat sekitar. Seperti contoh memperhatikan siswa yaitu Kepala Sekolah selalu mengecek setiap harinya mulai dari atribut pada saat masuk halaman gerbang sekolah, kemudian pada saat jam pelajaran berlangsung kepala sekolah berjalan ke ruangan kelas untuk mengecek apakah seluruh siswa melakukan proses pembelajaran dengan semestinya, apakah jika ada guru yang berhalangan hadir sudah diisi dengan materimateri yang positif, sampai pada sholat berjamaah apakah seluruh siswa sudah hadir semua di musholla. Memperhatikan guru, yaitu apabila guru terlambat masuk ke ruang kelas maka di ingatkan untuk segera menuju ke ruang kelas masing-masing, jika berhalangan hadir maka harus izin terlebih dahulu. Sesuai dengan pendapat Nurkolis, (2003:203) bahwa  budaya sekolah berkaitan erat dengan visi yang dimiliki kepala sekolah tentang masa depan sekolah. Dengan demikian kepala sekolah memiliki peran penting dan sebagai contoh dalam membentuk budaya sekolah. Kepala sekolah memberikan berbagai tausiyah untuk mewujudkan agar peserta didiknya mempunyai perilaku yang baik. Memberi pengertian melalui ajakan untuk selalu bersikap baik terhadap sesama, menanamkan kebiasaan yang berhubungan dengan perintah agama dan menjauhi laranganlarangan. Sesuai dengan pendapat Lawani, (2013:27) yaitu Implementasi budaya sekolah melalui dua kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah baik itu kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam menguasai berbagai bidang yang berkaitan dengan perilaku yang positif sehingga siswa mampu menterjemahkan perilaku positif dalam kehidupannya. Bahwa pemberian tausiyah bukan hanya kultum atau pengajian yang berkaitan dengan agama saja. Tetapi pemberi pengertian kepada siswa bahwa kita tidaklah bisa hidup sendirian, peduli terhadap sesama dan saling menghormati. Apabila ada permasalahan terhadap teman, maka sebagai seorang pemimpin yang baik harus dapat memberi pengertian kepadas setiap peserta didik untuk bersikap toleransi dan menyelesaikan konflik secara adil melalui sosialisasi dalam organisasi. Misalnya OSIS, karena dalam suatu organisasi diajarkan sikap saling menghormati sesama baik antara pemimpin dan yang dipimpin. Memberikan aturan atau tata tertib yang mendidik agar siswa dapat menjadi siswa yang disiplin dan mencintai keindahan. Peraturan yang ditetapkan disebuah lembaga pendidikan tentu berbeda-beda, pencitraan sekolah berbagai macam, mulai dari kedisplinan, kebersihan, keagamaan, dan lain sebagainya. Contoh penerapan keagamaan, semua siswa apabila sudah menjelang waktu sholat dhuha maupun sholat dhuhur, maka tidak boleh melakukan aktivitas apapun selain menunaikan ibadah sholat secara berjamaah di musholla, Kepala Sekolah sering kali mengecek seluruh ruangan apakah masih ada siswa yang belum melakukan sholat berjamaah. Sebelum dan sesudah pembelajaran dibiasakan membaca doa bersama-sama. Dalam hal aturan tidak lepas dari yang namanya hukuman dan penghargaan. Peraturan sekolah yang dilanggar mendapat hukuman sesuai dengan apa yang telah dilanggar. Agar perilaku peserta didik sesuai dengan tata nilai dan norma yang ditanamkan perlu dilakukan konfirmasi antara nilai yang dipahami dan perilaku yang dimunculkan. Apabila peserta didik melakukan yang sesuai yang baik perlu diberikan penghargaan atau pujian. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku terhadap tata nilai dan norma perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan dengan memberikan punishment atau sanksi yang sepadan dan bersifat pedagogis pada peserta didik. Secara bertahap punishment ini awalnya bersifat preventif yaitu mencegah terjadinya pelanggaran lebih lanjut dengan memberikan teguran, nasehat, penugasan atau sejenisnya. Selanjutnya pada tingkat yang lebih tinggi dilakukan represi agar pelanggaran tidak menyebar pada peserta didik lain. Pada tahap terakhir, jika diperlukan ada tindakan shock therapy untuk pelanggaran yang benar-benar esensial sehingga memberikan efek jera. Namun demikian, seberat apapun punishment yang diberikan harus dilakukan dalam upaya perbaikan atau pembinaan untuk rehabilitasi dan resosialisasi. Peserta didik yang melakukan kebaikan dan menunjukkan prestasi diberikan penghargaan atau pujian. Seperti siswa yang selalu menurut, berbakti kepada guru, mau melakukan apa saja yang diperintahkan oleh guru, maka siswa tersebut biasanya mendapat nilai-nilai yang bagus. Untuk memberikan sugesti dan dorongan positif agar memiliki karakter yang baik perlu dilakukan tradisi pemberian penghargaan pada siswa-siswa yang berprestasi terbaik tidak hanya di bidang akademik saja tetapi juga siswa yang kepribadiannya terbaik yang ditentukan berdasarkan kriteria tertentu yang terukur. Sesuai dengan pendapat Menurut Mulyasa (2006:109) dalam menanamkan kedisiplinan pada siswa, guru sebagai pendidik harus bertanggung jawab untuk mengatakan apa yang baik, menjadi tauladan, sabar dan penuh pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan disiplin pada diri peserta didik. Agar perilaku peserta didik sesuai dengan tata nilai dan norma yang ditanamkan perlu dilakukan konfirmasi antara nilai yang dipahami dan perilaku yang dimunculkan. Apabila peserta didik melakukan yang sesuai yang baik perlu diberikan penghargaan atau pujian. Menurut pendapat peneliti dari penelitian yang sudah peneliti lakukan terkait dengan peran kepala sekolah dalam implementasi budaya religius dalam upaya membentuk perilaku disiplin siswa di SMK Sunan Ampel sudah baik dan sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah atau pemimpin lembaga. Namun, perlu adanya beberapa hal agar peran kepala sekolah menjadi lebih optimal yaitu dengan mengadakan sosilasasi bertahap kepada seluruh warga sekolah serta melakukan monitoring dan supervisi berkala.   C.    Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Implementasi Budaya Religius Dalam Upaya Membentuk Perilaku Disiplin Siswa di SMK Sunan Ampel Menganti Gresik Masih ada siswa yang kurang mentaati peraturan sekolah. Seperti masih banyak siswa yang tidak masuk sekolah karena main kerumah teman atau nongkrong di warung kopi, keterlambatan siswa masuk kelas, kurangnya kerapian seragam yaitu masih ada siswa laki-laki yang tidak memasukkan baju kedalam celana, apabila waktu sholat dhuha masih banyak siswa yang berada di ruang kelas dan masih harus dipaksakan. Terdapat siswa laki-laki yang berambut panjang, maka guru piket memotong rambut siswa tersebut, siswa ramai apabila guru dikelas berhalangan hadir. Masih ada sebagian siswa yang harus dipaksakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di sekolah seperti sholat berjamaah, dan juga terdapat siswa yang membeli makanan pada waktu istirahat sudah selesai. Masih ada siswa yang ramai dengan temannya sewaktu jam pelajaran sedang berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pabundu (2006:150) terkait kendala dari siswa yaitu nilai-nilai yang menjadi budaya kurang dianut, kurang dihayati, dan kurang dilaksanakan oleh anggota sekolah. Bahwa seorang siswa tentu tidak semuanya berperilaku yang baik. Hal tersebut berimbas pada setiap individu siswa lebih sulit untuk mentaati peraturan di sekolah. Masih belum maksimal dengan mengenai peraturan kedisplinan. Terutama masih ada siswa yang datang terlambat sebelum memulai proses pembelajaran, terkadang masih ada siswa yang membeli makanan di kantin sewaktu jam pelajaran berlansung, hal ini dikarenakan belum tegasnya hukuman yang seharusnya siswa dapatkan apabila melanggar peraturan atau tata tertib sekolah. Senada dengan yang dipaparkan oleh Pabundu (2006:150) tentang kendala dalam pembentukan perilaku disiplin siswa bahwa tidak tepatnya sistem reward dan panishment. Apabila sistem reward dan panishment dapat dijalankan dengan tegas dan lancar maka akan mengurangi tingkat pelanggaran siswa atas tata tertib atau peraturan sekolah yang ada. Masih terdapat guru yang datang terlambat sebelum memulai proses pembelajaran, dan mengenai pembelajaran di kelas masih terdapat guru yang lupa untuk mengkaitkan pembentukan disiplin dengan mata pelajaran. Bahwa kita ketahui guru adalah salah satu suri tuladan bagi siswa apabila ingin membentuk perilaku disiplin siswa guru juga harus berperilaku disiplin terlebuh dahulu. Hal ini terjadi karena berbagai alasan, dan terutama komitmen dalam diri sendiri yang masih belum maksimal seperti pendapat Pabundu (2006:150) faktor yang menjadi kendala implementasi budaya religius dalam upaya membentuk perilaku disiplin siswa antara lain manajemen yang terlalu longgar, sehingga tidak adanya komitmen yang serius di antara anggota. Kendala selanjutnya adalah sarana dan prasarana yaitu Masjid yang kurang representatif dikarenakan bangunan masjid yang kurang luas sehingga siswa-siswi menggunakan strategi bergilir untuk melakukan ibadah saat jam sholat dzuhur. Menurut pendapat peneliti dari penelitian yang sudah peneliti lakukan terkait dengan kendala-kendala dalam implementasi budaya religius di SMK Sunan Ampel perlu diadakannya punishment yang tegas kepada peserta didik yang melanggar peraturan. Dan memberikan arahan atau teguran kepada staf atau dewan guru yang tidak disiplin dalam bekerja.   D.    Upaya Yang Dilakukan Dalam Implementasi Budaya Religius Dalam Upaya Membentuk Perilaku Disiplin Siswa di SMK Sunan Ampel Menganti Gresik Memperhatikan perilaku siswa dalam melaksanakan kegiatan di sekolah. kepala Sekolah selalu mengecek absensi siswa, apabila siswa selama satu semester lebih dari sebelas kali membolos maka orang tua dari siswa tersebut dipanggil, selalu mengecek ke seluruh ruangan selama proses pembelajaran berlangsung, apabila guru berhalangan hadir maka ketua kelas diwajibkan untuk mengisi hal-hal yang positif seperti diskusi, belajar berkomunikasi dengan bahasa inggris maupun bahasa arab dengan teman sebangku. Apabila melakukan sholat berjamaah maka guru yang menajdi imam mengecek shaf apakah sudah bagus dan sesuai dengan ajaran agama, yaitu tidak boleh ada jarak di setiap shaf kanan kirinya. Sesuai dengan pendapat Naili (2015), Kepala sekolah sebagai pemimpin professional di lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, mengingat posisinya secara structural sebagai pimpinan legal formal memiliki kekuasaan penuh pada lembaga yang dipimpinnya. Kepala sekolah merupakan pimpinan tertinggi dalam lembaga pendidikan sekolah. Penetapan strategi dalam bidang pendidikan agama islam oleh kepala sekolah untuk diwujudkan dalam menciptakan suasana budaya religius di lingkungan sekolah. Diperkuat dengan pendapat Pabundu (2006:205) salah satu upaya dalam mengatasi kendala implementasi budaya religius antara lain adalah keteladanan pemimpin organisasi. Bahwa seorang pemimpin, Kepala Sekolah harus mempunyai sebuah komitmen untuk memperhatikan setiap individu peserta didiknya, agar siswa menjadi lebih giat dalam melakukan proses pembelajaran, dan siswapun lebih senang ketika diperhatikan. Kepala sekolah juga harus mampu untuk meningkatkan komitmen anggota dengan memperhatikan kesehjateraan anggota. Semua pihak sekolah atau elemen sekolah harus bekerja sama dan memaksimalkan komitmen yang tertanam pada dirinya sendiri untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya disekolah. Membangun budaya sekolah yang religius dan berupaya membentuk perilaku disiplin kepada para peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Pabundu (2006:150) mengenai pengembangan kesejahteraan anggota. Dalam suatu lembaga pendidikan kesejahteraan anggota merupakan hal utama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Bahwa pengembangan kesejahteraan anggota yaitu dapat dengan cara merangkul dan bekerja sama untuk membangun sekolah yang diharapkan, menciptakan suasana budaya religius di lingkungan sekolah untuk mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlaq mulia, menjaga keharmonisan secara personal dan social serta melaksanakan budaya religius dalam komunitas sekolah. PENUTUP Simpulan Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan antara lain sebagai berikut : Penerapan budaya religius dalam upaya membentuk perilaku disiplin peserta didik di SMK Sunan Ampel yaitu diterapkannya kegiatan-kegiatan yang mencerminkan budaya sekolah islami atau religius berupa kegiatan dipagi hari siswa mulai memasuki gerbang SMK Sunan Ampel dengan turun dari kendaraannya untuk menghormati para guru yang sudah siap menyambut kedatangan para siswa. Siswa berjabat tangan dengan guru, kemudian melakukan presensi dengan menggunakan fingerprint. Pada saat jam masuk pertama kegiatan yang dilakukan adalah berdoa besamadan membaca Al-Qur’An serta sholat duha sesuai jadwal kelas. Pada siang hari siswa berjamaah sholat dhuhur dengan guru. Serta membiasakan kegiatan-kegiatan yang bernuansa agama untuk membentuk perilaku disiplin siswa meliputi (ziarah makam wali, kegiatan PHBI, kegiatan sosial masyarakat). Peran kepala sekolah dalam implementasi budaya religius dalam upaya membentuk perilaku disiplin  di SMK Sunan Ampel  Menganti Gresik yaitu Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin, harus dapat memberi panutan atau contoh yang baik. Kepala sekolah memperhatikan siswa, guru, maupun masyarakat sekitar. Kepala sekolah memberikan berbagai tausiyah untuk mewujudkan agar peserta didiknya mempunyai perilaku disiplin yang baik. Dan memberikan aturan atau tata tertib sesuai dengan reward dan punishment. Kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi budaya religius dalam upaya membentuk perilaku disiplin siswa di SMK Sunan Ampel Menganti Gresik yaitu masih ada siswa yang kurang mentaati peraturan sekolah seperti masih banyak siswa yang terlambat datang ke sekolah. Masih belum maksimalnya peraturan kedisplinan, terutama masih ada guru yang datang terlambat sebelum memulai proses pembelajaran. Serta fasilitas sekolah seperti Masjid yang kurang representatif. Upaya mengatasi kendala dalam implementasi budaya religius dalam upaya membentuk perilaku disiplin siswa di SMK Sunan Ampel Menganti Gresik yaitu dengan cara memperhatikan dan menegur perilaku siswa yang tidak sesuai dengan peraturan. Memberikan punishment yang tegas bagi peserta didik yang melanggar peraturan. Pemimpin harus selalu mengingatkan kepada semua guru untuk membentuk perilaku disiplin siswa. Dan mengajak warga sekitar sekolah untuk membangun sekolah yang bernuansa islami serta menjaga lingkungan sekolah agar tetap menjadi sekolah yang bersih. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan diatas maka terdapat saran yakni sebagai berikut: Bagi Kepala Sekolah SMK Sunan Ampel Kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan serta mempertahankan budaya religius yang ada di  sekolah. Sebagai seorang pemimpin hendaknya selalu memperhatikan seluruh warga sekolah baik secara kedisiplinan, kebersihan, dan keindahan sekolah. Membuat buku penilaian kegiatan yang berisikan tentang kegiatan keagamaan siswa untuk dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan atau prestasi siswa. Bagi Wakil Ketua Bidang Kesiswaan Wakil ketua bidang kesiswaan sebaiknya melakukan analisis mengenai kendala-kendala atau penghambat yang akan menimbulkan ketidaksesuaian dalam proses pembentukan perilaku disiplin siswa, sehingga dapat meminimalisir hambatan tersebut sekaligus dengan alternatif-alternatif penyelesaiannya. Bagi Wakil Ketua Bidang Kurikulum Wakil ketua bidang kurikulum sebaiknya melakukan beberapa pengembangan atau kreatifitas dan berkolaborasi dengan dewan guru dalam hal kegiatan belajar mengajar yang didalamnya terdapat nilai-nilai kegiatan keagamaan yang dapat membentuk perilaku didiplin siswa di kelas. Bagi Guru SMK Sunan Ampel. Guru diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan budaya religius yang ada, terlibat langsung dalam ritual keagamaan, dan tidak lupa untuk mengkaitkan materi pembelajaran dengan pembentukan perilaku disiplin siswa. Bagi peneliti lain. Untuk peneliti lain diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi serta informasi untuk menambah dan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan seputar manajemen peserta didik.   DAFTAR RUJUKAN Alim, Sumarsono. 2012. Belajar Mengajar Pembelajaran. (online). http//blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarsono/belajar-mengajardanpembelajaran/diakses pada tanggal 25 Desember 2016 pukul 18.30. Midya’udin, Ahmad. 2015. Implementasi Kegiatan Rohani Siswa (Rohis) Dan Budaya Islami Di Sekolah dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PAI Siswa. (http://www.lpmpbanten.net/berita-item/implementasi-kegiatan-rohani-siswa-rohis-dan-budaya-islam-di-sekolah-dalam-upaya-meningkatkan-has.html (online) diakses pada sabtu tanggal 11 Maret 2017 pukul 10.15). Moleong, L.J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mulyasa, E.2006.Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nurkholis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Persada Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tika, Pabundu. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara Tulus, Tu’u. 2004.  Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Belajar. Jakarta: Grasindo Usfuriyah. 2010. Menerapkan Budaya Sekolah Islami. Skripsi Universitas Islam Negeri Surabaya (Surabaya: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Surabaya Zamroni. 2003. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf  Publishing
HUBUNGAN ANTARA ETOS KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH DI SMAN SE-KABUPATEN GRESIK BASHIROH, NAILI
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

HUBUNGAN ANTARA ETOS KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH DI SMAN SE-KABUPATEN GRESIK Naili Bashiroh Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya E-mail: bashirohnaili@gmail.com Muhamad Sholeh Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya E-mail: muhamadsholeh27@yahoo.co.id   Abstrak Etos kerja memiliki hubungan yang sangat penting dengan produktivitas kerja. Seorang pemimpin diharapkan dapat menjaga keseimbangan etos kerja dan produktivitas kerja tenaga administrasi sekolah. Apabila keseimbangan keduanya terjaga dengan baik dan etos kerja terus ditingkatkan maka produktivitas kerja yang dihasilkan oleh tenaga administrasi sekolah cenderung akan meningkat. Tujuan penelitian ini dilakukan, untuk mengetahui tingkat etos kerja Tenaga Administrasi Sekolah di SMAN Se-Kabupaten Gresik, untuk mengetahui tingkat produktivitas Tenaga Administrasi Sekolah, dan untuk mengatahui hubungan antara etos kerja dengan produktivitas kerja Tenaga Administrasi Sekolah di SMAN Se-Kabupaten Gresik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional dengan variabel bebas etos kerja (X) dan variabel terikat produktivitas kerja (Y). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 200 (dua ratus) responden dengan jumlah sampel 133 (seratus tiga puluh tiga) responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket/kuesioner, observasi, dan dokumentasi, dan teknik pengambilan sampel menggunakan area propotional random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tenaga administrasi pada SMAN Se-Kabpaten Gresik secara umum memiliki tingkat etos kerja yang agak tinggi dikarenakan memiliki nilai rata-rata atau mean sebesar 146,1 yang mana berada pada skala interval 145-147. Sedangkan tingkat produktivitas kerja tenaga administrasi pada SMAN Se-Kabupaten Gresik memiliki tingkat agak tinggi dalam melaksanakan tugas dimana memiliki nilai rata-rata atau mean sebesar 74 pada skala interval 73-75, dan diperoleh nilai koefisien korelasi product moment sebesar 0,990, dan dapat dikatakan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel yaitu (0,990 > 0,361) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara etos kerja dengan produktivitas kerja. Kata kunci: Etos kerja, produktivitas kerja tenaga administrasi sekolah     RELATIONSHIP BETWEEN WORK ETHIC WITH WORK PRODUCTIVITY OF SCHOOL ADMINISTRATOR AT SENIOR HIGH SCHOOL OF GRESIK REGENCY   Abstract Work ethic has a very important relationship with work productivity. A leader is expected to maintain a balance of work ethic and work productivity of school administrator. If the balance of both is well maintained and work ethic always is increased so the work productivity generated by school administrators will tend to increase. Purpose the research was done to know the level of work ethics of School Administrator at senior high school of Gresik Regency, to know the level of productivity of School Administrator, and to know the relationship between work ethic with work productivity of School Administrator at senior high school of Gresik Regency.This research used quantitative approach with correlational research type with independent variable of work ethic (X) and dependent variable of work productivity (Y). The population in this research is (two hundred) respondents and the sample is 133 (one hundred and thirty three) respondents. Data collection techniques used questionnaire, observation, and documentation and technique in this research used the area of ?? sampling random propotional (random technique. The result of the research showed the administrator at senior high school of Gresik regency generally has a rather high work ethic level because the average value or mean is 146.1 which is on the interval scale 145-147. While the work productivity level of administrator at senior high school of Gresik regency has a high enough level in doing tasks which the mean is 74 on the interval scale 73-75, and the value of product moment correlation coefficient is 0.990, and it can be said that r count bigger than r table that is (0,990> 0,361) so it can be concluded that there is a positive and significant relationship between work ethic with work productivity. Keywords: work ethic, work productivity of school administrator            PENDAHULUAN Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu lembaga pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang dan menunjukkan aktivitas pendidikan. Potensi yang ada pada setiap SDM harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan menjelaskan bahwa “Tenaga kependidikan diatur mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/kota, Kecamatan dan sekolah/lembaga pendidikan” seperti pusat: Kementrian dan Direktorat Jenderal, Provinsi: Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten: Dinas Pendidikan Kabupaten/kota, Kecamatan: UPTD dan sekolah: Tatausaha sekolah/tenaga administrasi sekolah. Kewenangan setiap tingkat memiliki perbedaan, tugas pokok dan fungsi, namun secara keseluruhan hak dan kewajiban memiliki standar yang sama. Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) merupakan salah satu dari bagian tenaga kependidikan. Tenaga Administrasi Sekolah sangat diperlukan pada lembaga pendidikan untuk mengatasi pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi sekolah. Diharapkan sumber daya manusia yang ada memiliki etos kerja dan berdaya guna produktivitasnya. Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah stakeholder yang ada disekolah. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), “Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan”. Selain itu pada pasal 39 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional mengenai pendidik dan tenaga kependidikan menyatakan bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan”. Tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah Pasal 1 Ayat 1 bahwa, “Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah terdiri dari kepala tenaga administrasi, pelaksana urusan, dan petugas layanan khusus sekolah/madrasah”. Selain itu dalam Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah terdapat cakupan kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah salah satunya adalah kompetensi kepribadian, yang mana dalam kompetensi tersebut terdapat etos kerja. Peningkatkan mutu pendidikan ternyata masih banyak menemukan kendala-kendala yang harus segera dicarikan solusi. Dimana kendala tersebut sepertinya luput dari pantauan banyak orang ialah masalah mutu tenaga administrasi sekolah yang belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan. Tapi patut disayangkan, upaya peningkatan mutu dan kompetensi tenaga administrasi sekolah kurang mendapat perhatian dari pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan karena profesi tenaga administrasi dirasa kurang penting. Padahal apabila semua komponen sekolah saling bekerja sama untuk membangun citra sekolah, dengan demikian sekolah tersebut akan menjadi lebih baik. Untuk menghadapi tantangan yang ada, sekolah memerlukan etos kerja pegawai yang tinggi agar dapat memaksimalkan produktivitas Tenaga Administrasi Sekolah (TAS), dimana produktivitas tenaga administrasi sekolah (TAS) sangat berhubungan dengan etos kerja. Data pada website Badan Pusat Statistik (BPS) Gresik yang diakses pada tanggal 09/01/2017 pukul 10.52 menjelaskan adanya jumlah sekolah dasar (SD) Negeri sebanyak 389 sekolah dan SD swasta sebanyak 56 sekolah, SMP Negeri sebanyak 33 sekolah dan SMP swasta sebanyak 68 sekolah, SMA Negeri sebanyak 12 sekolah dan swasta sebanyak 38 sekolah, SMK Negeri sebanyak 4 sekolah dan SMK swasta sebanyak 38 sekolah. Sasaran dalam penelitian ini adalah SMAN se-Kabupaten Gresik, dimana jumlah SMAN yang terdapat di Kabupaten Gresik sebanyak 12 SMAN meliputi SMAN 1 Gresik, SMAN 1 Manyar, SMAN 1 Kebomas, SMAN 1 Sidayu, SMAN 1 Dukun, SMAN 1 Cerme, SMAN 1 Balongpanggang, SMAN 1 Menganti, SMAN 1 Kedamean, SMAN 1 Driyorejo, SMAN 1 Wringinanom, SMAN 1 Sangkapura. Berdasarkan studi pendahuluan bahwa Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) di Kabupaten Gresik belum memenuhi kriteria karena didalam rekruitmen Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) bukanlah dari jurusan/bidang yang mengarah kedalam profesi tersebut melainkan kebanyakan tenaga administrasi yang ada tidak sesuai dengan bidang keahliannya, dengan begitu banyak Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) kurang faham dengan apa yang harus di kerjakan sehingga etos kerja para tenaga administrasi sangatlah kurang. Selain itu pengalihan kewenangan pengelolaan SMA/SMK dari kabupaten/kota kepada provinsi tersebut juga akan berdampak kepada penyerahan personil, pendanaan, prasarana dan dokumen, dengan begitu akan timbul masalah-masalah krusial terhadap pelimpahan kewenangan tersebut salah satunya adalah penempatan tenaga kependidikan. Salah satu tenaga administrasi sekolah mengatakan bahwa pekerjaaan tenaga administrasi sekolah ini sangatlah menyeluruh dalam mengatur administrasi yang ada di sekolah. Akan tetapi faktanya bahwa tenaga administrasi sekolah ini bukan dari tenaga administrasi sekolah sendiri melainkan ada yang bertugas sebagai guru dengan merangkap pekerjaan tenaga administrasi, hal ini  di sebabkan minimnya jumlah tenaga administrasi yang ada di sekolah tersebut. Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) pada SMAN Se-Kabupaten Gresik memiliki pekerjaan yang kompleks sehingga diperlukan etos kerja yang baik dan tinggi untuk mendukung dan meningkatkan serta mempertahankan produktivitas kerja mereka. Penyebab tersebut, antara lain karena tidak sesuai dengan jurusan/bidangnya, lingkungan kerjanya yang membosankan, pekerjaan yang terlalu banyak sehingga pegawai sulit untuk berkonsentrasi mengerjakan pekerjaanya. Berdasarkan pokok pemikiran di atas dapat disimpulkan, bahwa sekolah perlu memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan. Terutama ialah agar tercipta etos kerja yang baik dan tinggi untuk mendukung dan meningkatkan serta mempertahankan produktivitas Tenaga Administrasi Sekolah (TAS). Berkaitan dengan hal ini, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Etos Kerja dengan Produktivitas Kerja Tenaga Administrasi Sekolah di SMA Negeri Se-Kabupaten Gresik”. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana tingkat etos kerja Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) pada SMAN se-Kabupaten Gresik? Bagaimana tingkat produktivitas kerja Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) pada SMAN se-Kabupaten Gresik? Adakah hubungan antara etos kerja dengan produktivitas kerja Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) pada SMAN se-Kabupaten Gresik?   METODE Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto (2013:27) pendekatan penelitian kuantitatif cenderung menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Penelitian ini mencari gambaran adanya hubungan antara etos kerja dengan produktivitas kerja tenaga administrasi sekolah. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Y   X       Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian Sumber: Dokumen Peneliti Keterangan: X : Etos Kerja Y: Produktivitas Kerja Tenaga Administrasi Sekolah (TAS)   Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Tenaga Administrasi di SMAN se-kabupaten Gresik. Jumlah populasi yang ditetapkan sebagai objek penelitian adalah 200 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan area proportional random sampling berdasarkan rumus Slovin (Riduwan, 2011:63), yaitu: Perhitungan Sampel:   n = 12NN (d)2 +1">    = 122002000,052+1">    = 12200200. 0,0025+1">    = 122001,5">   = 133,3 = 133 Berdasarkan perhitunan di atas, diketahui jumlah sampel yang didapat adalah sebanyak 133 tenaga administrasi sekolah.Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket dengan empat pilihan jawaban yakni: 1) Selalu (SL) = skor 4, 2) Sering(SR) = skor 3, 3) Kadang-kadang (KD) = skor 2, dan 4) Tidak Pernah  (TP) = skor 1. Pengembangan instrument yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan bantuan program SPSS for Windows 21.0 Version. Peneliti melakukan penyebaran secara acak kepada 133 tenaga administrasi sekolah SMAN se-Kabupaten Gresik. Uji validitas menggunakan rumus analisis Korelasi Product Moment dan rumus Alpha Cronbach pada uji reliabilitas. Instrument dikatakan valid apabilahasil  r ≥ 0.30. . Skala penelitian dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas r>0,6. Teknik analisis data pada penelitian ini di bagi menjadi tiga yaitu uji persyaratan analisis data, analisis deskriptif dan analisis korelasi. Untuk anlisis deskriptif dengan mennentukan interval dan menentukan mean. Rumus mean adalah sebagai berikut:   Me = 12∑fixi∑fi"> HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program statistik SPSS for Windows 21.0 Version. Hasil analisis data untuk variabel etos kerja yang meliputi empat kualifikasi diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut, dimana di dapatkan skor tertinggi adalah 156 dan skor terendah adalah 133.  Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui dari 133 responden yang merupakan tenaga administrasi SMAN se-Kabupaten Gresik diperoleh dengan jumlah data 9 responden memiliki nilai sangat tinggi sekali, 22 responden memiliki nilai sangat tinggi, 26 responden memiliki nilai tingi, 26 responden memiliki nilai cukup tinggi, 24 responden memiliki nilai sedang,  15 responden memiliki nilai cukup rendah, 7 responden memiliki nilai rendah, dan 4 responden memiliki nilai sangat rendah dalam etos kerja. Sementara itu untuk mean sendiri dari data yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus yang telah dijelaskan pada bab selanjutnya.   Me = 19436 = 146,1  133 Jadi rata-rata dari nilai etos kerja 133 tenaga administrasi SMAN se-Kabupaten Gresik adalah 146 pada skala interval 145-147, yang mana dapat diartikan bahwa tenaga administrasi sekolah di SMAN se-Kabupaten Gresik secara umum memiliki nilai etos kerja yang cukup tinggi dalam melaksanakan pekerjaan. Hasil analisis data untuk variabel produktivitas kerja yang meliputi dua kualifikasi diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut, dimana di dapatkan skor tertinggi adalah 84 dan skor terendah adalah  61. Data tersebut dapat diketahui dari 133 responden yang merupakan tenaga administrasi SMAN se-Kabupaten Gresik diperoleh dengan jumlah data 7 responden memiliki nilai sangat tinggi sekali, 20 responden memiliki nilai sangat tinggi, 29 responden memiliki nilai tingi, 27 responden memiliki cukup tinggi, 25 responden memiliki nilai sedang,  14 responden memiliki nilai cukup rendah, 7 responden memiliki nilai rendah, dan 4 responden memiliki nilai sangat rendah dalam produktivitas kerja. Sementara itu untuk mean sendiri dari data yang diperoleh data sebagai berikut:   Me =  9842 = 74 133 Jadi rata-rata dari nilai etos kerja 133 tenaga administrasi SMAN se-Kabupaten Gresik adalah 74 pada skala interval 73-75, yang mana dapat diartikan bahwa tenaga administrasi sekolah di SMAN se-Kabupaten Gresik secara umum memiliki nilai produktivitas kerja yang cukup tinggi dalam setiap tugas yang dilaksanakan, untuk itu tenaga administrasi sekolah agar dapat meningkatkan produktivitas kerja yang lebih baik. Berdasarkan besarnya nilai signifikan variabel etos kerja (X) dengan produktivitas kerja (Y) adalah 0.000 < taraf kepercayaan 0,05 (alpha 5%). Nilai signifikan ini lebih kecil daripada nilai alpha 0,05 dengan demikian H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan positif dan signifikan antara etos kerja (X) dengan produktivitas kerja (Y) tenaga administrasi sekolah di SMAN se-Kabupaten Gresik. Keberadaan pegawai sangat menentukan jalannya suatu organisasi. Lembaga pendidikan memiliki tenaga administrasi sekolah yang bertugas untuk membantu mengerjakan tugas-tugas kepala sekolah dalam bidang administrasi sekolah. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada 133 responden yang merupakan tenaga administrasi sekolah SMAN se-Kabupaten Gresik yang meliputi kepala tenaga administrasi, pelaksana urusan, dan petugas layanan khusus sekolah/madrasah diketahui bahwa 9 responden memiliki nilai sangat tinggi sekali, 22 responden memiliki nilai sangat tinggi, 26 responden memiliki nilai tingi, 26 responden memiliki nilai cukup tinggi, 24 responden memiliki nilai sedang,  15 responden memiliki nilai cukup rendah, 7 responden memiliki nilai rendah, dan 4 responden memiliki nilai sangat rendah dalam etos kerja. Rata-rata nilai dari nilai etos kerja 133 tenaga administrasi sekolah di SMAN se-Kabupaten Gresik adalah 146,1 dan nilai tersebut pada skala interval 145-147 yang berarti secara umum memiliki nilai etos kerja yang agak tinggi dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa tenaga administrasi sekolah dalam melaksanakan tugas melakukan sepenuh hati dan tidak ada paksaan baik dari lembaga maupun pemimpin lembaga itu sendiri. Dari hasil penelitian dapat diketahui, bahwa mayoritas tenaga administrasi sekolah memiliki etos kerja yang cukup tinggi. Hal ini tercermin dalam pendapat Ismail (2007:1), “etos kerja ialah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan perhatian yang penuh. Maka pekerjaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupun banyak kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi kebutuhan atau karena tanggung jawab yang tinggi”. Hal-hal yang perlu diperhatikan pula beberapa pendapat mengenai ciri-ciri etos kerja menurut Asifudin (2004, 36-37) bekerja keras, bekerja dengan arif bijaksana, antusias, sangat bergairah dalam bekerja dan, bersedia memberikan pelayanan. Selain ciri-ciri etos kerja secara umum, juga disebutkan ciri-ciri etos kerja bangsa Jepang, yaitu: suka bekerja keras, terampil dan ahli dibidangnya, disiplin bekerja, tekun, cermat, dan teliti, memegang teguh kepercayaan dan jujur, penuh tanggung jawab, mengutamakan kerja kelompok, menghargai dan menghormati senioritas, dan mempunyai semangat patriotisme. Menurut Asifudin (2004:37), idealisasi kualitas manusia Indonesia disesuaikan dengan dinamika budaya Bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar, antara lain: (a) iman dan taqwa, (b) berkepribadian, tangguh dan mandiri, (c) bekerja keras, (d) disiplin, (e) bertanggung jawab, (f) cerdas, arif bijaksana, (g) terampil, (h) sehat jasmani dan rohani, (i) mempunyai kesadaran patriotisme tinggi. Etos kerja yang tingi dapat diketahui dari ciri-ciri yang dimiliki individu itu sendiri. Menurut Hasan (Fitria & Mantja, 2003:19), bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki etos kerja adalah: (a) mengembangkan prinsip manajemen professional, (b) memiliki jiwa kepemimpinan, (c) mempertimbangkan keputusan yang diambil, (d) menghargai waktu, (e) selalu berusaha kearah yang lebih baik, (f) memiliki semangat berlomba dalam kebaikan, (g) memiliki semangat untu mandiri, (h) haus untuk memiliki ilmu pengetahuan, (i) tidak cepat puas, tidak mudah putus asa, penuh kesabaran, ulet dan pantang menyerah. Dari beberapa pendapat mengenai etos kerja tersebut, penelitian ini mengukur etos kerja melalui kedisiplinan, semangat kerja, tanggung jawab, serta kerjasama. Hasil penelitian menunjukkan tenaga administrasi sekolah memiliki etos kerja yang cukup tinggi. Produktivitas tenaga administrasi SMAN se-Kabupaten Gresik kebanyakan berada dalam kategori cukup tinggi, yaitu merupakan hasil pengukuran berdasarkan efetivtas dan efisiensi kerja yang dilaksanakan oleh tenaga administrasi. Pernyataan ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 133 responden yang merupakan tenaga administrasi sekolah di SMAN se-Kabupaten Gresik dapat diketahui bahwa 7 responden memiliki nilai sangat tinggi sekali, 20 responden memiliki nilai sangat tinggi, 29 responden memiliki nilai tingi, 27 responden memiliki cukup tinggi, 25 responden memiliki nilai sedang,  14 responden memiliki nilai cukup rendah, 7 responden memiliki nilai rendah, dan 4 responden memiliki nilai sangat rendah dalam produktivitas kerja, dan nilai tersebut pada skala interval 73-75 yang berarti secara umum menghasilkan nilai produktivitas kerja yang sangat tinggi dalam setiap tugas yang dilaksanakan sehingga tenaga administrasi dapat meningkatkan produktivitas kerja tersebut guna memperoleh hasil kerja yang baik.  Produktivitas kerja tenaga administrasi sekolah harus dapat dipertahankan serta dapat terus ditingkatkan dan menurut Nawawi (2001:108) “Untuk itu produktivitas kerja lebih ditekankan pada ukuran daya guna dalam melaksanakan pekerjaan, yang menyentuh aspek ketepatan, kecermatan dan sikap terhadap pekerjaan. Ketepatan dan kecermatan dihubungkan dengan keterampilan dan keahlian dalam mempergunakan metode/cara bekerja dan peralatan yang tersedia”. Demikian pula yang harus diperhatikan oleh kepala sekolah agar tenaga administrasi sekolah dapat bekerja dengan maksimal, menurut Siagian (2002:10) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah perbaikan terus-menerus dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini merupakan salah satu kiat dalam mengelola organisasi agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Peningkatan mutu hasil pekerjaan berkaitan erat dengan perbaikan terus-menerus ialah peningkatan mutu hasil pekerjaan oleh semua orang dan segala komponen organisasi. Pemberdayaan sumber daya manusia merupakan unsur yang paling strategic dalam organisasi. Karena itu memberdayakan sumber daya manusia merupakan etos kerja yang sangat mendasar yang harus dipegang teguh oleh semua komponen organisasi. Untuk menilai produktivitas kerja tenaga administrasi sekolah dapat diketahui dengan cara melakukan penilaian, penilaian produktivitas dilakukan secara sistematis. Dengan adanya penilaian tersebut akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas kerja tenaga administrasi sekolah. Menurut Sinungan (2003:16) bahwa “produktivitas bukanlah suatu perhitungan kuantitas tetapi, suatu ratio. Suatu perbandingan dan merupakan suatu pengukuran sistematis dari suatu tingkat efesiensi. Produk berkaitan dengan kuantitas, sedangkan produktivitas berkaitan dengan hasil persatuan dari suatu input (masukan)”. Danfar (2009) mengartikan, “efesiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan”. Sedangkan Rohman (2010) efektivitas kerja, yaitu: pertama, hasil-hasil yang dicapai oleh suatu organisasi secara keseluruhan dalam periode tertentu. Sebagai perbandingan hasil ini, dapat berupa rencana, kebijaksanaan dan sarana-sarana yang telah ditetapkan sebelumnya. Kedua, kriteria penilaian efektivitas kerja atau efektivitas organisasi, tidak saja menyangkut gejala-gejala dalam lingkup organisasi itu sendiri (hasil dalam lingkup internal organisasi atau hasil-hasil yang materil tapi berlaku untuk semua sasaran baik itu di luar organisasi atau yang non-materil). Salah satu pendapat yang menjadikan peneliti memiliki keyakinan untuk menilai serta mengukur tingkat produktivitas kerja tenaga administrasi sekolah di SMAN se-Kabupaten Gresik sebagai berikut, Dewan Produktivitas Nasional (Ndraha, 2002:44)” mendefinisikan produktivitas sebagai suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini (harus) lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini”. Etos kerja dan produktivitas kerja memiliki hubungan yang sangat erat karena etos merupakan totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna terhadap suatu pekerjaan dan tugas yang dimiliki, serta mengerjakannya secara optimal. Sedangkan produktivitas merupakan sejumlah hasil kerja yang dapat diamati dan dihitung dari setiap pegawai dalam suatu waktu tertentu. Temuan penelitian menjukkan bahwa etos kerja memiliki hubungan yang sangat erat dengan produktivitas kerja yang sesuai dengan angket penelitian yang disebarkan kepada 133 tenaga administrasi sekolah di SMAN se-Kabupaten Gresik. Hasil dari penelitian menujukkan bahwa adanya hubungan antara etos kerja (X) dengan produktivitas kerja (Y). Hasil menujukkan bahwa dapat diketahui korelasi antara etos kerja (variabel X) dengan produktivitas kerja (variabel Y) memiliki nilai korelasi sebesar 0,990 yang dapat dikategorikan sangat kuat yang terdapat pada pedoman interprestasi terhadap koefisien korelasi dengan signifikasi 0.000 < 0,05 yang berarti dari kedua variabel tersebut  terdapat korelasi yang signifikan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu dari Ade Nasrun (2011) yang menyebutkan bahwa etos kerja dan sikap amanah mempengaruhi kinerja guru dapat disimpulkan bahwa analisis regresi berganda menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan dengan nilai kontribusi independent variable terhadap dependent variable sebesar 79,4 % dan sisanya 20,6% berasal dari variabel atau faktor lain dengan taraf siginifikan sebesar 5 % atau 0,05. Kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada sebelumnya Ida Husni (2014) bahwa terdapat hubungan antara etos kerja dengan kinerja guru, dengan koefisien korelasi antara etos kerja dengan kinerja guru adalah signifikan r hitung: 0,35  > r tabel: 0,306  dan hasil t hitung > t tabel yaitu 3,61 > 2,61 taraf signifikan 0,05 dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian Vyo Sandra Suseno dan Mifathul Munir (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja dan produktivitas kerja karyawan di PT. Gudang Garam Tbk dengan  nilai  r hitung 0,761  >  r tabel  0,195. Nilai  Sig.  0,00<  taraf  signifikansi 0,05, sedangkan R² = 0,579. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa etos kerja dengan produktivitas kerja tenaga administrasi sekolah di SMAN se-Kabupaten Gresik memiliki hubungan yang positif. Hasil penelitian yang dilakukan ini sejalan dengan teori dan penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan.. PENUTUP   Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan etos kerja dengan produktivitas kerja tenaga administrasi sekolah di SMAN se-Kabupaten Gresik dapat disimpulkan bahwa: 1) Etos kerja tenaga administrasi sekolah pada SMAN se-Kabupaten Gresik berada pada kategori cukup tinggi yang mana diukur dari segi semangat kerja, tanggung jawab, disiplin kerja dan kerjasama dengan rekan kerja lainnya, 2) Produktivitas kerja tenaga administrasi sekolah pada SMAN se-Kabupaten Gresik berada pada kategori cukup tinggi yang mana diukur dari segi efektivitas dan efisiensi kerja yang dimiliki oleh para administrator, 3) Terdapat hubungan yang siginifikan antara etos kerja (X) dengan produktivitas kerja (Y) tenaga administrasi sekolah di SMAN se-Kabupaten Gresik yang memiliki nilai koefisien korelasi 0,990 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan siginifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan   Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran bagi pihak terkait adalah sebagai berikut: 1) Bagi Kepala UPT Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik; sebaiknya rekruitmen peluang kerja tenaga administrasi sekolah dari jurusan/bidang yang mengarah kepada profesi tersebut bukan dari jurusan lain, hendaknya memantau dan memperhatikan kerja tenaga administrasi sekolah serta memberikan motivasi kerja agar dapat mempertahankan bahkan meningkatkan etos kerja yang dimiliki dan mempertahankan serta meningkatkan hasil produktivitas dalam segala aktivitas kerjanya. 2) Bagi Kepala Sekolah Menengah Atas se-Kabupaten Gresik, hendaknya selalu memberikan motivasi atau dukungan terhadap semua administrator untuk mempertahankan dan meningkatkan potensi yang dimiliki dalam melaksanakan suatu pekerjaan sehingga etos kerja dan produktivitas kerja yang dihasilkan terus meningkat. 3) Bagi Tenaga Administrasi Sekolah, hendaknya meningkatkan etos kerja yang dimiliki, serta terus meningkatkan hasil produktivitasnya. Selain itu diharapkan mengikuti perkembangan ilmu pegetahuan dan teknologi yang berkembang dengan sangat cepat. 4) Bagi Peneliti lain, sebagai acuan untuk melakukan penelitian tentang manajemen sumber daya manusia dan profesi kependidikan, mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian tentang kegiatan sumber daya manusia secara lebih mendalam dan sebagai bahan refrensi.   Daftar Pustaka Asifudin, A. 2004. Etos Kerja Islami. Surakarta: Muhammadiyah University Press   Danfar. 2009. Pengertian Efisiensi, (Online), (http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efsiensi/), diakses 20 Januari 2017 Pukul 08.55 Fitria, T, & Mantja, W. 2003. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Menurut Persepsi dan Etos Kerja Guru. Jurnal Manajemen Pedidikan, 19 (1): 13-27 Ismail. 2007. Etos Kerja. (Online). (http://hbis.wordpress.com/2007/11/27/etos-kerja/html), diakses 22 Januari 2017 Pukul 09.05   Nawawi, H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada: University Press   Ndraha, T. 2002. Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta Rohman, H. 2010. Pengertian Efektivitas Kerja, (Online), (http://hipni.blogspot.com/2010/09/pengertian-efektivitas-kerja.html), diakses 22 Januari 2017 Pukul 10.03   Siagian, S. P. 2002. Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta   Sinungan. 2003. Produktivitas: Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bina Aksara        
MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS BILINGUAL DI SMP MUHAMMADIYAH 17 SURABAYA Sulastri,
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS BILINGUAL  DI SMP MUHAMMADIYAH 17 SURABAYA    Sulastri Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya sulastrinov22@gmail.com Muhamad Sholeh Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya muhamadsholeh27@yahoo.co.id   Abstrak Abstrak: Pembelajaran bilingual merupakan suatu program pembelajaran dua bahasa, yaitu bahasa ibu dan bahasa asing sebagai media pengantar pembelajaran. Pembelajaran bilingual dapat memberikan keterampilan berbahasa kepada siswa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) desain pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya; (2) implementasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya; (3) evaluasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik untuk mengecek keabsahan data dengan menggunakan kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Sedangkan teknik analisis data menggunakan kondensasi data, penyajian data, dan verifikasi data.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Desain  pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya meliputi: (a) pembentukan tim serta koordinator bilingual; (b) pelatihan bahasa Inggris guru serta mendatangkan native speaker dari negara lain; (c) penambahan pelajaran conversation pada pelajaran mulok serta pembuatan perangkat pembelajaran; (d) pengadaan program penunjang kegiatan siswa berupa ekstrakurikuler English club dan Arabic club. (2) Implementasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya meliputi: (a) penerapan penggunaan bahasa bilingual dalam membuka pelajaran, memberikan pertanyaan, dan menutup pelajaran; (b) metode pembelajaran berupa ceramah dan praktek secara langsung; (c) kurangnya sarana prasarana penunjang pembelajaran dan kemampuan guru dalam menguasai bahasa bilingual belum optimal. (3) Evaluasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya meliputi: (a) prinsip yang digunakan dalam evaluasi menggunakan prinsip keterpaduan; (b) evaluasi berupa supervisi kelas dan supervisi kinerja; (c) evaluasi untuk siswa berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Kata Kunci: manajemen pembelajaran, pembelajaran bilingual     LEARNING MANAGEMENT BASED BILINGUAL IN SMP MUHAMMADIYAH 17 SURABAYA Abstract Abstract : Learning bilingual is a program of instruction two languages, which is the mother and a foreign language as a media introductory learning. Learning bilingual can provide language skills to students wich includes skill review, speaking, reading, and writing in learning activities. This research aims were to know and describe: (1) The learning design of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya; (2) The learning implementation of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya; (3) The learning evaluation of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya. This research used qualitative approach. Technique of data collection by using interview, observation, and documentation study. To check the validity of data by using credibility, transferability, dependability, and confirmability. Whereas, to analyze the data by using data reduction, data presentation, and data verification. The research result shown that: (1) The learning design of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya consist of: (a) formulation of a team and coordinator bilingual; (b) training english teacher and bring native speaker from the other countries; (c) adding a conversation in the mulok lesson and creating a device learning; (d) procurement supporting program students activity of extracurricular English club and Arabic club. (2) The learning implementation of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya consist of: (a) the application of the use language bilingual in opening lesson, given the question, and closes lesson; (b) methode of learning use lectures and practice directly; (c) the infrastructure of supporting learning still lack and the ability of teachers in mastering bilingual not maximal. (3) The learning evaluation of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya consist of: (a) principles used in the evaluation using the principle of intregation; (b) evaluation in the form of class supervision and performance supervision; (c) evaluation for students in the form of formative evaluation and summative evaluation. Keywords: learning management, bilingual learning. PENDAHULUAN Pembelajaran bilingual merupakan suatu program pembelajaran dua bahasa, yaitu bahasa ibu dan bahasa asing sebagai media pengantar pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VII pasal 33 ayat 3 yang berbunyi, “Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik”. Pembelajaran bilingual dapat memberikan keterampilan berbahasa kepada siswa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam kegiatan pembelajaran. Era globalisasi saat ini bahasa Inggris memegang peranan penting dalam komunikasi terutama komunikasi internasional baik dalam bidang pembangunan, teknologi, ekonomi, maupun pendidikan. Perlu disadari juga bahwa penguasaan bahasa asing di Indonesia masih rendah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Nurcholish Madjid (Tilaar, 2006:23) yang menyatakan bahwa “Ada banyak faktor yang menyebabkan tertinggalnya perkembangan dunia pendidikan Indonesia. Salah satunya, meski hanya persoalan teknis, adalah bahasa Inggris”. Lemahnya penguasaan bahasa Inggris tersebut dikarenakan kurang berhasilnya pembelajaran bahasa Inggris di sekolah. Hal ini bukan berarti meninggalkan bahasa Indonesia dan menggantikannya dengan bahasa Inggris. Namun, bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pendukung untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Peningkatan mutu pembelajaran bilingual dimulai dari proses manajemen pembelajarannya, yaitu pada tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, sampai pada evaluasi pembelajarannya. Suryana (1998:4) menyatakan bahwa merosotnya mutu pendidikan pada skala kelas salah satunya pada rendahnya kualitas dan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar serta prestasi belajar. Salah satunya adalah guru, baik dalam penggunaan metode, pemanfaatan media, dan lain-lain. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran bilingual masih dijumpai guru yang mengeluhkan bahwa siswa masih belum sepenuhnya memahami pembelajaran bilingual yang disampaikan terutama penggunaan bahasa Inggris. Hal ini terlihat dari pemberian contoh dengan tugas-tugas dan latihan praktik lisan maupun tertulis secara berkelanjutan ternyata belum mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengikuti dan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa menjadi termotivasi dan bersemangat dalam belajar bahasa Inggris. Dalam manajemen pembelajaran, guru sebagai manajer dituntut dapat melakukan strategi manajemen dengan mempraktekkan berbagai model pembelajaran untuk menentukan pencapaian yang dapat dijangkau siswa. Hal tersebut berarti guru harus bisa melaksanakan tugasnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan memiliki pengetahuan serta pemahaman yang memadai tentang disiplin ilmu manajemen pembelajaran. Guru berperan sebagai pengajar dan fasilitator dalam pelaksanaan pembelajaran. Melalui proses pembelajaran harus mampu memberikan motivasi dan apersepsi terkait materi yang dibahas, kemudian cara penyampaian materi pun harus sistematis, jelas, dan mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Selanjutnya guru juga perlu memberikan evaluasi pembelajaran untuk melihat sejauh mana proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa terhadap materi yang dipelajari. Guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran harus memperhatikan karakteristik penilaian yang akan dilakukan. Tujuan dari diterapkannya pembelajaran berbasis bilingual yaitu untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang tinggi.  Namun kondisi di lapangan menunjukan masih adanya beberapa kendala dalam pengimplementasiannya, antara lain belum tersedianya kurikulum khusus bilingual, buku ajar dalam bahasa Inggris yang cocok dengan kebutuhan sekolah, belum tersedianya silabus dalam bahasa Inggris, belum siapnya guru pengajar, dan belum maksimalnya ketersediaan sarana prasarana penunjang. Dengan demikian diperlukannya koordinasi dari semua sumberdaya sekolah dalam melakukan manajemen pembelajaran bilingual agar terimplementasikan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Saat ini sebagian sekolah-sekolah yang ada di Surabaya sudah menerapkan program bilingual, salah satunya SMP Muhammadiyah 17 Surabaya. Sekolah ini berciri khas sebagai sekolah bernafaskan Islam dengan model pembelajaran full day yang berbasis bilingual dan multimedia (ICT). Sebagai upaya peningkatan peningkatan kualitas pembelajaran, kepala  SMP Muhammadiyah 17 Surabaya sebagai pemimpin di sekolah telah melaksanakan dan mengembangkan perannya  guna mencapai pengembangan pembelajaran bilingual yang baik dan efektif dengan melakukan beberapa pengembangan pada bagian yang mendasar dari program tersebut, seperti pembentukan koordinator bilingual, supervisi pembelajaran setiap tiga bulan sekali, serta pengembangan pada tenaga pendidik dan kependidikan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris yaitu melalui pelatihan bahasa Inggris, serta pengembangan kreativitas peserta didik yang tidak hanya pada prestasi akademik saja tetapi juga prestasi non akademik (seni dan olahraga) yang akan ditampilkan dan dipamerkan dalam ajang olimpiade, serta kecakapan bahasa Inggris dan IT yang mumpuni untuk menunjang keterlaksanaan program bilingual. Selain itu, sekolah ini juga mengadakan kerjasama dengan sekolah di Malaysia dalam bidang pertukaran pelajar dan guru. Kemudian sekolah juga bekerjasama dengan AIESEC dalam rangka mendatangkan mahasiswa asing ke sekolah untuk proses belajar mengajar selama satu setengah bulan. Beberapa hal tersebut menjadi suatu program strategis yang dapat menunjang tercapainya tujuan program bilingual yang telah ditetapkan bersama-sama sehingga kekurangan maupun pencapaian yang kurang maksimal dapat diantisipasi. Demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya dalam implementasiannya sudah dikatakan baik namun tetap harus ditingkatkan dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa baik bidang akademik maupun non akademik. Berdasarkan studi pendahuluan, SMP Muhammadiyah 17 Surabaya dijadikan rujukan peneliti untuk untuk mengetahui sejauh mana manajemen pembelajaran berbasis bilingual yang ada di sekolah tersebut. Sehingga hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Manajemen Pembelajaran Berbasis Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya”.   METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Rancangan studi kasus menurut Yin (2011:1) menyatakan bahwa: Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-periatiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) didalam konteks kehidupan nyata. Lokasi penelitian di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya  dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam pandangan ini analisis data kualitatif  berjalan secara terus menerus, berulang sampai data tersebut jenuh  (Miles, et al, 2014:33)selama dalam kurun waktu 2 bulan. Kehadiran seorang peneliti merupakan kunci utama dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai human instrument karena peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian  kualitatif. Uji keabsahan data pada penelitian ini menurut Moeloeng (2012:324) pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas, transferabilitas, dependebilitas, dan konfirmabilitas.   HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan terkait tiga fokus utama yaitu Desain pembelajaran bilingual, implementasi pembelajaran bilingual, dan evaluasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya. 1.    Desain Pembelajaran Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya  Hasil temuan peneliti di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya  terkait desain pembelajaran bilingual yaitu pembelajaran bilingual di sekolah ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa bilingual dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran dengan menggunakan berbagai bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Arab dan bahasa Inggris, namun lebih diutamakan bahasa Inggrisnya yang disesuaikan dengan visi misi sekolah. Hal tersebut juga didukung oleh Poarch, dkk (2015:118) yang menyatakan bahwa pembelajaran bilingual dapat mempengaruhi siswa dalam melakukan multitasking. Agar pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya dapat berjalan maksimal dan sesuai harapan ada  beberapa hal yang dipersiapkan dalam perencanaan, diantaranya: Pembentukan tim bilingual dan program pengembangan bahasa Inggris guru Tim bilingual serta koordinator bilingual dibentuk melalui rapat antara kepala kepala sekolah, dewan guru, dan komite sekolah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk memudahkan pengkoordinasian dan pemantauan pelaksanaan pembelajaran bilingual. Selain itu untuk penguatan kompetensi bahasa inggris guru SMP Muhammadiyah 17 Surabaya, juga diadakan pelatihan bahasa Inggris (In House Training) yang bekerja sama dengan lembaga kursus bahasa Inggris “Belt English” yang ada di Wiyung. Selain itu sekolah juga mendatangkan native speaker dari negara asing untuk mendukung proses pembelajaran tersebut yang biasanya dilaksanakan setiap satu semester. Hal tersebut sesuai dengan Robbin dan Coulter (Subekhi dan Jauhar, 2012:17) bahwa manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terealisasikan secara efektif dan efisien dengan melalui orang lain. Penyiapan perangkat pembelajaran Kusnandar (2014:3) menjelaskan bahwa ada beberapa program yang harus dipersiapkan guru sebagai pelaksana sebelum pembelajaran, yaitu menyusun program tahunan, program semester, silabus, dan RPP. Begitu juga di sekolah ini, sebelum pelaksanaan pembelajaran guru membuat RPP untuk dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan pembelajaran. Berkaitan dengan kurikulum pembelajaran bilingual, sekolah ini belum ada kurikulum khusus untuk pembelajaran bilingual, namun sekolah menambahkan pelajaran conversation pada pelajaran muloknya. Dimana dalam pelajaran conversation tersebut guru membuat modul sendiri yang didalamnya memuat program tahunan, program semesteran, silabus, dan RPP. Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2014:62) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Berdasarkan teori tersebut di sekolah ini belum ada buku khusus untuk bilingual. Sehingga untuk sumber belajar guru masih harus mencari sumber yang relevan antara buku dan internet, dimana kadang masih harus menyesuaikan kembali materi yang didapat dari internet dengan kompetensi yang harus dicapai siswa. Hal ini dikarenakan materi yang didapat dari internet masih sangat minim. Pengadaan program kegiatan siswa Selain itu untuk mendukung bilingualnya, di sekolah ini juga ada kegiatan ataupun program penunjang untuk siswa yang berupa ekstrakurikuler bahasa yaitu English club dan Arabic club. Ekstrakurikuler ini sebagai kegiatan penunjang kemampuan siswa dalam berbahasa yang mana dalam kegiatan ini lebih ditekankan pada praktek secara langsung cara berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab dengan baik dan benar. Selain itu ekstrakurikuler ini juga dijadikan sebagai wadah dalam penyiapan siswa untuk mengikuti olimpiade-olimpiade yang berkaitan dengan bahasa. Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan pembelajaran bilingual yang diterapkan di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya berpedoman pada kuantitas dan kualitas yang harus dimiliki sekolah sehingga memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Mengingat keberhasilan dari pendidikan merupakan bagian dari keberhasilan pembelajaran, maka harus direncanakan secara sistematis antara kebutuhan kebutuhan siswa dengan sumberdaya sekolah. Antara guru dan siswa saling sumbangsih untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran bilingual ini diterapkan agar siswa maupun guru dapat saling bersinergi dalam belajar bersama kaitannya dengan penguasaan bahasa asing dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran bilingual tidak hanya berdampak pada siswa tetapi juga guru. Perencanaan pembelajaran bilingual ini tentunya disesuaikan dengan visi dan misi sekolah dengan harapan dapat mencetak lulusan yang memiliki kompetensi unggul.   2.  Implementasi Pembelajaran Berbasis Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya Implementasi pembelajaran bilingual adalah proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan dua bahasa dalam menyampaikan materi pelajaran. Bahasa bilingual yang digunakan adalah bahasa Inggris dan bahasa Arab. Namun dalam penggunaannya lebih ditekankan pada penggunaan bahasa Inggris.  Berdasarkan temuan data oleh peneliti ada beberapa hal dalam implementasi pembelajaran, yaitu  Penggunaan bahasa bilingual Pada proses pembelajaran, pertama guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan bahasa Indonesia kemudian menggunakan bahasa Inggris. Meskipun penggunaan bilingual tersebut masih pada hal yang sederhana yaitu saat membuka pelajaran, memberikan pertanyaan, dan menutup pelajaran. Tetapi sekolah ini sudah menerapkan penggunaan bilingual yang sesuai dengan pendapat May (Margana dan Sukarno, 2011:82) yang menegaskan bahwa program bilingual adalah suatu program pembelajaran yang menggunakan bahasa pertama dan bahasa kedua (misalnya, bahasa Inggris) sebagai bahasa pengantar untuk berbagai isi kurikulum yang digunakan. Kemudian untuk implentasi pembelajaran guru mengacu pada RPP yang telah dibuat sebelumnya dan menggunakan buku sebagai sumber belajar. Sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2014:62) yang menyebutkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam pencapaian kualitas pembelajaran guru bertanggung jawab penuh kepada siswa karena guru yang mengetahui apa yang menjadi kebutuhan siswa.  Metode pembelajaran Guru sangat berperan penting dalam keberlangsungan pembelajaran. Guru merupakan orang yang dekat dengan siswa dan memahami betul kebutuhan siswa didalam kelas. Dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa saling berperan untuk mengintregasikan ilmu pengetahuan sehingga membuat siswa dapat mengaplikasikan pengetahuannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana menurut Mulyasa (2014:125-127) menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menjabarkan silabus dan RPP, kemudian diaplikasikan melalui kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. a)                   Kegiatan awal atau pembukaan Kegiatan awal pada pembelajaran conversation dimulai dengan penyapaan kepada siswa seperti good morning, how are you. Kemudian sebelum masuk pada pelajaran inti siswa harus menghafal vocabulary  yang sudah dikerjakan. b)                               Kegiatan inti Kegiatan inti pembelajaran langsung masuk pada materi pelajaran yang sesuai pada modul conversation. Dalam penyampaian pelajaran guru menggunakan metode ceramah singkat terlebih dahulu kemudian langsung pada praktek percakapan. Di sela-sela pelajaran guru menggunakan game agar pembelajaran lebih variatif dan tidak menjenuhkan. Karena sarana prasarana untuk pembelajaran bahasa belum sepenuhnya memadai terutama untuk laboratorium bahasa, maka guru menngunakan laptop, LCD, proyektor, dan sound dalam kegiatan pembelajaran terutama pada saat listening. Namun dengan keterbatasan sarana prasarana tersebut pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa juga dapat memahami pelajaran yang sudah disampaikan. c)          Kegiatan penutup Kegiatan akhir pembelajaran dilakukan dengan memberikan tugas yang berupa kuis dan mencari kata-kata sulit (vocabularies) berkaitan dengan pembelajaran materi berikutnya. Kemudian juga diadakan ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan semester. Tetapi apabila ada siswa yang pencapaian kompetensinya kurang maka diadakan remedial. Implementasi pembelajaran bilingual di sekolah ini menggunakan metode ceramah dan praktek secara langsung. Selain itu di sela-sela pembelajaran guru juga menggunakan permainan edukatif maupun kuis agar siswa lebih aktif dan dapat menangkap pelajaran dengan baik. Selain itu juga pengelolaan kelas yang berupa setting tempat duduk biasanya menggunakan bentuk letter U. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan guru dalam pengawasan kepada siswa selama pembelajaran. Hal ini  sejalan dengan Komalasari (2014:3) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan sistem yang didesain secara sistematis untuk membelajarkan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Pencapaian pembelajaran yang optimal tentunya harus didukung oleh sumberdaya yang memadai baik dari kompetensi guru sampai penyediaan fasilitas yang sesuai kebutuhan. Menurut Djamarah (2010:109) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yaitu: faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi. Di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya dalam pelaksanaan pembelajaran bilingual masih menemui beberapa kendala seperti dari segi guru dan fasilitas. Kompetensi guru dalam menguasai bahasa Inggris maupun bahasa Arab masih belum optimal, hal ini ditunjukkan dari penerapan bahasa bilingual saat pembelajaran yang tidak konsisten. Artinya bahasa bilingual kadang-kadang digunakan dalam pengantar pelajaran kadang juga tidak. Kemudian dari segi fasilitas untuk mencapai keberlangsungan pembelajaran bilingual di sekolah ini masih memiliki kendala pada fasilitas pendukung seperti laboratorium bahasa dan LCD. Sehingga dalam proses pelaksanaannya memanfaatkan media seadanya. Hal ini dikarenakan masih kurangnya dana untuk pemenuhan fasilitas tersebut. Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya sudah berjalan secara efektif dengan menggunakan model implementasi pembelajaran yang variatif serta didukung beberapa program kegiatan siswa yang mampu meningkatkan pengembangan pengetahuan dan kompetensi siswa terkait dengan penguasaan berbagai bahasa. Sebelum pelaksanaan pembelajaran guru menyiapkan perangkat pembelajaran terlebih dahulu dan sumber belajar yang digunakan. Selain itu disini guru juga memanfaatkan lingkungan sekitar untuk pembelajaran.   3.       Evaluasi Pembelajaran Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya SMP Muhammadiyah 17 Surabaya melakukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan pembelajaran bilingual yang sudah dilaksanakan dan untuk mengetahui hal-hal apa yang menjadi kendala dalam pembelajaran bilingual serta untuk melakukan perbaikan yang dirasa masih kurang. Pelaksanaan evaluasi ini sesuai dengan Suharsaputra (2010:11) menjelaskan pengawasan merupakan langkah pengendalian agar pelaksanaan dapat sesuai dengan apa yang direncanakan serta untuk memastikan apakah tujuan organisasi tercapai.  Pelaksanaan evaluasi di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya melibatkan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator bilingual, serta semua guru mata pelajaran. Beberapa poin penting dalam evaluasi pembelajaran bilingual di sekolah ini, yaitu: Prinsip pelaksanaan evaluasi Prinsip yang digunakan dalam kegiatan evaluasi adalah prinsip keterpaduan yaitu kecocokan antara tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Kemudian yang kedua membahas tentang pelaksanaan yang didalamnya meliputi input, proses, dan output serta dampak dari dilaksanakannya pembelajaran bilingual. Kegiatan evaluasi pembelajaran di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya tiga bulan sekali oleh kepala sekolah yang berupa rapat internal pendidik dan tenaga kependidikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muchith (2008:120-121) yang menjelaskan bahwa evaluasi merupakan rangkaian terakhir dari proses pembelajaran, artinya evaluasi disini dimaksudkan penialaian untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan proses pembelajaran mulai dari input, proses, dan output.  Adapun hasil dari evaluasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya, berdasarkan keterangan dari kepala sekolah bahwasannya pembelajaran bilingual masih kurang maksimal. Hal tersebut dilihat dari input yaitu masih ada tenaga pengajar yang penguasaan bahasa Inggris ataupun bahasa Arab masih kurang sehingga berdampak pada penyampaian materi pelajaran dengan bahasa bilingual menjadi kurang maksimal. Evaluasi untuk peserta didik Guru melakukan evaluasi kepada peserta didik melalui kegiatan ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan harian serta keaktifan siswa di kelas. Sehingga dengan melalui lembar penilain tersebut akan diketahui hasil dari kegiatan belajar siswa. Evaluasi ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2011:245-246) bahwa kegiatan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan melalui evaluasi sumatif dan formatif. Adapun hasil dari evaluasi ini yang diambil dari ulangan harian maupun dari ulangan semester siswa sudah mampu memahami pelajaran yang disampaikan guru. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa sudah memenuhi bahkan melewati kriteria ketuntasan minimal terutama dalam pelajaran bahasa. Tujuan dari evaluasi pembelajaran ini salah satunya untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan dua bahasa dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa serta untuk meningkatkan prestasi siswa baik akademik maupun non akademik, mengidentifikasi hambatan-hambatan yang terjadi saat pelaksanaan pembelajaran, dan pengembangan lanjutan pembelajaran bilingual secara komprehensif. Fokus perbaikan dari pembelajaran bilingual Kemudian yang menjadi fokus perbaikan dari pelaksanaan pembelajaran bilingual ini adalah pembiasaan siswa dalam menggunakan bahasa bilingual, bahasa Arab ataupun bahasa Inggris dalam kegiatan keseharian di sekolah. Karena dengan adanya pembiasaan tersebut maka secara tidak langsung siswa akan paham dengan sendirinya mengenai cara menggunakan bahasa bilingual. Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan evaluasi lebih bersifat komprehensif yang didalamnya meliputi pengamatan dan pengukuran baik dari guru maupun siswa dengan memperhatikan input, proses, dan output serta dampak dari dilaksanakannya pembelajaran bilingual. Adapun hasil dari evaluasi untuk siswa sudah menunjukkan keberhasilan dari pembelajaran bilingual ini yang dilihat dari pencapaian siswa dalam bidang akademik. Adanya evaluasi diharapkan dapat memberikan solusi dari permasalahan yang ada sehingga dapat diminimalisir dan kemudian melakukan pengembangan dari program yang sudah ada agar lebih optimal. Pelaksanaan evaluasi di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya sudah sesuai dengan teori yang ada tetapi harus tetap dilakukan secara konsisten. Kemudian yang menjadi fokus perbaikan dari pelaksanaan pembelajaran bilingual ini adalah pembiasaan siswa dalam menggunakan bahasa bilingual, bahasa Arab ataupun bahasa Inggris dalam kegiatan keseharian di sekolah.   PENUTUP A.  Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Desain Pembelajaran Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya a.   Penerapan pembelajaran berbasis bilingual dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa bilingual dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran dengan menggunakan dua bahasa bahkan lebih. Penggunaan bilingual didasarkan pada visi dan misi sekolah. Adapun bahasa bilingual yang digunakan yaitu bahasa bahasa Inggris, dan bahasa Arab. Namun dalam penggunaannya lebih ditekankan pada bahasa Inggris. b.   Desain pembelajaran bilingual diawali dengan pembentukan tim serta koordinator bilingual untuk memudahkan dalam melakukan koordinasi terkait pembelajaran. Tim ini bertugas untuk melakukan menyusun program bilingual, sosialisasi baik didalam maupun diluar sekolah sampai mengevaluasi kegiatannya. Kemudian untuk koordinasinya dilakukan dari kepala sekolah, kepala yayasan, koordinator semua bidang, komite, dan guru. Adapun anggota dari tim ini diambil dari guru bahasa. c.   Penguatan kompetensi bahasa guru melalui pelatihan bahasa Inggris, serta mendatangkan native speaker dari negara asing untuk mendukung proses pembelajaran bilingual. c. Penambahan conversation pada pelajaran mulok untuk menguatkan bilingualnya. Dimana dalam pelajaran conversation tersebut guru membuat modul sendiri untuk dijadikan acuan pembelajaran. Dalam modul tersebut berisi program tahunan, program semesteran, silabus, dan RPP. d. Pengadaan program penunjang untuk siswa berupa ekstrakurikuler bahasa yaitu English club dan Arabic club. Ekstrakurikuler ini sebagai kegiatan penunjang kemampuan siswa dalam berbahasa yang mana dalam kegiatan ini lebih ditekankan pada praktek secara langsung cara berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab dengan baik dan benar. Selain itu ekstrakurikuler ini juga dijadikan sebagai wadah dalam penyiapan siswa untuk mengikuti olimpiade-olimpiade yang berkaitan dengan bahasa.   2.   Implementasi Pembelajaran Berbasis Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya a.   Bahasa bilingual digunakan pada saat membuka pelajaran, memberikan pertanyaan, memberikan perintah, dan menutup pelajaran. Jadi penggunaan bilingual sebagai bahasa pengantar pelajaran belum diterapkan secara keseluruhan dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran. b.  Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah ceramah dan praktek secara langsung. Kadang guru juga menggunakan game edukatif dalam pembelajaran dan juga melakukan setting kelas yang bervariatif agar siswa tidak bosan dengan pembelajaran yang hanya monoton. Media yang digunakan dalam mendukung pembelajaran yaitu dengan menggunakan laptop, LCD, proyektor. Hal tersebut dikarenakan sekolah belum memiliki laboratorium bahasa. Sehingga guru memanfaatkan media seadanya. d.   Kemampuan guru dalam menguasai bahasa bilingual belum optimal karena saat pelajaran berlangsung masih ada guru yang tidak memakai bahasa bilingual dalam menyampaikan pelajaran. Sehingga dari awal sampai akhir pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia. e.   Pada implementasi pembelajaran bilingual diadakan program pendampingan kepala sekolah yang berupa evaluasi kelas dan evaluasi kinerja yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali. f.   Pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya sudah berjalan dengan lancar meskipun dalam pelaksanaannya menemui kendala seperti banyak siswa yang belum paham dengan bahasa asing maupun keterbatasan penguasaan guru terhadap penyampaian pembelajaran.   3.    Evaluasi Pembelajaran Berbasis Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya Prinsip yang digunakan dalam kegiatan evaluasi adalah prinsip keterpaduan. Evaluasi pembelajaran bilingual dilaksanakan setiap tiga bulan sekali yang berupa rapat internal pendidik dan kependidikan. Rapat tersebut akan dibahas mengenai sejauh mana perkembangan dari pembelajaran bilingual. Kemudian evaluasi untuk siswa berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif diambil dari kuis harian dan ulangan harian. Sedangkan untuk evaluasi sumatif diambil dari nilai tengah semester dan nilai akhir semester. Fokus perbaikan dari pembelajaran bilingual berupa rekruitmen guru selanjutnya diutamakan untuk guru yang benar-benar memiliki kompetensi bahasa inggris yang cukup untuk mendukung pembelajaran bilingual, tes block pada semua mapel, serta penekanan pada pembiasaan penggunaan bahasa Inggris ataupun bahasa Arab dalam kegiatan keseharian siswa di sekolah.   Daftar Pustaka Kusnandar. 2014. Penilaian Autentik: Penilaian   Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers. Margana dan Sukarno. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Kependidikan: Volume 41, Halaman 79-93. May, S. 2004. Bilingualism/ Imerssion Education: Indicator of Good Practice. Ministry of Education. New Zealand. Milles, Mathew B Huberman a. Michael. 2014. Qualitatives Data Analysis, A Sourcebookof New Methods. London: Sage Publications. Moeloeng, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Konstektual. Semarang: Rasail Media Group. Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya. Poarch, Gregory. 2015. Bilingualism as a Model for Multitasking. Journal of Development Review Education. Volume 35, Pages 113-124. Sagala, Syaiful. 2014. Administrasi Pendidikan Kontemporer: Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Subekhi, Ahmad dan Mohammad Jauhar. 2012. Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prestasi Pustaka. Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama. Tilaar , H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta. Yin, Robert K. 2011. Qualitative Research from Start to Finish. London: The Guilford Press.    
MANAJEMEN HUMAS DALAM UPAYA MENARIK MINAT MASYARAKAT DI SMP AL-AZIZIYAH SIDOARJO DIANA HASNA, DEVI
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA LABORATORIUM MULTIMEDIA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 2 BUDURAN SIDOARJO. HARIANI, DINA
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA LABORATORIUM MULTIMEDIA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 2 BUDURAN SIDOARJO. Dina Hariani Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya E-mail: Miroslef21@gmail.com   Erny Roesminingsih Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya E-mail: erny_roes@yahoo.com Abstrak Peningkatan prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh sarana dan prasarana, termasuk sarana dan prasarana laboratorium multimedia untuk membantu pengembangan kompetensi siswa multimedia. Keterkaitan itu membuat sarana dan prasarana laboratorium multimedia perlu untuk dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh siswa dalam pembelajarannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis; 1) perencanaan pengelolaan laboratorium multimedia; 2) perawatan laboratorium multimedia; dan 3) penggunaan sarana dan prasarana laboratorium multimedia dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, waka sarana dan prasarana, ketua jurusan multimedia, pengelola laboratorium multimedia, guru dan siswa multimedia. Analisis data dilakukan dengan melakukan kondensasi, menyajikan data, dan melakukan verifikasi, kemudian menarik kesimpulan. Uji keabsahan data dengan menggunakan uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji dependabilitas dan uji konfirmabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kegiatan perencanaan pengelolaan laboratorium multimedia meliputi (a) kegiatan perencanaan alat dan bahan; (b) perencanaan tata letak; (2) perawatan laboratorium multimedia meliputi (a) kegiatan perawatan pasif dan (b) perawatan aktif. Kegiatan perawatan pasif terdiri dari perawatan fisik dan elektrikal, sedangkan perawatan aktif terdiri dari perawatan operating system dan non operating system; (3) penggunaan laboratorium multimedia dalam meningkatkan prestasi belajar siswa memperhatikan beberapa hal; (a) tata tertib; (b) standar operasional prosedur; (c) jadwal penggunaan. Laboratorium multimedia digunakan untuk kegiatan proses pembelajaran, penyelesaian tugas, persiapan lomba, dan lain sebagainya. Kata Kunci: pengelolaan sarana dan prasarana, laboratorium multimedia   MANAGEMENT OF FACILITIES AND INFRASTRUCTURE MULTIMEDIA LABORATORY TO IMPROVE STUDENT ACHIVEMENT IN SMK NEGERI 2 BUDURAN SIDOARJO. Abstract The improvement student learning achievement is influenced by facilities and infrastructure; including facilities and infrastructure of multimedia to help the development of multimedia students’ competencies. The linkage makes the facilities and infrastructure of multimedia laboratory needs to be well managed in order to be maximally utilized by students in their learning. The purpose of study is to describe and analyze; 1) planning of multimedia management; 2) multimedia laboratory maintenance; and 3) use of facilities and infrastructure of multimedia laboratory in improving student learning achievement in SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo. This study use qualitative approach with case study research design. Data collection technique using interviews, observation and documentation study. Data sources in this study are principal, deputy head of facilities and infrastructure, head of multimedia department, multimedia laboratory manager, teachers and multimedia students. data analysis by conducting condensation, presenting data, and verifying, then conclusion. Test validity by using credibility test, transferability test, dependability test and confirmability test. The results of this study indicate that: (1) multimedia laboratory management planning activities include (a) activity planning tools and materials; (b) layout planning; (2) multimedia laboratory maintenance include (a) passive care activities and (b) active care. Passive care activities consist of physical  and electrical maintenance, while the active care consist of operating system maintenance and non operating system; (3) the use of multimedia laboratory in  improving students learning achievement focus on several things; (a) code of conduct; (b) standard operating procedures; (c) usage schedule. Multimedia laboratory is used for learning process activities, completion of tasks, preparation of the competition, and etc. Keywords: Management of facilities and infrastructure, multimedia laboratory   PENDAHULUAN Bentuk perdagangan bebas di era global ini membawa dampak bagi Indonesia untuk harus mempersiapkan pengembangan sumber daya manusia yang berkompeten dan produktif. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai pendidikan vokasional tingkat menengah yang menyiapkan lulusannya menjadi tenaga kerja yang terampil, produktif dan memiliki keahlian yang handal di bidangnya memiliki peran besar dalam merencanakan dan menciptakan sumber daya manusia yang profesional, produktif dan berdaya saing internasional. Beban pendidikan yang di emban oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tersebut menuntut sekolah untuk dapat melakukan pemenuhan sarana dan prasarana pendukung pencapaian pembelajaran siswa. Hal tersebut bertujuan untuk mengupayakan peningkatan prestasi belajar siswa sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang produktif dan terampil, salah satunya yaitu laboratorium multimedia. Ruang praktik program keahlian multimedia (laboratorium multimedia) adalah ruang yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran: mengembangkan basis data, animasi, web design dan program web, software digital audio video, operasional pembuatan grafis, perekaman gambar dan suara (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 tahun 2008). Pencapaian pembelajaran siswa tidak hanya sampai pada pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan, namun juga perlu untuk melakukan pengelolaan yang baik agar sarana dan prasarana tersebut dapat berfungsi secara terus menerus. Berdasarkan hal tersebut, jika fasilitas atau sarana dan prasarana tersebut tidak dikelola dengan baik, maka fasilitas sarana dan prasarana laboratorium tersebut tidak dapat digunakan secara maksimal dalam membekali keterampilan dan potensi siswa dalam mencapai tingkat prestasi belajar mereka. hal tersebut juga disampaikan oleh Lumpkin (Rahayu, 2015: 127) bahwa keberadaan sarana dan prasarana dalam keadaan menarik, bersih, fungsional dan nyaman dapat berpengaruh terhadap prestasi yang akan dihasilkan oleh siswa. Pengelolaan laboratorium memiliki keterkaitan dalam pencapaian hasil belajar siswa, karena dengan pengelolaan yang baik, maka penyediaan fasilitas pembelajaran akan dapat dimanfaatkan secara optimal. namun kenyataan dilapangan sangatlah berbeda. Pengelolaan laboratorium kurang mendapatkan perhatian. Hasil laporan rapat tinjauan manajemen mengenai rendahnya pengelolaan laboratorium pada tahun 2008 (Yasin, 2010: 1195) mengungkapkan bahwa banyak dijumpai peralatan laboratorium tidak berfungsi dengan baik, peralatan laboratorium tidak cukup, lingkungan laboratorium tidak kondusif untuk belajar dan mengajar serta laboratorium dan keselamatan lokakarya kurang memuaskan. SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo merupakan sekolah yang memiliki catatan prestasi yang membanggakan, Hal ini dapat diketahui dari catatan data prestasi sekolah dari tahun 2009-2016 yang peneliti dapatkan dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, yaitu memiliki 186 prestasi yang meliputi prestasi tingkat nasional, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya, sekolah melakukan upaya pemenuhan sarana dan prasarana yang memadai seperti pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium multimedia dengan perawatan yang sangat baik agar alat-alat yang ada didalamnya dapat berfungsi secara terus menerus untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa. Kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana laboratorium multimedia di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo ini dilakukan dengan sangat baik, mulai dari  kegiatan perencanaan, perawatan dan penggunaan. Kegiatan perencanaan didasarkan atas kebutuhan siswa dengan melalui proses analisis kebutuhan yang panjang agar perencanaan yang dilakukan tepat sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhan. Selain itu kegiatan perawatan yang dilakukan untuk teteap menjaga eksistensi sarana dan prasarana laboratorium multimedia tidak hanya dengan melakukan perawatan aktif tetapi juga dengan perawatan pasif . Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut  : Perencanaan laboratorium multimedia di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo. Perawatan laboratorium mutimedia di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo. Penggunaan sarana dan prasarana laboratorium multimedia dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo.   METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif  dengan rancangan penelitian studi kasus yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memperoleh secara jelas gambaran tentang bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana laboratorium multimedia sehingga dapat menunjang peningkatan prestasi belajar siswa. Subjek penelitian ini dapat diartikan sebagai informan yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2012:76) yaitu: Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo, Waka Sarana dan Prasarana, Ketua Jurusan Multimedia, pengelola laboratorium multimedia, Guru multimedia, dan Siswa multimedia. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan melakukan beberapa langkah yaitu : Pengumpulan Data, Kondensasi Data, Penyajian Data Dan Verfikasi Data. Selanjutnya, untuk menguji keabsahan data yang diperoleh di lapangan, penelitian ini menggunakan uji Kredibilitas, Tranferabilitas, Konfirmabilitas, Dan Dependabilitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan temuan data di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo, sesuai dengan fokus penelitian  menunjukkan bahwa 1) perencanaan laboratorium multimedia meliputi a) perencanaan alat dan bahan yang didasarkan dari hasil analisis dan evaluasi diri sekolah, b) perencanaan tata letak, 2) perawatan laboratorium multimedia meliputi a) perawatan pasif yang berupa perawatan fisik dan elektrikal b)perawatan aktif yang terdiri dari perawatan operating system dan non operating system. 3) penggunaan sarana dan prasarana laboratorium multimedia dalam meingkatkan prestasi belajar siswa dengan memberikan fasilitas senyaman mungkin untuk memfasilitasi kebutuhan belajar siswa dengan memperhatikan tata tertib, standar operasional prosedur dan jadwal penggunaan laboratorium multimedia. HASIL PENELITIAN Perencanaan Laboratorium Multimedia di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo. a)       Perencanaan alat dan bahan Proses perencanaan alat dan bahan dilakukan berdasarkan dari hasil analisis kebutuhan dengan meminta masukan dari guru-guru multimedia dengan melihat silabus pembelajaran yang akan ditempuh dan selain itu, hasil analisis kebutuhan juga didapatkan dari hasil evaluasi diri sekolah untuk mengetahui alat-alat yang diperlukan sesuai tuntutan perkembangan zaman. Setelah kegiatan analisis dilakukan maka ketua jurusan akan mengecek barang apa saja yang ada dan tidak di dalam laboratorium multimedia atau mungkin sudah ada, namun perlu untuk ditambahkan jumlahnya. Selanjutnya, hasil dari serangkaian proses tersebut diatas akan diajukan pada waka sarana dan prasarana. Namun, selain kegiatan pengadaan, kegiatan perencanaan juga dilakukan dengan menyesuaikan alat-alat yang sudah ada dengan kebutuhan pembelajaran sesuai permintaan guru b)       Perencanaan tata letak Perencanaan tata letak dilakukan berdasarkan dari hasil musyawarah dari pihak pengelola dan beberapa guru. Tata letak yang digunakan laboratorium multimedia SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo adalah tata letak jenis leter U atau menyamping karena tata letak jenis tersebut dapat memudahkan guru dalam pengawasan pada siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan untuk alat-alat penunjang laboratorium multimedia diatur berdasarkan jenis alat. Untuk alat penunjang berbasis digital, diletakkan pada lemari kaca dan untuk alat penunjang lainnya ditempatkan pada tempat penyimpanan. Perawatan laboratorium multimedia di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo a)       Perawatan pasif 1)    Perawatan pasif fisik. Kegiatan perawatan pasif fisik laboratorium multimedia SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo terkait dengan proteksi debu, temperatur, dan proteksi terhadap goncangan dan asap. proteksi debu, kegiatan yang dilakukan yakni dengan rutin membersihkan debu, sering kali pengelola meminta bantuan kepada siswa-siswa untuk membersihkan disetiap hari jum’at, laboratorium selalu dalam keadaan tertutup dan setiap ruang laboratorium multimedia difasilitasi dengan alat penyedot debu.  Temperatur, untuk mengatur suhu ruangan laboratorium multimedia menggunakan Air Conditioner (AC)dengan suhu sekitar 20-220C. Guncangan dan asap, untuk memproteksi dan meminimalisir adanya guncangan dan asap dari kendaraan yang berlalu lalang di sekitar jalan SMK ini adalah dengan melakukan penanaman pohon-pohon besar yang rindang. 2)    Perawatan pasif elektrikal. Perawatan elektrikal dilakukan ketika terdapat laporan listrik bermasalah dan dilakukan oleh pihak tenisi sekolah jika pihak teknisi sekolah dapat membenahi, namun jika tidak bisa maka mendatangkan teknisi luar. Kegiatan perawatan yang seringkali dilakukan terkait elektrikal adalah perbaikan atau penggantian alat karena beberapa masalah listrik, yaitu terlalu beratnya beban yang harus ditanggung sehingga Mini Circuit Breaker (MBC) perlu dinaikkan datau diganti, Karena masa penggunaan kabel sehingga kabel perlu diganti. Cara menanggulangi masalah listrik mati atau konsleting, pihak sekolah khususnya pengelola laboratorium multimedia menanggulangi masalah tersebut dengan memasang UPS pada komputer.   b)       Perawatan aktif 1)       Perawatan operating system Perawatan operating system dilakukan tiga bulan sekali, namun terkadang dilakukan perawatan jika terdapat evemt- event yang mengharuskan untuk melakukan perawatan, untuk setiap satu bulan sekali diadakan goes dari virus-virus dan juga terkadang dilakukan perawatan yang bersifat insidental jika terdapat laporan dan keluhan dari para pengguna. kegiatan perawatan operating system yakni berupa menginstal ulang, menghilangkan virus, melakukan update antivirus, mengupgrade komputer dan membuat master dalam satu PC yang terdiri dan OS, aplikasi hingga antivirus yang nantinya akan dikemas dalam harddisk eksternal, kita masukkan setiap CPU. 2)       Perawatan non operating system perawatan non operating system meliputi pembersihan debu dengan kuas, vacum cleaner, dan penghapus pensil untuk pembersihan pada memori dan juga melakukan lepas pasang perangkat komputer.   Penggunaan sarana dan prasarana laboratorium multimedia dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo. laboratorium multimedia digunakan dalam  kegiatan pembelajaran, digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas, menyiapkan untuk kegiatan lomba, untuk menyalurkan hobi, menambah kompetensi siswa dan lain sebagainya. SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo sangat menganggap penting laboratorium multimedia dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, karena dengan adanya sarana dan prasarana laboratorium multimedia siswa dapat menambah kemampuannya dengan memanfaatkan beberapa fasilitas sarana yang ada di dalamnya, selain itu, bagi siswa yang tidak memiliki komputer atau leptop dengan spek yang tinggi tidak aka mengalami kesulitan karena sekolah telah memfasilitasi sarana dan prasarana tersebut dalam laboratorium multimedia sehingga secara tidak langsung, sarana dan prasarana laboratorium multimedia memiliki pengaruh dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam penggunaan laboratorium multimedia yaitu: a)    Tata tertib Laboratorium multimedia SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo telah dilengkapi dengan tata tertib, namun tata tertib yang ada di laboratorium multimedia tersebut kurang berpengaruh maksimal. Untuk menyiasati hal tersebut, sering kali guru melakukan pengawasan, menginformasikan dan menegur secara langsung kepada siswa. b)    Standar operasional prosedur Sarana dan prasarana laboratorium multimedia SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo telah dilengkapi dengan Standar operasional prosedur (SOP), namun SOP yang ada tidak selalu ditemui di setiap sarana atau alat-alat laboratorium multimedia. Hal tersebut dikarenakan SOP seringkali hilang atas kenakalan para pengguna seperti dikelupas, dicoret-coret dan lain sebagainya. Namun sekolah tetap mengupayakan untuk menempelkan SOP di setiap alat-alat laboratorium multimedia. c)     Jadwal penggunaan Jadwal penggunaan laboratorium multimedia telah dimanajemen dengan baik. Pengaturan jadwal penggunaan laboratorium multimedia disesuaikan dengan jadwal pembelajaran yang disusun oleh pihak kurikulum. Sehingga dalam kegiatan penggunaan, pengguna tidak pernah mengalami masalah terkait jadwal penggunaan. Untuk penggunaan diluar pembelajaran, disesuaikan saat laboratorium kosong.   PEMBAHASAN 1. Perencanaan Laboratorium Multimedia di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo. Kegiatan perencanaan laboratorium multimedia dilakukan berdasarkan dari hasil analisis kebutuhan dengan meminta masukan dari para guru multimedia dengan melihat beban pembelajaran yang akan ditempuh sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa multimedia. Kegiatan perencanaan pengadaan juga memperhatikan antara jumlah alat yang akan diadakan dengan jumlah siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bafadal (2004:27) yang menyatakan bahwa salah satu prinsip perencanaan perlengkapan sekolah  didasarkan pada analisis kebutuhan melalui studi komprehensif mengenai masyarakat sekolah dan kemungkinan pertumbuhannya, serta prediksi populasi sekolah. Selain dengan melakukan analisis kebutuhan, kegiatan perencanaan juga didasarkan dari hasil evaluasi diri sekolah ketika mengikuti kegiatan lomba-lomba. Karena selain berkontribusi sekolah selalu melakukan evaluasi  terhadap alat yang telah dimiliki dan masih belum dimiliki untuk diajukan untuk meningkatkan kompetensi siswa multimedia. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Arthur (Sarbini, 2011:13) bahwa perencanaan adalah hubungan antara apa adanya sekarang (what is) dan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas program dan alokasi sumber. Kegiatan perencanaan pengelolaan laboratorium multimedia SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo tidak hanya dengan melakukan perencanaan alat dan bahan, tetapi juga melakukan perencanaan tata letak, berdasarkan hasil temuan dilapangan, peneliti mengetahui bahwa kegiatan perencanaan tata letak laboratorium multimedia didasarkan dari hasil musyawarah oleh pihak pengelola laboratorium dengan para guru dengan memperhatikan tingkat kemudahan guru untuk melihat semua siswa dalam satu titik. Hal tersebut sesuai dengan petunjuk teknis oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2011:14) tata letak komputer amat berpengaruh terhadap proses pembelajaran, sehingga tata letak komputer harus direncanakan sebelumnya. Keberhasilan guru untuk perinspirasi dalam mengajar amat bergantung kepada tata letak komputer.   2. Perawatan Laboratorium Multimedia di SMK Negeri 2 Buduran Siodarjo. Kegiatan perawatan yang baik akan dapat menjamin dan meminimalisir kerusakan sarana-sarana laboratorium multimedia. Hal itu juga sangat diperhatikan oleh pihak pengelola laboratorium multimedia SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo. Berdasarkan hasil temuan dilapangan, peneliti mengetahui bahwa kegiatan perawatan fisik pasif terkait dengan pengaturan temperatur menggunakan Air Conditioner (AC) dengan suhu sekitar 20-220C. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Luthfi (2014: 23) yang menyatakan bahwa salah satu persyaratan pokok laboratorium multimedia adalah dengan mengatur temperatur ruangan dengan suhu 220C.  Pengelola laboratorium multimedia selalu melakukan kegiatan perawatan secara rutin. Kegiatan perawatan tidak hanya secara terjadwal, namun juga dilakukan ketika terdapat event-event penting, dan ketika terjadi kerusakan pada alat yang bersifat insidental. Kegiatan perawatan tersebut dilakukan untuk untuk menjaga agar sarana tidak rusak, tetap dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan setiap dibutuhkan, hal tersebut sesuai dengan pendapat Gunawan (Rosivia, 2014: 665) bahwa perawatan adalah kegiatan rutin untuk menjaga agar barang tetap dalam keadaan baik dan berfungsi dengan baik juga. Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 27) menjelaskan bahwa perawatan alat laboratorium dimaksudkan sebagai usaha preventif  atau pencegahan agar peralatan tidak rusak atau tetap terjaga dalam kondisi baik dan siap digunakan. Perawatan operating system dilakukan tiga bulan sekali, namun terkadang dilakukan perawatan jika terdapat event-event yang mengharuskan untuk melakukan perawatan, untuk setiap satu bulan sekali diadakan goes dari virus-virus dan juga terkadang dilakukan perawatan yang bersifat insidental jika terdapat laporan dan keluhan dari para pengguna. Adapun kegiatan perawatan operating system yakni berupa menginstal ulang, menghilangkan virus, melakukan update antivirus, mengupgrade komputer dan membuat master dalam satu PC yang terdiri dan OS, aplikasi hingga antivirus yang nantinya akan dikemas dalam harddisk eksternal, kita masukkan setiap CPU. Hal tersebut telah sesuai dengan panduan teknis perawatan laboratorium komputer dan multimedia (2011: 19) bahwa perawatan operating system dengan melakukan melakukan backup  data dan file-file penting pada waktu terjadwal, melakukan disk cleanup dengan menghapus semua file temporer, melakukan scandisk, melakukan defregmentasi file dan melakukan checking dan updating antivirus. Perawatan non  operating system meliputi pembersihan debu dengan kuas, vacum cleaner, dan penghapus pensil untuk pembersihan pada memori dan juga melakukan lepas pasang perangkat komputer. Hasil temuan penelitian tersebut telah sesuai dengan panduan teknis perawatan laboratorium komputer dan multimedia (2011: 19) bahwa perawatan non operating system berupa kegiatan membersihkan debu CPU dan monitor dengan vacum cleaner, membersihkan keyboard dan mouse, membersihkan konektor.   Penggunaan Sarana dan Prasarana laboratorium multimedia dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo. Sarana dan prasarana laboratorium multimedia telah digunakan dengan maksimal. Hal ini diketahui bahwa laboratorium multimedia digunakan dalam berbagai kegiatan. Kegiatan penggunaan laboratorium multimedia yang utama yaitu untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan penggunaan lainnya yaitu untuk menyelesaikan tugas-tugas, menyiapkan untuk kegiatan lomba, untuk menyalurkan hobi, menambah kompetensi siswa dan kegiatan lain yang berhubungan dengan kebutuhan individu siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Barnawi (2012: 77) bahwa penggunaan merupakan kegiatan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan untuk mendukung proses pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan. SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo sangat menganggap penting laboratorium multimedia dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, karena dengan laboratorium multimedia siswa dapat menambah kemampuannya dengan beberapa fasilitas sarana yang ada di dalamnya, dan bagi siswa yang tidak memiliki komputer atau leptop dengan spesifikasi yang tinggi akan sangat terbantu dengan adanya laboratorium multimedia tersebut. hal tersebut sejalan dengan pendapat Helmawati (2014: 199) bahwa faktor yang mempengaruhi belajar terdapat tiga faktor yaitu faktor internal, faktor eksternal dan pendekatan dalam pembelajaran. Dalam faktor eksternal, alat-alat belajar dapat mempengaruhi seseorang dalam pembelajaran. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Bozkurt (2010: 4587) yang menyatakan bahwa proses pendidikan perlu didukung oleh sarana dan prasarana laboratorium komputer untuk memfasilitasi belajar siswa dan mempermudah keberhasilan belajar siswa dan mempermudah keberhasilan belajar siswa, laboratorium komputer memungkinkan siswa untuk belajar secara individual, memotivasi siswa untuk belajar dan membiarkan siswa memiliki keterampilan manual di lingkungan virtual dengan secara lain. Sementara itu, pendapat lain juga disampaikan oleh Sukor (2010: 1260) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan mengembangkan kemampuan individu yang baik, sekolah harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi dan menemukan pengetahuan sendiri dengan menggunakan sarana komputer. Dalam kegiatan penggunaan, laboratorium multimedia telah dilengkapi dengan tata tertib, Standar Operasional Prosedur (SOP) dan jadwal penggunaan. Dalam kegiatan penggunaannya, laboratorium multimedia memprioritaskan kegiatan utama yakni berupa kegiatan pembelajaran. Dan untuk kegiatan lainnya menyesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang telah dijadwal. Jadwal penggunaan sarana dan prasarana laboratorium telah dimanajemen dengan baik sehingga tidak pernah terjadi jadwal yang bentrok antara kelas satu dengan kelas yang lainnya. Hal tersebut telah sesuai dengan pendapat Endang Herawan dan Sukarti Nasihin (Barnawi, 2012: 78) bahwa salah hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penyusunan jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan kelompok lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan lainnya yakni Standar Operasional Prosedur (SOP) dan tata tertib laboratorium multimedia agar dalam kegiatan penggunaan sarana dan prasarana laboratorium tidak mengalami kesulitan dan terjadi hal-hal yang tidak diingikan. Untuk itu, laboratroium telah dilengkapi dengan tata tertib, adapun isi dari tata tertib tersebut merupakan larangan untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak sarana dan prasarana laboratorium multimedia agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ratna (2013:13) yang menyatakan bahwa suatu laboratorium akan berjalan sesuai dengan perannya bila disertai dengan aturan main yang dituangkan  dalam tata tertib laboratorium, karena tata tertib akan sangat mendukung terhadap keselamatan sendiri, orang lain dan lingkungan serta untuk menunjang kelancaran kegiatan laboratorium.   PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebemulnya maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:  Perencanaan laboratorium multimedia sebagai berikut; Perencanaan alat dan bahan Perencanaan alat dan bahan didasarkan pada kegiatan analisis kebutuhan dan dari hasil evaluasi diri sekolah. Kegiatan perencanaan tidak hanya dengan melakukan pengadaan namun juga dengan melakukan penyesuaian alat sesuai kebutuhan belajar. Perencanaan tata letak. Perencanaan tata letak dilakukan atas hasil musyawarah dari para guru dengan memperhatikan kemudahan tingkat pengawasan dalan kegiatan pembelajaran. Sehingga tata letak yang digunakan adalah tata letak jenis leter U. Perawatan Laboratorium Multimedia di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo. Perawatan pasif Perawatan pasif meliputi perawatan fisik dan elektrikal. Kegiatan perawatan pasif fisik terdiri dari kegiatan proteksi terhadap debu, asap guncangan dan pengaturan temperature udara. Sedangkan perawatan pasif elektrikal adalah perawatan mengenai kelistrikan. Perawatan aktif. Perawatan aktif terdiri dari perawatan operating system dan non operating system. Kegiatan perawatan yang dilakukan terkait operating system adalah menginstal ulang, menghilangkan virus, melakukan update antivirus, mengupgrade komputer dan membuat master dalam satu PC yang terdiri dan OS, aplikasi hingga antivirus yang nantinya akan dikemas dalam harddisk eksternal, kita masukkan setiap CPU. perawatan non operating system meliputi pembersihan debu dengan kuas, vacum cleaner, dan penghapus pensil untuk pembersihan pada memori dan juga melakukan lepas pasang perangkat komputer.   Penggunaan Sarana dan Prasarana laboratorium multimedia dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMK Negeri 2 Buduran Sidoarjo. laboratorium multimedia digunakan dalam  kegiatan pembelajaran, digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas, menyiapkan untuk kegiatan lomba, untuk menyalurkan hobi, menambah kompetensi siswa dan lain sebagainya. Terkait dengan hal tersebut, laboratorium multimedia sangat memperhatikan hal-hal seperti tata tertib, standar operasional prosedur dan jawal penggunaan.   DAFTAR PUSTAKA    Bafadal, I. 2004. Manajemen perlengkapan sekolah: teori dan aplikasinya. Jakarta: PT Bumi Aksara.   Barnawi dan M Arifin. 2012. Manajemen sarana dan prasarana sekolah. Jakarta: Ar-Ruz Media.   Bozkurt, E dan Aslan Ilik. 2010. The effect of computer simulations over students beliefs on physics and physics success. Procedia social and behavioral sciences. Vol 2: hal. 4587.   Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2011. Panduan teknis perawatan laboratorium komputer dan multimedia. (online). (http://ondoc.logand.com. diunduh pada 21 Desember 2016 pukul 18:48).   Helmawati. 2014. Pendidikan keluarga: teoretis dn praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.   Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Panduan pengelolaan dan pemanfaatan laboratorium IPA. (online). (www.slideshare.net. Diunduh pada 18 januari 2017 pukul 13.15)   Luthfi, l. 2014. Perencanaan dan pengembangan laboratorium program keahlian multimedia SMK. (online). (https://www.academia.edu. Diunduh pada 24 Januari pukul 13.01) Moleong, L. 2005. Metodologi penelitian kualitatif. bandung: PT Remaja Rosdakarya.   Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008. Standar sarana dan prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Kejuruan(SMK/MAK.).(online).(pmp.dikdasmen.kemendikbud.go.id. diunduh pada 21 Desember 2016 pukul 19:01).   Rahayu, S dan sutama. 2015. Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Varia pendidikan. (online). Vol. 27, Nomor 2. (journals.ums.ac.id. di unduh pada 21 Januari 2017 pukul 13.01)   Rosivia. 2014. Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di SMP Negeri 10 Padang. Jurnal Administrasi pendidikan. (online). Vol. 2 Nomor 1. (ejournal.unp.ac.id. Diunduh pada 21 januari 2017 pukul 11.15).   Sarbini dan Neneng lina. 2011. Perencanaan pendidikan. Bandung: Pustaka setia.   Sukor, Nur Suhaidah, et al. 2010. Students achivement of Malaysian 21st century skills in chemistry. Procedia social and behavioral sciences. Vol.9: hal.1260.   Yasin, R, et al. 2010. “Developing framework for intellegent laboratory management”. Procedia social and behavior science. Vol. 9: hal. 1194-1195.  
MANAJEMEN PROGRAM PENDIDIKAN TERAPAN BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PRODISTIK) BERBASIS KEMITRAAN MAN SIDOARJO-ITS SURABAYA AMALIA HIDAYATI, DWI
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

MANAJEMEN PROGRAM PENDIDIKAN TERAPAN BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PRODISTIK) BERBASIS KEMITRAAN MAN SIDOARJO-ITS SURABAYA Dwi Amalia Hidayati Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya E-mail: dwiamalia27@gmail.com   Supriyanto Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya E-mail: priyantounesa@gmail.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya angka pengangguran pada lulusan SMA/Sederajat. Hal tersebut dikarenakan minimnya skill yang dimiliki oleh lulusan SMA/sederajat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan terapan bidang teknologi informasi dan komunikasi (prodistik) berbasis kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian studi kasus. Subjek penelitian ini ditentukan secara purposive terdiri dari kepala Madrasah, ketua prodistik ITS, Ketua Prodistik MAN Sidoarjo, Guru, siswa, dan alumni. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data mentah, melakukan kondensasi, menyajikan data, melakukan verifikasi, kemudian menarik kesimpulan. Uji keabsahan data dilakukan melalui uji kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Perencanaan program prodistik dilakukan melalui kesepakatan bersama pembagian peran dan tanggung jawab yang tertuang dalam MoU dan surat perjanjian kerjasama prodistik. 2) Pelaksanaan program prodistik dilakakukan dengan pembagian peran yang seimbang antara MAN Sidoarjo dan ITS Surabaya yakni MAN melaksanakan kegiatan perkuliahan dan ITS melakukan pendampingan. 3) Evaluasi program prodistik dilakukan melalui komunikasi intensif antara MAN Sidoarjo dan ITS Surabaya khususnya untuk mengukur ketercapaian program pada aspek akademik siswa.   Kata Kunci: prodistik, kemitraan.      MANAGEMENT OF APPLIED EDUCATIONAL PROGRAMS OF INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY (PRODISTIK) BASED PARTNERSHIP MAN SIDOARJO-ITS SURABAYA Abstract This research is based on the number of unemployment rate in hight school. This is due to the lack of skills prossessed by high school graduates. The purpose of this research to determine the planning, implementation, and evaluation of applied educational programs of information and communication technology (prodistik) based partnership MAN Sidoarjo-ITS Surabaya. This research is a qualitative research using case study design. The subject of this reaserch  is special from the head of Madrasah, the chairman of ITS, the Chairman of Prodistik MAN Sidoarjo, Teachers, students, and alumni. Data collection using interview technique, observation, and documentation. Data analysis was collected raw data, condensing, collecting data, verifying and draw conclusions. Test of the validity of data is done trough a test of credibility, transferability, dependability and confirmability. The results of this reaserch are as follows. 1) the planning of the prodistik program is carried out through mutual agreement and the responsibility contained in the MoU and the cooperation agreement letter. 2) the implementation of the prodistik program done with the dividing of a balanced role between man sidoarjo and ITS Surabaya with MAN lecturing activities and ITS accompaniment. 3) Evaluation of prodistik program is done through intensive communication between MAN Sidoarjo and ITS Surabaya especially to measure the achievement of the program on student academic aspect.   Keywords: prodistik, partnership          PENDAHULUAN           Pendidikan memiliki peran penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Tujuan pendidikan nasional telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1, yang berisi: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”  Salah satu indikator suksesnya lembaga pendidikan adalah kemampuan untuk membekali generasi masa depan dengan keterampilan (skill) yang dapat digunakan untuk merenspon segala perubahan (Asmani, 2009: 20). Hal tersebut mengindikasikan keberhasilan sistem pendidikan dapat dilihat dari kemampuan lembaga sekolah dalam menyiapkan lulusannya agar memiliki hardskill dan softskill yang dapat digunakan untuk bekal lulusan selanjutnya baik bekerja atau melanjutkan pendidikan. Saat ini sekitar 70 persen siswa membutuhkan pendidikan keahlian yang dapat digunakan untuk hidup, dari total siswa yag bersekolah dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) hanya sekitar 30 persen yang akhirnya melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi dan sisaya lebih memilih untuk bekerja (Asmani, 2009: 28). Sedangkan menurut keterangan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikud) Anies Baswedan (www2.jawapos.com) yang mengakui bahwa tak semua lulusan SMA sederajat bisa meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta “Hanya 60 persen yang bisa melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi.” Beliau menambahkan bahwa mereka yang tidak kuliah memiliki pilihan utama bekerja. Namun, hal itu pun tidak mudah karena lulusan SMA sederajat selama ini dianggap tidak memiliki keterampilan lebih dibanding lulusan SMK. Data kemendikbud menunjukkan, serapan lulusan SMK Sebesar 85 persen (dari total 1.170.748 jumlah lulusan SMK pada tahun 2014), sementara untuk lulusan SMA sederajat, angkanya jauh di bawah itu. Hal tersebut tentunya menjadi masalah besar bagi dunia pendidikan.                 Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat angka pengangguran terbuka pada bulan Februari sampai Agustus 2016 mengalami peningkatan. Dimana pada bulan Februari tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 5.50 persen, dan mengalami peningkatan pada bulan Agustus 2016 yakni tingkat penggangguran terbuka mencapai 5.61 persen. Data di atas menunjukkan bahwa pengangguran terus mengalami peningkatan, tingginya angaka pengangguran yang terjadi khususnya peningkatan jumlah pengangguran pada jenjang SMA/MA menunjukkan bahwa keberhasilan lembaga pendidikan dalam mencetak lulusan berkualitas dan memiliki daya saing masih kurang berhasil. Faktor lain yang menyebabkan tingginya angka pengangguran pada jenjang SMA/MA adalah kurang adanya relevansi antara lulusan dengan tuntutan dunia kerja yang menuntut adanya penguasaan hardskill dan softskill.                 Lembaga pendidikan khususnya jenjang SMA/MA dituntut untuk lebih inovatif dalam mengelola lembaganya. Bentuk kemandirian yang dapat dilakukan sekolah dalam mengelola lembaganya adalah dengan melakukan kerjasama dengan pihak eksternal. Berdasarkan lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 Tahun 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan oleh pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa “setiap sekolah menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan, berkaitan dengan input, proses, output dan pemanfaatan lulusan.” Berdasarkan perundang-undangan di atas diketahui bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan lembaga sekolah dapat menjalin kerjasama atau kemitraan dalam mendukung kegiatannya.” Penelitian yang dilakukan oleh Shofiyah (2014) yang berjudul Pengembangan Madrasah Melalui Program Kemitraan Pendidikan Australia Indonesia di MTs. Manbaul Ulum Mojopurogede Bungah Gresik, menggambarkan bahwa dengan adanya Program Kemitraan Pendidikan Australia di MTs. Manbaul Ulum mengantarkan Madrasah menjadi lebih bermutu, terlihat dari manajemen madrasah, serta sumber daya manusia. Hal tersebut menunjukkan kemitraan sekolah dan pihak eksternal sekolah merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh lembaga sekolah dalam meningkatkan mutu sekolahnya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di MAN Sidoarjo, diketahui sekolah ini memiliki program unggulan yang merupakan kerjasama antara MAN Sidoarjo-ITS Surabaya. Program tersebut merupakan program pendidikan terapan bidang teknologi informasi dan komunikasi (prodistik) yang bertujuan untuk membekali siswa dalam bidang IT. Dimana bidang IT adalah bidang yang sangat dibutuhkan dalam segala bidang di era sekarang. Keunggulan dari program ini adalah siswa MAN Sidoarjo yang mengikuti prodistik selain memperoleh ijazah juga akan memperoleh sertifikat prodistik yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam dunia kerja. Selain itu melalui program ini telah banyak prestasi yang dilahirkan dari siswa-siswi MAN Sidoarjo di bidang IT, baik antar sekolah dan bahkan sampai tingkat nasional.   Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Perencanaan program pendidikan terapan bidang teknologi informasi dan komunikasi (prodistik) berbasis kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya; Pelaksanaan program pendidikan terapan bidang teknologi informasi dan komunikasi (prodistik) berbasis kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya; Evaluasi program pendidikan terapan bidang teknologi informasi dan komunikasi (prodistik) berbasis kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya.   METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memperoleh secara jelas gambaran tentang bagaimana manajemen program pendidikan terapan bidang teknologi informasi dan komunikasi (prodistik) yang dilakukan secara bermitra antara MAN Sidoarjo dengan ITS Surabaya, sehingga tujuan dari program prodistik ini dapat tercapai dan menjadi program unggulan MAN Sidoarjo. Subjek penelitian ini ditentukan secara purposive yang terdiri dari: Kepala Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo, Ketua Prodistik MAN Sidoarjo, Ketua Prodistik ITS, Guru MAN Sidoarjo, Siswa prodistik MAN Sidoarjo, Alumni prodistik MAN Sidoarjo. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, observasi, dan studi dokumentasi, sesuai dengan fokus penelitian. Teknik analisis data melalui tenik analisis data kualitatif Miles and Huberman (2014: 12) yaitu: pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Selanjutnya untuk menguji keabsahan data yang diperoleh di lapangan, penelitian ini menggunakan uji kredibilitas, transferabilitas, dependabiitas dan konfirmabilitas.     HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan temuan data di lapangan Manajemen Program Pendidikan Terapan Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (Prodistik) Berbasis kemitraan MAN Sidoarjo ITS Surabaya menunjukkan bahwa, 1) perencanaan progam prodistik berbasis kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya meliputi perencanaan desain program prodistik, perencanaan implementasi program prodistik; 2) pelaksanaan program prodistik berbasis kemitraan MAN Sidoarjo ITS Surabaya meliputi bentuk kegiatan prodistik, faktor pendukung program prodistik, faktor penghambat program prodistik, peran pimpinan; 3) evaluasi program prodistik berbasis kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya meliputi bentuk Monitoring program prodistik, pihak yang terlibat dalam kegiatan MonEv prodistik;  aspek yang dievaluasi dari program prodistik; capaian program prodistik. HASIL PENELITIAN Perencanaan Program Pendidikan Terapan Bidang Teknologi Infomasi Dan Komunikasi (Prodistik) Berbasis Kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya.         Perencanaan program prosidtik dilakukan oleh pihak ITS dan MAN Surabaya yang telah disepakati dalam MoU dan Surat Perjanjian kerjasama. Perencanaan program prodistik terbagi menjadi dua, yakni perencanaan desain program yang digagas oleh ketua program prodistik dan TIM prodistik ITS antara lain perumusan kurikulum prodistik, silabus, dan modul; Perencanaan Implementasi program prodistik di MAN Sidoarjo yang meliputi penyiapan sarana prasana, penganggaran, kepengurusan, tenaga pendidik, minat siswa, serta perencanaan rutin kegiatan yang dilakukan setiap semesternya: pendataan siswa, pengaturan kelas, pembuatan jadwal, pengaturan persebaran tutor mengajar. Pelaksanaan Program Pendidikan Terapan Bidang Teknologi Infomasi Dan Komunikasi (Prodistik) Berbasis Kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya.         Program prodistik dilaksanakan melalui kegiatan perkuliahan prodistik yang dilaksanakan setiap pulang sekolah yang dilaksanakan seperti ekstrakurikuler, siswa memilih 2 hari dari tiga hari yang disediakan untuk menyelesaikan perkuliahan 5 semester atau 36 SKS pada kurikulum lama yang ditempuh kelas XI dan XII prodistik, serta 25 SKS untuk kurikulum prodistik 2015, selain itu ketika masih ada pelajaran TIK di MAN Sidoarjo kegiatan prodistik pernah diintegrasikan dalam pelajaran TIK; Faktor pendukung program prodistik yakni pimpinan madrasah dan orang tua siswa; faktor penghambat program prodistik adalah dari internal madrasah yakni minimnya dukungan guru, kres dengan ekstra yang lainnya, serta minimnya pendanaan program prodistik di MAN Sidoarjo; Peran pemimpin dalam mengkomunikasikan setiap hambatan sangat diperlukan untuk keberlangasungan program. Evaluasi Program Pendidikan Terapan Bidang Teknologi Infomasi Dan Komunikasi (Prodistik) Berbasis Kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya.         Evaluasi program prodistik dilakukan melalui komunikasi intensif antara pihak MAN Sidoarjo Dan ITS Surabaya untuk memantau jalannya program serta mengukur ketercapaian program yang telah disepakati. Bentuk monitoring dan evaluasi yang dilakukan lebih kepada bentuk pemantauan langsung dan tidak langsung, bentuk monitoring langsung yakni dilakukan pihak ITS ketika melakukan kunjungan ke MAN Sidoarjo yakni melalui kegiatan bertanya, atau melihat jalannya program dari tugas akhir siswa, bentuk monitoring tidak langasung adalah dilakukan dengan menelfon atau mengirim pesan pada pihak ITS Surabaya, pihak yang terlibat dalam kegiatan monitoring dan evaluasi antara lain tutor prodistik, Pengurus Prodistik, WAKA, Kepala MAN Sidoarjo dan juga pihak ITS Surabaya. Aspek yang dievaluasi dari program prodistik adalah aspek akademik siswa yang meliputi kemajuan siswa, pembelajan, dan ketepatan dalam membuat tugas akhir;  Melalui program prodistik ini setiap tahunnya meluluskan sekitar 240 siswa MAN Sidoarjo selain itu melalui program ini telah banyak melahirkan prestasi siswa baik antar sekolah maupun tingkat nasional, serta melalui program ini telah meningkatkan citra MAN Sidoarjo dimata masyarakat.   PEMBAHASAN  Perencanaan Program Pendidikan Terapan Bidang Teknologi Infomasi Dan Komunikasi (Prodistik) Berbasis Kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya.                 Perencanaan program prodistik di MAN Sidoarjo dilakukan dengan kerjasama antara madrasah dan lembaga pendidikan tinggi yakni ITS Surabaya sebagai lembaga atau institusi mitra. Kemitraan ini kedua lembaga saling bersinergi guna mewujudkan tujuan bersama yakni memberikan bekal pengetahuan IT lulusan MAN Sidoarjo. Kegiatan perencanaan ini antara MAN Sidoarjo dan ITS Surabaya saling berbagi peran dan tanggung jawab masing-masing yang telah dituangkan dalam MoU dan Surat perjanjian kerja sama. Hal ini sejalan dengan pendapat Jones (2015: 110) menyebutkan “Pengaturan kemitraan perlu dinegosiasikan secara hati-hati untuk menanggung semua pemangku kepentingan untuk membangun pemahaman bersama mengenai peran masing-masing, dimana kejelasan tujuan sangat diperlukan pada tahap konseptualisasi." Berdasarkan hal tersebut perencanaan program prodistik dilakukan melalui kesepakatan dimana masing-masing pihak dalam perencanaan kegiatan ini memiliki dasar tujuan yang jelas, serta pembagian peran diantara kedua belah pihak. Yang diuraikan pada pembahasan temuan di bawah ini.                 Prodistik ini di gagas oleh Ibu Ismaini Zain selaku ketua prodistik ITS. Tujuan dari program ini adalah memberikan skill IT kepada lulusan MAN agar ilmunya dapat digunakan dimanapun lulusan itu berada. MAN Sidaorjo selaku lembaga mitra merasa perlu bekerjasama dengan ITS mengingat bidang TIK merupakan bidang yang sangat dibutuhkan di era sekarang apalagi sejak ada wacana penghapusan pelajaran TIK. Perencanaan program prodistik sejalan dengan pendapat Terry (2013: 46) menjelaskan bahwa “perencanaan merupakan pemilihan dan menghubungkan fakta, menggunakan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat visualisasi dan perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.” Berdasarkan hal tersebut perencanaan program prodistik ini menunjukkan bahwa program ini direncanakan melalui data dan fakta yang jelas, dan direncanakan dengan memiliki tujuan yang jelas yakni mencetak lulusan yang memiliki pengetahuan di bidang IT yang sangat diperlukan di era sekarang.                 Perencanaan program prodistik diawali dari perencanaan kurikulum prodistik merupakan kurikulum yang dibuat oleh ITS surabaya yang mengakomodir kurikulum D1 dengan menggunakan istilah SKS yang kemudian disempurnakan kembali dengan mengubah kurikulum 2015 sekaligus mengadopsi kurikulum 2013 yang tanpa TIK, Kemudian memiliki 25 SKS. Pihak MAN Sidoarjo sebagai lembaga mitra tetap memiliki keleluasaan penuh dalam mengembangkan kurikulum yang telah di buat oleh ITS Surabaya namun tidak keluar dari aturan yang telah dibuat. Ciri-ciri kemitraan yang dilakukan oleh MAN Sidoarjo-ITS Surabaya mengarah pada kemitraan generatif. Hal ini sejalan dengan Jones (2016: 115-116) yang menyatakan bahwa “model Generative Partnership (Kemitraan generatif) dicirikan oleh mitra responsif untuk kebutuhan satu sama lain dan penyesuaian atau pengembangan program selanjutnya.” Hal ini menunjukkan dari kerjasama antara madrasah dan lembaga mitra  saling memberikan keleluasaan dalam merencanakan program, khususnya dalam mengembangkan kurikulum prodistik yang ada.                 Perencanaan teknis kegiatan di lapangan dilakukan oleh MAN Sidoarjo yakni dengan melalui penyiapan pembiayaan program merupakan aspek penting untuk keberlangsungan suatu program, sumber pendanaan program prodistik MAN Sidoarjo sendiri diambilkan dari SPP siswa yang dibayarkan setiap bulannya melalui bendahara komite dan juga 0,5 % dari DIPA yang kemudian dianggarkan pada RAPBM untuk pembiayaan operasinal program seperti penggajian tutor, membayar dana pada ITS Surabaya selaku lembaga mitra, dan lain sebagainya yang menunjang pelaksanaan program.                 Pembentukan kepengurusan program prodistik ditunjuk langsung oleh pimpinan madrasah dengan mengSK guru-guru MAN Sidoarjo yang dianggap mampu menjalankan tugas pokok divisi prodistik di MAN Sidoarjo, kepengurusan terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan bagian akademik yang akan dilakukan penyegaran kepengurusan setiap tahunnya.  Divisi prodistik memiliki peran dalam mengelola dan mengatur program prodistik di MAN Sidoarjo.                 Sebelum menjalankan program prodistik MAN Sidoarjo harus menyiapkan kelayakan sekolah yang meliputi penyiapan sarana prasarana dalam hal ini adalah menyiapkan kelayakan lab komputer yang merupakan aspek penting dalam pelaksanaan program prodistik di MAN Sidoarjo, selain itu minat siswa juga menjadi aspek penting dimana siswa merupakan sasaran utama yang akan melaksanakan program prodistik di MAN Sidoarjo.                 Perencanaan kegiatan dilakukan oleh MAN Sidoarjo di tiap awal semester, perencanaan tersebut melibatkan pengurus dan tutor prodistik, yang pertaa adalah kegiatan pendataan siswa hal ini dilakukan untuk mendata siswa yang benar-benar ingin mengikuti prodistik, kemudian pengaturan kelas yang terbagi menjadi beberapa kelas dan berbeda dengan kelas pagi, pengaturan jadwal, dan mengatur persebaran tutor ssesuai dengan bidang keahlian masing-masing.                 Perencanaan program prodistik berbasis kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya ini menunjukkan adanya kerjasama yang saling melengkapi, dimana kedua lembaga ini memliki kepedulian dalam mencapai tujuan bersama, hal ini sejalan dengan (Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007) “kemitraan bukan sekedar sekumpulan aturan main lebih menunjukkan perilaku hubungan yang bersifat erat antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak saling membantu untuk mencapai tujuan bersama.” Hal ini terlihat pada peran masing-masing, dimana keduanya memiliki peran yang berbeda namun kedua lembaga tersebut saling melengkapi untuk mencapai tujuan yakni memberikan kompetensi IT pada siswa MAN Sidoarjo.   Pelaksanaan Program Pendidikan Terapan Bidang Teknologi Infomasi Dan Komunikasi (Prodistik) Berbasis Kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya.                 Pelaksanaan program prodistik di MAN Sidoarjo berawal sejak tahun 2011, dimana program ini merupakan program kemitraan antara MAN Sidoarjo dengan ITS Surabaya untuk membekali siswa MAN Sidoarjo dengan skill IT yang dapat digunakan baik untuk melanjutkan pendidikan atau bekerja dan bahkan berwirausaha. Proses pelaksanaan kegiatan prodistik di MAN Sidoarjo diawali dengan memberikan pelatihan atau ToT (Training of Trainer) pada guru MAN Sidoarjo karena tidak semua guru MAN Sidoarjo ahli di bidang IT, mengingat background guru di MAN Sidoarjo adalah guru agama. Kegiatan ini dilakukan sebelum program prodistik dilaksanakan di MAN Sidoarjo dan akan diberikan sertifikat kompetensi mengajar. hal ini menunjukkan bahwa pihak institusi mitra dan pihak madrasah memiliki perhatian lebih terhadap kualitas pendidik sebelum mengajar prodistik.                  Pelaksanaan program prodistik di MAN Sidoarjo pernah dilakukan melalui kegiatan intra yakni terintegrasi dengan pelajaran TIK sebelum pelajaran TIK ditiadakan di MAN Sidoarjo, kemudian saat ini prodistik dilaksanakan sebagai kegiatan ekstra berupa perkuliahan rutin yang dilakukan sepulang sekolah dua kali pertemuan dalam satu minggu, Program prodistik dijalankan selama 5 semester dengan beban 36 sks untuk kelas XI dan XII dan 25 SKS untuk kelas X. sementara peran pihak institusi mitra mitra yakni memberikan ToT di awal program, kuliah tamu minimal selama lima semester 1 kali yang berupa pemberian motivasi pada siswa MAN Sidoarjo. Pada pelaksanaanya pihak MAN Sidoarjo dan ITS Surabaya saling bersinergi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Terry (2013: 17) menyebutkan Actuating merupakan “kegiatan yang dilakukan oleh seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat dicapai.” Pelaksanaan kegiatan prodistik ini merupakan implementasi dari kegiatan yang telah direncanakan oleh MAN Sidoarjo- ITS Surabaya yang bermitra dalam prodistik ini yang telah dipaparkan pada surat perjanjian kerjasama dalam MoU yang disepakati kedua belah pihak atas pembagian hak dan tanggung jawab diantara keduanya.                 Faktor pendukung kesuksesan pelaksanaan program prodistik adalah bagaimana keberadaan program tersebut didukung salah satunya adalah dukungan pimpinan yang merupakan manajer madrasah, dukungan pimpinan salah satunya melalui penandatanganan legalitas kerjasama, serta dukungan orang tua siswa juga sangat diperlukan mengingat sumber pendanaan program ini adalah berasal dari iuran siswa                 Pelaksanaan kemitraan ini juga terdapat banyak kendala, salah satunya adalah terkait penerimaan program di MAN Sidoarjo, mengingat program ini adalah program kerjasama yang memerlukan pendanaan yang besar, dan tidak semua guru terlibat dalam kegiatan ini sehingga menyebabkan kecemburuan internal, selain itu pelaksanaan kegiatan prodistik yang dilaksanakan seperti ekstra menyebabkan benturan dengan ekstra lain dan kesulitan dalam pengaturan jadwal siswa.                 Peran pemimpin dalam mengkoordinasikan setiap hambatan yang muncul dari pelaksanaan program prodistik merupakan kunci penting dalam keberlangsungan program. Hal ini sejalan Brantas (2009: 5) juga menyebutkan bahwa “Agar proses penggerakan berjalan efektif, merupakan suatu keharusan bagi seorang manajer untuk memahami perilaku manusia, sehingga dapat memimpin organisasi dengan baik, menjalankan komunikasi dengan efektif, dapat memberikan motivasi yang tepat serta dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan bawahan. Berdasarkan pernyataan tersebut diketaui bahwa peran pimpinan madrasah dalam mengkomunikasikan setiap hambatan yang muncul sudah sangat baik, dan mampu menjembatani setiap konflik yang muncul dengan memberikan pengertian dan solusi terbaik dari tiap permasalahan internal.   Evaluasi Program Pendidikan Terapan Bidang Teknologi Infomasi Dan Komunikasi (Prodistik) Berbasis Kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya.                 Program prodistik memiliki tujuan untuk membekali siswa ilmu tentang IT sehingga setelah menyelesaikan program prodistik selama 5 semester siswa dapat mengaplikasikan ilmunya dimanapun lulusan itu berada. Untuk melihat pencapaian tersebut dalam perjalanan program ini diperlukan kegiatan pemantauan dan evaluasi sejauhmana program ini berjalan. Hal ini senada dengan pendapat Surachman (Arikunto, 2014: 1) yang menyatakan bahwa “evaluasi sebagai suatu proses menentukan hasil kegiatan yang dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan.”                 Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat secara langsung dengan program prodistik yakni dari pihak MAN Sidoarjo dan ITS Surabaya untuk mengetahui jalannya kegiatan program prodistik. Utamanya pihak yang secara langsung terlibat dalam kegiatan prodistik antara lain tutor melakukan pemantauan kegiatan karena memang sudah merupakan tugasnya untuk memberikan penilaian dalam kegiatan perkuliahan prodistik, pengurus prodistik MAN Sidoarjo dan juga WAKA yang telah terjadwal pada kegiatan piket perkuliahan prodistik setiap harinya yang merupakan tugas dari tupoksinya, dan Kepala Madrasah selaku penanggung jawab program prodistik di MAN Sidoarjo. Pihak pengurus prodistik ITS Surabaya juga terlibat dalam kegiatan monitoring dengan mendapatkan laporan dari pihak MAN Sidoarjo yang memang sudah merupakan tanggung jawab dalam kemitraan ini.  Hasil pemantauan dapat dijadikan bahan informasi bagi pimpinan untuk melihat efektivitas program prodistik. Selain itu bagi lembaga mitra yakni ITS Surabaya dapat dijadikan sebagai bahan pemantauan keberlangsungan program, serta melihat kendala program di lapangan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan pada asek-aspek program yang masih kurang selanjutya.                 Kegiatan monitoring ini dilakukan minimal satu semester satu kali, bentuk monitoring yang dilakukan lebih kepada monitoring langsung maupun tidak langsung untuk mengukur capaian program dan megetahui kendala yang dihadapi. Bentuk monitoring langsung dapat dilakukan dengan kunjungan seperti menyebarkan angket dan juga bertanya secara langsung kepada pihak MAN Sidoarjo terkait pelaksanaan program. sedangkan monitoring tidak langsung dilakukan dengan cara mengirim pesan, maupun telepon pada pihak ITS yang dilakukan pihak MAN Sidoarjo untuk memberikan informasi terkait akademik siswa. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip kemitraan berdasarkan (pusat pengembangan tenaga kependidikan: 2015) yakni “komunikasi/ communication, masing-masing pihak harus mau dan mampu mengkomunikasikan dirinya serta rencana kerjanya sehingga dapat dikoordinasikan dan disinergikan.” Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan monitoring, komunikasi antara pihak MAN Sidoarjo dan ITS Surabaya sangat penting untuk mengetahui dan memantau jalannya program prodistik. Dalam hal ini MAN Sidoarjo memberikan laporan kegiatan melalui komunikasi secara intensif dengan lembaga mitranya dalam hal ini ITS Surabaya sehingga kedua lembaga ini dapat mengetahui hambatan apa saja yang terjadi serta memantau keberhasilan program.                 Evaluasi program prodistik dilakukan untuk melihat ketercapaian sasaran yang telah direncanakan sebelumnya. Aspek yang dievaluasi dari program prodistik ini lebih pada aspek akademik yakni kemajuan siswa, pembelajaran, serta pembuatan Tugas Akhir. Melalui ketiga aspek tersebut dapat dilihat apakah tujuan program prodistik ini dapat terealisasikan dengan baik atau tidak di MAN Sidoarjo. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2014:123) tentang sasaran pemantauan: (a) seberapa jauh pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana program, (b) seberappa jauh pelaksanaan program telah menunjukkan tanda-tanda tercapainya tujuan program, (c) apakah terjadi dampak tambahan atau lanjutan yang positif meskipun tidak direncanakan, (d) apakah terjadi dampak sampingan yang negatif, merugikan, atau kegiatan yang mengganggu. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa aspek yang dievaluasi dari program prodistik telah sesuai dengan sasaran pemantauan, namun evaluasi program prodistik ini tidak mengukur sejauhmana dampak positif yang dihasilkan dari program prodistik, seperti keterserapan lulusan prodistik.                 Berdasarkan hasil evaluasi program prodistik di MAN Sidoarjo ini setiap tahunnya meluluskan sekitar 240 siswa, melalui program ini telah banyak mencetak siswa yang berprestasi dalam bidang IT sampai tingkat nasional selain itu melalui program ini citra MAN Sidoarjo dimata masyarakat meningkat. Kerjasama yang dilakukan oleh MAN Sidoarjo dengan ITS Surabaya banyak membawa dampak positif bagi MAN Sidoarjo hal ini sejalan dengan pendapat Higgins (2013: 1115) “Collaboration also change our work live.” Melalui kerja sama akan mendorong perubahan dalam suatu organisasi. Melalui kerjasama ini dapat dilihat perubahan yang dialami MAN Sidaorjo, salah satunya adalah program ini telah banyak melahirkan prestasi pada siswa MAN Sidoarjo, selain itu melalui program ini MAN Sidoarjo yang merupakan lembaga pendidikan islam mampu bersaing dengan lembaga pendidikan menengah umum maupun kejuruan dalam bidang IT.   PENUTUP Berdasarkan paparan data dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen program prodistik berbasis kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya adalah sebagai berikut:  Perencanaan program pendidikan terapan bidang teknologi informasi dan komunikasi (prodistik) berbasis kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya dilaksanakan melalui kesepakatan antara MAN Sidoarjo dan ITS Surabaya. Peran ITS Surabaya dalam perencanaan ini adalah lebih kepada perencanaan desain program prodistik yakni perencanaan kurikulum, melakukan visitasi, sedangkan peran MAN Sidoarjo  dalam perencanaan program ini lebih pada perencanaan teknis dilapangan yakni penyiapan sarana prasarana, minat siswa, juga tenaga pedidik atau SDM, serta pembiayaan program prodistik, dan perencanaan implementasi kegiatan prodistik. Pelaksanaan program pendidikan terapan bidang teknologi informasi dan komunikasi (prodistik) berbasis kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya merupakan implementasi dari perencanaan yang telah dialkukan. MAN Sidoarjo sebagai pelaksana teknis kegiatan di lapangan yakni berupa kegiatan perkuliahan prodistik dan ITS memberikan kontribusi berupa ToT guru MAN Sidoarjo, kuliah tamu dan upgrading guru. Peran peemimpin dalam mengkoordinasikan kegiatan sangat diperlukan untuk keberlangsungan program. Evaluasi program pendidikan terapan bidang teknologi informasi dan komunikasi (prodistik) berbasis kemitraan MAN Sidoarjo-ITS Surabaya dilakukan hanya pada aspek akademik yaitu mengukur ketercapaian siswa dalam menyelesaikan program prodistik yang dilakukan minimal satu kali dalam satu semester. Pihak MAN Sidoarjo dan ITS Surabaya saling berkomunikasi untuk melihat keberlangsungan program ini. Pihak MAN Sidoarjo dan ITS memantau dari aspek pembelajaran, kemajuan siswa, dan ketepatan dalam pembuatan tugas akhir yang dilaporkan pada pihak ITS minimal satu semester satu kali.   DAFTAR RUJUKAN Arikunto, suharsimi dan cepi safruddin abdul jabar,           M.Pd. 2014. Evaluasi  Program  Pendidikan.               Jakarta: Bumi Aksara.   Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. “Sekolah Life       Skills”lulus siap kerja. Jogjakarta:  Diva Press.   BPS. Data Pengangguran Terbuka Menurut          Pendidikan Tertinggi yang                 Ditamatkan          1986 – 2016. www.bps.go.id. Diakses pada 22          Desember 2016   Brantas. 2009. Dasar-dasar Manajemen. Bandung:           Alfabeta.   Dirjen pendidikan dasar dan menengah. 2007.    Petunjuk Teknis Pemberdayaan Komite Sekolah         Tahun 2007-2009. Jakarta: Departemen Pendidikan  Nasional.   Higgins, Andrea (et. Al). 2013. Creating the future              teacher education together: the       role of    emotionality in university-school partnership.     Journal Teaching and Educational Leadership.          Vol 93, Page 1110-1115.   Jones, Mellita (et. Al). 2016. Successful university-              school partnerships: An interpretive framework          to inform partnership practice. Journal         Teaching               and teacher. Vol 60, Page 108-120.   Miles and Huberman. 2014. Qualitative Data      Analysis (A Method Source Book). United State           of            America: Sage Puplication, Inc.   Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19              Tahun 2007. Standar Pengelolaan Pendidikan             Oleh Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.   Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan           Pengembangan Sumber Daya Manusi. 2015.               Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah Dalam        Mengelola Implementasi Kurikulum Kemitraan            Sekolah Dengan Pihak Eksternal. Pendidikan Dan           Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian                 Pendidikan Dan Kebudayaan.   Shofiyah. 2014. Pengembangan Madrasah Melalui            Program Kemitraan Pendidikan Australia      Indonesia Di MTs. Manbaul Ulum              Mojopurogede Bungah Gresik. Jurnal Review              Pendidikan Islam. Volume 01, Nomor 02.   Terry, George R. 2013. Prinsip-prinsip Manajemen.           Jakarta: Bumi Aksara.   Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang                sistem     pendidikan nasional.          http://sindikker.dikti.go.id .    
PELAKSANAAN PROGRAM TEACHING FACTORY EDUCATION HOTEL (EDOTEL) DALAM UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PRIMA (STUDI KASUS PADA PROGRAM KEAHLIAN AKOMODASI PERHOTELAN DI SMK NEGERI 1 BUDURAN SIDOARJO) TRI LESTARI, DIANA
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PELAKSANAAN PROGRAM TEACHING FACTORY EDUCATION HOTEL (EDOTEL) DALAM UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PRIMA (STUDI KASUS PADA PROGRAM KEAHLIAN AKOMODASI PERHOTELAN DI SMK NEGERI 1 BUDURAN SIDOARJO) Diana Tri Lestari Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya E-mail: dianatrilestari07@gmail.com   Supriyanto Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya E-mail: priyantounesa@gmail.com Abstrak Penelitan ini dilatarbelakangi banyaknya lulusan yang kurang diterima bekerja atau menganggur. Hal tersebut dikarenakan kompetensi yang dimiliki oleh lulusan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar dan kurang mempunyai jiwa kewirausahaan. Tujuan Penelitian ini untuk mendeskripsikan, menelaah dan menganalisis pelayanan jasa edOTEL, pemasaran jasa edOTEL, serta proses membangun networking edOTEL pada Program Keahlian Akomodasi perhotelan di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian ini yakni Kepala Sekolah, Waka humas, Waka kurikulum, Waka Sarana Prasarana, Ketua Program Keahlian Akomodasi Perhotelan, Guru mata pelajaran produktif, Pengguna jasa hotel, siswa dan alumni sebagai supervisor di edOTEL SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data meliputi uji kredibilitas dengan teknik trianguasi sumber, metode dan membercheck, uji transfermabilitas, uji dependebilitas dan uji konfirmabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, pelayanan jasa di edOTEL setara dengan pelayanan hotel bintang tiga. Selain itu, edOTEL memberikan pelayanan prima dengan menerapkan prinsip cepat tanggap terhadap kebutuhan pelanggan. Kedua, Pemasaran jasa edOTEL dilakukan melalui brosur, website, dari mulut ke mulut (mouth to mouth) dan memberikan image (kesan) yang baik dengan mengutamakan pelayanan prima. Ketiga, Proses membangun networking edOTEL dengan cara seluruh stakeholder bekerjasama mengembangkan edOTEL melalui pertemuan dengan berbagai instansi untuk memperoleh saran perbaikan, menambah pemasukan/pendapatan edOTEL serta mempromosikan kompetensi siswa pada setiap program keahlian yang ada di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo Kata Kunci: Pelayanan Jasa, Pemasaran Jasa, Proses Membangun Jaringan.    IMPLEMENTATION OF TEACHING FACTORY EDUCATION HOTEL (EDOTEL) PROGRAM IN EFFORTS TO INCREASE EXCELLENT SERVICES (CASE STUDY ON HOSPITAL ACCOMMODATION PROGRAM IN SMK NEGERI 1 SIDOARJO BUDURAN) Abstract This research is motivated by the number of graduates who are less accepted to work or unemployed. This is because the competencies of the graduates are not in accordance with the needs of the market and have less entrepreneurial spirit. The purpose of this study is to describe, review and analyze edOTEL services, marketing services edOTEL, and the process of building networking edOTEL on Hospitality Accommodation Accommodation Program at SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. This research uses qualitative approach with case study method. The subjects of this research are Headmaster, Deputy head of public relation school, Deputy head of curriculum, Deputy head of school infrastructure facility, Head of Departement of Hospitality Accomodation, Productive Subject teacher, hotel service users, students and Graduate students as supervisor at edOTEL SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Technique of collecting data in this research that is observation, interview, and documentation. The data validity check includes credibility test with source triangulation technique, method and membercheck, transfermability test, dependebility test and confirmability test. The results of this study indicate that first, service in edOTEL is equivalent to three-star hotel service. In addition, edOTEL provides excellent service by applying the principle of quick response to customer needs. Second, EdOTEL services marketing is done through brochures, websites, word of mouth (mouth to mouth) and give a good image (impression) by giving priority to excellent service. Third, The process of building edOTEL networking by means of all stakeholders to work together to develop edOTEL through meetings with various agencies to obtain improvement suggestions, increase income/revenues edOTEL and promoting the competence of students in every existing skill program in SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Keywords: service, marketing service, network building process.     PENDAHULUAN Pendidikan yang berkualitas akan membawa dampak bagi kesejahteraan masyarakat. Namun berbagai permasalahan terjadi di dalam penyelenggaraan pendidikan diantaranya banyak lulusan yang tidak diterima bekerja atau menganggur, kompetensi yang dimiliki lulusan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar dan lulusan kurang mempunyai jiwa wirausaha. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan dari pendidikan yang meliputi perbaikan dalam hal peningkatan mutu, perbaikan dalam sistem pendidikan, dan perbaikan dalam hal pengembangan kompetensi bagi setiap pekerja atau dalam hal ini terserapnya lulusan untuk bekerja dan menghasilkan pekerjaan (wirausaha). Pemerintah dalam hal ini mengambil kebijakan dengan mengembangkan pendidikan kejuruan yang merupakan salah satu Nawacita yang digagas oleh Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam “Capaian 2 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK”. Pendidikan menengah kejuruan juga merupakan solusi yang paling dimungkinkan dalam peningkatan produktivitas serta peningkatan kompetensi yang ada pada calon tenaga kerja atau lulusan. Menurut Ali (2009: 309) “pendidikan kejuruan, di samping menyiapkan tenaga kerja yang terampil juga mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tingi sesuai dengan program kejuruan yang diikuti”. Pendidikan menengah kejuruan dalam pembelajarannya lebih banyak menggunakan praktek dari pada teori. Sehingga lulusan SMK bisa langsung bekerja tanpa melakukan pelatihan terlebih dahulu. Koran jawa pos pada tanggal 29 September 2016 hal 32 menjelaskan mengenai “Godok Pergub SMK, Libatkan Industri dan Praktisi” dengan narasumber Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Saiful Rachman pada intinya menyatakan bahwa sekolah bekerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri dalam hal pembuatan regulasi mengenai pembelajaran di perusahaan serta pembelajaran yang berbasis dual system  yakni teori dan praktek langsung di sekolah. Adanya teaching factory di sekolah akan membantu dalam pelaksanaan praktek langsung di sekolah. Oleh karena itu, masyarakat dan perusahaan tidak lagi khawatir mengenai kompetensi yang dimiliki oleh siswa SMK karena SMK mencetak lulusan yang siap bekerja dan menghasilkan pekerjaan. Jika dilihat dari Direktorat PSMK, mengindikasikan bahwa Teaching Factory sangat bermanfaat dalam mengembangkan kompetensi siswa sekaligus membawa siswa untuk memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneur) serta menambah pemasukan bagi program keahlian/jurusan maupun sekolah.  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2013) dengan judul “Model Pengelolaan Teaching Factory Sekolah Menengah Kejuruan” menyatakan bahwa SMK dengan adanya Teaching Factory yang profesional mempunyai peluang dalam hal pembangunan salah satunya yakni turut serta menanggulangi kemiskinan, selain itu dengan adanya sumber daya manusia yang handal dan kreatif akan menciptakan peluang yang ada menjadi sesuatu yang lebih kreatif. Hal inilah yang dapat mendorong para siswa untuk bisa memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang ada dalam Teaching Factory guna mengembangkan diri, agar nantinya siswa dapat bekerja, melanjutkan studi ataupun berwirausaha. SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo memiliki salah satu program keahlian Akomodasi Perhotelan dengan Teaching Factory yang dinamakan dengan “edOTEL” yang merupakan kepanjangan dari “Education Hotel” yang berarti Hotel Pendidikan. edOTEL SMK Negeri 1 Buduran merupakan Teaching Factory yang baik dalam hal pengelolaannya. Menariknya penelitian ini yakni ada pada pembangunan edOTEL menggunakan desain yang memenuhi standart hotel bertaraf bintang tiga dengan menggunakan konsultan hotel dan juga pada evaluasi kegiatan hotel sudah tidak berasal dari sekolah melainkan berasal dari hotel-hotel yang ada di Jawa Timur.  Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut  : 1.  Pelayanan jasa edOTEL program keahlian akomodasi perhotelan di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo 2.  Pemasaran jasa edOTEL program keahlian akomodasi perhotelan di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo 3.  Proses membangun networking akomodasi perhotelan edOTEL di program keahlian akomodasi perhotelan SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo   METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif deskriptif dengan rancangan penelitian studi kasus yang bertujuan untuk mendeskripsikan, menelaah dan menganalisis pelayanan jasa edOTEL, pemasaran jasa edOTEL, serta proses membangun networking edOTEL program keahlian akomodasi perhotelan SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Subjek penelitian yang dapat membantu peneliti dalam mengungkapkan topik yang peneliti ajukan yakni: Kepala Sekolah, Waka humas, Waka kurikulum, Waka Sarana Prasarana, Ketua Program Keahlian Akomodasi Perhotelan, Guru mata pelajaran produktif, Pengguna jasa hotel, siswa dan alumni sebagai supervisor di edOTEL SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan observasi, wawancara semi terstruktur dan wawancara terbuka serta studi dokumentasi, sesuai dengan fokus penelitian. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (2014: 12) yang dimana tahapnya dimulai dari kondensasi data, data display, dan conclusion drawing/veryfication. Selanjutnya, untuk menguji keabsahan data yang diperoleh di lapangan, penelitian ini menggunakan teknik uji kredibilitas dengan merujuk pada teknik triangulasi (triangulasi sumber, dan triangulasi metode), membercheck, uji dependibilitas dan uji konfimabilitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan temuan data di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo, sesuai dengan fokus penelitian  yaitu 1) pelayanan jasa di edOTEL SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo, 2) pemasaran jasa edOTEL SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo, 3) proses membangun jaringan edOTEL SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. HASIL PENELITIAN Pelayanan jasa edotel jurusan akomodasi perhotelan di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Berdasarkan studi dokumentasi, wawancara, serta observasi yang dilakukan peneliti, maka dalam hal pelayanan yang ada di edOTEL dapat dikatakan pelayanan prima dengan adanya hal-hal sebagai berikut: a)       Berbagai komentar positif dan juga komentar yang membangun dari para pengunjung edOTEL. b)       Pelayanan prima yang ada di edOTEL ditunjukkan dengan adanya sikap maupun perilaku yang setara dengan hotel bintang tiga yakni dengan menerapkan standar operasional prosedur dengan sebaik-baiknya, baik berupa pelayanan housekeeping, recepcionist, dan reservarion. c)       Siswa program keahlian akomodasi perhotelan juga dibekali dengan sikap cepat tanggap terhadap kebutuhan tamu. Selain itu, percaya diri serta sopan dan santun terhadap pengunjung edOTEL merupakan salah sifat yang dimiliki oleh siswa di program keahlian akomodasi perhotelan. d)       Penggunaan magicword menjadi salah satu budaya yang wajib untuk diterapkan dalam pembelajaran baik praktek di edOTEL maupun teori di kelas. e)       Segala aktivitas yang ada di edOTEL baik berupa pelayanan reception, reservation, dan housekeeping, serta respon dari berbagai pengunjung edOTEL, maka edOTEL di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo telah menjalani salah satu aktivitas yang disebut dengan  berwirausaha di sekolah. Pemasaran jasa edotel jurusan akomodasi perhotelan di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Berdasarkan studi dokumentasi, wawancara, serta observasi yang dilakukan peneliti, maka dapat dijelaskan bahwa berbagai komponen terlibat dalam usaha memasarankan edOTEL di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo, yakni antara lain. a)       Pemasaran door to door yang dilakukan oleh siswa pada kantor-kantor pemerintahan. b)       pemasaran melalui website Sekolah, media sosial (facebook¸ Instagram, Line, Whatssup). c)       kemudian promosi pada kerabat dekat dan jauh oleh siswa dan alumni, setelah itu dari mulut ke mulut (mouth to mouth) d)       Pemasaran edOTEL selanjutnya yakni dengan membangun image bahwa di edOTEL pelayanan yang diberikan sungguh memuaskan oleh seluruh stakeholder. Sehingga dengan adanya pelayanan prima yang memuaskan pada pengunjung edOTEL, maka pengunjung edOTEL akan menjadi pelanggan setia edOTEL. e)       Pemasaran yang paling berhasil yakni melalui pelayanan prima yang ada di edOTEL sendiri, hal tersebut dikarenakan pemberian kepuasan pada pengunjung edOTEL menjadi hal yang terpenting bagi edOTEL.   Proses membangun networking akomodasi perhotelan edotel di jurusan akomodasi perhotelan SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Berdasarkan studi dokumentasi, wawancara, serta observasi yang dilakukan peneliti, maka proses networking program keahlian Akomodasi Perhotelan di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo dimulai dengan a)       Menunjuk SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo sebagai salah satu adanya pembangunan edOTEL, dimana di edOTEL ini tidak hanya untuk keperluan satu program keahlian, melainkan untuk kebutuhan beberapa program keahlian di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. b)       Tidak hanya itu saja, dalam membangun jaringan, edOTEL bekerjasama dengan berbagai isntansi hotel-hotel yang ada di Surabaya dan sekitarnya. c)       Membentuk jaringan di edOTEL SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo melalui adanya kompetensi siswa dan juga semakin banyaknya lulusan yang diterima sebelum siswa mendapat ijazah. d)       Proses networking sendiri dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya mengundang pihak atau instansi untuk menyaksikan berbagai keahlian dari peserta didik yang ada di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo dengan memberikan penjelasan mengenai perkembangan peserta didik yang dibina dengan sangat baik. e)       Tidak hanya itu saja, Kepala Sekolah mengupayakan kerjasama dengan dukungan berbagai pihak, seperti bekerjasama dengan BHRI, IJA, dan melakukan penjajakan kerjasama yakni dengan datang ke hotel-hotel untuk memaparkan kualitas yang dimiliki di edOTEL SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo.   PEMBAHASAN Pelayanan Jasa edOTEL Program Keahlian Akomodasi Perhotelan Di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo Pelayanan merupakan salah satu indikator mendirikan suatu usaha dimana dalam usaha tersebut kita menjual jasa kepada konsumen. Upaya pelayanan prima dapat berupa sikap sopan santun kepada customer, ramah terhadap customer, dan sikap cepat tanggap terhadap kebutuhan customer. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sulistiyono (2011: 42) yang menyatakan bahwa upaya pelayanan prima dapat dilihat dari beberapa komponen yakni diantaranya meningkatkan standart pelayanan dengan meningkatkan atau menambah komponen-komponen produk-produk nyata dan komponen-komponen produk tidak nyata yang dapat berupa peningkatan sopan santun, sifat penuh perhatian dan bersahabat, meningkatkan harga diri dan status tamu, mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan atau keluhan-keluhan tamu dengan cepat, dan menawarkan sesuatu kepada tamu untuk dikerjakan. Hal tersebut juga sejalan dengan oleh James A. Fitzsimmons dan Mona J. Fitzsimmons (Sulistiyono, 2011: 35) bahwa tamu akan menilai kualitas pelayanan melalui lima prinsip dimensi pelayanan sebagai tolok ukurnya, yaitu: (a) Reliabilitas (Reliability), adalah kemampuan untuk memberikan secara tepat dan benar jenis pelayanan yang telah dijanjikan kepada tamu; (b) Responsif (Responsiveness), yaitu kesadaran atau keinginan untuk cepat bertindak membantu tamu dan memberikan pelayanan yang tepat waktu; (c) Kepastian/jaminan (Assurance), adalah pengetahuan dan kesopansantunan serta kepercayaan diri pegawai. Dimensi assurance memiliki ciri-ciri: kompetensi untuk memberikan pelayanan, sopan dan memiliki sifat respek terhadap tamu; (d) Empati (Empathy), memberikan perhatian individu tamu secara khusus. Dimensi empathy ini memiliki ciri-ciri: kemauan untuk melakukan pendekatan, memberikan perlindungan dan usaha untuk mengerti keinginan, kebutuhan dan perasaan tamu; (e) Nyata (Tangibles), yaitu sesuatu yang nampak atau yang nyata, yaitu: penampilan para pegawai, dan fasilitas-fasilitas pisik, lainnya seperti peralatan dan perlengkapan yang menunjang pelaksanaan pelayanan. Berdasarkan temuan yang ada dilapangan Pelayanan yang ada di edOTEL dapat dikatakan pelayanan prima dengan adanya berbagai komentar positif dan juga komentar yang membangun dari para pengunjung edOTEL. Pelayanan prima yang ada di edOTEL ditunjukkan dengan adanya sikap maupun perilaku yang setara dengan hotel bintang tiga yakni dengan menerapkan standar operasional prosedur dengan sebaik-baiknya baik berupa pelayanan housekeeping, recepcionist, dan reservarion.   Siswa program keahlian akomodasi perhotelan juga dibekali dengan sikap cepat tanggap terhadap kebutuhan tamu. Oleh karena itu, dalam pengamatan peneliti pelayanan yang ada di edOTEL merupakan pelayanan yang merespon dengan cepat pesanan pelangggan.  Selain itu, percaya diri serta sopan dan santun terhadap pengunjung edOTEL merupakan salah sifat yang dimiliki oleh siswa di program keahlian akomodasi perhotelan, hal tersebut dikarenakan sebelum siswa melaksanakan praktek, siswa dibekali terlebih dahulu dengan materi-materi dalam menunjang segala aktivitas praktek di edOTEL. Materi pelajaran yang diajarkan yakni meliputi komunikasi verbal, pembelajaran mengenai telepon operator dan hal lain yang berhubungan dengan sikap dan perilaku. Penggunaan magicword menjadi salah satu budaya yang wajib untuk diterapkan dalam pembelajaran baik praktek di edOTEL maupun teori di kelas. Pelayanan yang ada di hotel dapat berupa pelayanan kamar, pelayanan keamanan dan kebersihan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Casse dan Reuland (Sulistiyono, 2011: 39-40) yang menyatakan bahwa pelayanan yang ada di hotel berkaitan dengan penyediaan kamar-kamar, makanan dan minuman, serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti cara pelayanan, kenyamanan dan keamanan, sehingga dapat memberikan kebutuhan yang diinginkan oleh tamu. Berdasarkan temuan penelitian, pelayanan jasa di edOTEL dapat dikatakan prima dengan berbagai pelayanan yang diberikan diantaranya pelayanan dalam bidang front office, housekeeping dan food & Baverage, dan laundry, dan juga keamanan yang diutamakan serta kebersihan yang selalu dijaga.   Pemasaran Jasa edOTEL Program Keahlian Akomodasi Perhotelan Di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo Pemasaran menjadi salah satu faktor penting adanya sikap berwirausaha, karena dengan adanya pemasaran produk yang kita ciptakan dapat diketahui oleh masyarakat luas. Pemasaran dapat dilakukan dengan berbagai cara diantara melalui sosial media dan juga pelayanan yang diberikan kepada pengunjung hotel. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Morisson (Budi, 2013: 11) yang menyatakan bahwa pemasaran dapat dibedakan menjadi dua yakni pemasaran langsung dapat berupa promosi, melayanani dan menyediakan pelayanan kepada pelanggan/wisatawan, kemudian pelayanan tidak langsung seperti pemasaran diserahkan kepada pihak lain dengan harga yang sudah disepakati. Berdasarkan temuan penelitian, maka berbagai komponen terlibat dalam usaha memasarankan edOTEL di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo, yakni diantaranya pemasaran door to door yang dilakukan oleh siswa pada kantor-kantor pemerintahan, kemudian pemasaran melalui website oleh Sekolah, kemudian promosi pada kerabat dekat dan jauh oleh siswa dan alumni, setelah itu dari mulut ke mulut (mouth to mouth), brosur melalui sosial media seperti facebook¸ Instagram, dan lain-lain oleh siswa dan alumni. Pelayanan prima juga mendukung pemasaran yang ada di suatu perusahaan hotel. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Budi (2013:122) yang menyatakan bahwa strategi membangun image merupakan strategi yang bisa didapatkan yakni melalui pencitraan yang baik melalui komunikasi dan keterbukaan suatu perusahaan. Berdasarkan temuan penelitian, pemasaran yang ada di edOTEL dapat berupa membangun image bahwa pelayanan yang diberikan di edOTEL sungguh memuaskan pengunjung. Sehingga dengan adanya pelayanan prima yang memuaskan pada pengunjung edOTEL tersebut, maka pengunjung edOTEL akan menjadi pelanggan setia edOTEL. Dengan demikian pemasaran melalui pelayanan prima, menjadi hal yang terpenting bagi edOTEL.   Proses Membangun Networking Akomodasi Perhotelan edOTEL Pada Program Keahlian Akomodasi Perhotelan SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo Proses membangun jaringan/networking yakni melibatkan beberapa unit usaha lain, guna mendukung usaha satu sama lainnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Kotler dan Amstrong (2008: 41) yang menyatakan bahwa jaringan usaha melibatkan unit usaha lain dalam kegiatan usaha, dengan demikian dapat menciptakan efisiensi yang lebih besar dalam meyediakan barang bagi para pengunjung. Berdasarkan temuan penelitian, Proses membangun networking di edOTEL SMK Negeri 1 Buduran Sidaorjo diawali dengan adanya keputusan Menteri untuk membangun laboratorium yang digunakan peserta didik dalam mempraktekan kompetensi yang didapat di sekolah melalui adanya hotel training atau bisa disebut edOTEL. SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo telah ditunjuk sebagai salah satu adanya pembangunan edOTEL, dimana di edOTEL ini tidak hanya untuk keperluan satu program keahlian, melainkan untuk kebutuhan beberapa program keahlian di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo, seperti pada program keahlian tata boga, tata busana, tata kecantikan dan akomodasi perhotelan. Tidak hanya itu saja, dalam membangun jaringan, edOTEL bekerjasama dengan berbagai isntansi hotel-hotel yang ada di Surabaya dan sekitarnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa edOTEL mendapatkan berbagai dukungan dilingkungan luar organisasi pendidikan dalam mengembangkan edOTEL menjadi lebih baik lagi. Dengan demikian, dalam perkembangannya tidak menutup kemungkinan edOTEL akan menjadi hotel pendidikan yang tidak hanya sebagai tempat praktek siswa saja, melainkan juga sebagai tempat untuk membangun dan mengembangkan jiwa entrepreneurship di sekolah bagi setiap stakeholder yang terlibat di edOTEL yang meliputi siswa, guru, dan alumni. Proses membangun jaringan biasanya diawali dengan adanya kepercayaan suatu instansi terhadap instansi yang lainnya. Hal tersebut sependapat dengan Perry (2002: 31) yang menyatakan bahwa jaringan dibentuk oleh kepercayaan. kepercayaan dibentuk berdasarkan masalah negoisasi individual yang memungkinkan perubahan, pengalaman historis dan struktur sosial yang diwariskan terhadap bantuk dan jangkauan kepercayaan yang ada dalam setiap kawasan. Berdasarkan temuan penelitian, membentuk jaringan di edOTEL dapat ditunjukkan dengan adanya kompetensi siswa dan juga semakin banyaknya lulusan yang diterima sebelum siswa mendapat ijazah. Hal tersebut menunjukkan adanya keterbukaan perusahaan terhadap lulusan program keahlian akomodasi perhotelan yang ada di SMK Negeri 1 Buduran Sidaorjo. Dimana, berdasarkan hasil penelusuran tamatan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 pada program keahlian aph sekitar 85% diterima bekerja diberbagai perusahaan. Membangun jaringan dapat dilakukan dengan berbagai hal, seperti mengikuti seminar, menjalin kemitraan dan menggunakan teknologi. Hal tersebut sejalan dengn Suherman (2011: 180-181) yang menguraikan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membentuk jaringan bisnis diantaranya: (a) Memanfaatkan IT; (b) Mengikuti forum-forum bisnis; (c) Menghimpun komunitas bisnis; (d) Menjadi anggota Asosiasi terkait; (e) Menggunakan saluran distribusi dengan baik, efektif dan efisien; (f) Menjalin kemitraan dengan investor; (g) Menyebarkan ‘kartu nama’. Proses networking yang ada di edOTEL dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya mengundang pihak atau instansi untuk menyaksikan berbagai keahlian dari peserta didik yang ada di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo dengan memberikan penjelasan mengenai perkembangan peserta didik yang dibina dengan sangat baik. Hal tersebut ditunjang dengan keterlibatan DU/DI dalam penyusunan kurikulum di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo. Penyusun kurikulum di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo yaitu Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Ketua program keahlian Aph, guru-guru, Komite Sekolah dan DU/DI dengan adanya sinkronisasi kurikulum. Tidak hanya itu saja, Kepala Sekolah mengupayakan kerjasama dengan dukungan berbagai pihak, seperti bekerjasama dengan BHRI, IJA, dan melakukan penjajakan kerjasama yakni dengan datang ke hotel-hotel untuk memaparkan kualitas yang dimiliki di edOTEL.   PENUTUP Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pelayanan Jasa edOTEL Program Keahlian Akomodasi Perhotelan di SMK Negeri 1 Buduran Sidoarjo, telah dilaksanakan pelayanan prima dengan ketentuan pelayanan berstandar pelayanan bintang tiga, penggunaan magicword dalam melayani tamu, menerapkan prinsip cepat tanggap kebutuhan pelanggan, serta rasa percaya diri dan sopan santun yang dimiliki oleh siswa kepada pengunjung edOTEL menjadi hal yang paling penting dalam melayani pengunjung edOTEL. Pemasaran Jasa edOTEL dilakukan secara terbuka dengan menawarkan produk ke konsumen melalui berbagai media serta pemasaran di edOTEL dilakukan dengan memberikan image (kesan) yang baik dengan mengutamakan pelayanan prima seperti pelayanan cepat tanggap terhadap kebutuhan pengunjung. Proses membangun networking edOTEL yakni seluruh stakeholder bekerja secara bersama-sama dalam mengembangkan edOTEL, mengundang instansi dan perusahaan dengan berbagai latar belakang untuk bisa menyaksikan kompetensi pada berbagai program keahlian, para stakeholder juga membangun kepercayaan dengan memberikan pelayanan yang terbaik dan juga fasilitas yang memadai untuk para pengunjung edOTEL.   DAFTAR PUSTAKA Budi, Agung Permana. 2013. Manajemen Marketing Hotel. Yogyakarta: Andi.   Kotler, Philip dan Amstrong, Gary. (2008) . Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid 2. Jakarta : Erlangga.   Miles And Huberman. 2014. Qualitative Data Analysis (A Methods Sourcebook). United State Of America: Sage Publication, Inc.   Perry, Martin. 2002. Mengembangkan Usaha Kecil: dengan Memanfaatkan Berbagai Bentuk Jaringan Kerja Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.   Pujianto. 2016. Godok Pergub SMK, Libatkan Industri dan Praktisi. Koran Jawa Pos, Hal. 32.   Suherman, Eman. 2011. Praktik Bisnis Entrepreneurship: Panduan Memulai dan Mengembangkan Bisnis dengan Mudah dan Sukses. Bandung: Alfabeta   Sulistiyono, Agus. 2011. Manajemen Penyelenggaraan Hotel. Bandung: Alfabeta   Wijaya, Muhammad Burhan. 2013. Model Pengelolaan Teaching Factory Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Penelitian Pendidikan (Online) Volume 30, Nomor 2, (http://download.portalgaruda.orgarticle.php,  diunduh pada tanggal 23 Februari 2017)  
IMPLEMENTASI BUDAYA SEKOLAH POSITIF DI SMA NEGERI 11 SURABAYA ADHASANI, IMMELLATYN
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 1, No 1 (2013): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PENGARUH STRATEGI PEMASARAN SEKOLAH TERHADAP KEPUTUSAN SISWA MEMILIH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SURABAYA DWI CANTIKA, NATALIA
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 1, No 1 (2013): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Abstrak: Pemasaran jasa bidang pendidikan merupakan usaha yang dilakukan sekolah untuk memberikan kepuasan akan kebutuhan murid/siswa, mahasiswa dan juga masyarakat umum. Pemasaran jasa pendidikan akan memberikan pelayanan terhadap konsumen jasa pendidikan, yang dapat menciptakan hubungan timbal balik yang baik antara lembaga dan konsumen jasa pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pemasaran sekolah terhadap keputusan siswa memilih Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Surabaya, unsur-unsur strategi pemasaran sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, terdapat lima variabel yaitu lokasi sekolah (X1), produk sekolah (X2), harga/biaya sekolah (X3), status akreditasi sekolah (X4), dan keputusan siswa memilih sekolah menengah kejuruan negeri 1 Surabaya (Y). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling, dari penghitungan diperoleh sampel sebanyak 290 siswa. Berdasarkan hasil analisis data uji t pengaruh secara parsial diperoleh: 1) variabel lokasi sekolah memperoleh nilai signifikan 0,405 > 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh terhadap keputusan siswa memilih SMKN 1 Surabaya; 2) variabel produk memperoleh nilai signifikan 0,000 < 0,05 artinya terdapat pengaruh signifikan terhadap keputusan siswa memilih SMKN 1 Surabaya; 3) variabel harga memperoleh nilai signifikan 0,404 > 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh terhadap keputusan siswa memilih SMKN 1 Surabaya; 4) variabel status akreditasi memperoleh nilai signifikan 0,011 < 0,05 artinya terdapat pengaruh signifikan terhadap keputusan siswa memilih SMKN 1 Surabaya.  Hasil dari uji F secara simultan diperoleh nilai Fhitung sebesar 42.902 > Ftabel 2,403 dan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 < 0,05 dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, artinya lokasi,produk,harga, dan status akreditasi secara bersama-sama terhadap keputusan siswa memilih SMK Negeri 1 Surabaya dengan kontribusi sebesar 50,6 % dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.   Kata kunci : pemasaran jasa pendidikan, keputusan memilih, SMK.   EFFECT OF SCHOOL MARKETING STRATEGY ON STUDENT DECISIONS CHOOSE VOCATIONAL HIGH SCHOOL IN SMK NEGERI 1 SURABAYA   Abstract Abstract : Marketing services in education sector are efforts that doing by schools to give satisfaction on the needs of pupils/students, and also the general public.  The marketing of educational services will provide services to the costumers, which can create a good reciprocal relationship between educational institutions and costumers education services. This research aims to know the influence of school marketing strategy on the decision of students to choose Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Surabaya, the elements of school marketing strategy. This research use quantitative approach, there are five variables that are school location (X1), school product (X2), price/cost of school (X3), accreditation status of school (X4), and decision of student to choose Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Surabaya (Y). The sampling technique using proportional random sampling technique, from the calculation obtained a sample of 290 students. Based on the result of T-test data analysis partial influence is obtained: 1) school location variable get significant value 0,405 > 0,05 meaning there is no influence to decision of student choose SMKN 1 Surabaya; 2) product variable get significant value 0,000 < 0,05 meaning there is significant influence to decision of student choose SMKN 1 Surabaya; 3) price variable get significant value 0,404 > 0,05 meaning there is no influence to decision of student choose SMKN 1 Surabaya; 4) accreditation status variable get significant value 0,011 < 0,05 meaning there is significant influence to decision of student choose SMKN 1 Surabaya. The results of the F test obtained simultaneously calculated Fvalue 42 902 > Ftables 2.403 and significance value 0.000 < 0.05 therefore H0  is rejected and H1 accepted, it meaning that the location, products, prices, and accreditation status collectively influence the decision of students to choose SMK Negeri 1 Surabaya with a contribution of 50,6% and the rest is influenced by other variables.   Keywords: education service marketing, decision making, SMK.
PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KREATIVITAS PESERTA DIDIK SMA MUHAMMADIYAH WILAYAH SURABAYA BARAT IHSAN FUADI, MUHAMMAD
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 1, No 1 (2013): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Abstrak: Pendidikan Kewirausahaan merupakan sebagai usaha yang dilakukan lembaga pendidikan untuk menanamkan pengetahuan, nilai, jiwa dan sikap kewirausahaan kepada peserta didik guna membekali diri menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan inovatif. Sedangkan kreativitas suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan orisinalitas berfikir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap kreativitas peserta didik SMA Muhammadiyah Wilayah Surabaya Barat dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X-XI dari SMA Muhammadiyah 4 dan 9 Surabaya sebanyak 213 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini  adalah menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Teknik pengumpulan data berupa angket atau kuesioner dengan menggunakan skala likert. Uji validitas instrumen dengan product moment dari person dan uji reliabilitas intrumen dengan rumus cronbach Alpha, yang dilakukan pada 30 siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 9 Surabaya. Sebelum data penelitian di analisis, dilakukan uji prasayarat analisis yang meliputi uji normalitas, uji linieritas dan uji product moment. Penelitian ini menunjukan besarnya sumbangan efektif pendidikan kewirausahaan sebesar 76,4%, sedangkan sisanya 23,6% kreativitas peserta didik di SMA Muhammadiyah Wilayah Surabaya Barat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi sederhana dan uji T. Berdasarkan hasil analisi data uji T pengaruh secara parsial pada variabel pendidikan kewirausahaan memperoleh nilai signifikan 0,000 > 0,05 , maka artinya terdapat pengaruh terhadap kreativitas peserta didik. Nilai signifikan ini lebih kecil dari pada nilai alpha 0,5 dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap kreativitas peserta didik.     Kata Kunci: pendidikan kewirausahaan, kreativitas peserta didik   THE EFFECT OF EDUCATION ENTREPRENEURSHIP TO CREATIVITY PARTICIPANTS IN THE SENORI HIGH SCHOOL MUHAMMADIYAH REGION WEST SURABAYA   Abstract Abstract : Entrepreneurship Education is an effort made by educational institutions to instill knowledge, values, soul and attitude of entrepreneurship for learners to equip themselves into an independent, creative and innovative human being. While the process of creativity is reflected in fluency, flexibility and originality of thinking. This study aims to determine the effect of entrepreneurship education on the creativity participants in the senior high school Muhammadiyah Region West Surabaya by using a quantitative approach with descriptive research type. The sample in this research was 213 students of X-XI class from SMA Muhammadiyah 4 and 9 Surabaya. The sampling technique in this research is using stratified random sampling technique. Data collection techniques in the form of questionnaire using Likert Scale. Instrument validity test with product moment of person and intrument reliability test with cronbach alpha formula were conducted on 30 students of class XII SMA Muhammadiyah 9 Surabaya. Prior to the research data in the analysis a pre-paid test analysis that includes normality test, linearity test and product moment test was also conducted. This study showed the amount of effective contribution of entrepreneurship education equal to 76,4%, while the rest 23,6 creativity of learners in SMA Muhammadiyah Area of West Surabaya was influenced by other factors. Data analysis technique used was simple regression analysis and t test. Based on the results of t-test data analysis partial influence on entrepreneurship education variables got significant value 0.000 > 0.05, then it means there was influence on the creativity of learners. This significant value is smaller than the alpha value of 0.5 thus H0 is rejected and H1 is accepted. This means that entrepreneurship education affected the creativity of learners.   Keyword: entrepreneurship education, student creativity