cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Inspirasi Manajemen Pendidikan
  • inspirasi-manajemen-pendidikan
  • Website
ISSN : -     EISSN : 22528253     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 381 Documents
PARTISIPASI ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI TK IT AT-TAQWA SURABAYA Murni Wati, Indah
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 1, No 1 (2013): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Partisipasi orang tua memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan anak usia dini (PAUD). Untuk mendapatkan hasil prestasi belajar anak yang maksimal, sekolah perlu menjalin kerjasama yang baik dengan orang tua siswa. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis; 1) Bentuk-bentuk partisipasi orang tua; 2) Faktor pendukung dan penghambat partisipasi orang tua; dan 3) Upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan partisipasi orang tua siswa di sekolah TK IT At-taqwa Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan kondensasi. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Hasil dari penelitian di TK IT At-Taqwa Surabaya menunjukkan: (1)  bentuk-bentuk partisipasi orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, meliputi (a) kegiatan parenting, (b) mengambil raport setiap 2 bulan sekali, (c) mengisi buku penghubung, (d) keaktifan berkomunikasi via grup whatsapp, (e) menghadiri wisuda anak, (d) menghadiri kegiatan karya cipta anak, dan (g) kegiatan orientasi awal tahun; (2) faktor pendukung partisipasi orang tua siswa adalah kesadaran diri orang tua untuk terus aktif mendukung program-program sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar anaknya sebagai bentuk timbal balik untuk sekolah, sedangkan faktor penghambat partisipasi orang tua di sekolah adalah kendala waktu orang tua yang sibuk bekerja, dan antusias orang tua terhadap ilmu parenting kurang; 3) upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam mendukung partisipasi orang tua adalah: (a) sekolah lebih aktif dulu dengan cara sesering mungkin memberikan informasi-informasi tentang perkembangan anak, dan menjaga silaturahim dengan orang tua; (b) melakukan kunjungan home visit ke rumah siswa; dan (c) menjaga komunikasi via grup whatsapp yang dibuat sekolah untuk berkomunikasi dengan orang tua siswa. Kata Kunci: Partisipasi orang tua, Prestasi belajar, Taman kanak-kanak    PARENT PARTICIPATION IN IMPROVING STUDENT ACHIEVEMENT IN TK IT AT-TAQWA SCHOOL SURABAYA Abstract Parent participation has a big role to the successful of early childhood education (PAUD). To get maximum result of learning achievement schools need to establish good cooperation with parents. The purpose of this study are to describe and analyze; 1) Form of parent participations; 2) Supporting and inhibiting factors; and 3) Efforts by school to improve parent participations in TK IT At-taqwa School, Surabaya. This study used a qualitative approach with descriptive methods and case study design. Interviews, observation, and documentary analysis were use as data collection technique. Data were analyzed by performing condensation. The Data validation was done by used credibility, dependability, transferability, and conformability principles. The result of the student’s that: (1) form of parental participation in improving student achievement, include (a) parenting activities, (b) take report cards every 2 months, (c) fill out the liaison book, (d) the activeness of communication via whatsapp group, (e) attending graduation, (f) attending children’s creative activities, and g) orientation activities in the beginning of the year, (2) the supporting factor of parent’s participation is self awareness of parents to actively support school programs in improving student achievement as a reciprocal form for school, meanwhile the inhibiting factor of parent’s participation in school is  time constraints of busy working parents, and the parent’s enthusiasm for parenting is less; (3) the efforts of the school in supporting the parent participation are: (a) school should be active first by way of as often as possible provide information about child development, maintaining relationships with parents ; (b) making home visit to student’s home; and (c) maintaining communication via whatsapp group created by school to communicate with parents.            Keywords: Parent participations, Student achievement, Kindergarten
PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI MI NEGERI NANGGUNGAN KABUPATEN NGANJUK Marga Lena, Leni
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 1, No 1 (2013): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penyelenggaraan pendidikan di sekolah perlu adanya dukungan dari pihak orang tua maupun masyarakat. Dukungan tersebut dapat disalurkan melalui komite sekolah. Dengan adanya komite sekolah akan membantu tercapainya program sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan; (1) Peran komite sekolah dalam memberikan pertimbangan berupa masukan terhadap program; (2) Peran komite sekolah dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan dengan penggalangan dana; (3) Peran komite sekolah sebagai pengontrol; (4) Peran komite sekolah sebagai mediator antara masyarakat dengan sekolah. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan melakukan tiga tahap yaitu, kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan pengecekan keabsahan data dilakukan dengan uji kredibilitas, uji tranferabilitas, uji dependabilitas, dan uji konfirmabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Peran komite sekolah dalam memberikan pertimbangan berupa masukan terhadap program adalah memberikan masukan serta saran meliputi, bidang sarana prasarana dan pembelajaran, rencana kerja sekolah, penerimaan peserta didik baru, serta melakukan koordinasi dengan mengadakan pertemuan; (2) Peran komite sekolah dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan dengan penggalangan dana yaitu, mendukung sekaligus mengakomodasi program-program dari sekolah, menggalang dana dari wali murid berupa infaq, dan melakukan koordinasi dukungan melalui rapat; (3) Peran komite sekolah sebagai pengontrol yaitu komite sekolah melakukan pengamatan langsung terhadap program sekolah dan mengawasi secara langsung proses pembangunan gedung; (4) Peran komite sekolah sebagai mediator antara masyarakat dan sekolah meliputi, memediasi terkait kebutuhan sekolah dengan wali murid, sosialisasi melalui rapat umum, dan menampung usulan dari wali murid melalui edaran yang dikeluarkan oleh komite.    Kata kunci: peran komite sekolah, penyelenggaraan pendidikan  THE ROLE OF SCHOOL COMMITTEE IN THE IMPLEMENTATION OF EDUCATION AT MI NEGERI NANGGUNGAN NGANJUK DISTRICT Abstract The implementation of education in schools needs support from both students’ parents and the society which can be contributed to the school committee. The school committee is expected to help schools in the implementation of their programmes. Thus, this study aims to find out and explain: (1) the role of school committee in providing suggestions to implementation of school’s programmes; (2) the role of school’s committee in supporting the implementation of education by fundraising; (3) the role of school’s committee as the school’s controller; and (4) the role of school’s committee as mediator between people and the school. The method used in this study is qualitative method with case study as the research design. The data was collected through interviews, observations, and documentations, and it was analysed with three step that is data condensation, data display, and conclusion. Meanwhile, the validity test was carried out through four tests: credibility, transferability, dependability, and confirmability. The result of this study shows that: (1) the role of the school’s in giving suggestions to the school’s programmes is giving recommendations such as in terms of school’s infrastructure and learning process, school’s work plan, new student admission, and the coordination of school’s staffs meeting; (2) the role of the school’s committee in supporting the implementation of education through fundraising is by supporting as well as accommodating school’s programmes, raising funds from students’ parents, and coordinating supports through meetings; (3) the role of the school committee as a controller is directly supervising the school’s programmes implementation and the construction of the school’s building; and (4) the role of the school committee as a mediator between people and school includes mediating the two parties in relation to what the school needs from students’ parents, coordinating socialisation through general meetings, and accommodating recommendations from students’ parents through circular letters issued by the committee. Key words: the role of school committee, implementation of education
MANAJEMEN PROGRAM ADIWIYATA DALAM PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA PEDULI LINGKUNGAN DI SDN SUMBERREJO 1 KABUPATEN BOJONEGORO Leonita Rahma, Asmi
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 1, No 1 (2013): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Program Adiwiyata diciptakan untuk mengurangi kerusakan lingkungan hidup. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis; Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Pengawasan program adiwiyata dalam pembentukan karakter siswa peduli lingkungan di SDN Sumberrejo 1. Penelitian ini menggunakan pendekatan  kualitatif dan rancangan penelitian studi kasus. Dalam pengambilan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan kondensasi data. Untuk pengecekan keabsahan data menggunakan uji kredibilitas, transferabilitas, depanbilitas, dan konfirmabilitas. Hasil penelitian di SDN Sumberrejo 1 yaitu perencanaan kegiatan program adiwiyata, hanya saja program yang akan dijalankan sudah mendapat arahan dari sekolah induk yaitu SMAN Sumberrejo 1, tim program adiwiyata yang bertanggung jawab atas program tersebut menyusun pokok kerja yang akan dijalankan dalam waktu yang sudah ditentukan, anggaran program adiwiyata berasal dari Pemerintah Kota Bojonegoro dan  Badan Lingkungan Hidup, kepala sekolah, koordinator, sekretaris dan empat belas tim pokok kerja; pelaksanaan kegiatan dalam program adiwiyata terdapat empat belas pokok kerja, pengawasan program adiwiyata meliputi Badan Lingkungan Hidup, Puskesmas, dan SMAN Sumberrejo 1. Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh SDN Sumberrejo 1 diharapkan mampu mewujudkan sekolah yang peduli terhadap lingkungan dan mampu menjadi contoh untuk sekolah-sekolah lain khususnya wilayah Sumberrejo dan sekitarnya. Kata kunci: Manajemen, Program Adiwiyata, Karakter Peduli Lingkungan.     MANAGEMENT OF ADIWIYATA PROGRAM IN THE FORM OF CHARACTER STUDENTS CARE ENVIRONMENT IN SDN SUMBERREJO 1 BOJONEGORO REGENCY  Abstract Head master has an important role to improve the discipline character education of students. Therefore Head Master should create a strategy goal to improve the discipline character education of students. Adiwiyata Program was created to reduce some destruction of the environtment. This research is to describe and analyze; Planning, the organizing, implementation, controling of adiwiyata program to building the character of students about environmental care in SDN Sumberrejo 1. This research uses qualitative approach, and case study research design. This research take by  interview techniques, observation, and documentation. Data analysis take by condensation. To check the validity re-checked by credibility, transferability, forwardability, and confirmability. Result of research at SDN Sumberrejo 1 are planning activity of adiwiyata program, and this program have got direction from SMAN Sumberrejo 1; Team of Adiwiyata program must be responsible about the program and prepare it until the end; The budget of the adiwiyata program comes from the City Government of Bojonegoro and the Environment Organization, of the Principal, the coordinator, the secretary and the fourteen main working teams, the implementation of activities in the adiwiyata program there are fourteen principal works, Controling of adiwiyata program include Environment Organization, Puskesmas and Sumberrejo Senior High School 1. From the activities implemented by SDN Sumberrejo 1, it is expected to be able to realize the school that care for the environment and able to become an example for other schools especially Sumberrejo area and its surroundings. Keywords: Management, Adiwiyata Program, Character Caring Environment
MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN STUDI KASUS DI MI NU KH MUKMIN SIDOARJO Sayyidatul Husna, Nafi
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 1, No 1 (2013): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Abstrak: Keefektifan manajemen pembelajaran merupakan suatu proses peningkatan keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi dan menanamkan pendidikan karakter Penelitian ini akan membahas seputar keefektifan manajemen pembelajaran dengan fokus penelitian keefektifan pembelajaran, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Metode yang digunakan  penelitian kualitatif.  Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, observasi dan dokumentasi.Teknik Analisis data  dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu: data condensation, data display, dan conclusions drawing/verifying. Hasil Penelitian menunjukan 1) Keefektifan Pembelajaran yang digunakan ialah KTSP 2006 berbasis multiple intellegences. Peningkatan keprofesionalan guru, mempunyai jaminan kualitas pendidikan. 2) Perencanaan pembelajaran berbasis multiple intellegences. 3) Pelaksanaan pembelajaran berbasis multiple intellegences guru akan mengimplementasikan perencanaan pembelajaran ke dalam tiga tahapan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. 4) Evaluasi pembelajaran di MI NU KH Mukmin Sidoarjo, yaitu: Evaluasi pembelajaran menggunakan 2 jenis objek evaluasi yaitu aspek manajerial dan aspek substansial. Pada awal masuk tahun ajaran baru MI NU KH Mukmin melakukan tes multiple intellegences research kemudian hasil tes tersebut diserahkan ke edunext untuk mengelompokan siswa sesuai dengan gaya belajar siswa. Penilaian pembelajaran berbasis multiple intellegences di MI NU KH Mukmin menggunakan penilaian autentik dengan menggunakan penilaian kognitif, afektif dan psikomotorik.   Kata Kunci: Keefektifan Pembelajaran, Manajemen Pembelajaran      LEARNING MANAGEMENT IN IMPROVING CASE STUDY LEARNING INFLUENCES AT MI NU KH MUKMIN SIDOARJO Abstract Abstract : The effectiveness of learning management is a process of increasing the success that can be achieved from a particular way or business in accordance with the objectives to be achieved. The goal is to improve performance and instill character education. This study aims to describe and analyze about (1) Lesson of an effectiveness at MI NU KH Mukmin Sidoarjo (2) Planning of lesson in improving learning (3) Implementation of lesson in improving learning (4) evaluation of lesson in improving learning. In this study, the writer using qualytitative method. technique that use is a interview, observation,  and documentation.  The analisis data in this study using interactive model. In analyzing data, the technique that is data  condensation, data display and conclusions  drawing/verifying. The results of field research can be explained as follows: 1) Effectiveness of Learning that is using KTSP 2006 based multiple intelligences. Increased professionalism of teachers, have guaranteed the quality of education. 2) Learning planning at learning based multiple intelligences. 3) Implementation of learning based multiple intelligences teachers will implement learning planning into three stages, namely preliminary activities, core activities and closing activities. 4) Evaluation of learning in MI NU KH Mukmin Sidoarjo, namely: Evaluation of learning using 2 types of evaluation objects that are managerial aspects and substantial aspects. At the beginning of the new school year MI NU KH Mukmin conduct multiple intellegences research tests then the results are submitted to the edunext to categorize students in accordance with student learning styles. Intellegences multiple based learning assessment in MI NU KH believer uses authentic assessment using assessment of cognitive, affective and psychomotor. . Key word:  Effectiveness of Learning, Learning Management
STRATEGI PEMASARAN JASA PENDIDIKAN DI PAUD PLUS DARUSSALAM BOJONEGORO LAYLATUL AZIZAH, SITI
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 1, No 1 (2013): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Persaingan dalam berbagai bidang yang semakin hari semakin tinggi dan ketat, tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Strategi pemasaran disekolah bertujuan untuk membentuk citra sehingga menarik minat masyarakat untuk menyekolahkan putera-puterinya disekolah yang memiliki citra baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang; Strategi pemasaran jasa pendidikan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan minat layanan pendidikan di PAUD Plus Darussalam Bojonegoro, meliputi: strategi positioning, differentiation, dan branding.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan kondensasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, strategi positioning dilakukan lembaga dengan membentuk visi misi dan membuktikannya melalui jaminan yang diberikan, yakni perubahan sikap, peningkatan dalam keagamaan, dan akademik. Kedua, strategi defferensiasi, lembaga menciptakan perbedaan dengan menawarkan beberapa program. Program tersebut meliputi program pokok, penunjang, dan jangka panjang. Keseluruhan program dapat berjalan dengan baik karena layanan jam belajar yang panjang (semi full day school). Ketiga, strategi branding, lembaga dengan semua pihak yang terlibat bersinergi untuk melakukan pembentukan identitas. Adapun identitas yang menonjol pada anak adalah keberanian, kemandirian, dan religus, serta pandai dalam akademik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga strategi tersebut berjalan dengan baik di PAUD Plus Darusslam dan memberikan timbal balik berupa peningkatan minat pelanggan dan pencitraan sekolah menjadi baik. Kata kunci: Strategi pemasaran, positioning, defferensiasi, branding.   AN EDUCATIONAL MARKETING SERVICE STRATEGY IN PAUD PLUS DARUSSALAM BOJONEGORO  Abstract Competition in various fields increasingly high and tight, not least in the field of education. Marketing strategy becomes something important to do school. Marketing strategy in school aim to estabilish a good image and of course attract the public to send their sons and daughters in schools that have a good image. This study aims to describe and analyze about: Strategy marketing of education services undertaken in an effort to increase the interest of education services in PAUD Plus Darussalam Bojonegoro, including: positioning, differentiation, and branding strategy. This research uses qualitative approach with case study research design. Data collection techniques use observation, interviews, and documentation. Data analysis is done by condensation data.The results of this study indicate that firstly, positioning strategy is done by institution by forming mission vision and proving it through the guarantee given, ie attitude change, improvement in religious, and academic. Second, differentiation strategies, institutions create a difference by offering several programs. The program includes the main program, support, and long term. The entire program works well because of the long service hours (semi full day school). Third, branding strategy, institutions with all parties involved synergize to establish identity. The prominent identity in children is courage, independence, and religous, and clever in academic. So, it can be concluded that be three strategies as to do well in PAUD Plus Darussalam, so can give feedback in the fotm of increase customer’s interest and image of school to be good.   Keywords: Marketing strategy, positioning, defferensiasi, branding.
BUDAYA LITERASI DALAM PERSPEKTIF MANAJEMEN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 5 SURABAYA NOVITASARI, DESI
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 1, No 1 (2013): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk membangun budaya membaca dan menulis di kalangan pelajar Indonesia. Kesuksesan penyelenggaraan gerakan literasi sekolah tidaklah lepas dari adanya suatu proses manajemen yang baik. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan serta pengawasan yang dilakukan dalam rangka membangun budaya literasi di SMA Negeri 5 Surabaya dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian di SMA Negeri 5 Surabaya menunjukkan bahwa (1) perencanaan kegiatan literasi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : analisis lingkungan internal dan eksternal, menentukan tujuan, membuat rencana kegiatan, menyusun strategi, menetapkan indikator capaian serta menentukan sumber daya yang dibutuhkan, (2) proses pengorganisasian dilakukan dengan membentuk TIM literasi yang di sah kan melalui SK Kepala Sekolah pada tahun 2013, (3) penggerakan dilakukan dengan memberikan sosialisasi, motivasi serta penghargaan kepada anggota (siswa dan guru), sedangkan (4) proses pengawasan meliputi dua hal utama yaitu monitoring dan evaluasi. Monitoring dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan program sedangkan evaluasi digunakan untuk mengukur ketercapaian program. Keempat proses manajemen tersebut telah dapat dilaksanakan secara optimal dalam mendukung ketercapaian program literasi di SMA Negeri 5 Surabaya. Meningkatnya kemauan dan kemampuan membaca siswa di sekolah merupakan salah satu wujud dari ketercapaian itu. Kata Kunci: manajemen, pendidikan, literasi dan budaya    LITERACY CULTURE FROM EDUCATIONAL MANAGEMENT PERSPECTIVE IN SMA NEGERI 5 SURABAYA Abstract School literacy movement is an effort made by the government to build a culture of reading and writing among Indonesian students. Successful implementation of school movement is not separated from the existence of a good management process. The purpose of this study is to explain and analyze the process of planning, organizing, actuating and controlling  to build a literacy culture in SMA Negeri 5 Surabaya with a qualitative approach. Data collection techniques is an interviews, observation and documentation studies. Data analysis techniques use data condensation, data display and conclusion drawing/verification. The result of research in SMA Negeri 5 Surabaya shows that (1) planning of literacy activity is done through several stages : internal and external environment analysis, set goals, making activity plan, strategy compile, establishing indicator of achievement and determining the needed resources, (2) the process of organizing is done by forming the literacy team which is valid through the Principal Decree in 2013, (3) the actuating is done by giving socialization, motivation and awards to the members (students and teachers), while (4) controlling process includes two main things : monitoring and evaluation. Monitoring is done to oversee the implementation of the program while the evaluation is used to measure program achievement. The four management processes have been implemented optimally to support literacy program chievement in SMA Negeri 5 Surabaya. Increasing the willingness and ability to read students in school is one manifestation of that achievement. Keywords: management, education, literacy and culture
STRATEGI IMPLEMENTASI PENCAPAIAN MUTU BERBASIS ISO 9001:2008 (STUDI KASUS DI MAN LAMONGAN) Retno Sari, Yeni
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 1, No 1 (2013): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Abstrak: Madrasah ISO 9001:2008 adalah madrasah yang menerapkan sistem perbaikan mutu berstandart internasional. Dalam implementasi program pencapaian mutu dibutuhkan beberapa strategi. Sebab kebutuhan yang dimiliki oleh setiap madrasah berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan strategi yang digunakan oleh MAN Lamongan untuk implementasi pencapaian mutu berbasis ISO 9001:2008, melalui: (1) strategi yang dilakukan madrasah dalam implementasi pencapaian mutu berbasis ISO 9001:2008; (2) komitmen kepala madrasah dalam implementasi pencapaian mutu berbasis ISO 9001:2008; dan (3) peranan aktor dalam implementasi pencapaian mutu berbasis ISO 9001:2008. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode deskriptif dan menggunakan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif (Miles, et al (2014:33) yang berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu:  data condensation, data display, dan conclusions drawing/verifying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) strategi yang dilakukan dalam implementasi pencapaian mutu berbasis ISO 9001:2008 digunakan MAN Lamongan antara lain yaitu, pengembangan strategi berupa perencanaan strategis, kemudian implementasi strategi, dan yang terakhir yaitu pengeolaan inovasi (2) komitmen kepala madrasah melalui penyusunan visi, misi dan tata nilai organisasi, kemudian adanya akuntabilitas organisasi, serta tanggung jawab sosial (3) keterlibatan aktor dalam implementasi pencapaian mutu berbasis ISO 9001:2008 merupakan pengelolaan manajemen sumber daya manusia, kemudian pengetahuan pasar dan pelanggan, serta adanya program penghargaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketiga strategi tersebut bisa mempengaruhi ketercapaian program yang telah direncanakan sehingga dapat memperoleh timbal balik berupa pencapaian implementasi mutu.   Kata Kunci: Strategi, Pencapaian, Madrasah ISO 9001:2008   THE IMPLEMENTATION STRATEGY OF QUALITY ACHIEVEMENT BASED ON 9001:2008 (A CASE STUDY IN MAN LAMONGAN) Abstract Abstract : Madrasah ISO 9001:2008 is a madrasah that applied upgrading quality system with international standart. The implementation of quality achievement program required several strategies. This study aims to describe the strategy used by MAN Lamongan for implementation of ISO 9001: 2008 quality achievement, through: (1) the strategy of madrasah in implementation of quality achievement based on ISO 9001: 2008; (2) the headmaster commitment in implementation of quality achievement based on ISO 9001: 2008; and (3) the actors’ role in implementation of quality achievement based on ISO 9001: 2008. This study employed qualitative with descriptive method supported by case study. The data collection technique were interview, observation and documentation. The data was analyzed using interactive model (Miles, et al (2014:33) which was continuously held until the data was valid. The activity in analysing were data condensation, data display and conclusions drawing/verifying. The result shows that: (1) the strategy of madrasah in implementation of quality achievement based on ISO 9001: 2008 strategy development such as strategic planning, implementation strategy and inovation management (2) the headmaster commitment is the structuring of perspective, mission and value-making organization, organization accountability and social responsibility (3) the actors’ role in implementation of quality achievement based on ISO 9001: 2008 is human resource management, market and customer knowledge and appreciation program. So, can be concluded that the three strategies give affect the achievement of the program that has been planned to obtain reciprocity in the form of achievement of quality implementation.   Key word:  strategy, accomplishment, madrasah ISO 9001:2008
PELAKSANAAN LAYANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 5 SURABAYA Priyambada, Okky
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PELAKSANAAN LAYANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 5 SURABAYA   Okky Priyambada 10010714023 Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya e-mail: priyambada2610@gmail.com Sulasminten Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya  e-mail: sulasminten@unesa.ac.id   Abstrak Kesehatan para peserta didik merupakan salah satu faktor terciptanya kualitas perbaikan gizi dan kesehatan peserta didik merupakan elemen strategis dalam usaha membangun anak usia sekolah agar dapat menyerap pelajaran dengan baik, nyaman, dan dapat tumbuh dewasa dan produktif. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pola kerja Usaha Kesehatan Sekolah di SMAN 5 Surabaya. (2) Bagaimana partisipasi warga sekolah dalam pelayanan usaha kesehatandi SMAN 5 Surabaya. (3) Bagaimana bentuk kerja sama dan kordinasi yang dilakukan pihak sekolah dalam pelayanan usaha kesehatan sekolah di SMAN 5 Surabaya. Penelitian ini dilakukan di SMAN 5 Surabaya. Penelitan ini menggunakan pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif berlandaskan pada kejadian alamiah dan natural.Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, verifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pola kerja usaha kesehatan sekolah di SMAN 5 Surabaya (a) Kegiatan rutinitas yang terjadi di usaha kesehatan sekolah telah dilakukan sesuai dengan acuan (b) Para murid dan guru juga dijadwal untuk menjaga UKS (c) Adanya prosedur penggunaan UKS (d) adanya pengembangan program. (2) Partisipasi warga sekolah dalam pelayanan UKS di SMAN 5 Surabaya, warga sekolah sangat aktif mengikuti kegiatan UKS. (3) Bentuk kerjasama dan koordinasi yang dilakukan pihak Sekolah dalam pelayanan UKS di SMAN 5 Surabaya meliputi: (a) Puskesmas (b) PMI (c) BNN (d) Dinas Kesehatan (e) Dinas Pertanian (f) Kantin Binaan. Kesimpulan sebagai berikut. Pola kerja Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) SMA Negeri 5 Surabaya berjalan sesuai visi, misi, dan tujuan UKS. Usaha Kesehatan Sekolah SMA Negeri 5 meliputi: adanya jadwal piket, pengembangan program UKS, prosedur pelayanan dan tata tertib, standart operasional pelaksanaan. Dengan adanya pola kerja tersebut, petugas UKS dan Kepala Sekolah yakin bahwa pelayanan usaha kesehatan sekolah akan terus maju dan berkembang. Partisipasi warga sekolah yang sangat aktif dan antusias terhadap pelayanan yang dilakukan oleh petugas usaha kesehatan sekolah seperti jumat bersih dan sehat, donor darah, sosialisasi kesehatan. Usaha Kesehatan Sekolah SMA Negeri 5 Surabaya menjalin hubungan kerjasma dan kordinasi dengan beberapa pihak atau instansi dari luar diantaranya: (a) Puskesmas Ketabang. (b) Palang Merah Indonesia (PMI). (c) Badan Narkotika Nasional tingkat Kota. (d) Dinas Pertanian untuk masalah taman boga. (e) Dinas Kesehatan. Jalinan hubungan kerjasama yang cukup lama dan baik menjadikan UKS SMA Negeri 5 dipercaya oleh beberapa instansi luar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan disetiap tahun. Kata Kunci: layanan usaha kesehatan sekolah      IMPLEMENTATION OF SCHOOL HEALTH SERVICE BUSEINESS IN SMA NEGERI 5 SURABAYA Abstract Student’s health is one of factor in creating of good education’s quality in all of country. Student’s nutrition improvement and health is strategical element in order to develop child’s school age so they can receive all of knowledge clearly and comfortly, and they can grow productively. With its consistly, they achieved the first position of Surabaya Health School Environment Competition. This research have aims to: (1) Knowing how is School Health Unit’s (UKS) work pattern in SMAN 5 Surabaya. (2) How is school’s members participate in School Health Unit’s service in SMAN 5 Surabaya. (3) How is the form of cooperation and coordination that have done by the school in the School Health Unit in SMAN 5 Surabaya. This research of implementation of school health service buseiness in SMAN 5 Surabaya used qualitative method because this method has basic in natural role. The collecting data method in this research used interview, observation, and documentation. The datas from research then analyzed with data reduction, data presentment, data verification. The result from this research’s analysis showed that: (1) School Health Unit’s (UKS) work pattern in SMAN 5 Surabaya (a) daily activity that be happened in School Health Unit have done appropriate in the Guidelines. (b) students and teachers have their schedules to look after the School Health Unit’s room. (c) there are The Procedure of School Health Unit’s using. (d) there are development program. (2) school member’s participation follow the School Health Unit’s program actively. (3) the form of cooperation and coordination that have done by the school in School Health Unit’s Service comprising: (a) Health Center (Puskesmas). (b) Indonesian Red Cross (PMI). (c) National Narcotics Bureau (BNN). (d)Health Department (Dinkes). (e) Agriculture Department (Dinas Pertanian). (f) Cafetaria. Keywords: implementation of school health service buseiness   PENDAHULUAN Kesehatan para peserta didik merupakan salah satu faktor terciptanya kualitas pendidikan yang maju di suatu negara. Perbaikan gizi dan kesehatan peserta didik merupakan elemen strategis dalam usaha membangun anak usia sekolah yang sehat dan bergizi baik agar dapat menyerap pelajaran dengan lebih baik, belajar lebih nyaman, belajar lebih banyak, dan dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang produktif. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa “Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Hidup sehat yang didefinisikan oleh badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Rosso dan Arlianti (2009: 8) menyatakan bahwa, “anak usia sekolah yang mengalami kelaparan dan gizi buruk mempunyai kemampuan kognitif yang rendah”. Dalam pertanyaan lain, Rosso dan Arlianti (2008: 8) menyatakan pula bahwa, “anak dengan kapasitas belajar yang kurang secara alamiah tidak bekerja dengan baik dan lebih mungkin mengulang kelas dan berhenti sekolah dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki gangguan gizi. Ketidakteraturan kehadiran siswa yang mengalami gizi buruk mengungkapkan bahwa gizi yang baik merupakan kunci dalam perkembangan belajar anak”. Sumantri, M. (2007) menyatakan bahwa: ”Peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu, dan sehat (SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart, dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan. Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H (head, heart, hand dan health)” Pada tahun 1984, sebuah kebijakan nasioanal di Indonesia tentang Kesehatan Sekolah dan Keputusan Bersama dibuat dengan melibatkan 4 kementrian: Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk mewujudkan program kesehatan sekolah yang disebut dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Usaha ini juga dituangkan dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 pasal 45 mengenai keharusan penyelenggara Usaha Kesehatan Sekolah di setiap sekolah. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (Intergrative).  Kusmintardjo (1992: 57) menyatakan bahwa, “layanan kesehatan sekolah merupakan usaha sekolah dalam rangka membantu (mungkin bersifat sementara) murid- murid yang mengalami persoalan yang berkaitan dengan kesehatan”. Jesse (Kusmintardjo, 1992: 57) mengatakan bahwa: “layanan kesehatan (siswa) adalah sebuah klinik yang didirikan sebagai bagian dari Universitas atau sekolah yang berdiri sendiri yang menentukan diagnosa dan pengobatan fisik dan penyakit jiwa dan dibiayai dari biaya khusus dari semua siswa. Untuk optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan peran serta peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya objek. Dengan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to child programme, program dari anak, oleh anak, dan untuk menciptakan anak yang berkualitas. John Biddulph dan John Stace (1999: 382 - 383), pelayanan kesehatan sekolah adalah berbagai upaya yang dilakukan oleh petugas UKS dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada para murid di sekolah.Setiap sekolah harus dikunjungi petugas kesehatan paling sedikit satu kali setahun.Petugas UKS harus mempunyai kerjasama yang baik dengan guru sekolah.Tidak ada program kesehatan sekolah yang dapat berhasil jika tidak ada kerjasama yang baik. Petugas UKS harus selalu memberitahu guru mengenai apa yang didapatkan pada anak-anak didik dan memberitahu pengobatan apa yang diperlukan. Di dalam Usaha Kesehatan Sekolah terdapat program pokok Trias UKS yang terdiri dari: (1) pendidikan kesehatan, (2) pelayanan kesehatan, (3) pembinaan lingkungan sekolah sehat. Dengan adanya Usaha Kesehatan Sekolah diharapkan terciptanya warga sekolah yang bersih, sehat, dan bergizi. Mengingat pentingnya kebutuhan kesehatan sekolah, pemerintahan kota Surabaya dan Departemen Pendidikan Nasional Kota Surabayamemberikan perhatian khusus dengan mengadakan berbagai pelatihan mengenai Usaha Kesehatan Sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menenengah Atas (SMA). Dinas Pendidikan Kota Surabaya bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya menghimbau dan memberikan penyuluhan kepada seluruh kepala sekolah untuk meningkatkan pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah dengan baik dan sesuai standart seperti, pengecekan dan pemberian vitamin kesehatan kepada siswa setiap 3 bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk menciptkan siswa sekolah yang sehat dan mempunyai kognitif yang tinggi.Namun pada kenyataannya, masih banyak sekolah di Surabaya yang hanya berkutik pada perencanaan saja dan melakukan pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah sewajarnya saja khususnya di tingkat SMA. Salah satu sekolah yang telah konsisten melakukan pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah dengan baik adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Surabaya.Sekolah yang berlokasi di Jl. Kusuma Bangsa 21 Surabaya ini merupakan sekolah yang unggul dalam bidang akademik maupun non akademik. Sekolah yang di pimpin oleh Ibu Hj. Sri Widiati, S.pd, M.M ini telah meraih banyak prestasi mulai dari tingkat Kota Surabaya hingga Nasional, seperti dalam Lomba Lingkungan Sehat dan Lomba UKS pada tingkat Kota yang mendapatkan Juara I. Hal ini merupakan wujud keberhasilan dari kinerja semua warga sekolah yang konsisten untuk melaksanakan dan mewujudkan lingkungan dan warga sekolah yang sehat. SMA Negeri 5 Surabaya merupakan salah satu sekolah di Surabaya yang konsisten melaksanakan program lingungan sekolah sehat sejak awal.Dengan konsistensinya menjalankan program lingkungan sehat maka pada tahun 2014 SMA Negeri 5 Surabaya mendapatkan Juara I pada Lomba Lingkungan Sekolah Sehat di tingkat Kota. Hal ini mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah kota agar pihak sekolah bisa melaksanakan dan meningkatkan pelaksanaan program UKS untuk memenuhi program pengembangan sekolah sehat yang sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2006 mengenai pedoman penyelenggaraan sekolah sehat dan secara konsisten terus melaksanakan program-program yang mendukung terciptanya lingkungan yang sehat dan bersih bagi siswanya. Layanan khusus UKS di SMA Negeri 5 Surabaya telah dilakukan sejak awal tahun 1989 dan semakin berkembang sampai saat ini.Usaha Kesehatan Sekolah di SMA Negeri 5 Surabaya ini dijalankan oleh siswa yang tergabung dalam OSIS dan ekstrakulikuler PMR serta didampingi oleh Guru Pembimbing. SMA Negeri 5 Surabaya juga bekerja sama dengan dokter rumah sakit terdekat dalam mengantisipasi adanya siswa yang sakit saat berada di sekolah. Kepala sekolah juga selalu mengingatkan kepada seluruh warga sekolah untuk menjaga, menjalankan, dan mengembangkan program Trias UKS seperti: menjaga kebersihan ruang kelas, WC, mengawasi dan mengecek jajanan yang ada di kantin, melaksanakan kerja bakti setiap akhir semester. Hal ini menjadikan alasan penulis untuk melakukan penelitian lebih mendalam di SMA Negeri 5 Surabaya, dengan judul “Pelaksaan Layanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Menengh Atas Negeri 5 Surabaya”.       METODE Penelitan mengenai model pengembangan layanan usaha kesehatan di SMA Negeri 5 Surabaya ini menggunakan pendekatan kualitatif.Rancangan penelitian  menggunakan studikasus. Penelitianini mengambillokasidi SMA Negeri 5 Surabaya yang berlokasi di Jl. Kusuma Bangsa No. 21 Surabaya. Teknik pengumpulandatayangdigunakan yaitu  menggunakanteknikwawancara, observasi,  dan studi dokumentasi. Adapun beberapa fokus penelitian yaitu: (1) Pola kerja Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Surabaya; (2) Partisipasi warga sekolah dalam pelayanan usaha kesehatan di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Surabaya; (3) Bentuk kerjasama dan kordinasi yang dilakukan pihak sekolah dalam pelayanan usaha kesehatan sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Surabaya.Sumber data pada penelitian mengenai model pengembangan layanan khusus usaha kesehatan sekolah di SMAN 5 Surabaya ini dapat diperoleh dua sumber, yakni data berupa jawaban lisan dari informan dan data berbentuk dokumentasi dan catatan seperti buku, jurnal, hasil penelitian, foto kegiatan sarana prasarana, foto pelaksanaan layanan khusus usaha kesehatan sekolah dilokasi penelitian. Teknikanalisisdatayangdigunakan adalah Reduksi  data,   penyajian  data,  dan  verifikasi   data. Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen (Rulam Ahmadi, 2014: 230) analisis data merupakan suatu proses penyelidikan dan pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan material- material lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman tentang data dan menginginkan untuk dipresentasikan apa yang telah ditemukan pada orang- orang lain. Semakin lama peneliti ke lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Apabila tahap reduksi data telah dilkukan, berikutnya adalah penyajian data. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008 : 209) menjelaskan bahwa “penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan”. Bentuk penyajian antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan, dan bagan.Tujuan dari penyajian data adalah untuk memudahkan membaca dan menarik sebuah kesimpulan. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010:345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang diharapakan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada.Temuan yang dimaksud dalam hal ini dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang- remang dan berubah menjadi jelas. Untuk menjamin keabsahan data, peneliti mengikuti empat macam kriteria seperti yang dikemukakan Licoln dan Sugiyono (2010: 270) yaitu kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.   HASIL TEMUAN Berdasarkan paparan data penelitian yang telah dijelaskan maka dapat diuraikan temuan penelitian sebagai berikut:   Pola Kerja Usaha Kesehatan Sekolah di SMA Negeri 5 Surabaya   Kegiatan rutinitas yang terjadi di usaha kesehatan sekolah telah dilakukan sesuai dengan acuan pada visi, misi, serta tujuan dari Usaha Kesehatan Sekolah Administrasi dan struktural pada organisaasi usaha kesehatan sekolah yaitu yang dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah sebagai Pembina UKS SMA Negeri 5 Surabaya Prosedur pelayanan yang dilakukan oleh petugas dan fungsionaris usaha kesehatan sekolah kepada warga sekolah yang membutuhkan pertolongan dan layanan usaha kesehatan sekolah terdapat dua perbedaan yakni pelayanan antara anak didik dan warga sekolah yang lainnya. Tata tertib yang dibentuk oleh fungsionaris usaha kesehatan sekolah dalam pelayanan dan penggunaan layanan usaha kesehatan sekolah sudah ditaati dan dijalankan oleh para siswa dan warga sekolah lainnya sesuai prosedur.   Partisipasi Warga Sekolah dalam Pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah di SMA Negeri 5 Surabaya Rutinitas warga sekolah dalam menggunakan dan berkunjung ke Ruang Usaha Kesehatan Sekolah sangat aktif dan ini sering terlihat ramai pada saat jam istirahat pertama dan kedua. Warga sekolah selalu ikut serta dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh Usaha Kesehatan Sekolah seperti kegiatan Jumat berih dan sehat. Muncul dampak yang sangat berpengaruh dengan adanya partisipasi dan keikutsertaan warga sekolah guna meningkatkan kualitas pelayanan usaha kesehatan sekolah.   Kerjasama dan Kordinasi yang dilakukan Pihak Sekolah Dalam Pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah Adanya hubungan kerjasama yang dilakukan pihak sekolah dengan instansi yang ada di Surabaya Terbentuknya hubungan baik dengan mitra kerja yang telah terjalin lama seperti dengan Puskesmas Ketabang, PMI, BNN, Dinas Kesehatan dan Pertanian. Adanya program-program yang dilakukan oleh pihak UKS dengan mitra kerja pada kurun waktu yang telah ditentukan, dalam hal ini biasanya 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali. Adanya bentuk kordinasi antara pihak UKS dengan Puskesmas Ketabang, sesuai dengan hasil MoU yang telah di buat. Muncul suatu dampak dan keuntungan yang sangat dirasakan oleh warga sekolah khususnya dalam pelayanan di bidang kesehatan.     PEMBAHASAN A.      Pola Kerja Usaha Kesehatan Sekolah di SMA Negeri 5 Surabaya Setelah apa yang telah dijabarkan dalam penyajian data hasil wawancara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa adanya pembahasan pola kerja yang selama ini dilakukan oleh pihak sekolah khususnya pada pihak pengurus bidang kesehatan merupakan suatu kegiatan yang dapat dirinci dalam kinerja diantaranya: (1) Tugas keaktivitas utama UKS, (2) Administrasi dan struktural, (3) Prosedur pelayanan, (4) program yang dikembangkan. Kegiatan Harian Pengurus dapat diaplikasikan dalam rutinitas yang mereka bilang “to do list” mulai dari persiapan dan kebersihan, pengecekan, melakukan siaga kesehatan apabila ada peserta yang membutuhkan, serta laporan hasil check pasien yang berkunjung untuk berobat dan konsultasi pada kegiatan agenda mingguan, bulanan, dan tahunan.Petugas UKS SMAN 5 juga melakukan agenda rutin yang dilakukan setiap bulan. Kegiatan tersebut meliputi: (a) Jumat Bersih dan Sehat, (b) Donor Darah, (c) Pelatihan PMR, (d) Siaga Kesehatan, (e) Pemantauan Kesehatan, (f) Pemantauan Kesehatan Makanan, (g) Seminar dan sosialisasi tentang kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Zein (2008 : 45) dalam pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah, prinsip pengelolaan yang digunakan diantaranya mengikutsertakan peran serta aktif masyarakat sekolah, kegiatan yang terintegrasi, melaksanakan rujukan serta kerjasama. Kerjasama tim di tingkat Puskesmas sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah, kerjasama ini terdiri dari beberapa program yang terlibat didalamnya diantaranya dokter, perawat komunitas, petugas gigi, ahli gizi, petugas sanitasi, petugas posyandu dan tenaga kesehatan lainnya yang dikoordinir oleh Kepala Puskesmas.   1.       Tugas dan Aktivitas Kerja Tugas dan aktivitas kerja pada pengurus kesehatan ini menyebutkan kegiatan dan tugas kesehariannya dalam tugas tugasnya di setiap aktivitas. Pengurus kesehatan membagi agenda kerja menjadi harian dan bulanan. Kegiatan harian ini mengacu pada rencana agenda apa yang biasa mereka lakukan di setiap harinya sebagai pengurus kesehatan, yaitu: (a) Stand by check, (b) Laporan hasil check pasien. Sedangkan untuk kegiatan bulanan ini mengacu pada berencana agenda apa yang biasa mereka lakukan di setiap bulan. Selain itu terkadang ada tambahan agenda jika diperlukan.Dan itu juga masuk dalam daftar, yaitu: (a) Melakukan senam Bersama, (b) Mengadakan donor darah, (c) Mengadakan pelatihan PMR, (d) Menjaga sebagai team penyelamat di upacara, (e) Melakukan check tingkat kesehatan/makanan.   2.       Administrasi dan Struktural Pengurusan kesehatan pada lingkungan sekolah didasari pada aturan sekolah yang sudah diresmikan dan juga dibina serta dilindungi oleh kepala sekolah beserta jajarannya. Selain itu didukung boleh pemerintah kota Surabaya. Aturan yang dibuat oleh kepala sekolah menyetujui dengan administrasi adanya absen pengunjung yang datang ke klinik atau ruang UKS untuk yang berkepentingan. Kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah dengan cara susunan administrasi memberikan hasil data yang konkrit apabila ada yang perlu dilaporkan. Hal itu dikarenakan ada jalinan dukungan pemerintah yang tetap ingin ada hubungan baik.Sehingga setiap kegiatan dan kegiatan UKS mempunyai daftar hadir dan checklist, dan juga secara administrasi perlu dibuatnya susunan struktural sebagai garis koordinasi dan garis komando. Sebagai laporan informasi mengenai pengurus kesehatan diadakan juga daftar hadir dan daftar oprasional kinerja yang dikerjakan sebagai laporan peningkatan kinerja UKS.Pembina memberikan susuran program kerja dan juga struktural sebagai syarat utama untuk mengetahui langkah garis koordinasi yang perlu dilakukan garis koordinasi ini disetujui oleh Pembina pengurus kesehatan yaitu kepala sekolah.   3.       Prosedur dan Pelayanan Pada tahap administrasi ini menunjukkan adanya kebijakan yang bekerjasama. Kerjasama dibidang administrasi menjadi proses kontrol untuk mengetahui berapa siswa yang membutuhkan fasilitas UKS. Siswa mempunyai aturan penggunaan untuk menggunakan fasilitas UKS.Siswa yang saat itu berada di kelas dan mengikuti pelajaran diperbolehkan tidak mengikuti pelajaran.Tetapi dengan syarat siswa mempunyai ijin dari guru kelas yang sedang berlangsung.Apabila administrasi sudah dilaksanakan, siswa diperbolehkan meninggalkan pelajaran.Akan tetapi sebaliknya, apabila siswa tidak memiliki ijin tertulis oleh guru kelas, siswa tidak diperbolehkan meninggalkan kelas dan harus tetap mengikuti pembelajaran. Adapun aturan yang perlu di taati untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekolah.Sebagai pengguna fasilitas kesehatan terutama siswa. Mempunyai aturan tersendiri langkah yang harus ditempuh : Siswa yang sakit ijin ke guru kelas yang sedang mengajar Meminta ijin tertulis dan diisi pada buku catatan atau lebih dikenal dengan buku P4D yang sudah ditandatangani oleh guru kelas Siswa diperbolehkan ke UKS untuk mendapatkan pertolongan kesehatan dari petugas UKS   Ada juga prosedur penggunaan fasilitas kesehatan UKS pada siswa, hal ini dilakukan oleh siswa apabila sudah termasuk ‘emergency’ mendesak, yang bersifat berbahaya. Prosedur itu diantaranya : Apabila kondisi penderita dalam kondisi darurat Teman sebayanya boleh membawakan penderita ke klinik atau ruang UKS untuk ditindak lanjuti Siswa penderita boleh tidak mengikuti pelajaran berlangsung. Karena kondisi yang tidak memungkinkan. Hal ini tergantung tingkat parah penderita Apabila penderita sudah kembali pulih, penderita diwajibkan untuk melengkapi surat ijin sakit dari guru kelas   Pelayanan yang dilakukan oleh pihak pengurus kesehatan sekolah atau UKS.Disesuaikan oleh tingkat keparahan penderita. Dari prediksi gejala yang akan terjadi dimungkinkan penderita hanya mengalami sakit ringan yang dapat diatasi oleh tindakan medis mendasar. Tindakan pelayanan medis yang pernah dilakukan Rawat istirahat total Pemberian obat pada penderita Penanganan pada penderita luka luar Pelayanan status perkembangan fisik Konsultasi gejala penyakit pada penderita   Standart operasional prosedur pelaksanaan penanganan tindakan medis pada pengelola dan pengurus klinik atau UKS mempunyai aturan dan prosedur atau cara kerja pengurus UKS, diantaranya adalah: pengurus UKS harus menggunakan sigap dalam menangani penderita pengurus UKS harus bekerja sesuai dengan prosedur dan administrasi yang telah dibuat oleh pihak sekolah. mempunyai tanggung jawab yang lebih terhadap apa yang telah dilakukan Karena itu semua demi peningkatan UKS di SMA Negeri 5 surabaya.   4.       Program yang dikembangkan Dalam upaya meningkatkan kualitas Usaha Kesehatan Sekolah, Kepala sekolah beserta pimpinan UKS melakukan sebuah pengembangan dari program yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Program itu berkaitan langsung dengan layanan usaha kesehatan di sekolah. Adpaun program yang telah dikembangkan oleh UKS SMA Negeri 5 Surabaya adalah: Pembudidayaan hasil dari tanaman toga yang telah diolah dan diproses menjadi jamu dan kerajinan tangan. Pembudidayaan ini dimaksud agar tanaman-tanaman yang ada di taman toga itu terawat dan bisa diwujudkan hasilnya. Pelibatan para siswa kader UKS dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Ketabang. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang diadakan oleh anggota kader UKS yang baru. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan para siswa kader UKS mengetahui bagaimana cara pelayanan kesehatan pada warga atau masyarakat umum.   Menurut pendapat penulis, bahwa pola kerja usaha kesehatan sekolah yang harus dilakukan untuk kedepannya adalah (a) pada prosedur pelayanan perlu adanya peningkatan dan pembenahan pada sarana prasaraa yang ada saat ini. (b) pada tugas dan aktivitas kerja perlu adanya penambahan tenaga medis yang benar-benar mampu untuk stand by di ruang UKS selama waktu sekolah berlangsung. Karena apabila hanya mengandalkan penjaga UKS saja maka pelayanan kesehatan akan kurang maksimal. (c) Perlu adanya penambahan pengembangan pada program-program yang telah direncanakan sejak awal, karena dengan begitu maka para warg asekolah akan lebih sering dalam menggunakan layanan usaha kesehatan sekolah dan juga akan lebih banyak lagi mitra kerja yang akan menjalain hubungan kerjasama dengan sekolah dalam bidang kesehatan masyarakat.   B.      Partisipasi warga sekolah dalam pelayanan usaha kesehatan sekolah Partisipasi warga sekolah dalam pelayanan usaha kesehatan sekolah sejatinya adalah keikuitsertaan warga atau masyarakat sekolah dalam beberapa kegiatan yang diadakan oleh UKS SMA Negeri 5 Surabaya baik kegiatan mingguan, bulanan, tahunan.Partisipasi yang ada dalam pelayanan usaha kesehatan sekolah ini sangatlah berdampak guna kesuksesan dan kemajuan Usaha Kesehatan Sekolah.Bentuk partisipasi dan keikutsertaan warga sekolah sendiri sangatlah bervariasi dan sesuai dengan kegiatan yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis (R.A. Santoso Sastropoetro; 1988:13) yang menyatakan: “partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran atau moral atau perasaan di dalam situasi ke­lompok yang mendorong untuk memberikan sum­bangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan”. Berdasarkan temuan penelitian di SMA Negeri 5 Surabaya menunjukkan bahwa: (a) warga sekolah sering berkunjung ke UKS dan menggunakan layanan yang ada di UKS, (b) warga sekolah mengikuti kegiatan rutin UKS dalam setiap minggu yaitu Jumat Sehat dan Bersih, (c) saat ada kegiatan donor darah akbar warga sekolah juga mengikutinya dan berperan aktif, (d) keikutsertaan warga sekolah sangat aktif dalam menjaga dan  menciptakan taman toga, (e) semua siswa sering melakukan konsultasi kesehatan dan juga berobat apabila mengalami tidak enak badan. Dari hasil wawancara dengan siswa yang dilakukan, mereka mengakui menggunakan sarana UKS dengan baik.Hal ini dapat dirumuskan bahwa fungsi UKS pada siswa berfungsi dan berguna dengan baik. Selain itu hasil dari partisipasi semua warga sekolah sangatlah berdampak positif bagi kemajuan dan keberhasilan Usaha Kesehatan Sekolah. Kali ini peneliti juga ingin mengetahui peran dan koordinasi yang dilakukan oleh selain elemen siswa, yaitu meliputi guru, tenaga kependidikan, sekuriti, kepala sekolah. Dari banyaknya element status yang dilakukan pengambilan data, peneliti bisa mengambil kesimpulan bahwa pihak sekolah sangat antusias dalam berpartisipasi dan mengembangkan UKS di sekolah karena di setiap masing-masing element tersebut mempunyai status kerja dan tanggung jawab yang berbeda.Sehingga peran dari partisipasi mereka bisa diciptakan suatu bentuk kerjasama.   C.        Bentuk kerjasama dan kordinasi yang dilakukan pihak sekolah dalam pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah Bentuk kerjasama dan kordinasi disini adalah suatu hubungan yang terjalin anatara beberapa pihak di bidang kesehatan dengan UKS di sekolah. Kerjasama dan kordinasi yang telah terjalin tentunya akan ada suatu surat perjanjian atau MoU antara kedua belah pihak. Dalam sebuah kerjasama akan ada dampak yang muncul baik dampak positi ataupun dampak yang negatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Pamudji (1985 : 12-13 ) menyatakan bahwa:Kerjasama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam pengertian itu terkandung tiga unsur pokok yang melekat pada suatu kerangka kerjasama, yaitu unsur dua pihak atau lebih, unsur interaksi dan unsur tujuan bersama.Jika satu unsur tersebut tidak termuat dalam satu obyek yang dikaji, dapat dianggap bahwa pada obyek itu tidak terdapat kerjasama. Berdasarkan temuan penelitian di UKS SMA Negeri 5 Surabaya, hubungan kerjasama dan kordinasi dengan usaha kesehatan sekolah diantaranya adalah: (1) Kerjasama dan kordinasi dengan puskesmas Genteng. Hal ini mengarah pada penanganan yang lebih kompleks. Dalam arti apabila penanganan yang dilakukan oleh petugas UKS di sekolah tidak dapat dilakukan maka penderita akan dirujuk langsung ke Puskesmas Genteng. Akan tetapi, kalau penderita tersebut memang mengalami penyakit yang parah maka dari pihak sekolah akan menindaklanjuti ke rumah sakit terdekat untuk segera dilakukan tindakan lebih lanjut. Selain menangani siswa dan atau warga sekolah lainnya, pihak puskesmas juga sering melakukan sosialisasi kesehatan ke sekolah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota. Kerja sama dengan pihak puskesmas ini sangat baik dan profesional, terbukti jalinan kerjasama ini telah terjalin dan terlaksana lebih dari 10 tahun,(2) Kerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dilakukan oleh pihak sekolah disaat melakukan kegiatan akbar seperti donor darah yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Kegiatan donor darah ini dilakukan rutin setiap satu tahun sekali, hal itu dilakukan dengan alasan peningkatan program UKS dan juga memberikan pengetahuan beramal dengan darah yang bisa digunakan bagi yang membutuhkan. Dan alasan satu kali dalam setahun ini disesuaikan oleh masa periode untuk bisa mendonorkan darah minimal 6 bulan setelah melakukan donor darah. (3) Kordinasi antara Badan Narkotika Nasional (BNN) tingkat Kota dengan sekolah cukup bagus dalam mensosialisasikan tentang bahaya narkoba pada kalangan pelajar maupun warga sekolah lainnya dengan cara mengadakan seminar dan biasanya disertai dengan adanya sidak atau tes urin bagi seluruh warga sekolah tanpa terkecuali, (4) mengkoordinir kantin binaan yang ada di sekolah merupakan suatu bentuk upaya menjalin hubungan baik dan kondusif dengan warga sekolah khususnya orang-orang yang berjualan di kantin dan agar lebih efisien untuk mengontrol dan mengeek kebersihan serta kandungan yang ada pada makanan-makanan agar tetap higienis dan layak dikonsumsi. Secara umum, kerjasama dan kordinasi Peran warga disekitar sekolah pun ikut serta aktif dalam kegiatan kesehatan. Mereka mengadakan senam kesehatan di setiap seminggu sekali. Hal itu dilakukan atas dasar kesehatan tubuh. Kegiatan ini dinilai kegiatan positif dan juga bagian kerjasama yang baik antar warga dengan program UKS sekolah SMA Negeri 5 Surabaya. Dari banyaknya bentuk kerjasama. Peneliti menghasilkan informasi dari kumpulan hasil wawancara dengan pihak terkait. Hal itu memberikan hasil dari pihak mana saja usaha kesehatan sekolah melakukan kerjasama dengan pihak yang mendukung dengan adanya program UKS di SMA Negeri 5 Surabaya.Melakukan kerjasama dengan cara mengadakan senam sehat. Hal itu dilaksanakan secara rutin disetiap hari jumat.Peserta dari senam sehat ini diikuti oleh semua usia mulai usia muda. Bahkan usia lanjut pun ikut serta dalam program senam sehat yang dilakukan rutin. Program senam sehat yang diagendakan oleh SMA Negeri 5 Surabaya secara rutin ini memberikan respon positif oleh warga sekitar. Hal itu memberikan efek positif pada kesehatan selain dapat menyegarkan kondisi tubuh, peserta senam juga menambah pertemanan untuk tetap menjaga kesehatan, dan juga memberikan rasa bebas pada pikiran ungkap ibu-ibu yang memberikan respond disaat peneliti mengikuti senam Bersama dan sekaligus wawancara di SMA Negeri 5 Surabaya.   1.       Palang Merah Indonesia (PMI) Peran PMI dalam program UKS. Mereka melakukan kegiatan donor darah. Bagi mereka yang ingin menyumbangkan darah cukup melakukan disekolah. PMI membuka stand donor darah di lingkungtan sekolah. Kegiatan donor darah ini dilakukan rutin setiap satu tahun sekali, hal itu dilakukan dengan alasan peningkatan program UKS dan juga memberikan pengetahuan beramal dengan darah yang bisa digunakan bagi yang membutuhkan. Dan alasan satu kali dalam setahun ini disesuaikan oleh masa periode untuk bisa mendonorkan darah minimal 6 bulan setelah melakukan donor darah.   2.       Kantin Binaan  Kerjasama dengan kantin adalah dengan cara memberikan pengawasan, pendidikan, dan juga pengarahan. Hal itu dilakukan untuk menjaga tingkat kesehatan yang ada pada lingkungan sekolah. Upaya ini dilakukan untuk menjaga akan gizi pada makanan dan juga memastikan bahwa makanan di sekolah merupakan makanan layak makan yang tidak mengandung bahan berbahaya pada siswa. Upaya peningkatan pengamatan terus dilakukan, melakukan kantin binaan merupakan sebagai control asupan makanan yang menjamin akan adanya gizi kesehatan dalam makanan. Makanan yang disediakan olehg pihak kantin penjual akan lebih toleran untuk menjual yang baik untuk dikonsumsi.   3.       Puskesmas Kerjasama yang dilakukan dengan puskesmas Ketabang telah lama dilakukan oleh pihak sekolah.Puskesmas Ketabang ini bertempat tidak jauh dengan SMA Negeri 5 Surabaya tepatnya di Jl. Jaksa Agung Suprapto no 10 Surabaya.Hal ini juga sangat memudahkan dan menguntungkan pihak sekolah apabila ada siswa yang sakit dan membutuhkan pertolongan tindakan yang darurat. Selain Puskesmas Ketabang, pihak sekolah juga berkordinasi dengan Rumah Sakit yang ada di sekitar SMA Negeri 5 Surabaya. Rumah Sakit ini adalah Rumah Sakit Dr. Soetomo, masyarakat setempat lebih akrab dengan nama rumah sakit karang menjangan di jalan Mayjend Prof. Dr. Moestopo no. 6-8. Rumah sakit bertempat sebelah utara dari jalan dharmawangsa ini sebagai rujukan akhir apabila pengelola UKS tidak mampu untuk melayani rujukan ke rumahsakit dr.soetomo ini dilakukan apabila : Diperlukan tindakan medis tingkat yang lebih tinggi, sehingga pengelola tidak diperbolehkan untuk melayani penanganan. Hal itu dikarenakan harus ada perlakuan tindak kusus dalam medis untuk melakukan pelayanan kesehatan. Mendapat rujukan dari dokter terkait untuk penanganan khusus bagi penderita. Hal itu dikarenakan upaya pelayanan dalam tindakan medis di dalam UKS merupakan kesehatan tingkat yang sesuai dengan tingkat sekolah SMAN sederajat.   4.       Dinas Kesehatan Peran dari Dinas Kesehatan dalam hubungan kerjasama ini adalah sebagai pengawas pusat kegiatan-kegiatan dari pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah. Selain itu juga mengadakan kegiatan sosialisasi tentang kesehatan masyarakat yang dibantu dengan petugas dari puskesmas dan kader UKS. Dengan hubungan Kerjasama dan kordinasi dalam bidang kesehatan yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dengan mitra kerja yang lainnya, tentunya besar harapan warga sekolah agar layanan Usaha Kesehatan Sekolah di SMA Negeri 5 Surabaya dapat lebih maju lagi dan bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya yang ada di Surabaya dan Jawa Timur.     PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pola kerja Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) SMA Negeri 5 Surabaya berjalan sesuai visi, misi, dan tujuan UKS. Usaha Kesehatan Sekolah SMA Negeri 5 meliputi: adanya jadwal piket, pengembangan program UKS, prosedur pelayanan dan tata tertib, standart operasional pelaksanaan. Dengan adanya pola kerja tersebut, petugas UKS dan Kepala Sekolah yakin bahwa pelayanan usaha kesehatan sekolah akan terus maju dan berkembang. Partisipasi warga sekolah yang sangat aktif dan antusias terhadap pelayanan yang dilakukan oleh petugas usaha kesehatan sekolah seperti jumat bersih dan sehat, donor darah, sosialisasi kesehatan. Usaha Kesehatan Sekolah SMA Negeri 5 Surabaya menjalin hubungan kerjasma dan kordinasi dengan beberapa pihak atau instansi dari luar diantaranya: (a) Puskesmas Ketabang. (b) Palang Merah Indonesia (PMI). (c) Badan Narkotika Nasional tingkat Kota. (d) Dinas Pertanian untuk masalah taman boga. (e) Dinas Kesehatan. Jalinan hubungan kerjasama yang cukup lama dan baik menjadikan UKS SMA Negeri 5 dipercaya oleh beberapa instansi luar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan disetiap tahun.   Saran Untuk Kepala Sekolah, Ketua UKS, Petugas UKS, serta Kader UKS. Dalam pola kerja usaha kesehatan sekolah di SMA Negeri 5 Surabaya untuk bisa ditekankan lagi pada tugas dan aktifitas kerja petugas dan penjaga UKS. Perlu adanya penambahan dokter jaga yang stand by selama jam sekolah berlangsung. Karena dengan tidak adanya dokter jaga yang berada di ruang UKS membuat petugas atau penjaga UKS kebingungan apabila ada warga sekolah yang membutuhkan tindakan medis yang lebih dalam. Program-program yang telah dikembangkan harus tetap dipertahankan dan dijalankan, kalau perlu harus ditingkatkan kembali agar pelayanan kesehatan di SMA Negeri 5 lebih maju dan bisa dijadikan acuan atau pembelajaran bagi sekolah-sekolah lainnya yang ada di Surabaya dan sekitarnya. Untuk Tim pelaksana Pokja UKS sebaiknya dilaksanakan kembali pokja-pokja yang kurang aktif dalam pelaksanaanya. Kalau memang dirasa tidak bisa aktif kembali harusnya ada pengganti dalam segi kepengurusannya. Karena dengan pasifnya salah satu pokja tersebut maka akan dapat mempengaruhi kemajuan dan peningkatan dari kegiatan layanan UKS SMA Negeri 5 Surabaya. Untuk petugas UKS, Guru, Tenaga Kependidikan, para murid, para kader UKS serta warga sekolah yang lainnya. Untuk partisipasi warga sekolah dalam pelayanan usaha kesehatan sekolah, diharapkan untuk terus aktif dan berperan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh UKS SMA Negeri 5 Surabaya. Juga tidak hanya menjadikan Ruangan UKS sebagai ajanag rumpi para tenaga kependidikan dan guru. Untuk kepala sekolah, Ketua UKS, Petugas UKS, para siswa-siswi, para kader UKS, dan warga sekolah lainnya yang ada. Untuk mengembangkan suatu program yang ada pada salah satu layanan khusus sekolah dalam hal ini adalah Usaha Kesehatan Sekolah, maka perlu adanya hubungan yang baik anatara tiap elemen-elemen yang ada di sekolah ini. Hubungan atau jalinan kerjasama dengan pihak luar juga jangan sampai terputus, karena dengan adanya mitra kerja seperti Puskesmas, BNN, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, PMI dapat menjadikan UKS ini lebih hidup tidak monoton hanya sebagai tempat rawat dan istirahat sementara warga sekolah yang sakit. Dengan adanya wujud yang seperti itu maka penulis meyakini bahwasannya UKS SMA Negeri 5 bisa menjadi objek kunjungan oleh sekolah-sekolah lainnya sebagai bentuk dari pembelajaran dalam bidang pengembangan usaha kesehatan sekolah. Untuk peneliti lain, hendaknya bisa dijadikan bahan referensi apabila akan melakukan penelitian dengan konteks dan bidang yang sama yakni tentang layanan usaha kesehatan sekolah dengan tempat dan atau lokasi penelitian yang berbeda.   DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta Emzir.(2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada Kementerian pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal pendidikan dasar. 2012. Pedoman Pembinaan Dan Pengembangan Usaha KesehatanSekolah. Jakarta: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan KesehatanLingkungan Sekolah. Jakarta: Menteri Kesehatan Kusmintardjo. 1993. Pengelolaan Layanan Khusus di Sekolah (Jilid 2). Malang: P&K Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 23 Tahun 1992 Pasal 45 tentang Kesehatan Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan kualitatif dan kuantitatif. Surabaya: UNESA Univercity Press. Rosso, Joy Miller Del dan Arlianti, Rina. 2009. Investasi untuk Kesehatan dan Gizi Sekolah di Indonesia. Jakarta: BEC-TF Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Pendekatan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Surat Keputusan Bersama 4 Kementrian (SKB Mendikanas, Menag, Menkes, Mendagri) No 26 Tahun 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah Suryabrata Sumadi. 1990. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Sutisna, O. 1983.Adminitrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa Bandung Undang – Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  
PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA Arief, Fahrizal
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA Fahrizal Arief Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Email: farief67@gmail.com   Heryanto Susilo Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Email: heryantosusilo@unesa.ac.id Abstrak Dinas Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pendidikan. Kinerja pegawai dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain motivasi kerja dan kompetensi pegawai. Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat kesuksesan hasil kerja  seseorang dalam melaksanakan suatu program kegiatan yang dibebankan pada dirinya berdasar pada standarisasi, norma serta etika dalam ukuran dan kurun waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara Motivasi Kerja dan Kompetensi Pegawai terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Rancangan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan angket dengan pengambilan sampel menggunakan random sampling sebanyak 51 pegawai dari 104 pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifkansi motivasi kerja dan kompetensi pegawai terhadap kinerja pegawai sebesar 0,000 (p<0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,778 dan data berdisitribusi normal. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh motivasi kerja dan kompetensi pegawai terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Kata kunci: Motivasi Kerja, Kompetensi Pegawai, Kinerja Pegawai.           THE INFLUENCE OF WORK MOTIVATION AND EMPLOYEES’ COMPETENCE TO EMPLOYEES’ PERFORMANCE IN SURABAYA EDUCATION DEPARTMENT Abstract Education Department have its task for implementing the Regional Govenrment’s affair based on autonomy principle. Employees performances have been influenced by much factors, such as work’s motivation and employees competences. Performance is representation about success rate of employee’s results in order to implement a program that being given to them based on the Standardizations, norms, and ethic codes in the size and period of time. This research has aim to know the effect between Work Motivation and Employees’ Competences to Employees’ Performances in SurabayaEducation Department. The design of method that be used in this research is the correlational quantitative approach.The collecting data method in this research used interview and questionnaire with used Random Sampling in 51 employees from 104 employees of SurabayaEducation Department.The data is being analyzed with used double regression test. The result from this research’s analysis showed that significance value about work motivation and employee competence t empoyees’ performance as 0,000 (p<0,05) with correlation coefficient value as 0,778 and the data wasdistributed normally. According the research’s result comprehensively can be concluded that there are any influence of work motivation and employees’ competence to employees’ performance  in Education Department. Keywords: Work Motivation, Competence of Employees, Employee Performance.                   PENDAHULUAN Organisasi merupakan wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Menurut Sudarno (dalam Ardana dkk., 2009: 1), bahwa organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, Keberhasilan suatu organisasi ditunjukkan oleh kemampuannya mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan sangat ditentukan oleh kinerja organisasi yang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun faktor internal organisasi. Umumnya setiap organisasi mempunyai keinginan agar dapat mencapai tujuan organisasi, terlepas organisasi apapun namanya. Organisasi profit seperti perusahaan misalnya, berkeinginan agar dapat mencapai keuntungan yang besar lewat kinerja pegawainya. Oleh karena itu, setiap pegawainya diharuskan dapat bekerja secara maksimal sehingga organisasi tersebut mampu mencapai tujuan organisasi yang telah diitetapkan dengan semaksimal mungkin. Dengan kata lain organisasi tersebut menginginkan kinerja yang tinggi pada setiap pegawainya. Instansi pemerintah merupakan hal yang sangat penting demi mewujudkan tata kelola untuk mendukung tugas pemerintahan dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Elemen instansi selalu diharapkan melaksanakan kinerja yang efektif dan efisien. Kondisi kualitas profeosinalisme rata-rata birokrasi di Indonesia relatif belum memuaskan, termasuk sumber daya aparaturnya sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing bangsa harus memiliki kinerja tinggi demi pencapaian tujuan, membangun citra pelayanan publik, serta sebagai perekat pemersatu bangsa. Berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 42 Tahun 2011 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kota Surabaya. Tercantum pada bagian keempat tentang Dinas Pendidikan. Dinas Pendidikan Surabaya mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pendidikan. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Pendidikan mempunyai fungsi: (a) perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan; (b) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum; (c) pembinaan dan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud sebelumnya;(d) pengelolaan ketatausahaan Dinas; dan (e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya. Menurut Wirawan (2009:5) kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Istilah kinerja juga dapat digunakan untuk menunjukkan keluaran perusahaan/organisasi, alat, fungsi-fungsi manajemen (produksi, pemasaran, keuangan), atau keluaran seorang pegawai. Perilaku kinerja ini akan mampu mendorong pegawai untuk lebih kompeten, bersikap, dan bertindak. Pegawai yang kinerjanya tinggi akan selalu menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat, bekerja secara maksimal dan tidak tergantung pada atasan, mempunyai pergaulan yang efektif dengan atasan dan teman sejawat, dapat berkomunikasi secara efektif dan selalu memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat. Agar setiap pegawai memiliki kinerja yang tinggi, Kepala Dinas sebagai pimpinan dituntut untuk dapat memberikan dorongan dan motivasi kepada setiap pegawainya dalam bekerja. Dengan demikian pegawai dapat melaksanakan tugas dengan baik, dan dapat mengembangkan kemampuannya, serta bangga terhadap hasil pekerjaannya. Pegawai yang memiliki ciri-ciri tersebut tergolong memiliki motivasi kerja yang tinggi. Kompetensi pegawai juga mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan kinerja pegawai. Menurut Marwansyah (2012: 128) kompetensi adalah karakteristik yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki skor tinggi pada aspek yang diukur, yang mempunyai pengaruh besar dalam proses seleksi. Seleksi bertujuan untuk menilai pengetahuan, keterampilan, kemampuan, atau karakteristik lain yang penting untuk menjalankan pekerjaan dengan baik. Semua program seleksi bermaksud mengidentifikasi pelamar yang yang mempunyai peluang besar untuk mencapai atau melebihi standart kinerja yang ditetapkan organisasi. Dinas pendidikan sebagai lembaga yang mengelola pendidikan dalam lingkup kabupaten/kota memiliki peranan yang sentral dalam menentukan kualitas pendidikan suatu kabupaten/kota. Dinas pendidikan kota surabaya yang terletak di jalan Jagir Wonokromo No.306 Surabaya adalah lembaga yang mengelola pendidikan dalam lingkup Kota Surabaya. Berdasar studi pendahuluan yang peneliti lakukan, ditemukan bahwa di Dinas Pendidikan Kota Surabaya terdapat klasifikasi jenis pegawai yaitu pegawai PNS maupun non PNS, jumlah pegawai PNS pada tahun 2016 di Dinas Pendidikan Kota Surabaya adalah 108 PNS sedangkan pegawai honorer berjumlah 86 yang terbagi antara 1 jumlah tenaga programmer, 53 jumlah tenaga teknis, dan 32 jumlah tenaga operasional. Dinas Pendidikan memiliki sistem informasi manajemen kinerja yang di sebut dengan e-Performance, sistem informasi tersebut digunakan sebagai penilaian kinerja pegawai yang lebih objektif, terukur, akuntabel, partisipatif dan transparan, sehingga terwujud manajemen pegawai berdasarkan prestasi kerja dan sistem karir kerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, sistem tersebut diharapkan agar Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) akan dapat memotivasi kinerja PNS Pemerintah Kota Surabaya dalam meningkatkan kinerja individu dan organisasi, serta mendukung terlaksananya program kerja yang telah direncanakan dan disusun secara optimal. Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan pengawasan kinerja dan penentuan besaran uang kinerja yang akan diberikan kepada pegawai negeri sipilnya melalui penerapan e-performance sejak tahun 2011. Melalui penerapan e-peformance ini, pegawai negeri sipil diberi kewenangan untuk berpartisipasi dalam aplikasi e-performance dengan mengisi data beban kerja yang sesuai dan dibuktikan oleh lembar disposisi dan surat tugas dari atasan. Hal itu dilakukan agar pemerintah dapat mengukur beban kinerja pegawai negeri sipil dengan obyektif, terukur, akuntabel, partisipatif dan transparan, serta pegawai negeri sipil dapat memperoleh haknya berupa uang kinerja sesuai beban kerja yang telah ditentukan. Hal tersebut mewajibkan PNS untuk menginput setiap pekerjaan yang dilakukan ke sistem tersebut, sehingga membantu pemerintah dalam pengawasan kinerja pegawai sehari-hari. Dinas pendidikan Kota Surabaya memiliki visi “Menuju Surabaya Sebagai Barometer dan Inspirator Pendidikan Nasional”. Dinas pendidikan Kota Surabaya memiliki misi meliputi: 1) Mewujudkan layanan akses pendidikan yang bermutu secara merata dan berkeadilan. 2) Memperkuat budaya lokal dalam sendi-sendi pendidikan. Barometer pendidikan nasional merupakan suatu pencapaian yang sangat membanggakan bagi suatu daerah khususnya bagi dinas pendidikan terkait. Untuk menjadi barometer pendidikan nasional, suatu dinas pendidikan harus memiliki pegawai dengan kinerja yang sangat tinggi untuk memberikan hasil yang sejalan dengan tujuan dinas pendidikan Kota Surabaya. Dinas pendidikan Kota Surabaya dalam misinya untuk mencapai visi lembaga tidak mencantumkan secara khusus hal-hal yang terkait dengan kinerja pegawai. Asman Abnur selaku Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB) dalam wawancara khusus yang dilakukan dengan detikfinance mengatakan bahwa sistem manajemen pekerja berdasarkan performance base manajemen. Setiap tahun terdapat laporan SAKIP baik di daerah maupun dipusat, nilai SAKIP yang diperoleh masih didominasi oleh nilai C. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti dan dicari tahu bagaimana kinerja pegawai dinas pendidikan Kota Surabaya saat ini. Penelitian tentang pengaruh motivasi kerja dan kompetensi pegawai terhadap kinerja pegawai menjadi urgen untuk dilakukan mengingat surabaya belum menjadi barometer pendidikan nasional secara mutlak. Atas dasar hal tersebut maka diambil judul “ Pengaruh Motivasi Kerja dan Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Pendidikan Kota Surabaya”. Herzberg (Winardi, 2001: 87) tentang teori Higiene-motivator menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak langsung dari kepuasan kerja. Faktor yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja. Kepuasan kerja lebih sering dihubungkan dengan prestasi, pengakuan, pekerjaan yang menstimulasi, tanggung jawab dan kemajuan dalam karir. Faktor-faktor yang berhubungan dengan hasil yang berkaitan dengan isi (content) tugas yang dilaksanakan dan faktor ini dinamakan motivators, karena masing-masing faktor berhubungan dengan upaya yang kuat dan kinerja baik. Indikator yang digunakan peneliti sebagai dasar mengukur motivasi kerja Pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya adalah teori Herzberg karena berkaitan dengan motivasi kepuasan kerja organisasi sehingga cocok digunakan dalam peningkatan kinerja pegawai dengan faktor hygiene-motivators, yang keduanya sebagai landasan teori dalam indikator motivasi pada penelitian ini. Indikatornya meliputi: prestasi, pengakuan, pekerjaan yang menstimulasi, tanggung jawab, kemajuan dalam karir, kebijakan, supervisi, hubungan perorangan dan kondisi kerja. Menurut spencer (dalam Wibowo, 2007: 87) kompetensi adalah landasan dasar karakteristik individu yang mendasari kinerja atau perilaku di tempat kerja. Kinerja dipengaruhi oleh oleh pengetahuan, kemampuan, dan sikap. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator untuk kompetensi pegawai. Menurut Spencer (dalam Wibowo, 2007: 87) indikator kompetensi sebagai berikut: a.      Sifat Sifat adalah karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi atau informasi. Sifat individu yang berhubungan dengan tingkah laku manusia yang dapat dinilai oleh orang lain dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. Sifat adalah karakteristik yang berasal dari dalam diri seseorang. Tingkah laku manusia dalam pekerjaan akan mempengaruhi kinerja individu. Kinerja individu akan dapat meningkat apabila individu mempunyai sifat yang dapat memberikan motivasi terhadap pekerjaan. b.      Konsep Diri Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang. Percaya diri merupakan keyakinan orang bahwa mereka dapat efektif dalam setiap situasi adalah bagian dari konsep diri seseorang. Konsep diri dapat membantu seseorang untuk mempertahankan seuatu yang diyakininya. Konsep diri yang kuat dapat memberikan orang tersebut kesempatan untuk merubah lingkungan, bukan untuk dirubah oleh lingkungannya. c.       Pengetahuan Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang spesifik. Pengetahuan adalah kompetensi yang kompleks. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal untuk mengenali kejadian tertentu yang belum pernah dilihat. Pengetahuan yang diaplikasikan secara langsung terhadap pekerjaan akan memberikan dampak positif terhadap kinerja individu. d.      Keterampilan Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu. Kompetensi mental atau keterampilan kognitif termasuk berpikir analitis dan konseptual. Kompetensi untuk menunjukkan tindakan psikomotor yang terpelajari. Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat kesuksesan hasil kerja  seseorang dalam melaksanakan suatu program kegiatan yang dibebankan pada dirinya berdasar pada standarisasi, norma serta etika dalam ukuran dan kurun waktu tertentu. Bernardin and Russel (1993:383) menjelaskan bahwa dalam mengukur kinerja pegawai dibutuhkan sebuah daftar pertanyaan yang berisikan beberapa dimensi kriteria tentang hasil kerja. Ada lima dimensi dalam menilai kinerja pegawai antara lain: Kualitas (quality). Kualitas merupakan hasil kerja keras dari para pegawai yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan sebelumnya. Jika hasil yang dicapai oleh pegawai tersebut tinggi  maka kinerja dari pegawai tersebut dianggap baik oleh pihak perusahaan atau sesuai dengan tujuannya. Ini berarti merupakan suatu tingkatan yang menunjukkan proses pekerjaan atau hasil yang dicapai atas suatu pekerjaan mendekati adanya kesempurnaan. Kuantitas (quantity) Kuantitas merupakan hasil kerja dari pegawai yang bisa mencapai skala maksimal yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan. Dengan hasil yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut maka kinerja dari para pegawai sudah baik. Apabila kuantitas merupakan istilah jumlah yang diproduksi yang dinyatakan dalam nilai mata uang, jumlah unit produk atau jumlah siklus aktivitas yang telah diselesaikan. Ketepatan waktu (timeliness) Karyawan dapat bekerja sesuai dengan standar waktu kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan bekerja sesuai dengan standar waktu yang telah ditentukan, maka kinerja dan karyawan dapat dikatakan sudah baik. Keefektifan biaya (cost effectiveness) Keefektifan biaya merupakan penggunaan sumber daya dari karyawan yang digunakan secara optimal dan efisien. Dengan penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif maka dapat memengaruhi keefektifan biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan dan menghasilkan keuntungan yang maksimum. Perlu pengawasan (need for supervisor). Perlu pengawasan merupakan kemampuan pegawai dala, bekerja dengan baik, dengan atau tanpa ada pengawasan dari pihak perusahaan. Keenam, hubungan rekan kerja (interpersonal impact). Interpersonal impact merupakan suatu tingkatan keadaan dari pegawai yang dapat menciptakan suasana nyaman dalam bekerja, percaya diri, serta kerja sama antar rekan kerja sehingga akan tercipta peningkatan kinerja. Indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah adalah indikator tentang kualitas (quality), kuantitas (quantity), dan ketepatan waktu (timeliness) karena menurut peneliti hal tersebutlah yang cocok dengan penelitian ini.   METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional karena bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel, menguji hipotesis dari semua variabel, dan menganalisis hasil data dengan rumus statistik. Tedapat tiga variabel dalam penelitian yang terangkum dalam rancangan penelitian sebagaimana digambarkan berikut:          Motivasi kerja   Kompetensi Pegawai   Kinerja Pegawai   Sugiyono (2012:117) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Riduwan (2011:8) berpendapat bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dari kedua pendapat tersebut dapat dipahami bahwa populasi adalah obyek atau subyek yang berada di suatu wilayah yang memiliki karakteristik tertentu. Sampel menurut Sugiyono (2012:124) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel digunakan untuk mewakili populasi yang diteliti karena populasi yang akan diteliti terlalu banyak dan luas. Penelitian ini menggunakan tekhnik Disproportionate stratified random sampling. Menurut Riduwan (2013: 14) menyatakan bahwa  disproportionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya hiterogen (tidak sejenis). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai dinas pendidikan kota Surabaya dengan jumlah orang 104 dan didapat sampel yang berjumlah 51 orang. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan dua jenis uji yang terdiri dari tiga jenis rumus uji dengan bantuan program SPSS for Windows 21.0 Version, yaitu uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas, dan uji hipotesis yang menggunakan uji regresi ganda. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov yang bertujuan untuk mengetahui kenormalan dalam pendistribusian data. Uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan teknik One-Way Anova yang bertujuan untuk mengetahui apakah ketiga variabel memiliki hubungan yang linier. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan tehnik analisis regresi ganda. Sugiyono (2012: 260) mengatakan bahwa analisis regresi ialah digunakan untuk memprediksi seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel independen dirubah-rubah atau dinaik-turunkan. Sementara itu, analisis regresi menurut Noor (2011: 179) merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Adapun analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk meramalkan perubahan variabel satu disebabkan oleh dua atau lebih variabel yang lain. Menurut Riduwan (2009: 152) analisis regresi ganda adalah pengembangan dari analisis regresi sederhana yang kegunaannya adalah untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih. Pada penelitian ini analisis data digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas yakni persepsi tentang motivasi kerja dan kompetensi pegawai terhadap variabel terikat yakni kinerja pegawai. Hal tersebut dilakukan menggunakan teknik statistik regresi linier berganda.     Persamaan regresi ganda untuk dua variabel bebas dirumuskan sebagai berikut:   Y=b0+b1X1+b2X2   Keterangan: Y       : Kinerja Pegawai b0     : Konstanta b1     : Koefisien regresi untuk variabel X1 b2     : Koefisien regresi untuk variabel X2 X1     : Variabel Motivasi Kerja X2     : Variabel Kompetensi Pegawai   HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program statistik SPSS for Windows 21.0 Version. Hasil dari uji asumsi penelitian adalah variabel kepuasan mahasiswa dan variabel minat berkunjung berdistribusi normal dan linier. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi product moment, variabel kepuasan dan variabel minat berkunjung memiliki hubungan yang kuat dengan taraf korelasi sebesar 0,778. Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara motivasi kerja dan kompetensi pegawai terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Deskripsi data variabel motivasi kerja diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 51 pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Berdasarkan hasil penyebaran angket yang meliputi empat kategori skor yakni: skor 1 yang menunjukkan sangat tidak setuju terhadap motivasi kerja Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 0,38%. Skor 2 yang menunjukkan tidak setuju terhadap motivasi kerja Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 9,35%. Skor 3 yang menunjukkan setuju terhadap motivasi kerja Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 63,15%. Skor 4 yang menunjukkan sangat setuju terhadap motivasi kerja Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 24,54%. Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 38 pegawai (40,74%) menyatakan sangat setuju dari pernyataan nomor 3 tentang indikator adanya upaya mencapai hasil kerja yang lebih yakni pegawai mempersiapkan diri untuk menerima pekerjaan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai bobot pernyataan nomor 3 sebesar 180 dengan rata-rata 3,52. Sedangkan pada variabel motivasi kerja (X1) yang mempunyai nilai bobot dan rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan nomor 14 dengan nilai bobot 136 dengan rata-rata 3,2 pada indikator pengakuan atas prestasi yang dicapai yakni pemberian insentif selalu tepat sasaran. Deskripsi data variabel kompetensi pegawai diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 51 pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Berdasarkan hasil penyebaran angket yang meliputi empat kategori skor yakni: skor 1 yang menunjukkan sangat tidak setuju terhadap kompetensi pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 0,04%. Skor 2 yang menunjukkan tidak setuju terhadap kompetensi pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 5,71%. Skor 3 yang menunjukkan setuju terhadap kompetensi pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 66,3%. Skor 4 yang menunjukkan sangat setuju terhadap kompetensi pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 27,94%. Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 33 pegawai (40,74%) menyatakan sangat setuju dari pernyataan nomor 14 tentang indikator etika kerja yakni pegawai selalu bekerja sesuai aturan, tugas pokok dan fungsinya. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai bobot pernyataan nomor 14 sebesar 170 dengan rata-rata 3,33. Sedangkan pada variabel kompetensi pegawai (X2) yang mempunyai nilai bobot dan rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan nomor 23 dengan nilai bobot 128 dengan rata-rata 2,51 pada indikator wawasan terhadap kebijakan pendidikan terbaru yakni pegawai selalu up to date tentang kebijakan pendidikan. Deskripsi data variabel kinerja pegawai diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 51 pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Berdasarkan hasil penyebaran angket yang meliputi empat kategori skor yakni: skor 1 yang menunjukkan sangat tidak setuju terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 0,19%. Skor 2 yang menunjukkan tidak setuju terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 6,76%. Skor 3 yang menunjukkan setuju terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 65,72%. Skor 4 yang menunjukkan sangat setuju terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya yakni sebesar 27,31%. Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 28 pegawai (34,57%) menyatakan sangat setuju dari pernyataan nomor 10 tentang indikator hasil pekerjaan yakni pekerjaan yang pegawai lakukan sudah mencapai target yang ditentukan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai bobot pernyataan nomor 10 sebesar 172 dengan rata-rata 3,37. Sedangkan pada variabel kinerja pegawai (Y) yang mempunyai nilai bobot dan rata-rata terkecil terdapat pada pernyataan nomor 2 dengan nilai bobot 145 dengan rata-rata 2,84. Pernyataan nomor 2 pada indikator kesesuain kemampuan diri dengan tupoksi yakni pekerjaan yang pegawai kerjakan sesuai dengan minat saya. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan, hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa pada variabel motivasi kerja sebagai X1 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai yang ditunjukkan dengan angka signifikansi 0,04. Dimana 0,04 < 0,05, maka diartikan H0 ditolak dan H1 diterima, yang dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori menurut Herzberg (Winardi, 2001: 87) tentang teori Higiene-motivator menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak langsung dari kepuasan kerja. Faktor yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja. Kepuasan kerja lebih sering dihubungkan dengan prestasi, pengakuan, pekerjaan yang menstimulasi, tanggung jawab dan kemajuan dalam karir. Faktor-faktor yang berhubungan dengan hasil yang berkaitan dengan isi (content) tugas yang dilaksanakan dan faktor ini dinamakan motivators, karena masing-masing faktor berhubungan dengan upaya yang kuat dan kinerja baik. Hasil penelitian ini juga membenarkan teori menurut Carrell (1995: 505) dalam teori model motivasi dan kinerjanya menyatakan bahwa pegawai yang sedang bekerja dalam suatu organisasi pada awalnya menentukan beberapa harapan dan tujuan yang ingin dicapai dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kemudian pekerjaan yang telah selesai tersebut dievaluasi oleh organisasi untuk dijadikan dasar dalam memberikan umpan balik kepada pegawai atas pekerjaan. Apabila imbalan yang diterima oleh pegawai dari organisasi dianggap adil dan wajar sesuai kinerjanya, maka pegawai akan menetapkan kembali beberapa tujuan dan harapan baru berdasarkan pengalaman sebelumnya. Imbalan yang diberikan oleh organisasi tersebut merupakan salah satu motivasi yang diberikan untuk meningkatkan kinerja pegawai. Kinerja seorang pegawai dalam suatu organisasi atau institusi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam pegawai maupun faktor lingkungan kerja itu sendiri. Dalam penelitian ini motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai. Dapat dikatakan penelitian ini sejalan dengan teori menurut Stoner (Notoadmodjo, 2009: 125) berpendapat bahwa kinerja seorang pegawai atau tenaga kerja dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan, dan faktor persepsi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada keselarasan dengan pendapat tokoh-tokoh diatas motivasi kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai di Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan pegawai Dinas Pendidikan mempunyai motivasi kerja yang beragam, motivasi yang dimiliki pegawai dapat membantu pegawai untuk menyelesaikan tugas. Instansi pemerintahan cukup memberikan beban ataupun target kepada pegawai yang bersangkutan, sehingga membuat pegawai memiliki keinginan dan kesempatan untuk memberikan kinerja yang maksimal. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan, hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa pada variabel kompetensi pegawai sebagai X2 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai yang ditunjukkan dengan angka koefisien korelasi sebesar o,664 tingkat signifikansi 0,000. Tidak adanya tanda negatif pada skor korelasi tersebut menunjukkan bahwa semakin baik kompetensi yang dimiliki pegawai maka akan meningkatkan kinerja pegawai. Hasil penelitian tersebut membenarkan pendapat menurut Spencer (dalam Wibowo, 2007: 87) kompetensi adalah landasan dasar karakteristik individu yang mendasari kinerja atau perilaku di tempat kerja. Kinerja dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan, dan sikap. Hasil penelitian tersebut membenarkan pula pendapat menurut Dubois ( dalam Marwansyah, 2012: 35) “competencies are that individualshave and use in appropriate, consistent ways in order to achieve desired performance. These characteristic include knowledge, skills, aspects of self-image, social motives, traits, thought patterns, mind-sets, and ways of thinking, feeling, and acting”. (Kompetensi adalah karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dan digunakan secara tepat dan konsisten untuk mewujudkan kinerja yag diharapakan. Karakteristik ini meliputi pengetahuan, keterampilan, aspek-aspek citra diri, motif-motif sosial, sifat-sifat pola pikir, mind-set dan cara berpikir, perasaan dan bertindak). Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Viga (2015) dan Purwono (2015) yang menghasilkan kesimpulan Kompetensi pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Kompetensi pegawai adalah modal dasar yang wajib dimiliki oleh pegawai untuk mendapatkan kinerja yang dibutuhkan oleh instansi tempat dimana pegawai bekerja. Hal tersebut membenarkan teori menurut Christilia O. Posuma (2013) Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta di dukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Penguatan lain disebutkan oleh Daim (2010: 125) kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi juga dapat didefinisikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi juga dapat didefinisikan sebagai spesifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya didalam pekerjaan sesuai dengan stadart kerja yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Peningkatan kompetensi pegawai dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan, baik formal maupun non-formal. Upaya dalam penguatan kompetensi harus dilakukan secara berkala, dikarenakan tuntutan dalam dunia kerja selalu berubah, selalu lebih tinggi dari sebelumnya. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Hufad dkk (2011: 234) kompetensi adalah keahlian yang disiapkan melalui pendidikan dan latihan khusus dalam standart kecakapan yang tinggi. Kompetensi dikembangkan melalui pendidikan formal atau khusus sebelum memasuki dunia praktik profesional. Kompetensi pegawai akan memberi perkembangan signifikan dalam cara kerja yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan kompetensi pegawai akan memberikan inovasi-inovasi baru yang akan meningkatkan kinerja nya. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian McClelland (Sutrisno, 2011: 209) menunjukkan bahwa selain bersifat akademik, kompetensi yang bersifat non-akademik, seperti kemampuan menghasilkan ide-ide yang inovatif, management skills, kecepatan mempelajari jaringan kerja, dan sebagainya berhasil memprediksi prestasi individu dalam pekerjaannya. Kompetensi pegawai merupakan modal dasar yang harus dimiliki oleh semua pegawai yang ada agar dapat menghasilkan kinerja yang memuaskan. Hal ini membenarkan teori menurut Ruky (Sutrisno, 2011: 209) bahwa kompetensi yang terdiri dari sejumlah perilaku kunci dibutuhkan untuk melaksanakan peran tertentu sehingga dapat menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan. Kepribadian pegawai dapat merupakan bagian dari kompetensi pegawai. Pegawai yang memiliki kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan di tempat kerja akan mempermudah pegawai tersebut untuk bekerja secara efektif. Hal tersebut sejalan dengan teori Spencer dan Spencer (1993: 78) menyatakan kompetensi intelektual, emosional, dan sosial sebagai bagian dari kepribadian yang paling dalam pada seseorang dapat memprediksi atau mempengaruhi keefektifan kinerja individu. Berdasarkan hasil penelitian serta pendapat para tokoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat keselarasan antara teori yang ada dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Bahwa dalam mencapai kinerja pegawai yang memuaskan, kompetensi pegawai diperlukan dimana kompetensi tersebut akan menjadi modal berharga untuk bekerja secara efektif dan efisien. Hal tersebut kemudian diharapkan akan membawa Dinas Pendidikan mencapai tujuannya yang dalam hal ini adalah visi dan misi Dinas Pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja sebagai X1 dan kompetensi kerja  X2 memliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya sebagai variabel Y. Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui nilai signifikansi sebesar 0,000. Dimana nilai 0,000 < 0,05, yang berartikan H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independent secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Dengan kata lain, variabel motivasi kerja (X1) dan variabel kompetensi pegawai (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Besarnya pengaruh motivasi kerja dan kompetensi pegawai terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya yaitu sebesar 70,5%. Adapun hasil dari penelitian ini membenarkan pendapat Newstrom dan Davis (2002:15) melalui teorinya mengungkapkan bahwa kinerja potensial seseorang dipengaruhi oleh interaksi antara kemampuan dan motivasi. Kemampuan ini dibentuk oleh interaksi antara pengetahuan dengan keahlian, sedangkan motivasi dibentuk dari interaksi antara sikap dan situasi. Interaksi antara kemampuan dan motivasi akan menentukan kinerja potensial manusia dengan sumber daya dan kesempatan akan menentukan hasil-hasil organisasi. Menurut Sutermeister (Suharsaputra, 2010:147) menyatakan bahwa produktivitas ditentukan oleh kinerja pegawai dan teknologi, sedangkan kinerja pegawai itu sendiri tergantung pada dua hal, yaitu kemampuan dan motivasi. Berdasarkan teori diatas sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa kompetensi yang merupakan bagian dari kemampuan pegawai untuk melaksanakan tugasnya bersama-sama dengan motivasi yang dimiliki oleh pegawai berpengaruh terhadap kinerja pegawai itu sendiri. Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Viga (2015) dan Purwono (2015) yang menghasilkan kesimpulan motivasi kerja dan kompetensi pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Kompetensi pegawai adalah modal dasar yang wajib dimiliki oleh pegawai untuk mendapatkan kinerja yang dibutuhkan oleh instansi tempat dimana pegawai bekerja. Sedangkan motivasi kerja adalah keinginan maupun dorongan pegawai baik dari dalam diri (motivasi internal) dan dari luar (motivasi eksternal) untuk melakukan tugasnya. Berdasarkan teori para tokoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja dan kompetensi pegawai secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Besar pengaruh 70,5% dan sisanya sebesar 29,5% dipengaruhi faktor lain diluar penelitian. Secara teoritis faktor lain tersebut adalah budaya organisasi, iklim organisasi, disiplin kerja,lingkungan kerja dan sikap profesional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin positif persepsi pegawai terhadap motivasi kerja serta kompetensi pegawai yang tinggi maka akan mampu meningkatkan kinerja pegawai Dinas Pendidikan. Begitu pula sebaliknya, apabila motivasi kerja pegawai rendah dan kompetensi pegawai tidak memadai maka akan berdampak pada kinerja pegawai yang tidak maksimal.   PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya “Motivasi kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai”. Pegawai dinas pendidikan memiliki cukup kesempatan untuk mengembangkan motivasi kerja yang dimiliki untuk meningkatkan kinerja mereka. 2. Kompetensi pegawai berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya “Kompetensi pegawai berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai”. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap pegawai memiliki pengaruh terhadap kinerja mereka. Baik dan buruknya kinerja pegawai dinas pendidikan Kota Surabaya dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki. 3. Motivasi kerja dan kompetensi pegawai secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Disimpulkan bahwa variabel independent secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Dengan kata lain, variabel motivasi kerja dan variabel kompetensi pegawai secara bersama-sama berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Saran Berdasarkan paparan data, temuan data penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka peneliti memberi saran sebagai berikut: 1. Merujuk hasil penelitian rumusan masalah pertama yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai menandakan bahwa dinas pendidikan perlu mempertahankan atau meningkatkan melalui pelatihan motivasi. 2. Sebaiknya memberikan reward dan punishment yang tepat sasaran sesuai dengan kinerja pegawai. 3. Perlu memberikan reward kepada pegawai yang berkinerja baik dan membina pegawai yang kurang berkinerja baik. 4. Perlu melakukan sosialisasi apabila terdapat update tentang kebijakan pendidikan kepada seluruh pegawai agar wawasan terhadap kebijakan pendidikan selalu up to date.           DAFTAR PUSTAKA Ardana, K. 2009. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ardana, I Komang dkk. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Denpasar: Graha Ilmu. Bernardin and Russel. 1993. Human Resources Management. New York: Prenfice Hall. Carrel. 1995. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Ahli Bahasa Paramita Rahayu. Indeks. Jakarta. Davis, Keith and John W. Newstrom. 2002. Perilaku dalam organisasi. Cetakan ketujuh. Jakarta: Erlangga. Marwansyah. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta. Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi: Competency Based Human Resource Management. Jakarta: Ghalia. Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Riduwan. 2011. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Spencer, Peter M & Signe M. Spencer. 1993. Competence atWork “Models for Superior Performance”. New York: Jhon Wiley & Sons Inc. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.   Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT. Refika.   Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.   Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.   Winardi. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.   Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba.   Posuma, Christilia O. 2013. Kompetensi, Kompensasi, dan Kepemimpinan Pengaruhnya terhadap Jinerja Karyawan pada Rumah Sakit Ratumbuysang Manado. Vol.1 No.4: 646-656  
IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI SD NEGERI JARAKAN PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL Farihatun Nisa, Anny
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

  IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI SD NEGERI JARAKAN PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL Anny Farihatun Nisa Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas NegeriSurabaya e-mail: at.farihatunnisa@gmail.com Rivo Nugroho Jurusan Pendidikan Non Formal, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya e-mail: rivonugroho@unesa.ac.id   Abstrak Sekolah Dasar Negeri Jarakan menerapkan program pendidikan berbasis kearifan lokal melalui kurikulum. Penerapan program pendidikan berbasis kearifan lokal di sekolah menjadi fenomena yang unik dan menarik di tengah kondisi berlangsungnya praktik pendidikan yang cenderung mengabaikan nilai-nilai kebudayaan para pendahulunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kearifan lokal yang diterapkan dan mendeskripsikan implementasi serta peluang dan tantangan dalam mengembangkan kurikulum kearifan lokal. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan teknik reduksi data, penyajian data, verifikasi data. Sedangkan pengujian keabsahan data dilihat dari kredibilitas, tranferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bentuk-bentuk kearifan lokal yang diterapkan di Sekolah Dasar Negeri Jarakan yaitu TOGA (Tanaman Obat Keluarga), bahasa dan budaya Jawa (permainan tradisional jawa, lagu daerah, tembang macapat, tembang dolanan anak, kuliner tradisional, bahasa jawa serta unggah ungguhnya, penanaman nilai-nilai luhur), kesenian (seni batik, seni tari, dan seni karawitan), dan artefak. (2) Implementasi kurikulum berbasis kearifan lokal melalui tiga standar pend idikan yaitu standar isi yang terdiri dari 25% masuk dalam intrakurikuler dan 75% dalam ekstrakurikuler, standar proses meliputi perencanaan pembelajaran dengan menyisipkan kearifan lokal dalam mata pelajaran kemudian dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran, serta dilakukan penilaian dengan menghitung nilai hasil ulangan, standar penilaian dilakukan oleh dinas ke satuan pendidikan, satuan pendidikan ke pendidik, dan pendidik ke peserta. (3) implementasi kurikulum berbasis kearifan lokal dihadapkan beberapa peluang seperti minat peserta didik yang tinggi terhadap seni budaya juga beberapa tantangan diantaranya pembiayaan yang tidak sedikit mengakibatkan sarana prasarana kurang memadai, kesadaran orang tua/wali murid, kurangnya kerjasama dengan pihak lain, serta tenaga pengajar yang belum seluruhnya memahami kearifan lokal Yogyakarta. Adanya berbagai tantangan yang dihadapi, sekolah dasar negeri Jarakan masih berkeinginan mengelola kearifan lokal yang lebih baik dengan menjalin kerjasama dengan industri. Kata Kunci: kurikulum, kearifan lokal, intrakurikuler, ekstrakurikuler THE IMPLEMENTATION OF CURRICULUM BASED ON LOCAL WISDOM AT STATE ELEMENTARY SCHOOL OF JARAKAN PANGGUNGHARJO SEWON BANTUL Abstract Jarakan elementary school apply education program based on local wisdom through the curriculum. The application of education program based on local wisdom in school be a unique and attractive program in society which mostly neglecting curtural values from their ancestor. In this case, this research aims to identify the forms of local wisdom that is implemented, to describe its implementation, and to describe the opportunities and challenges in developing the curriculum based on local wisdom. This study uses descriptive qualitative approach with case study research design. The data is analysed by using data reduction technique, data presentation, and data verification. While to test the data validity, it uses credibility, transferability, dependability (reliability), and confirmability. The result of this study shows that: (1) the forms of local wisdom which is implemented in state elementary school of Jarakan are TOGA (Family Medicinal Plants), language and Javanese Culture ( Javanese traditional games, traditional songs, tembang macapat, tembang dolanan anak, traditional culinary, javanese language with its attitude and role, karawitan art) and artifacts, (2) The implementation of curriculum based on local wisdom through three standards of education, those are content standards which include 25% of intracurricular and 75% of extracurricular, process standards include lesson plan by inserting the local wisdom in the subjects and then it is developed into teaching and learning process, then doing an assessment by calculating the exam, assessment standard carries out by the service to the education unit, from the education unit to the teacher, from the teacher to the students. (3) the implementation of curriculum based on local wisdom is faced by several opportunities such as students high interest toward culture art and some challenges as well, for instance high cost that causes the limitation of facilities, parents involvements limit, lack of cooperation with other institutions, and teachers that do not really understand about local wisdom in Yogyakarta. With various challenges that be faced by them, Jarakan elementary school still have eager to manage local wisdom better with make a cooperation with the industry.   Key Words: curriculum implementation, local wisdom, intracurricular, extracurricular.   PENDAHULUAN Manan (Pidarta, 2009:169) menyatakan pendidikan adalah enkulturasi, yaitu bahwa pendidikan merupakan suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berperilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Pembudayaan merupakan proses untuk menempatkan budaya sebagai isi dan misi proses pendidikan sehingga potensi seseorang untuk belajar dan menyesuaikan pikiran dan sikap terhadap adat, serta sistem norma budayanya berkembang dengan baik (Koentjaraningrat, 2011:146). Hal senada juga dikemukakan oleh Tilaar (2011:41) bahwa pendidikan dan kebudayaan merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan karena saling mengikat. Kebudayaan hidup dan berkembang karena proses pendidikan, sedangkan pendidikan hanya ada dalam suatu konteks kebudayaan. Salah satu tugas pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan adalah mampu membentuk dan mengembangkan generasi baru menjadi orang-orang dewasa yang berbudaya, terutama berbudaya nasional (Pidarta, 2009:171). Sedangkan kebudayaan nasional berakar dari kebudayaan daerah, maka sudah sewajarnya pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kebudayaan daerah (lokal). Melalui proses itulah diharapkan peserta didik mempunyai ketrampilan bertahan hidup dan sikap atau karakter untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa melupakan kebudayaan lokal. Secara filosofis tujuan pendidikan di Indonesia mengandung tiga nilai, seperti yang dikemukakan oleh UNESCO (Roesminingsih & Susarrno 2012:10), yaitu autonomy, equity, dan survival. Autonomy (otonomi) berarti memberikan kesadaran, pengetahuan, dan kemampuan kepada individu maupun kelompok, untuk dapat hidup mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik. Equity (keadilan) berarti tujuan pendidikan tersebut memberikan kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi, dengan memberinya pendidikan dasar yang sama. Sedangkan survival berarti dengan pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Dalam konteks pendidikan di Indonesia salah seorang tokoh yang mempunyai perhatian besar untuk mengembangkan pendidikan yang berkarakter pada kebudayaan adalah Ki Hadjar Dewantara. Pentingnya menempatkan budaya lokal sebagai fondasi pendidikan telah diisyaratkan Ki Hadjar dalam pidato   pengukuhan Doktor Honoris Causa di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957 bahwa: “Seperti berulang-ulang telah saya nyatakan sendiri, pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Disamping itu pelajarilah hidup kejiwaan rakyat kita, dengan adat istiadatnya yang dalam hal ini bukannya untuk kita tiru secara mentah-mentah, namun karena bagi kita adat istiadat itu merupakan petunjuk-petunjuk yang berharga (Dewantara, 2009:202)”. Pernyataan tersebut menggambarkan cita-cita pendidikan Ki Hadjar Dewantara tentang pentingnya nilai-nilai kebudayaan yang dijadikan landasan dalam menyelenggarakan pendidikan. Konsep pendidikan sebagai proses pembudayaan dan berakar pada nilai budaya Indonesia dapat pula ditemukan pada Undang Undang Republik Indonesia tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 3 Tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan pasal 4 ayat 3 yang berbunyi bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan peserta didik sepanjang hayat. Penegasan yang sama tertuang dalam Bab 1 Ketentuan Umum pasal 1 ayat 16, bahwa pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Indonesia adalah negara besar yang berpenduduk lebih dari 220 juta jiwa dengan wilayah yang terdiri 13.000 pulau. Kebhinekaan yang terdiri dari 300 suku bangsa, dengan 200 bahasa yang berbeda. Khazanah kebudayaan Indonesia juga memiliki kekayaan ragam dengan corak karakter kebangsaan. Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum terbentuknya Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal atau kearifan lokal yang berasal dari suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral dari kebudayaan Indonesia (Ichwal, 2010 : 142). Simbolis tersebut biasanya digambarkan dalam lagu daerah, kerajinan tangan, tarian, kekhususan tempat atau rumah, dan potensi pariwisata. Kekayaan budaya tersebut harus dilestarikan sebagai jalan menjadi bangsa yang berkarakter. Ahmadi (2012 : 1) menerangkan kearifan lokal atau keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain. Idealitas untuk mewujudkan pendidikan nasional yang berakar pada keragaman kearifan lokal belum mendapat perhatian memadai dari kalangan. Arikunto dan Said mengatakan sejak akhir tahun 1980-an sejumlah tokoh pendidikan menggagas pengintegrasian pendidikan dan kebudayaan melalui kurikulum muatan lokal. Kurikulum muatan lokal bertujuan mengembangkan pemahaman peserta didik mengenai keberagaman budaya lokal dan lingkungannya (Musanna, 2014:4).  Keberadaan kurikulum muatan lokal bahkan mengalami disorientasi dengan berkembangnya praktik yang cenderung mengabaikan realitas sosial budaya dimana pendidikan tersebut berlangsung. Selain itu, dari sisi yang berbeda generasi muda saat ini mulai meninggalkan budayanya sendiri dan beralih pada budaya barat. Suatu penelitian mengatakan bahwa dalam suatu kasus, ditemukan generasi muda menolak budaya yang hendak dibawa oleh generasi pendahulunya. Konsep pendidikan berbasis kearifan lokal menurut  Asmani (2012:30) adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik. Sekolah berbasis kearifan lokal memfasilitasi bagi pesera didik untuk mengetahui, mengenal keunggulan daerah tempat tinggal mereka, memahami segala aspek yang berkaitan dengan keunggulan lokal tersebut. Selain itu, peserta didik juga mampu mengolah sumber daya, terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan keunggulan lokal, sehingga memperoleh penghasilan seklaigus dapat melestarikan budaya dan tradisi daerahnya. Semua keuntungan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan intrakulikuler maupun ekstrakulikuler di sekolah. Bantul merupakan salah satu kabupaten di Provinsi D.I. Yogyakarta yang mempunyai ragam budaya dan kesenian. Kabupaten ini mempunyai motto yang populer dengan singkatan “projotamansari” yang berarti produktif-profesional, ijo royo-royo, tertib, aman, sehat dan asri. Kabupaten ini terbagi menjadi 17 kecamatan, salah satunya adalah kecamatan Sewon. Kecamatan Sewon berada di sebelah timur laut ibukota kabupaten Bantul. Daerah ini merupakan kecamatan yang kaya akan potensi lokal, mulai dari obyek wisata, kesenian daerah dan tradisi-tradisi, yang potensi-potensi tersebut perlu dilestarikan, salah satunya melalui pendidikan dasar. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jarakan merupakan salah satu sekolah dasar yang mengembangkan keunggulan lokal seni budayanya. SD Negeri Jarakan yang mempunyai jumlah peserta didik sebanyak 432 orang berdiri di desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Provinsi D. I. Yogyakarta. Awalnya SD Negeri Jarakan terdiri dari 2 sekolah, yaitu SD Negeri Jarakan 1 dan SD Negeri Jarakan 2. Semenjak adanya gempa di Yogyakarta pada Mei 2006, sekolah ini dibangun kembali oleh Yayasan berasal dari China, sehingga 2 sekolah tersebut dijadikan 1 (regrouping) menjadi SD Jarakan yang dikenal sebagai sekolah binaan Fu Qing Indonesia. SD Negeri Jarakan menerapkan kurikulum berbasis kearifan lokal atas mandat dari Pemerintah Kabupaten Bantul, tertuang dalam Perda (Peraturan Daerah) Kabupaten Bantul Nomor 15 Tahun 2014 Pasal 24 Ayat 2. Kearifan lokal ada yang diintegrasikan dalam mata pelajaran sebanyak 25%, selebihnya dijadikan sebagai kegiatan ekstrakulikuler. Potensi yang dikembangkan di SD Negeri Jarakan adalah potensi seni budaya, diantaranya adalah membatik. Membatik merupakan satu bidang kearifan lokal titipan dari Pemerintah Kabupaten Bantul yang diwajibkan sebagai mata pelajaran tersendiri ke seluruh sekolah. Di SD Negeri Jarakan pelajaran membatik dibebankan kepada seluruh peserta didik dengan dua kelompok. Kelompok 1 terdiri dari kelas 1, 2, 3 hanya membuat pola batik. Kemudian kelompok 2 terdiri dari kelas 4, 5, 6 sudah mulai praktek secara langsung membuat batik. Selain menjadi mata pelajaran tersendiri dan wajib, membatik juga masuk dalam kegiatan ekstrakulikuler. Kearifan lokal kesenian ini banyak diterapkan di kegiatan ekstrakulikuler. Hanya beberapa saja yang diintegrasikan di dalam mata pelajaran, seperti permainan gobak sodor yang ada pada buku kurikulum 2013 tematik. Jika kondisi demikian, maka guru langsung keluar menuju lapangan bersama peserta didik untuk melakukan permainan sekaligus melakukan pembelajaran. Dalam praktik operasionalnya ketercapaian fungsi pendidikan tersebut tidak terlepas dari kurikulum. Kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu. Kurikulum merupakan semua pengalaman yang telah direncanakan untuk mempersiapkan siswa mencapai tujuan pendidikan. Di antara langkah yang paling penting adalah langkah dalam mengimplementasikan. Implementasi kurikulum merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga mampu memberikan akibat yang baik berupa perubahan dari segi kognitif (pengetahuan), psikomotorik (ketrampilan), dan afektif (sikap) yang dimiliki peerta didik. Seringkali kegagalan dari sebuah kebijakan pendidikan yang diterapkan bukan dari tidak tepatnya kebijakan, namun ketidaktepatan dalam mengimplementasikan. Pola implementasi sebaiknya disusun dan disesuaikan dengan pola pengembangan kurikulum yang digunakan dan kondisi dimana implementasi itu berlangsung. Kurikulum yang akan dipelajari oleh setiap individu siswa merupakan hasil pengalaman yang diperoleh dari partisipasi mereka dalam proses belajar yang diakukan guru. Jadi, masing-masing siswa mempunyai peran di dalam menentukan kurikulum yang didasarkan pada pengalamamnnya. Tentunya yang paling penting diperhatikan adalah bahwa implementasi harus dipersiapkan dan direncanakan untuk memastikan bahwa implementasi berlangsung dengan baik. Penerapan kebijakan atas dilaksanakannya pendidikan berbasis kearifan lokal di SD Negeri Jarakan menjadi fenomena yang unik dalam kondisi maraknya perkembangan praktik pendidikan yang cenderung mulai mengabaikan kebudayaan yang dibawa para pendahulunya. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana menerapkan kearifan lokal dalam pendidikan. Harapannya melalui uraian-uraian yang tersusun melalui proses identifikasi, seleksi, dan verifikasi dapat menjadi referensi ilmiah terkait dengan implementasi kurikulum kearifan lokal.   METODE Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan rancangan studi kasus untuk mendeskripsikan implementasi kurikulum berbasis kearifan lokal di SD Negeri Jarakan Pangungharjo Sewon Bantul. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Selanjutnya data yang telah diperoleh dianalisis melalui tiga teknik  yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi sehingga data yang diperoleh dapat mudah dipahami dan dipertanggungjawabkan kebenarannya.   HASIL DAN PEMBAHASAN A.    Bentuk-bentuk Kearifan Lokal yang Diterapkan di SDN Jarakan Panggungharjo Sewon Bantul Bentuk-bentuk kearifan lokal yang diterapkan di SDN Jarakan Panggungharjo Sewon Bantul masing-masing mempunyai tujuan khusus yaitu: Bertanam TOGA (Tanaman Obat Keluarga) bertujuan untuk mengenal berbagai TOGA dan dapat memanfaatkan TOGA dalam kehidupan sehari hari. Pendidikan Bahasa Jawa bertujuan agar peserta didik dapat berbahasa jawa sesuai dengan unggah ungguhnya. Budaya Jawa meliputi:                    a.     permainan tradisional jawa bertujuan agar anak mampu mengenal dan melakukan berbagai permainan tradisional, seperti egrang, dakon, tempat ingkling, theklek panjang.                    b.     lagu daerah dan tembang dolanan anak bertujuan agar anak mampu mengenal dan menyanyikan tembang macapat, lagu daerah, serta lagu dolanan anak dengan baik.                    c.     kuliner tradisional bertujuan agar anak dapat memanfaatkan bahan-bahan makanan yang dapat diperoleh di sekitar dengan cara sederhana. Seni Budaya, meliputi karawitan, tari dan membatik bertujuan  untu meningkatkan apresiasi terhadap seni budaya warisan daerah. Hal ini sejalan dengan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suardiman (Wagiran, 2011:4) bahwa dalam lingkup budaya, dimensi fisik dari kearifan lokal meliputi aspek: (a) upacara adat, (b) cagar budaya, (c) pariwisata alam, (d) transportasi tradisional, (e) permainan tradisional, (f) prasarana budaya, (g) pakaian adat, (h) warisan budaya, (i) museum, (j) lembaga budaya, (k) kesenian, (l) desa budaya, (m) kesenian dan kerajinan, (n) cerita rakyat, (o) dolanan anak, dan (p) wayang. Pendapat yang sama dinyatakan oleh Sungri (Wagiran, 2011:3), bentuk kearifan lokal dapat berupa pertanian, kerajinan tangan, pengobatan herbal, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, perdagangan, seni budaya, bahasa daerah, philosophi, agama dan budaya serta makanan tradisional. Dari masing-masing bentuk kearifan lokal yang diterapkan mempunyai tujuan tersendiri. Berikut tujuan masing-masing dari bentuk kearifan lokal: Bertanam TOGA (Tanaman Obat Keluarga) bertujuan untuk mengenal berbagai TOGA dan dapat memanfaatkan TOGA dalam kehidupan sehari hari. Pendidikan Bahasa Jawa bertujuan agar peserta didik dapat berbahasa jawa sesuai dengan unggah ungguhnya. Budaya Jawa meliputi:                    a.     permainan tradisional jawa bertujuan agar anak mampu mengenal dan melakukan berbagai permainan tradisional, seperti egrang, dakon, tempat ingkling, theklek panjang.                    b.     lagu daerah dan tembang dolanan anak bertujuan agar anak mampu mengenal dan menyanyikan tembang macapat, lagu daerah, serta lagu dolanan anak dengan baik.                    c.     kuliner tradisional bertujuan agar anak dapat memanfaatkan bahan-bahan makanan yang dapat diperoleh di sekitar dengan cara sederhana. Seni Budaya, meliputi karawitan, tari dan membatik bertujuan  untu meningkatkan apresiasi terhadap seni budaya warisan daerah. Selain mempunyai tujuan sendiri, bentuk kearifan lokal yang diterapkan mempunyai tujuan secara umum yaitu melestarika warisan budaya agar tidak punah, serta membekali anak-anak (generasi muda) dengan wawasan kebangsaan dan wawasan kedaerahan.   B.    Implementasi Kurikulum Berbasis Kearifan Lokal di SDN Jarakan Panggungharjo Sewon Bantul Dalam mengimplementasikan kurikulum berbasis kearifan lokal SDN Jarakan Panggungharjo Sewon Bantul menyesuaikan dengan tiga standar nasional pendidikan yaitu standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Komponen tersebut sesuai dengan pendapat Hamalik (2001:23-30) yang meliputi tujuan, komponen materi kurikulum, komponen metode, organisasi kurikulum dan evaluasi. Kesemua komponen tersebut sudah kerangkum dalam standar isi, standar proses, dan stnadar penilaian. Standar Isi, menunjukkan bahwa pembagian muatan keraifan lokal yang diterapkan yaitu 25% diintegrasikan dalam pembelajara dan sisanya 75% dilakukan pada kegiatan ekstrakurkuler yang kesemuanya diikuti oleh peserta didik SDN Jarakan dan sangat dianjurkan bagi guru untuk materi ekstrakurikuler membatik dan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh sekolah. Disamping pembagian komposisi ada juga komponen yang lain seperti sasaran dari bentuk kearifan lokal yang diterapkan dan waktu pelaksanaan masing-masing bentuk kearifan lokal. Ketiga komponen tersebut sesuai dengan lingkup standar isi menurut Peraturan Menteri (Permen) Nomor 22 Tahun 2006 bahwa standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, dan kalender pendidikan/akademik (sdm.data.kemdikbud.go.id). Masing-masing kearifan lokal yang diterapkan di SDN Jarakan mempunyai sasaran yang berbeda. Kearifan lokal dalam intrakurikuler wajib ditempuh oleh seluruh peserta didik di SDN Jarakan, sedangkan kearifan lokal dalam ekstrakurikuler diikuti oleh peserta didik yang berbeda. Seperti karawitan hanya diikuti kelas III, IV, dan V; tari diikuti kelas I-V; dan kerajinan batik diikuti kelas IV-VI dan guru, karena guru juga harus bisa membuat batik mengingat ada kearifan lokal wajib yaitu pendidikan batik. Sedangkan waktu pelaksanaan disesuaikan dengan mengikuti jadwal kurikulum nasional utnuk yang terintegrasi dalam mata pelajaran. Sedangkan yang terangkum dalam kegiatan ektrakurikuler dilakukan setelah jam pulang sekolah setiap minggunya. Berikut lebih jelasnya, (1) Karawitan dilaksanakan hari Kamis pukul 13.00-15.00 WIB dan Jumat pukul 09.40-11.30, (2) Tari dilaksanakan hari Sabtu pukul 10.15-12.00, (3) Membatik dilaksanakan hari Rabu pukul 13.00-15.00. Standar Proses, meliputi 3 tahap yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Hali ini juga sesuai dengan Permen (Peraturan Menteri) Nomor 41 Tahun 20007 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah (sdm.data.kemdikbud.go.id). Perencanaan pembelajaran, menunjukkan bahwa guru terlibat dalam menentukan bentuk kearifan lokal yang akan diterapkan kemudian sekolah mengadakan rapat guna menyusun perencanaan pembelajaran melalui prota, promes, silabus, dan RPP untuk pedoman pembelajaran di kelas. Rapat penyusunan RPP biasanya dilakukan oleh guru perjenjang kelas. Perencanaan pembelajaran yang dituangkan dalam  program berkala dilakukan dengan menyusun RPP dan silabus dengan menyisipkan kearifan lokal dalam kompetensi inti dan indikator. Pelaksanaan pembelajaran, menunjukkan bahwa di SDN Jarakan menerapkan kearifan lokal melalui kegiatan pendahuluan berupa menyanyikan lagu nasional atau lagu wajib, pada kegiatan inti guru menyisipkan materi kearifan lokal dalam materi yang sedang diajarkan jika materi tersebut dapat diintegrasikan, sedangkan pada kegiatan penutup diisi dengan menyanyikan lagu daerah, lagu tradisional, tembang macapat sebelum pulang sekolah. Selain itu implementasi kurikulum kearifan lokal juga dilakukan melalui kegiatan sehari-hari oleh warga sekolah di sekolah. Penilaian pembelajaran, menunjukkan bahwa penilaian pembelajaran dilakukan dengan menyesuaikan dengan mata pelajaran yang diikuti peserta didik untuk kompetensi pengetahuan, untuk kompetensi sikap penilaian dilakukan melalui kegiatan keseharian peserta didik. Dalam implementasi kearifan lokal di SDN Jarakan penilaian yang dilakukan dengan dahulu menentukan standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti SDN Jarakan menentukam KKM sesuai dengan 4-KI (spiritual, sosial, pengetahuan, dan ketrampilan). Sedangkan untuk langkah-langkah penilaian (kuantitatif) capaian kompetensi peserta didik dalam satu semester adalah (1) Menghitung nilai penilaian harian (2) Menghitung nilai penilaian tengah semester (3) Menghitung nilai penilaian akhir semester (4) Menghitung nilai pengetahuan (5) Menghitung nilai rapor untuk pengetahuan. Standar Penilaian, menunjukkan bahwa penilaian implementasi kurikulum berbasis kearifan lokal dilakukan oleh dinas ke sekolah, sekolah ke pendidik, dan pendidik ke peserta didik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 20 Tahun 2007 bahwa standar penilaian satuan pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilain hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian pembelajaran oleh guru dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk UH (Ulangan Harian), UTS (Ulangan Tengah Semester), UAS (Ulangan Akhir Semester). Hal yang sama juga dilakukan oleh guru pembina ekstrakurikuler yang kemudian nilai disetorkan setiap semester untuk digunakan sebagai laporan belajar di rapor. Penilaian yang dilakukan oleh sekolah dengan melihat prestasi hasil lomba, hal ini menurut peneliti masih kurang akurat mengingat sekolah mempunyai tujuan-tujuan strategis dalam jangka pendek, menengah maupun panjang. Sedangkan Penilaian dari dinas pendidikan setempat dilakukan dengan melakukan pengawasan dan ada bukti penilaian berupa format pengawasan yang harus diisi. Sesekali pengawas masuk dalam pembelajaran di kelas guna memantau secara langsung proses pembelajaran apakah sudah menyisipkan keraifan lokal atau belum, serta memberi masukan ketika dibutuhkan. Kunjungan penilaian ini dilakukan setiap semester sekali atau setahun dua kali. C.    Peluang Dan Tantangan Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kearifan Lokal Di SDN Jarakan Panggungharjo Sewon Bantul Peluang dan hambatan dalam mengimplementasikan kurikulum di SDN Jarakan dilakukan dengan melihat kondisi setiap elemen mulai dari peserta didik, guru, sarana rasarana, jalinan kerjasama dan pembiayaaan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Asmani (2012:131) bahwa pendidikan berbasis kearifan lokal belum banyak diimplemenatasikan dengan sukses di lembaga pendidkan karena ada beberapa kendala, diantaranya minimnya sosialisasi, lemahnya kepemimpinan, kekurangan SDM, kurangnya antusiasme siswa, serta minimnya anggaran. Peluang yang dihadapi SDN Jarakan dalam mengimplementasikan kurikulum berbasis kearifan lokal yaitu: nama baik SDN Jarakan dibidang seni budaya sudah ada sejak lama, sebelum vakum. antusiasme siswa dalam mengikuti keraifan lokal jenis seni budaya yang dapat membuahkan prestasi setiap tahunnya. Sedangkan hambatan yang dihadapi SDN Jarakan dalam mengimplementasikan kurikulum berbasis kearifan lokalyaitu: peserta didik sulit diajak untuk melestarikan permainan tradisional, makanan tradisional, serta berbahasa jawa yang baik dan benar orang tua yang tidak mendukung telaksananya program kearifan lokal di sekolah, mengingat biaya yyang tidak sedikt. peran orangtua dalam pengasuhan dirumah kurang maksimal, misal penggunaan bahasa, sudah seringkali menggunakan bahasa indonesia dan anak tidak dapat berbahasa jawa. kendala guru yang mengajar tidak semuanya menguasai dengan kearifan lokal Yogyakarta sarana dan prasarana yang sudah rusak bahkan tidak memenuhi standar pemakaian kurang kerjasama dengan pihak lain, selma ini sekolah hanya bekerjasama dengan POT anggaran yang tentunya tidak sedikit, untuk memenuhi insentif guru dan pembelian sarana jalinan komunikasi antara sekolah sebagai penyelenggara dan POT sebagai pengawal semua kegiatan ekstrakurikuler. SIMPULAN DAN SARAN A.    Simpulan Berdasar pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti uraikan, berikut beberapa simpulan: Dalam implementasi kurikulum berbasis kearifan lokal di SDN Jarakan Panggungharjo Sewon Bantul, disesuaikan dengan kondisi sarana yang dimiliki sekolah, kompetisi yang diadakan pemerintah/dinas setempat, dan intruksi dari pemerintah kabupaten Bantul. Terdapat 4 (empat) bentuk kearifan lokal yang diterapkan dan masing-masing bentuk mempunyai tujuan, diantaranya: (a) Bertanam TOGA (Tanaman Obat Keluarga), bertujuan agar peserta didik mengenal berbagai TOGA dan dapat memanfaatkan TOGA dalam kehidupan sehari-hari, (b) Pendidikan Bahasa Jawa, bertujuan agar peserta didik dapat berbahasa jawa sesuai dengan unggah ungguhnya, (c) Budaya Jawa meliputi permainan tradisional bertujuan agar anak mampu mengenal dan melakukan berbagai permainan tradisional, seperti egrang, dakon, tempat ingkling, theklek panjang, lagu daerah atau tembang dolanan anak bertujuan agar anak mampu mengenal dan menyanyikan tembang macapat, lagu daerah, serta lagu dolanan anakdengan baik, dan kuliner tradisional bertujuan agar anak dapat memanfaatkan bahan-bahan makanan yang dapat diperoleh di sekitar dengan cara sederhana, (d) Seni Budaya meliputi karawitan, tari dan membatik bertujuan untuk meningkatkan apresiasi terhadap seni budaya warisan daerah. Selain mempunyai tujuan khusus kearifan lokal yang diterapkan di SDN Jarakan Panggungharjo Sewon Bantul juga mempunyai tujuan secara umum, yaitu untuk melestarikan budaya lokal daerah serta membekali peserta didik dengan karakter yang luhur sesuai dengan kearifan daerahnya.  Implementasi kurikulum berbasis kearifan lokal di SDN Jarakan Panggungharjo Sewon Bantul direalisasikan dalam 3 standar pendidikan yaitu standar isi, standar proses, dan standar penilaian.   Standar Isi, mecakup lingkup materi dan tingkat kompetensi, materi kearifan lokal yang dibebankan pada peserta didik meliputi 25% masuk dalam ekstrakurikuler yang cenderung pelaksanaan pembelajaran secara praktek, dan 75% masuk dalam intrakurikuler (disisipkan dalam mata pelajaran yang lain, kecuali batik dan bahasa dan budaya jawa). Seluruh materi kearifan lokal yang diterapkan ditujukan untuk peserta didik, dan guru dianjurkan untuk mengikuti materi batik dalam ekstrakurikuler. Sedangkan waktu pelaksanaan kearifan lokal mengikuti mata pelajaran sekolah untuk yang intrakurikuler, dan ketika pulang sekolah untuk ekstrakurikuler yang masing-masing ekstrakurikuler dilaksanakan sehari dalam seminggu, kecuali karawitan yaitu 2 hari (kamis dan jumat).   Standar Proses sangat berkaitan dengan rangkaian pelaksanaan pembelajaran meliputi: 1)    perencanaan pembelajaran Materi kearifan lokal dirumuskan dengan mengintegrasikan ke KD (kompetensi dasar), KI (kompetensi inti), serta indikator di setiap mata pelajaran. Penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan silabus disesuaikan dengan kurikulum nasional yaitu kurikulum 2013 (kelas I dan IV) dan KTSP (kelas II, III, V, dan VI). Sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler pedoman pembelajaran tetap disusun dari pihak sekolah. 2)    pelaksanaan pembelajaran mencakup pendahuluan, inti dan penutup. Masing-masing kegiatan tersebut memuat materi kearifan lokal, jika materi kearifan lokal dapat disisipkan ke dalam mata pelajaran, karena tidak semuanya dapat disisipkan dalam mata pelajaran. 3)    penilaian pembelajaran, dilakukan melalui langkah-langkah yaitu menghitung nilai harian, menghitung nilai tengah semester, menghitung nilai akhir semester, menghitung nilai pengetahuan, dan menghitung nilai rapor untuk pengetahuan. Standar Penilaian berkaitan dengan prosedur penilaian hasil belajara peserta didik. Di SDN Jarakan penilaian dilakukan oeh Dinas setempat kepada sekolah/guru melalui pengawasan pembelajaran, sekolah kepada guru melalui pengawasan dan motivasi serta pestasi lomba, dan penilaian oleh guru kepada peserta didik melalui UH (Ulangan Harian), UTS (Ulangan Tengah Semester), dan UAS (Ulangan Akhir Semester), serta nilai rapor untuk kompetensi pengetahuan.  Terdapat beberapa peluang dan hambatan yang dihadapi SDN Jarakan dalam menimplementasikan kurikulum kearifan lokal, diantaranya: Peluang 1)    Nama baik SDN Jarakan dibidang seni budaya sudah sejak lama sebelum SDN Jaakan mengalami penurunan prestasi 2)    Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan kearifan lokla jenis seni budaya yang dapat membuahkan prestasi setiap tahunnya 3)    Daerah Yogyakarta selalu mengadakan kompetisi dan penampilan hasil kearifan lokal Yogyakarta. Hambatan 1)    Peserta didik sulit diajak untuk melestarikan permainan tradisional, kuliner tradisional, serta berbahasa jawa yang baik dan benar. 2)    Oran tua yang tidak mendukung terlaksananya program kearifan lokal di sekolah, mengingat biaya yang dikeluarkan tidak sedikit 3)    Peran orang tua dalam pengasuhan anak di rumah kurang maksimal, misal dalam penggunaan bahasa jawa yang baik 4)    Guru yang mengajar tidak semuanya menguasai dengan kearifan lokal di Yogyakarta 5)    Sarana dan prasarana yang sudah rusak bahkan tidak tidak memenuhi standar pemakaian 6)    Sekolah kurang melakukan kerjasama dengan pihak lain, sekolah hanya bekerjasama dengan POT (Paguyuban Orang Tua) 7)    Hambatan juga terdapat pada anggaran yang diperlukan tidak sedikit 8)    Jalinan komunikasi antar sekolah sebagai penyelenggara dan POT sebagai pengawal semua kegiatan ekstrakurikuler. B.    Saran Berdasar pada kesimpulan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, peneliti turut serta memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan oleh seluruh stakeholder di SDN Jarakan Panggurharjo Sewon Bantul maupun pihak yang terkait dalam penelitian ini. Berikut saran-saran: Cara memilah bentuk kearifan lokal yang akan diterapkan sebaiknya tidak hanya menjalankan intruksi pemerintah saja, memanfaatkan sarana yang ada bahkan untuk selalu mengikuti ajang kompetisi, namun didasarkan pada keunggulan lokal daerah setempat agar hasil dari kearifan lokal/keunggulan lokal dapat meningkatkan potensi lokal yang cukup beragam, lebih spesifik lagi untuk meningkatkan pendapatan daerah (keunggulan kompetitif). Untuk melestarikan permainan tradisional, sebaiknya dari pihak sekolah memasukkan permainan tradisional dalam materi di setiap ulangan peserta didik, agar senantiasa peserta didik memainkan kegiatan tersebut. Untuk melestarikan kuliner tradisional sebaiknya guru yang mendampingi materi boga memberikan pengetahuan bahwa bahan-bahan dasar tradisional (ketela, kentang, gembili, dan lainnya) dapat dibuat menjadi makanan yang sangat enak, seperti menjadi kripik dengan bumbu balado, sapi panggang, dan cita rasa lainnya. Agar peserta didik tertarik untuk mengkonsumsi juga tidak berkesan makanan dengan resep-resep itu saja. Hal ini dmkasudkan agar bahan-bahan tradisional tetap terkonsumsi. Sekolah menjalin kerjasama dengan pihak lain selain dengan POT (Paguyuban Orang Tua). Hal ini dimaksudkan meringankan beban biaya yang ditanggung oleh POT, sehingga beberapa hambatan dapat teratasi. Karena banyak hambatan yang dihadapi sangat berkaitan dengan kondisi pembiayaan. Perlu adanya kegiatan parenting yang diselenggarakan POT dan sekolah untuk membekali orang tua peserta didik bagaimana cara mendidik anak yang baik, tidak memasrahkan pendidikan begitu saja dengan sekolah, lebih meningatkan kontrol di rumah yang tentunya selaras dengan yang diajarkan di sekolah, seperti membiasakan berbahasa jawa yang baik, berkomunikasi yang disertai dengan unggah ungguh yang baik. Karena penanaman kearifan lokal pada diri peserta didik banyak melalui pembiasaan. Karena guru memegang peranan penting dalam pembelajaran, maka sebaiknya guru yang belum paham mengenai kearifan lokal setempat diwajibkan untuk mengikuti latihan secara berkesinambungan, tidak  hanya sekadar anjuran. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, I. K., dkk. 2012. Mengembangkan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dalam KTSP. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Asmani, J. M. 2012. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Yogyakarta: DIVA Press. Dewantara, K. H. 2009. Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika. Hamalik, O. 2011. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya Ichwal, H. 2011. Restorasi Pendidikan Indonesia Menuju Masyarakat Terdidik Berbasis Budaya. Yogyakarta: Arruz Media. Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Musanna, A. 2014. Model Kurikulum Kearifan Lokal dalam Pendidikan Guru (Studi Desain dan Implementasi Kurikulum Budaya dan Literatur Gayo Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon). Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Pidarta, M. 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Roesminingsih, M.V. & Susarno, L. H. 2014. Teori dan Praktek Pendidikan. Surabaya: Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Standar Nasional Pendidikan. [Online]. Tersedia di sdm.data.kemdikbud.go.id. Diakses pada 19 Desember 2016 pukul 08:30 Tilaar, H.A. 2011. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wagiran. 2011. Pengembangan Model Pendidikan Kearifan Lokal dalam Mendukung Visi Pembagunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2020 (Tahun Kedua). Jurnal Penelitian dan Pengembangan. Vol. III Nomor 3.