cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Ruang
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
RUANG merupakan jurnal penelitian ilmiah yang memberikan kontribusi pengetahuan terkait perencanaan wilayah dan kota. Jurnal ini dipublikasikan oleh Perencanaan Wilayah dan Kota.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang" : 10 Documents clear
IDENTIFIKASI PERUBAHAN STRUKTUR RUANG PADA JALAN UTAMA KECAMATAN KRATON D.I YOGYAKARTA Jerzi Budiarto; Djoko Suwandono
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.997 KB)

Abstract

Abstrak: Struktur ruang merupakan suatu susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional.Masyarakat Kota Yogyakarta dapat mengalami perubahan paradigma pembangunan yang sebagian besar memilih gaya modern. Bagaimana pengaruh perkembangan zaman terhadap keadaan di kota lama (kraton) kecamatan kraton Kota D.I Yogyakarta. Hal ini dapat membuat perkembangan Kota Yogyakarta yang mengikuti perkembangan pembangunan kota yang mengikuti gaya modern tanpa melihat dari sejarah atau budaya yang telah ada. Tujuan dari penelitian ini yaitu dapat mengidentifikai perubahan struktur ruang kota lama (kraton) terhadap terjadinya perkembangan pembangunan masa kini. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan metode kuantitatif. Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa struktur ruang kota yang ada telah mengalami perubahan seperti fungsi bangunan, bentuk bangunan, dan sebagainya Terjadinya perubahan diakibatkannya adanya penduduk pendatang dan para wisatawan yang datang. Dengan adanya para wisatawan dan penduduk pendatang membawa budaya dan kebiasaan yang cukup berbeda. Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi mengenai struktur ruang kota lama (kraton) kepada pemerintah daerah sebagai pertahanan kebudayaan tradisional dan kepada masyarakat. Kata Kunci: struktur ruang, budaya jawa, kratonAbstract:the structure of the space is an arrgement of central settlements, network system infrastructure and facilities that support of the social economis activitives of related functional hierarchy. The community of yogyakarta city can exprience change the pradigm of development thatthe majorty zhose a modern style. How to influnce of the times against the state in old town of kraton district, yogyakarta. This can make the development of kraton ditrict follow the development progress of modern city which of without looking grom the side of history or culture yogyakarta. The purpose of this research to identify changes in the structure of the old town hall of the palace to the development progress nowdays. The methods used to achieve those goals with using quantitative method of analysisthat has been done can be inferred that the structure of the existing city hall has undergrounde a change as function and shape of the building, land use and so on. These changed occured, due to the presence of migrants and tourist who bring different cultures. This research can provide recommendations regarding the structure of the old city palace to local goverments as a defense of the traditional culture and to the community.Kata Kunci: the structure of the space, Kraton
KAJIAN BENTUK PERANSERTA MASYARAKAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN KAWASAN WADUK MRICA KECAMATAN BAWANG, KABUPATEN BANJARNEGARA Virgie Rerian Fiorentine; Wakhidah Kurniawati
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.828 KB)

Abstract

Abstrak: Berdasarkan fenomena yang ada, telah menjadi wacana publik bahwa adanya masalah-masalah lingkungan di Waduk Mrica seperti sedimentasi, kerusakan hutan dan banyaknya sampah menunjukkan rusaknya lingkungan di Waduk Mrica sehingga mendorong sebagian masyarakat setempat baik yang memiliki keterikatan langsung maupun tidak memiliki keterikatan langsung berupaya untuk menyelamatkan wisata Waduk Mrica agar kelestariannya tetap terjaga. Sehingga muncul pertanyaan penelitian “Bagaimana bentuk peranserta dan kinerja masyarakat sekitar dalam melestarikan lingkungan Waduk Mrica?”. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk peranserta masyarakat dan peningkatan kinerja masyarakat  setempat dalam ikut menjaga melestarikan  lingkungan waduk mrica yang diorientasikan di tiga desa terdekat yaitu Desa Bawang, Desa Bandingan, dan Desa Blambangan. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan menggunakan alat analisis distribusi frekuensi pada SPSS dan analisis skoring untuk mengetahui kinerja masyarakat. Kesimpulan penelitian ini yaitu secara keseluruhan permasalahan lingkungan Waduk Mrica terdapat di Desa Blambangan dan Desa Bandingan dengan kriteria skor sedang-buruk, sedangkan Desa Bawang masih tergolong dalam kriteria baik. Berdasarkan hasil skoring dalam melakukan bentuk peranserta termasuk kedalam kategori baik. Namun untuk masyarakat Desa Blambangan memiliki kategori tinggi dibandingkan masyarakat Desa Bawang dan Desa Bandingan. Rekomendasi bentuk peranserta masyarakat di sekitar Waduk Mrica adalah perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan, serta perlu adanya peran pendamping untuk membangkitkan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.Kata kunci :Waduk Mrica, bentuk peranserta masyarakat, kelestarian lingkungan Abstract: Based on the existing phenomenon, has become a public discourse that the existence of environmental problems such as sedimentation in Mrica’s reservoir, deforestation and environmental degradation garbage shows in Mrica’s reservoir so encouraging some local people who are tied either directly or indirectly have a direct attempt to save the attachment Mrica’s reservoir tour that continuity is maintained. So the research question arises " How does the form and performance of community participation in preserving the environment around the Mrica’s reservoir?". This study aimed to identify the forms of community participation and improved performance of the local community participated to preserve the environment Mrica’s reservoir oriented in three villages nearest Bawang Village, Bandingan Village, and Blambangan Village. In research is using the descriptive approach quantitative analysis by the use of a frequency distribution in order on spss and analysis skoring to know the performance of society. The conclusion of this research is the overall environmental problem Mrica’s reservoir contained in Bandingan Village and Blambangan Village criteria being - bad scores, while still part of a Bawang village both criteria. Based on the results of scoring in performing the participation form included in either category . But for the Blambangan villagers have higher category than the Bandingan villagers and Bawang village. Recommendation forms of community participation around the Mrica’s reservoir is necessary enhancement of knowledge and skills , as well as the need for a companion role to awaken society to protecting the environment .Keywords: Mrica’s Reservoir, forms of community participation, preserve the environmental  
KARAKTERISTIK SANIMAS DI KAMPUNG BUSTAMAN KOTA SEMARANG R Clarrino Adesetya Jaya; Diah Intan Kusumo Dewi
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.388 KB)

Abstract

Abstrak: Pada awal pengembangan program Sanimas di Kota Semarang (tahun 2005), pembangunan dilaksanakan di wilayah permukiman Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah dengan aplikasi (konstruksi) berupa MCK Plus yang pada awal pembangunannya di proyeksikan untuk melayani sekitar 124 KK. Kemudian pada tahun 2006-2008, pembangunan Sanimas terdapat di daerah Kecamatan Semarang Utara yaitu Kampung Plombokan (tahun 2006), Kelurahan Bandarharjo RW 03 (tahun 2007), dan Kebonharjo (tahun 2008). Seiring dengan berjalannya program Sanimas yang terdapat di Kota Semarang, hanya Sanimas yang terdapat di Kampung Bustaman yang terbilang berhasil dalam pelaksanaannya. Keberhasilan ini tampak pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kualitas  lingkungan di sekitar lokasi pengembangan program dan tentunya tingkat kesejahteraan masyarakat. Sehingga tidak mengherankan jika Sanimas Kampung Bustaman yang lebih dikenal dengan MCK Plus Pangrukti Luhur telah memperoleh beberapa penghargaan terkait dengan keberhasilan atas program tersebut. Selain itu, MCK Plus Pangrukti luhur juga merupakan salah satu percontohan/pilot project di Indonesia yang berhasil mengembangkan sanitasi berbasis masyarakat dan mampu menjadi contoh sadar lingkungan terhadap masyarakat lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apakah karakteristik Sanimas di Kampung Bustaman Kota Semarang sehingga dapat menjadikan suatu bahan pertimbangan dalam pengembangan Sanimas pada wilayah perkotaan lainnya. Hasil analisis diatas maka dapat di ketahui bahwa karakteristik permukiman dengan 1) kerapatan bangunan dan kepadatan hunian yang sangat tinggi di wilayah permukiman Kampung Bustaman dimana berdampak pada 2) tiadanya jaringan air bersih serta fasilitas sanitasi pada bangunan hunian masyarakat. Selain itu, dengan 3) tingkat perekonomian yang sangat rendah mengakibatkan sebagian besar masyarakat tidak dapat mengembangkan fungsi bangunan huniannya. Kata Kunci : Sanimas, Permukiman, Wilayah Perkotaan Abstract: At the beginning of program development communal sanitation in Semarang City (2005), implemented in the construction of residential areas Kampung Bustaman (RT 04-05 RW 03), Purwodinatan Village, Central District of Semarang with applications (construction) in the form of MCK Plus is in early development is projected to serve about 124 households. Then in 2006-2008, the development of the region Sanimas District of North Semarang namely Kampung Plombokan RT 03 RW 04-05 (2006), Bandarharjo Village RW 03 (2007), and Kebonharjo RT 02 RW 02 (in 2008). Over communal sanitation programs contained in the city, only communal sanitation contained in Kampung Bustaman fairly successful in its implementation. The success is evident in the increasing level of public health, increasing the quality of the environment in the vicinity of the development program and of course the welfare of society. So it is not surprising that communal sanitation  Kampung Bustaman better known as MCK Plus Pangrukti Noble has gained several awards related to the success of the program. In addition, MCK Plus Pangrukti sublime is also one pilot project in Indonesia to develop community-based sanitation and capable of being environmentally conscious example to other communities. This study aimed to determine characteristics such as whether communal sanitation in Kampung Bustaman, Semarang so it can make a material consideration in the development communal sanitation programs in other urban areas. The results of the above analysis it can be seen that the characteristics of settlements with 1) the density residential buildings and a very high density in residential areas where the impact on the village Bustaman 2) the lack of clean water and sanitation facilities in the residential building community . In addition, the 3) very low levels of the economy resulted in the majority of people can ‘t develop the function of building occupancy. Keywords : Sanimas, Settlement, Urban Areas
EVALUASI PROGRAM REHABILITASI MANGROVE DI PESISIR DESA BEDONO KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK Mutia Fikriyani; Mussadun .
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.446 KB)

Abstract

ABSTRAK: Ekosistem hutan mangrove sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat namun semakin hari semakin kritis ketersediaanya. Hal demikian terjadi pula terhadap areal mangrove di Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang memiliki potensi dan permasalahan. Pada tahun 80-an terjadi perubahan alih fungsi lahan dari kawasan ekosistem mangrove menjadi lahan tambak udang windu  sehingga menyebabkan timbulnya abrasi di sebagian wilayah di Desa Bedono. Salah satu upaya pemulihan kerusakan hutan mangrove yang cukup penting diantaranya melalui rehabilitasi mangrove. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan evaluasi program rehabilitasi mangrove agar dapat diketahui tingkat pencapaian pada setiap tahapan program rehabilitasi mangrove.  Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program rehabilitasi mangrove di Desa Bedono pada tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian gabungan. Metode pengumpulan data menggunakan cara wawancara, kuesioner, observasi lapangan, dan survei. Subyek penelitian adalah instansi pemerintah, pihak swasta dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah adanya program rehabilitasi mangrove, tercatat pada tahun 2009 luasan mangrove meningkat sebesar 500% dari tahun 2004, namun luasan ekosistem mangrove pada tahun 2012 mengalami penurunan 8,9% dari tahun 2011. Jika dilihat dari peran serta pemerintah, swasta, dan masyarakat serta keterkaitannya dalam program rehabilitasi di Desa Bedono, ditemukan bahwa program rehabilitasi mangrove kurang kompak dan bersinergi antar stakeholder. Setelah diadakanya evaluasi, program rehabilitasi mangrove di Desa Bedono termasuk kategori berhasil baik dengan skor pencapaian program 57,2, namun masih ada 4 indikator yang pencapaianya terendah dibandingkan dengan 16 indikator lainnya.Kata kunci: evaluasi, rehabilitasi, mangrove ABSTRACT: Mangrove forest ecosystems are very potential to improve the welfare of society, but are getting increasingly critical. Such things happens on the mangrove area in Bedono Village, Sayung Sub-District, Demak Regency, which has both potentials and problems. Land conversion from the mangrove ecosystem region to tiger shrimp ponds in the 1980s caused the abrasion in some areas in Bedono Village. One of the mangrove destruction recovery efforts is the mangrove rehabilitation. Therefore it’s necessary to evaluate the mangrove rehabilitation program to determine the level of achievement on each stage of mangrove rehabilitation program. This research is aimed to evaluate the mangrove rehabilitation program in Bedono Village done by the government, private sector, and community, on the planning, implementing, monitoring, and evaluating level. The methods used in this research are the mixed methods to complete the overview of the study results and to strengthen the analysis, using the interview, questionnaire, field observation, and institutional survey as the data collection methods. The subjects of this study are the government institutions, NGOs involved in coastal zone management, and the community of Bedono Village as the informants. The result of this study shows that after the mangrove rehabilitation program, noted that in 2009 the mangrove’s extents increased 500% from it’s extents in 2004, but the extents in 2012 declined 8,9% from it’s extents in 2011. It’s indicated that there were fishing and catching shellfish activities using toxic materials and dredging tools, and also lack of supervision from the communities. Observed from the role of government, private sectors, and communities, also the connections in Bedono’s rehabilitation program, found that the mangrove rehabilitation programs are not cohesive and synergic between the stakeholders, which can affect the productivity of mangrove recources. After the evaluation, the mangrove rehabilitation program in Bedono Village is categorized as turn up trumps with program achievement score 57,2, but there are still 4 indicators with the lowest achievements compared with the other 16 indicators.Keywords: evaluate, rehabilitation, mangrove
KEBERTAHANAN KAMPUNG TUA SEKAYU TERKAIT KEBERADAAN MAL PARAGON DI KOTA SEMARANG Eggy Evansyah; Santy Paulla Dewi
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.042 KB)

Abstract

Abstrak: Keberadaan kampung – kampung yang ada di Kota Semarang terancam keberadaanya karena pembangunan kawasan perdagangan dan jasa, karena pembangunan menggusur kawasan kampung.Salah satu kampung yang terancam di Kota Semarang yaitu Kampung Sekayu sejak tahun 1413 ditunjukan dengan adanya Masjid Taqwa Sekayu yang merupakan masjid tertua di Kota Semarang. Kampung Sekayu terancam karena pembangunan Mal Paragon yang telah menghilangkan salah satu yang ada di Kampung Sekayu sebagai lahan parkir motor.Tujuan penelitian yaitu menganalisis  kebertahanan  di Kampung Tua Sekayu sebagai kampung tua di Kota Semarang. Metode penelitian adalah metode deskriptif kuantitatif dengan alat analisis berupa statistik deskriptif, analisis spasial. Hasil penelitian adalah Kampung Sekayu tidak dapat bertahan dengan keberadaan Mal Paragon di Kota Semarang. Mal Paragon memberikan dampak bagi Kampung Sekayu karena menambah jumlah penduduk pendatang yang mempengaruhi semua aspek yang ada. Dapat dilihathasil analisis fisik berupa penggunaan lahan bahwa digusurnya RT 1 yang dijadikan lahan parkir, fungsi yang bangunan yang berubah menjadi tempat kos dan tempat berdagang seiring dengan pembangunan Mal Paragon, serta bentuk bangunan yang hanya 1% sesuai dengan bantuk bangunan asli sesuai sejarah kawasan dan non fisik berupa aktivitas sosial dapat dilihat bahwa masyarakat jumlah ketidakhadiran sangat berkurang karena penduduk asli terpengaruh oleh penduduk pendatang yang individualis, sertaaktivitas budaya yang telah hilang tidak di kawasan Kampung Sekayu karena lokasi budaya digusur dan dibuat untuk pembangunan Mal Paragon sampai sekarang ini. Kata Kunci: kebertahanan, kampung tua, keberadaan malAbstract: The existence of the villages in the city of Semarang threatened its existence because of the trade and service development, because development displacing the village area. One of the threatened village in Semarang City namely Kampung Sekayu since 1413 indicated the presence of Taqwa Sekayu Mosque which is the oldest mosque in the city of Semarang .Kampung Sekayu is threatened because of the construction of Paragon Mall which has removed the existing one in Kampung Sekayu as motorcycle parking area . The purpose of the study is to analyze the viability in the old village ofSekayu as an old village in the city of Semarang. The research method is descriptive quantitative analysis tools such as descriptive statistic, spatial analysis. The results of the study are Kampung Sekayu can’t survive in the presence of Paragon Mall Semarang. Paragon mall impacting Sekayu village because it adds to the immigrant population that affects of existing. Physical analysis of the results can be seen in the form of land use that evicted RT 1 is used as a parking lot , the building functions that turned into a boarding house and a place to trade in line with the development of Paragon Mall , as well as the shape of the building is only 1 % according to the shape of the original building and the history of the area in accordance non-physical form of social activity can be seen that the public greatly diminished the number of absences due to indigenous people affected by the individualist settlers , as well as cultural activities that have been lost are not in the village because of the location of cultural Sekayu evicted and made to Paragon mall development until now. Keywords: resilience, old kampung, existence of mal
PENGARUH URBAN SPRAWL TERHADAP PERUBAHAN BENTUK KOTA SEMARANG DITINJAU DARI PERUBAHAN KONDISI FISIK KELURAHAN METESEH KECAMATAN TEMBALANG Farisul Hanief; Santy Paulla Dewi
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.055 KB)

Abstract

Abstrak: Kampung Tradisional Uma lengge merupakan kampung yang memiliki kompleks bangunan peninggalan budaya yang sudah berumur ratusan tahun dan telah resmi dijadikan sebagai obyek wisata serta cagar alam oleh pemerintah Kabupaten Bima. Pada umumnya, Uma Lengge memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai tempat tinggal sekaligus sebagai tempat penyimapanan hasil panen. Namun, kompleks Uma Lengge yang berada di Desa Maria ini merupakan kompleks bangunan rumah kuno yang dimanfaatkan hanya sebagai tempat penyimpanan hasil bumi, seperti padi, jagung, dan lain sebagainya. Tata letak kompleks Uma Lengge ini sangat berhubungan dengan tradisi suku Bima, terutama masyarakat di sekitar kampung tradisional Uma Lengge tersebut. Keberadaan kompleks tradisional Uma Lengge sejak ratusan tahun yang lalu, sejalan dengan kebutuhan masyarakatnya, mengakibatkan struktur dan pola ruang yang ada menjadi seperti tak terencana.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji struktur dan pola ruang perkampungan berdasarkan kearifan lokal di Desa Maria, Kabupaten Bima dan apa saja yang menyebabkan terbentuknya struktur dan pola ruang tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bima merupakan contoh kota tradisional atau rural yang sebagian wilayahnya tidak terencana, yang memiliki kampung-kampung tradisional dengan ciri khas rumah panggung. Kampung Tradisional Uma Lengge ini memiliki bentuk figure ground yang bersifat homogen. Secara fisik terdapat area tambahan karena kebutuhan masyarakat akan ruang untuk mengadakan upacara adat setiap tahun ketika musim panen berakhir yaitu upacara Ampa Fare, yang mengakui bahwa setiap makhluk hidup pasti memiliki cara tersendiri dalam berdoa kepada sang pencipta.Kata Kunci : Struktur Pola Ruang, Kearifan  Lokal, Uma Lengge, Bima Abstract: Traditional Kampung Uma lengge is a village which has complex cultural heritage buildings hundreds of years old and has been officially in use as a tourist attraction as well as a nature reserve by the government of Bima . In general , Uma Lengge has several functions , namely as a residence and also a storage crop . However , Uma Lengge complex which is  in the village of Maria is an ancient complex houses of building used only as a storage crops , such as rice , corn , and so forth . Uma Lengge complex layout is highly correlated to all Bima ethnic traditions , especially the traditional village communities around the Lengge Uma . As traditional complex Lengge Uma has existed since hundreds of years ago , and the Uma Lengge community’s necessity , lead the structure and patterns of existing space into such unplanned . seeing this problems above , it can be concluded that the research question is how local knowledge can shape the structure and spatial patterns of Traditional Kampung Uma Lengge in Bima. The purpose of this study was to examine the structure and pattern of settlement space based on local wisdom in the village of Maria , Bima and to know what causes the formation of structures and patterns of space in one of the traditional village complex Uma Traditional Lengge in Bima . The results of this study is an example of Bima traditional or rural town that partly unplanned , which has traditional villages with distinctive feature of stage house . Uma Lengge and Jompa as  a traditional village in the village of Uma Lengge Maria is a legacy handed down from ancestors Mbojo Fund . Traditional village Uma Lengge of figure ground has a shape that is homogeneous . Physically, there are additional areas that exist in the traditional village of Uma Lengge because society will need space to hold a traditional ceremony every year. When the harvest season ends Ampa Fare will perform in the ceremony , which recognizes that every living things must have its own way for  praying to the Creator . Keywords: Pattern Space Structures, Local Wisdom, Uma Lengge, Bima
PENGARUH KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI UNDIP TERHADAP PERKEMBANGAN AKTIVITAS PERDAGANGAN DAN JASA DI KORIDOR JALAN BANJARSARI SELATAN-MULAWARMAN RAYA KECAMATAN TEMBALANG Ugra Hutama Sulistiawan; Santy Paulla Dewi
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.541 KB)

Abstract

Abstrak: Kawasan pendidikan tinggi merupakan salah satu faktor pemicu munculnya aktivitas lain di sekitarnya. Aktivitas lain yang sangat berpotensi untuk muncul salah satunya adalah aktivitas perdagangan dan jasa karena aktivitas ini merupakan pendukung bagi kawasan pendidikan tinggi, terutama bagi kebutuhan mahasiswa. Namun, ketersediaan lahan bagi aktivitas perdagangan dan jasa semakin terbatas. Sehingga arah perkembangan aktivitas tersebut semakin meluas dan menyebar. Kondisi ini terjadi pada kawasan pendidikan tinggi Undip dimana aktivitas perdagangan dan jasa meluas hingga koridor Jalan Banjarsari Selatan-Mulawarman Raya. Saat ini banyak bangunan baru yang digunakan untuk perdagangan dan jasa karena masih banyak lahan kosong yang belum dimanfaatkan.Tujuan dalam penelititan ini adalah untuk mengidentifikasi perkembangan kampus Undip dan aktivitas perdagangan dan jasa serta pengaruh yang timbul akibat keberadaan kawasan pendidikan tinggi Undip terhadap perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa di koridor Jalan Banjarsari Selatan-Mulawarman Raya Kecamatan Tembalang.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif serta metode overlay. Hasil analisis yang telah dilakukan bahwa terdapat pengaruh kawasan pendidikan tinggi Undip terhadap perkembangan aktivitas perdagangan dan jasa di Koridor Jalan Banjarsari Selatan-Mulawarman Raya yang dilihat pertumbuhan jumlah yang semakin meningkat sebesar 1.025% dan memiliki pengaruh positif atau spread effect karena adanya aktivitas perdagangan dan jasa akan membuat banyaknya investasi yang masuk dari para pemilik usaha untuk mendirikan usaha baru di atas lahan yang belum dimanfaatkan. Kata Kunci: Pengaruh, Kawasan Pendidikan Tinggi Undip, Aktivitas Perdagangan dan Jasa Abstract: The college education area is one of the triggering factor of the appearance of other parts of the surrounding activity. Another activity have a tremendous potential to appear is the activity of commercial and services because this activity are the main proponents of higher educationarea, especially for the need of the students. However, the availability of land for the activity of commercial and services more limited. So the direction of the development of thisactivity increasingly widespread and spread.This condition occurs in Undip college education area where commercial and service activities extends to Banjarsari Selatan-Mulawarman Raya street corridor.Nowadays many new buildings that are used for commercial and service activities because there are still many land that has not been used up. The purpose in this research is to identify the development of Undip college education area and the activity of commercial and services as well as the influence that arise due to the existence of Undip college education areato the development of commercial and services activityin Banjarsari Selatan-Mulawarman Raya street corridor. The methods that are used in this research is descriptive quantitative and overlay. The results of the analysis that has been done that there is an influence of Undip college education areato the development of commercial and services activity in Banjarsari Selatan-Mulawarman Raya streetcorridor that able to seen the growth amount that is increasing by 1.025 % and have a positive influence or spread effect due to the commercial and services activity will made a lot of investment coming from the business owners to establish new business in the land that has not been used up. Keywords: Influence, Undip college education area, commercial and service activities 
DAMPAK PERKEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP LINGKUNGAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA Ferncius Limbong; Sugiono Soetomo
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.813 KB)

Abstract

Abstrak: Karimunjawa dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan pariwisata, khususnya wisata bahari yang sekarang terus berkembang pesat. Adanya perkembangan pariwisata sejalan dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan wisata di wilayah pesisir, bagi berbagai peruntukan (pemukiman, perikanan, pelabuhan, obyek wisata dan sebagainya), maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya laut itu semakin meningkat. Meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya. Berdasarkan pada permasalahan tersebut, dapat memunculkan sebuah pertanyaan penelitian yakni “Bagaimana dampak positif dan negatif perkembangan pariwisata terhadap lingkungan Taman Nasional Karimunjawa?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dampak positif dan negatif dari perkembangan pariwisata terhadap lingkungan di darat dan perairan laut Taman Nasional Karimunjawa. Metode yang digunakan adalah metode campuran kuantatif dan kualitatif (Mixed-Method) dengan Model Concurrent. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan pola fikir positifistik dan deduktif. Pengumpulan data kuantitatif menggunakan random sampling dengan cara menyebarkan kuisioner dengan responden wisatawan, sedangkan dalam pengumpulan data kualitatif menggunakan purposive sampling pada individu yang dipilih. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif spasial mengenai Taman Nasional dan Pariwisata Karimunjawa. Hasil akhir penelitian ini adalah dampak positif dan negatif perkembangan pariwisata terhadap lingkungan Taman Nasional Karimunjawa. Kata Kunci: Taman Nasional Karimunjawa, Dampak Perkembangan Pariwisata. Lingkungan Taman Nasional Karimunjawa. Abstract: Karimunjawa be used as a center of tourism, especially maritime tourism is now growing rapidly. The development of tourism in line with the increasing population and the rapid growth of tourism development activities in coastal areas, for a variety of allocation (residential, fishing, ports, tourism and others). Then pressure of ecological on the ecosystems and marine resources is increasing. Increased pressure is certainly going to be able threaten the existence and survival of ecosystems and coastal resources, marine and small islands are nearby. Based on the problems, can be raises a research question of "How can positive and negative impacts of tourism development for the environment Karimunjawa National Park?". The purpose of this study is to look at positive and negative impacts from tourism development for the environment on land and sea waters of Karimunjawa National Park. The methods used is a mixed quantitative and qualitative methods (Mixed-Method) with the Concurrent Model. The research approach positivistic approach and deductive thought pattern.Quantitative data collection using random sampling by distributing questionnaires with tourist respondents, while the qualitative data collection using purposive sampling to individuals who are chosen. The analysis in this study used a descriptive spatial analysis of the National Parks and Tourism Karimunjawa. The final results of this study is a positive and negative impacts of tourism development for the environment Karimunjawa National Park. Keyword: Karimunjawa National Park, Impacts of Tourism Development. The Environment Karimunjawa National Park.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MASYARAKAT UNTUK TETAP BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN BENCANA ROB KELURAHAN KEMIJEN KECAMATAN SEMARANG TIMUR KOTA SEMARANG Ananto Bangkit Pradana; Mussadun .
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.154 KB)

Abstract

Abstrak: Bencana Rob sering terjadi di Kota Semarang. Berdasarkan data BMKG Kota Semarang, sejak bulan April hingga Mei tahun 2012, rob telah menggenangi sejumlah wilayah pesisir Kota Semarang, dan yang terparah adalah Kecamatan Semarang Utara dan Kecamatan Semarang Timur dengan ketinggian rob antara 50 cm hingga 100 cm. Namun masih banyak terdapat permukiman kumuh pada kawasan tersebut. Seperti pada permukiman kumuh yang terletak di Kelurahan Kemijen Semarang Timur. Pada Kelurahan ini ketinggian rob dapat mencapai hingga 100 cm berdasarkan data BMKG Bulan Mei tahun 2012 dalam Harian Suara Karya Semarang. Akibat bencana rob yang semakin parah dari tahun ke tahun, penduduk yang berada di permukiman tersebut harus selalu beradaptasi dengan bencana rob dengan cara meningkatkan lantai, membuat bendungan kecil di depan rumah, meninggikan jalan lingkungan, dan membangun tanggul disekitar area pemukiman. Untuk melakukan hal tersebut membutuhkan jumlah uang yang tidak sedikit yang harus dikeluarkan setiap lima tahun. Namun mereka tetap menginginkan untuk tinggal di daerah rawan bencana rob seperti di Kelurahan Kemijen, Semarang Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat ditinjau dari aspek fisik alam dan fisik buatan, sosial dan perekonomian, untuk tetap bertempat tinggal di permukiman pesisir kumuh dan rawan bencana rob yang terdapat di Kelurahan Kemijen Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat untuk tetap bertempat tinggal di Kelurahan Kemijen Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang. Faktor pertama yang paling mempengaruhi preferensi masyarakat untuk tetap tinggal di Kelurahan Kemijen dengan nilai variansi terbesar yaitu 32,450%. adalah kondisi aksesibilitas dan kondisi sosial yang terdiri dari variabel kondisi hubungan kekeluargaan, tingkat keamanan, organisasi lingkungan dan hubungan tetangga di Kelurahan Kemijen.Kata Kunci : Kawasan Kumuh, Kawasan Bencana, Bencana Rob, Preferensi Abstract: Tidal flood hazard often occur in the city of Semarang. Based on  BMKG Semarang, from April to May in 2012, Tidal flood has been flooded several coastal areas of the city, and the worst is, the District of North Semarang and Semarang District East, with tidal height between 50 cm to 100 cm. But still there are many slums  in the areas. As in the slums located in the Village of East Semarang Kemijen.  At this village tidal heights can reach up to 100 cm based on data BMKG In May of 2012 in Semarang Suara Karya. Tidal flood hazard is getting worse from year to year, the population residing in these settlements must always adapt to tidal flood hazard by increasing the floor, made a small dam in front of the house, elevating roads, and building embankments around residential areas. To do so, required much money that must be paid every five years. But they still want to live in disaster-prone areas such as in Kemijen, East Semarang. This study aims to determine the factors that influence people's preferences in terms of the physical aspects of the natural and artificial physical, social and economic, to remain living in slum settlements and disaster-prone coastal tidal flood hazard located in Kemijen, East Semarang District, Semarang City. Results of the study showed that there are five factors that influence people's preference to remain living in Kemijen, East Semarang. The first factor that most affects people's preference to remain in the Village Kemijen with the largest variance value is 32.450 % is the condition of accessibility and social conditions consisting of kinship variable conditions, the level of safety, environmental organizations and neighbors in the Village Kemijen relationship.Keywords : Slum, Disaster Zone, Tidal Flood Disaster, Preferences
STRUKTUR DAN POLA RUANG KAMPUNG UMA LENGGE BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL DI DESA MARIA, KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA BARAT Siti Fatimah Azzahra; Nurini .
Ruang Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Ruang
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.717 KB)

Abstract

Abstrak: Kampung Tradisional Uma lengge merupakan kampung yang memiliki kompleks bangunan peninggalan budaya yang sudah berumur ratusan tahun dan telah resmi dijadikan sebagai obyek wisata serta cagar alam oleh pemerintah Kabupaten Bima. Pada umumnya, Uma Lengge memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai tempat tinggal sekaligus sebagai tempat penyimapanan hasil panen. Namun, kompleks Uma Lengge yang berada di Desa Maria ini merupakan kompleks bangunan rumah kuno yang dimanfaatkan hanya sebagai tempat penyimpanan hasil bumi, seperti padi, jagung, dan lain sebagainya. Tata letak kompleks Uma Lengge ini sangat berhubungan dengan tradisi suku Bima, terutama masyarakat di sekitar kampung tradisional Uma Lengge tersebut. Keberadaan kompleks tradisional Uma Lengge sejak ratusan tahun yang lalu, sejalan dengan kebutuhan masyarakatnya, mengakibatkan struktur dan pola ruang yang ada menjadi seperti tak terencana.     Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji struktur dan pola ruang perkampungan berdasarkan kearifan lokal di Desa Maria, Kabupaten Bima dan apa saja yang menyebabkan terbentuknya struktur dan pola ruang tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bima merupakan contoh kota tradisional atau rural yang sebagian wilayahnya tidak terencana, yang memiliki kampung-kampung tradisional dengan ciri khas rumah panggung. Kampung Tradisional Uma Lengge ini memiliki bentuk figure ground yang bersifat homogen. Secara fisik terdapat area tambahan karena kebutuhan masyarakat akan ruang untuk mengadakan upacara adat setiap tahun ketika musim panen berakhir yaitu upacara Ampa Fare, yang mengakui bahwa setiap makhluk hidup pasti memiliki cara tersendiri dalam berdoa kepada sang pencipta.Kata Kunci : Struktur Pola Ruang, Kearifan  Lokal, Uma Lengge, Bima Abstract: Traditional Kampung Uma lengge is a village which has complex cultural heritage buildings hundreds of years old and has been officially in use as a tourist attraction as well as a nature reserve by the government of Bima . In general , Uma Lengge has several functions , namely as a residence and also a storage crop . However , Uma Lengge complex which is  in the village of Maria is an ancient complex houses of building used only as a storage crops , such as rice , corn , and so forth . Uma Lengge complex layout is highly correlated to all Bima ethnic traditions , especially the traditional village communities around the Lengge Uma . As traditional complex Lengge Uma has existed since hundreds of years ago , and the Uma Lengge community’s necessity , lead the structure and patterns of existing space into such unplanned . seeing this problems above , it can be concluded that the research question is how local knowledge can shape the structure and spatial patterns of Traditional Kampung Uma Lengge in Bima. The purpose of this study was to examine the structure and pattern of settlement space based on local wisdom in the village of Maria , Bima and to know what causes the formation of structures and patterns of space in one of the traditional village complex Uma Traditional Lengge in Bima . The results of this study is an example of Bima traditional or rural town that partly unplanned , which has traditional villages with distinctive feature of stage house . Uma Lengge and Jompa as  a traditional village in the village of Uma Lengge Maria is a legacy handed down from ancestors Mbojo Fund . Traditional village Uma Lengge of figure ground has a shape that is homogeneous . Physically, there are additional areas that exist in the traditional village of Uma Lengge because society will need space to hold a traditional ceremony every year. When the harvest season ends Ampa Fare will perform in the ceremony , which recognizes that every living things must have its own way for  praying to the Creator . Keywords: Pattern Space Structures, Local Wisdom, Uma Lengge, Bima

Page 1 of 1 | Total Record : 10