cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. klaten,
Jawa tengah
INDONESIA
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science)
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 42 Documents
OBSERVASI PERAWATAN TALI PUSAT TERHADAP WAKTU PENGERINGAN DAN PELEPASAN TALI PUSAT DI RUANG RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Rakhmawati, Eka Safitri; Hastuti, Retno Yuli
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science) Vol 2, No 4 (2007)
Publisher : STIKES Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang : Kesalahan intervensi perawatan memungkinkan bayi akan berespon yang tidak diinginkan, misalnya pada saat melakukan perawatan tali pusat tidak dilakukan secara rutin dan tidak menjaga kebersihan daerah sekitar tali pusat, yang akan mengakibatkan tali pusat menjadi basah dan lama mongering. Respon lain yang memungkinkan dapat ditimbulkan adalah terjadinya infeksi tali pusat yang mengakibatkan tali pusat lebih lama lepas. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu pengeringan dan pelepasan tali pusat setelah dilakukan perawatan di ruang C RSUP. DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Rancangan penelitian yang digunakan asalah rangcangan Cohort. Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 1 Desember 2005 sampai dengan 7 Januari 2006. Analisa data dilakukan setelah data terkumpul, diseleksi, ditabulasi dan disajikan berupa rerata waktu pengeringan dan pelepasan tali pusat. Hasil : Berdasarkan hasil observasi perawatan tali pusat terhadap 37 bayi baru lahir di ruang C RSUP.DR.Soeradji Tirtonegoro Klaten menunjukkan bahwa hasil rata-rata waktu pengeringan tali pusat adalah 2, 95 hari standar deviasi 0,468 hari dan rata-rata waktu pelepasan tali pusat adalah 6,30 hari standar deviasi 0,968 hari. Hal ini sesuai dengan teori Bobak bahwa waktu yang dibutuhkan untuk tali pusat mongering selama 3-5 hari dan waktu pelepasan tali pusat selama 6-8 hari. Kesimpulan : Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan tali pusat adalah 2,95hari dan rata – ratawaktu pelepasan tali pusat adalah 6,30 hari. Kata Kunci : Tali pusat, waktu pengeringan, waktu pelepasan tali pusat
GAMBARAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI USIA 0 – 6 BULAN DI BPS “BAHAGIA” SURAKARTA Uswatun Qoyyimah, Anna; -, Soetarmi
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science) Vol 2, No 4 (2007)
Publisher : STIKES Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Kejadian ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dari imunisasi hepatitis B yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa panas atau pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari dan reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam ringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian ikutan pasca imunisasi hepatitis B pada bayi 0 – 6 bulan di BPS Bahagia Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan analisis interaktif dilaksanakan kepada ibu bayi yang telah mengimunisasikan bayinya dengan imunisasi hepatitis B di BPS “Bahagia” Surakarta dari bulan Nopember – Desember 2006. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 bayi dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner,wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa 50 responden yang mendapat imunisasi hepatitis B di BPS “Bahagia” Surakarta, 4% mengalami reaksi lokal ringan, 4% mengalami reaksi umum dan 82% non KIPI. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa ikutan pasca imunisasi (KIPI) hepatitis B yang dialami oleh bayi usia 0 – 6 bulan yang mendapat imunisasi hepatitis B di klinik BPS “Bahagia” Surakarta selama bulan Nopember sampai Desember 2006 yang mengalami kejadian KIPI adalah kasus ringan.   Kata kunci : Imunisasi hepatitis B, KIPI
PENGARUH SENAM HAMIL TERHADAP PROSES PERSALINAN PADA PRIMIGRAVIDA DI RSIA ‘AISYIYAH KLATEN Wahyuni, Sri; Wahyuningsih, Endang; Wahyuningsih, Astri
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science) Vol 2, No 4 (2007)
Publisher : STIKES Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : wanita hamil yang melakukan senam hamil secara teratur selama kehamilannya akan mengalami proses melahirkan yang jauh lebih mudah, lancar dan waktu melahirkan yang lebih singkat. Faktor yang berperan dalam persalinan adalah kekuatan mendorong janin, faktor jalan lahir dan faktor janin. Persalinan akan berjalan lancar bila ada ketenangan dan relaksasi, sehingga otot-otot Rahim berkontraksi dengan baik, ritmis dan kuat. Tujuan : tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam hamil terhadap proses persalinan pada primigravida si RSIA ‘Aisyiyah Klaten. Metode : jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain penelitian post test only group desain. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Analisa data menggunakan uji Fisher Exact Probability Test dengan program bantuan SPSS for Window 11.0 Hasil : berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa dari 15 ibu hamil yang mengikuti senam hamil ternyata 80% proses persalinan normal dan 20% proses persalinan tidak normal. Sedangkan 15 ibu hamil yang tidak mengikuti senam 66,66% persalinan tidak normal dan hanya 33,33% proses persalinan normal. Berdasarkan uji Fisher Exact Probability test diperoleh nilai Exact Sig sebesar 0.025. nilai tersebut bila dibandingkan dengan taraf signifikansi 0.05 ternyata berada di bawah 0.05. Kesimpulan : berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara senam hamil dengan proses persalinan di RSIA ‘Aisyiyah Klaten. Kata kunci : senam hamil, proses persalinan
PENGARUH PEMBUBUHAN BERBAGAI DOSIS ABU DAUN MENGKUDU TERHADAP PENINGKATAN KADAR KALSIUM AIR HUJAN DI DESA SUMUGIH, RONGKOP, GUNUNGKIDUL -, Rokhmayanti; Widjajono, Urip; Hana Mustofa, Choiril
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science) Vol 2, No 4 (2007)
Publisher : STIKES Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Kualitas air hujan apabila dilihat dari siklus peredarannya memiliki kandungan mineral yang lebih rendah dibandingkan dengan air tanah. Kalsium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, Karena selain dapat menyebabkan penurunan kemampuan kontraksi otot, kekurangan kalsium juga dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis, menyebabkan gigi keropos dan mudah tanggal, memacu terjadinya risiko penyakit jantung serta menyebabkan tidak stabilnya viskositas darah yang akan memacu terjadinya hipertensi. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembubuhan berbagai dosis abu daun mengkudu terhadap peningkatan kadar kalsium dan untuk mengetahui dosis abu daun mengkudu yang efektif meningkatkan kadar kalsium pada air hujan. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimen dengan design pre test post test design yang hasilnya dianalisis secara deskriptif.Hasil : Berdasarkan hasil pemeriksaan air hujan yang dibubuhi abu daun mengkudu dengan berbagai variasi dosis didapatkan hasil bahwa rerata peningkatan kadar kalsium air hujan yang dibubuhi 0,5 gr abu daun mengkudu adalah 11,35 gr dengan peningkatan Ph sebesar 1,5 . Rerata peningkatan kadar kalsium air hujan yang dibubuhi abu daun mengkudu 1 gr adalah 15,14 gr dengan peningkatan Ph sebesar 2. Sedangkan rerata peningkatan kadar kalsium air hujan yang dibubuhi 1,5 gr abu daun mengkudu adalah 15,14 gr dengan peningkatan pH sebesar 2,5 . Dari ketiga perlakuan pemberian abu daun mengkudu tidak menyebabkan peningkatan kekeruhan. Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa abu daun mengkudu dapat meningkatkan kadar kalsium air hujan dan dosis abu daun mengkudu yang efektif adalah 1 gr, dengan pH 7,5 dan kekeruhan 1 NTU serta tidak menyebabkan baud an rasa.   Kata Kunci : Kalsium, abu daun mengkudu 
KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN -, Suyami; -, Sunyoto
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science) Vol 1, No 2 (2006)
Publisher : STIKES Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : ISPA merupakan salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan balita di Negara berkembang. Angka kesakitan ISPA selalu menduduki peringkat tinggi, pada periode Pebruari – Juli 2004 mencapai 177 dari 674 balita, meningkat dibanding tahun 2003. Beberapa faktor resiko ISPA misalnya pendidikan orang tua, usia, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir, pemberian ASI, kebiasaan memasak dan merokok, status ekonomi, keadaan rumah. Tujuan : Untuk mengetahui karakteristik faktor resiko ISPA pada anak usia balita. Metode : Deskriptif dengan pendekatan cross sectional, samling dengan metode accidental sampling. Populasi anak usia balita, sampel dengan criteria eksklusif yaitu anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, menerita ISPA, diperiksakan ke Pustu Krakitan. Waktu penelitian 1 sampai 31 Desember 2004. Jumlah sampel sebanyak 40 balita. Analisa data dengan analisis non statistik, yaitu analisis statistic sederhana. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner karakteristik faktor resiko ISPA pada anak usia balita. Hasil : Persentase penderita ISPA pada balita usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun 7,5%, usia 1 tahun sampai 2 tahun 12,5%, usia lebih 2 tahun sampai 5 tahun 80%. Jenis kelamin laki-laki 70%, perempuan 30%. Status gizi baik 12,5%, gizi sedang 27,5%, gizi kurang 17,55, gizi buruk 42,5%. Berat badan lahir kurang 2500 gr 55%, berat badan lahir 2500 gr 25%, berat badan lebih 2500 gr 20%. Pemberian ASI eksklusif kurang 70%, pemberian ASI eksklusif cukup 30%. Pendidikan orang tua SD 35%, SMP 32,5%, SMA 20%, lulus akademi 12,5%. Status ekonomi rendah 55%, ekonomi cukup 25%, ekonomi tinggi 20%. Mempunyai kebiasaan memasak dan merokok yang buruk. Keadaan rumah tidak memenuhi syarat kesehatan. Kesimpulan : Persentase terbanyak penderita ISPA pada anak balita usia lebih 2 tahun sampai 5 tahun, jenis kelamin laki-laki, status gizi buruk, berat badan lahir kurang, pemberian ASI eksklusif kurang, pendidikan orang tua rendah, status ekonomi rendah, kebiasan memasak dan merokok buruk, keadaan rumah tidak memenuhi syarat kesehatan. Kata kunci : Karakteristik, faktor resiko, ISPA, balita.
HUBUNGAN ANTARA PROGRAM PEKAN SANITASI DENGAN SARANA SANITASI DI DESA JAPANAN KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN -, Ismini; Handayani, Sri; Murtana, Agus
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science) Vol 1, No 2 (2006)
Publisher : STIKES Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan kesehatan merupakan bagian intregral dari pembangunan nasional. Salah satu pendekatan untuk memacu masyarakat dalam pengadaan sarana air bersih adalah melalui program pekan sanitasi yang sangat perlu untuk disebar luaskan khususnya kepada pelaksana program maupun sebagai pihak yang terkait. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan program pekan sanitasi dengan sarana sanitasi di wilayah tersebut. Berdasarkan sudut, cara dan jarak pembahasan masalahnya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analitik. Jumlah sampel sebanyak 24, yang diambil dengan teknik purposive random sampling yaitu 12 rumah yang sudah mendapatkan program sanitasi dan 12 rumah yang tidak mendapatkan program sanitasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa rumah yang mendapat program pekan sanitasi, sebanyak 83,3% sarana air bersih sudah memenuhi syarat dan sebanyak 66,7% sarana jamban sudah menui syarat. Sedangkan rumah yang tidak mendapat program pekan sanitasi, sebanyak 58,3% sarana air bersih tidak memenuhi syarat dan sebanyak 75% sarana jamban tidak memenuhi syarat. Berdasarkan uji statistik program pekan sanitasi dengan kualitas sarana air bersih di peroleh nilai p =0,045 berarti ada hubungan antara program pekan sanitasi dengan kualitas sarana air bersih. Sedangkan uji statistik terhadap program pekan sanitasi dengan kualitas sarana jamban diperoleh nilai p = 0,05 berarti ada hubungan antara program pekan sanitasi dengan kualitas jamban. Kata kunci : pekan sanitasi, sarana sanitasi
GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN YANG MENGALAMI CIDERA TULANG TULANG BELAKANG DI BANGSAL DAHLIA RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA -, Daryanti; -, Mawardi; -, Supardi
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science) Vol 1, No 2 (2006)
Publisher : STIKES Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan angka kecelakaan dapat menyebabkan trauma yang mendekati bentuk endemik. Pasien dengan kecelakaan yang berat dapat diikuti dengan trauma multi organ diantaranya cidera tulang belakang. Seseorang dengan cidera tulang belakang akan memasuki dunia baru, dimana muncul masalah yang kompleks baik fisik maupun psikologis. Orang yang mengalami psikologi shock akan terjadi gangguan dalam tingkah laku, suasana hati pikiran dan kognitif, hal ini akan mempengaruhi konsep dirinya. Masalah lain yang berpengaruh terhadap konsep dirinya yaitu adanya kelumpuhan baik tetraplegi, para plegi dan klinikal syndrome. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran diri, ideal diri, harga diri, identitas diri, penampilan peran serta gangguan konsep diri yang paling menonjol dialami oleh pasien cidera tulang belakang. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan jenisnya deskriptif yang dilaksanakan pada pasien cidera tulang belakang di Bangsal Dahlia Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. Alat ukur yang digunakan adalah yang sudah pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu Imron (2000) dalam peneliti ini dimodifikasi menjadi favorable dan unfavorable, jumlah 46 butir soal, jawaban diberi skor dengan skala Linkert, kemudian dikategorikan jelek, kurang, cukup dan baik menurut Sugiono. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sebagian besar pasien dengan gambaran diri yang kurang (47%), kategori yang jelek dan baik dengan prosentase yang sama untuk ideal diri (37%), sebagian besar harga dirinya cukup (47%) dan baik (40%), identitas diri pasien cukup (33%) dan baik (57%) serta prosentase yang sama yaitu 33% untuk penampilan peran pasien cukup dan baik. Gangguan konsep diri yang paling banyak dialami oleh pasien adalah gambaran diri. Gambaran secara umum adalah cukup positif berada dalam rentang adaptif. Sebagai saran agar adanya komunikasi yang baik dari berbagai pihak, saling menghargai, memberikan peran yang sesuai sehingga stressor yang ada tidak menjadi faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mempengaruhi konsep dirinya.   Kata kunci : Konsep diri, cidera tulang belakang
HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA Wahyuningsih, Endang; Zukhri, Saifudin
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science) Vol 1, No 2 (2006)
Publisher : STIKES Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Depresi pernafasan bayi baru lahir dikarenakan faktor kehamilan dam faktor persalinan. Faktor kehamilan dari sebab maternal salah satunya adalah grande multipara. Untuk paritas tiga atau lebih dapat meningkatkan ersiko persalinan dengan tindakan. Selain faktor kehamilan dan persalinan, depresi pernafasan bayi juga disebabkan oleh faktor antepartum dan intrapartum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paritas ibu bersalin dengan asfiksia neonatorum. Penelitian ini merupakan peneliltian deskriptif korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling yaitu dengan menggunakan batasan satu bulan, Uji statistic yang digunakan adalah Chi-square dengan taraf signifikansi 5%. Dari hasil penelitian ternyata tidak ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan asfiksia neonatorum. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menyertakan variabel usia ibu, umur kehamilan, ANC dan jenis persalinan. Kata kunci : paritas, asfiksia
PERBEDAAN KEPATUHAN BEROBAT PADA PENDERITA TB PARU YANG DIDAMPINGI PMO DAN TIDAK DIDAMPINGI PMO DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI Natalya, Wiwik; Anwar, Khairil
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science) Vol 1, No 2 (2006)
Publisher : STIKES Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian dan banyak menyerang kelompok umur produktif dan kelompok ekonomi lemah. Di Indonesia penyakit ini merupakan penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Di Kabupaten Boyolali penyakit TB Paru setiap tahunnya terjadi peningkatan, untuk menanggukangi hal tersebut digunakan strategi DOTS, tetapi ternyata dari 26 Puskesmas yang ada hanya 5 Puskesmas yang bias menjalankan PMO, sedang yang selebihnya tidak terdapat PMO. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kepatuhan berobat pada penderita TB Paru yang didampingi PMO dan tidak didampingi PMO di Wilayah Puskesmas Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi Explanatory dengan menggunakan metode survey melalui pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian diambil dengan dua cara, yaitu untuk sampel puskesmas diambil dengan cara Cluster Random Sampling dan sampel penderita diambil secara keseluruhan atau total populasi dari masing-masing wilayah puskesmas penelitian. Hasil penelitian dianalisa dengan uji statistic Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kepatuhan berobat antara penderita TB Paru yang didampingi PMO dan yang tidak didampingi PMO. Untuk meningkatkan kepatuhan berobat pada penderita TB Paru sebaiknya PMO diambil dari keluarga penderita atau kader dari mantan penderita yang sudah sembuh yang sebelumnya sudah diberi penyuluhan atau pelatihan oleh petugas puskesmas. Kata kunci : TB Paru, kepatuhan berobat, PMO
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PENDERITA TBC UNTUK MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS ( Factors contributing patiens’ compliance with Anti Tuberculostatic Drug Therapy) Lestari, Siti Lestari; Hana M, Choiril
MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal of Health Science) Vol 1, No 2 (2006)
Publisher : STIKES Muhammadiyah Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The overall aim of the study was to wxplore facilitating and obstructing factor for compliance with TB drug therapy. TBC is an infectious disease caused by mycobacterium Tuberculosis. It is still a health problem in the world, especially in development country. In Indonesia, there have been approximately 538.000 case per year of new active TBC with the mortality was 140.000. seventy five percent (75%) of the case suffered productive group (15 – 50 years old). Furthermore, TB is the third mortality after cardiovasculair and Upper Respiratory Infection ( Dep Kes RI, 2002). These statistic indicate that TB is still major health problem in Indonesia. Currently, management of TBC is conducted by all health care services including, public and private hospital, and community health center. The management of TB using Antituberculosa drug is provided by the Indonesia government. It is free and guarantee. The length of therapy needed is around 6-8 months, tend to cause patient’s uncomplaint, therefore leading to treatment failure and development of resistant strain. For this reason, it is important yo explore what factor contributing patient’s compliance for Tuberculostatic drug therapy. Data were collected by indepth interview from 10 respondents. A content analyses technique were used to analyses the data. The patient emphazed motivation for healing, support from family, and health education as facilitating factor. Other perceived promoting factors included supervision from Pengawas Minum Obat (PMO) and fear to spread the disease to their family. Examples of obstructing factors were the length of therapy and when they suffered from other disease. Key word : patient’s complain, Antituberculosis drug.